• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan pimpinan Bulog Kabupaten Badung tentang kecukupan pangan khususnya beras dari produksi daerah sendiri baik untuk saat ini maupun masa yang akan datang

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden

2) Pandangan pimpinan Bulog Kabupaten Badung tentang kecukupan pangan khususnya beras dari produksi daerah sendiri baik untuk saat ini maupun masa yang akan datang

Jika dilihat kecukupan pangan di Kabupaten Badung dengan memperhatikan semua sumber seperti dari produksi sendiri, perdagangan antar pulau, dan Cadangan Beras Pemerintah (CBP), maka tidak ada persoalan mengenai kondisi kecukupan pangan tersebut. Namun demikian jika hanya diperhatikan dari hasil produksi sendiri, persoalannya dapat menjadi lain, belum tentu Kabupaten Badung memiliki ketahanan pangan. Cukup sulit mencari data tentang jumlah produksi beras dan berapa konsumsinya di Kabupaten Badung. Namun demikian pendekatan yang akan digunakan adalah dengan menggunakan data Provinsi Bali sebagai perkiraan. Berikut disampaikan kondisi beras di Provinsi Bali.

Tabel 5.13: Kondisi Beras Dari Bulan Januari-Desember 2013 di Provinsi Bali

No Uraian Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agustus 1 Luas Panen (ha) 10.585 12.377 12.591 14.143 16.202 9.818 6.802 10.797 2 Produkstivitas 59,82 59,82 59,82 59,82 59,82 59,82 59,82 59,82 3 Hasil Gabah GKG (kg) 63.319 74.039 75.319 84.603 96.920 58.731 40.690 64.588 4 Susut Pasca Panen 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 5 Hasil Neto (kg) 56.988 66.635 67.787 76.143 87.228 52.858 36.621 58.129 6 Konversi ke beras (kg) 63,20% 63,20% 63,20% 63,20% 63,20% 63,20% 63,20% 63,20% 7 Setara beras (kg) 36.016 42.114 42.842 48.122 55.128 33.406 23.144 36.737 8 Penggunaan (kg) 42.893 43.541 43.618 44.180 44.924 42.615 41.525 42.970 9 Defisit/Surplus (kg) (6.877) (1.427) (777) 3.943 10.204 (9.209) (18.380) (6.232) Sumber: Perum Bulog Provinsi Bali, 2013

Data Tabel 5.13 menunjukkan bahwa selama 8 bulan selama tahun 2013, Provinsi Bali selalu mengalami defisit beras jika dibandingkan hanya dari hasil produksi lalu dibandingkan

dengan penggunaannya, kecuali pada Bulan April dan Mei kondisinya surplus. Jika tidak ada perdagangan antar pulau (Anpu), dan cadangan beras dari pemerintah pusat, maka pasti di Provinsi Bali akan terjadi kerawanan pangan, akibat ketidakmampuan Daerah Bali dalam memenuhi kebutuhan pangan khususnya beras. Penggunaan beras yang tercantum dalam Tabel 5.13, meliputi penggunaan untuk konsumsi penduduk dan untuk upacara. Penggunaan untuk upacara sekitar 11 ton per bulan di seluruh Provinsi Bali. Dengan data ini dapat disimpulkan jika melihat hasil produksi beras dari Provinsi Bali, maka Bali tidak akan mampu memenuhi kecukupan pangan penduduknya. Untuk Provinsi Bali secara umum termasuk seluruh kabupaten/kota dapat dikatakan kondisinya hampir sama, kemungkinannya tidak mampu menyediakan pangan khususnya beras dari hasil sendiri. Sepertinya kondisi ini baik sekarang maupun yang akan datang akan bertambah sulit lagi mengingat adanya pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, dan luas lahan cenderung terus menurun atau berkurang.

Untuk kondisi Kabupaten Badung berdasarkan Jumlah produksi beras di Kabupaten Badung dari data terakhir yaitu tahun 2011 sebanyak 124.238 ton padi, dengan rata-rata konsumsi per kapita per tahun penduduk Kabupaten Badung sebanyak 93,12 kg (BPS, 2012). Produksi padi sampai menjadi beras ada faktor konversinya sebesar 63,20 persen, sehingga total produksi beras di Kabupaten Badung pada tahun tersebut sebanyak 124.238 ton dikalikan dengan 0,632 yaitu sebanyak 78.518 ton beras. Dengan memperhatikan jumlah penduduk Kabupaten Badung pada tahun 2011 sebanyak 554.574 orang berdasarkan data BPS (2013), dan kebutuhan beras per kapita per tahun untuk Kabupaten Badung sebanyak 93,12 kg, maka kebutuhan beras pada tahun 2011 untuk Kabupaten Badung sebanyak 51.641.930 kg atau 51.642 ton. Kebutuhan ini belum mempertimbangkan kebutuhan beras untuk upacara selama se tahun. Berdasarkan data dari Perum Bulog Provinsi Bali, rata-rata kebutuhan untuk upacara per bulan di kabupaten/kota di Bali sebanyak 1,1 ton, maka kebutuhan beras untuk upacara selama setahun adalah 13,2 ton. Dengan demikian kebutuhan beras total selama setahun di Kabupaten Badung pada tahun 2011 adalah 51.642 ton ditambah 13,2 ton sama dengan 51.655,2 ton. Jika dibandingkan dengan total produksi selama tahun 2011 sebanyak 78.518 ton, maka untuk tahun 2011 Kabupaten Badung mengalami surplus dari hasil produksi sendiri.

