• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKTUALISASI AKHLAK BAGI REMAJA DALAM BUDAYA GAYO Hasil penelitian tentang aktualisasi akhlak bagi remaja dalam budaya Gayo

A. Temuan Umum

14 Kute Panang

Pantan Sile

4

Temas Miko Fitriadi

Pantan Jerik (Kp. KB) Mawar Usuluddin

Tapak Moge (Kp. KB) Mawar Putih Radiansyah Balik (Kp. KB) Anggrek Desi Purwaningsih

Jumlah/Total 61

Sumber : Dinas KBPPPA (Kepala Bidang Keluarga Sejahtera-Pemberdayaan Keluarga melalui Kepala Sub Bidang Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) dan Bina Remaja) Aceh Tengah, 2019

Berdasarkan data di atas Program PIK R/M, (Remaja dan Mahasiswa), Masyarakat dan Kampung KB telah dilaksanakan di 14 Kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Tengah. Setiap Program di Setiap kecamatan, PIK Remaja dan Mahasiswa, Masyarakat dan Kampung KB sudah dilaksanakan baik dari Dinas Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinas KBPPPA) melalui Kabbid Keluarga Sejahtera-Pemberdayaan Keluarga, selalu mengadakan kegiatan sosialisasi, pembinaan, pendampingan dan monitoring baik ke masyarakat maupun ke PIK Remaja dan Mahasiswa. Pelaksanaan dari Program Dinas Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinas KBPPPA) dibantu oleh tenaga pengelola PIK Remaja dan Mahasiswa untuk selalu memberikan dan memudahkan bagi para remaja berbagi pengalaman serta bertujuan memberikan informasi PKBR (Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja). Sekaligus program PIK (Pusat Informasi Konseling) ini sebagai bentuk dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas serta mengarahkan remaja kearah yang lebih positif, terciptanya suatu sistem dalam pencegahan terjadinya kenakalan dan dekadensi moral dikalangan remaja seperti menggangu dan merusak pribadi remaja itu sendiri. Selanjutnya dalam data di atas juga menggambarkan tentang

pembentukkan Kampung KB, yang merupakan tindak lanjut dari program nasional yang sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu.

Dasar awal Pembentukan Kampung KB tersebut merupakan tindak lanjut dari program nasional yang sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu. Kepala Dinas Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan anak Aceh Tengah Bapak Drs. H. Alam Suhada, MM, mengatakan Kampung KB dapat memberikan manfaat jangka panjang, mulai dari individu, keluarga dan pada akhirnya masyarakat. Melalui Kampung KB ungkapnya diharapkan dapat membangun dan memberdayakan masyarakat yang sejahtera dari tingkat keluarga. Oleh karena itu, saat ini yang harus dilakukan adalah memperkuat dan merevitalisasi program KB dan keluarga sejahtera menjadi lebih terarah dan tepat sasaran. Kampung KB di harapkan adanya adanya gerakan program-program KB yang mampu bersinergi dengan program-program lain, seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial,

budaya, lingkungan dan yang lainnya. Kampung KB ini kampung yang akan menerapkan 8 fungsi keluarga diantaranya fungsi agama, sosial budaya, cinta dan kasih sayang, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan lingkungan.

b. Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak

Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak adalah unsur pelaksanaan teknis di bidang perlindungan perempuan dan anak. Bidang ini dipimpin oleh seorang kepala bidang yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala Dinas KBPPPA. Bidang perlindungan perempuan dan anak mempunyai tugas menyusun rencana, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian penyusunan kebijakan dibidang perlindungan perempuan dan anak. Bidang ini memiliki fungsi:

1) Menyusun rencana, pelaksanaan, pengawasan dan engendalian serta pelaksanaan sosialisasi program perlindungan perempuan.

2) Menyusun rencana, pelaksanaan pengawasan dan pengendalian serta pelaksanaan sosialisasi program perlindungan anak. Menerima laporan/pengaduan bagi perempuan dan anak korban kekerasan, eksploitasi, pelecehan seksual dan perdagangan anak. 3) Pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait dan atau Lembaga

terkait di bidang perlindungan perempuan dan anak.

4) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala Dinas KBPPPA.

5) Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai bahan masukan untuk penyusunan program selanjutnya.

Bidang perlindungan perempuan dan anak terdiri dari sub bidang perlindungan perempuan, sub bidang perlindungan anak dan pengelolaan data perempuan dan anak. Masing-masing sub bidang dipimpin oleh seorang kepala bidang perlindungan perempuan, anak dan pengelolaan data perempuan dan anak, sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. (Sumber: Dinas KBPPPA, 2019)

Sebagaimana telah diamanatkan dalam undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang tertuang pada bab XA (Hak Asasi Manusia): Pasal 28 A, Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Pasal 28 B, (1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. (2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, dalam pasal 1 point 15 dan 16 disebutkan bahwa: (15) Perlindungan khusus adalah suatu bentuk perlindungan anak dalam situasi dan kondisi tertentu untuk mendapatkan jaminan rasa aman terhadap ancaman yang membahayakan diri dan jiwa dalam tumbuh

kembangnya. (16) Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum. Pasal 9 1a, disebutkan setiap anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan seksual dan kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain.3

Sebagai penerus bangsa, anak harus mendapatkan pendidikan, perlindungan, dan pengasuhan, sehingga diharapkan kedepannya dapat tumbuh dan berkembang secara fisik, psikis, mental dan sosial yang baik. Namun pada kenyataannya, masih sering dan banyak terjadi kekerasan pada anak, baik di lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat/sosial, maupun dilingkungan pendidikan. Berikut dibawah ini merupakan data laporan kekerasan yang diperoleh dari Dinas KBPPPA Bidang PPA:

Tabel 20

Data Kekerasan Anak Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun

No. Jenis Kasus 2015 2016 2017 2018 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Kekerasan fisik 0 3 3 0 6 2 Kekerasan fsikis 0 0 0 1 1 3 Pelecehan seksual 4 8 10 17 39 4 Seksual (Incess) 0 0 0 0 0 5 Sodomi 1 0 1 0 1 6 Trafficking 0 0 0 0 0 7 Penelantaran 2 6 3 4 15 8 Eksploitasi Anak/ekonomi 0 0 2 0 2 3

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 (Jakarta,

9 Eksploitasi seksual 0 0 0 0 0

10 KDRT 0 0 0 2 2

11 Pemerkosaan 0 0 0 2 2

12 ABH 0 0 0 1 1

13 Hak Asuh Anak 1 5 5 0 11

Jumlah/Total 8 22 24 27 81

Sumber : Dinas KBPPPA Aceh Tengah, 2019

Berdasarkan jumlah jenis kasus kekerasan anak pada tabel 20 di atas, menunjukkan bahwa kasus setiap tahunnya cenderung terjadi peningkatan kekerasan anak. Jumlah kasus pada tahun 2015 dengan jumlah 9 kasus, pada tahun 2016 dengan jumlah kasus 22, pada tahun 2017 dengan jumlah kasus 24 dan yang paling banyak terjadi pada tahun 2018 dengan jumlah 27 kasus. Jenis kasus yang paling banyak terjadi pada setiap tahunnya adalah pelecehan seksual dengan jumlah 39 kasus, kemudian penelantaran 15 kasus, hak asuh anak sebanyak 11 kasus, dan kasus kekerasan fisik sebanyak 6 kasus. Korban kekerasan anak yang ada di Kapubaten Aceh Tengah pada umunya berasal dari keluarga yang kurang mampu dan tingkat pendidikan orang tua masih rendah serta permasalahan faktor ekonomi keluarga. Selain dari dari data pada tabel di atas, maka kebanyakan korban tidak berani melapor kepada pihak yang berwajib atau instansi yang berkompeten menangani kasus tersebut. Sehingga sebagian besar kasus justru belum terdata dan diselesaikan secara adat di tengah-tengah masyarakat. Melihat banyaknya jumlah kasus kekerasan pada anak cenderung meningkat setiap tahunnya, maka diharapkan kepada seluruh Muspida, Muspika, DPRK, Organisasi Masyarakat (LSM), Instansi dan Dinas yang berkompeten dalam menangani kasus tersebut lebih serius dan memiliki komitmen yang tinggi dalam mensosialisasikan kebutuhan di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum, perlindungan dan penanggulangan tindak kekerasan serta perdagangan terhadap perempuan dan anak. Sekaligus melengkapi sarana prasarana dan

kebutuhan lainnya dalam rangka pemenuhan pencegahan, penanganan, dan pemulihan pada korban kekerasan pada anak, sehingga diharapkan dapat menurunkan tingkat kekerasan pada perempuan dan anak.