Suatu hal yang tentunya sangat menggembirakan jika hal ini dapat dipertahankan secara terus menerus. Namun dengan kenyataan yang ada pertumbuhan penduduk Kabupaten Badung paling tinggi dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya di Bali, maka jika produktivitas

lahan tidak dapat ditingkatkan lagi karena sudah optimal, sedangkan luas lahan cenderung berkurang, maka surplus yang dimiliki oleh Kabupaten Badung, mungkin tidak akan terjadi lagi di masa-masa yang akan datang. Dengan memperhatikan jumlah penduduk tahun 2012 hasil prediksi BPS sebanyak 578.275 orang (BPS, 2013) dan rata-rata konsumsi beras per kapita per tahun untuk Kabupaten Badung pada tahun 2012 sebanyak 93,12 kg (diasumsikan sama dengan tahun sebelumnya), maka kebutuhan beras untuk konsumsi tahun 2012 sebanyak 53.848.968 kg atau sebanyak 53.849 ton. Kebutuhan beras untuk upacara diperkirakan sebanyak 13,2 ton setahun, maka jumlah kebutuhan beras selama tahun 2012 sebanyak 53.862,2 ton.

Dengan adanya kenyataan bahwa selalu ada perdagangan antar pulau (Anpu), yang dilaksanakan oleh swasta tanpa ada pengaturan secara pasti oleh pemerintah, maka secara optimis dapat dikatakan tidak akan terjadi kerawanan pangan di Kabupaten Badung. Selain itu itu Program Pemerintah melalui Program Cadangan Beras Pemerintah membuat kabupaten/kota lebih optimis lagi bahwa tidak akan ada masalah berkaitan dengan ketahanan pangan. Kondisi ketahanan pangan yang terjaga dengan baik tidak hanya terjadi di Kabupaten Badung atau kabupaten lainnya di Bali, juga di seluruh tanah air Indonesia oleh pemerintah melalui Departemen Sosial. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk menjaga ketahanan pangan terutamanya beras adalah melakukan import beras jika diperkirakan kebutuhan dalam negeri tidak dapat dipenuhi oleh produksi sendiri. Kebijakan impor beras dilakukan jika terpaksa, namun yang sering terjadi Indonesia tidak perlu mengipor beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri karena umumnya tercukupi dari produksi sendiri. Pada tahun 2012 dan 2013 diperkirakan tidak akan ada impor beras karena persediaan sudah mencukupi dan diperkirakan persediaan mencukupi sampai pertengahan tahun 2014. Terakhir kali impor dilakukan tahun 2011, namun diterimanya baru tahun 2012. Cadangan beras pemerintah umumnya berasal dari hasil produksi sendiri ditambah dengan dari impor jika diperkirakan tidak mencukupi hasil produksi dalam negeri. Jadi impor beras digunakan untuk cadangan dan juga untuk raskin, jadi cadangan dan raskin ini tidak pernah masuk pasar, dan beras yang masuk ke pasaran adalah beras yang dihasilkan dari hasil produksi dalam negeri dan dari perdagangan antar pulau (Anpu).

Berdasarkan hasil wawancara ketahanan pangan untuk Provinsi Bali sangat dijaga oleh pemerintah, tidak hanya berkaitan dengan beras, juga termasuk barang-barang lainnya misalnya BBM (Bahan Bakar Minyak), Bali tidak akan pernah kehabisan stok karena memang pemerintah menjaga stok tersebut agar aman. Hal ini berkaitan dengan posisi Bali yang dapat dikatakan

sebagai corong Indonesia di dunia Internasional. Jika Bali tidak aman atau kacau gemanya akan sampai di seluruh dunia, hal ini yang menjadi pertimbangan pemerintah dalam menjaga persediaan di Provinsi Bali untuk seluruh produk tidak hanya pangan. Dengan demikian kata-kata yang sering diucapkan misalnya Bali aman, bukanlah isapan jempol belaka tetapi memang demikian adanya. Bali memang dibuat aman, agar Indonesia juga aman. Dengan demikian dapat disimpulkan untuk Bali umumnya atau Kabupaten Badung khususnya ketahanan pangan akan selalu terjaga dan tidak perlu ada kekhawatiran meskipun produksi dalam negeri tidak mencukupi. Jika mungkin ada informasi misalnya berita kelaparan di satu daerah atau wilayah, dapat dikatakan bukan karena tidak ada persediaan beras di tempat itu, namun karena masyarakat memang tidak mampu membelinya. Artinya dari persediaan pangan khususnya beras kondisinya sangat terjaga di seluruh wilayah Indonesia.

3) Langkah-langkah yang diambil selama ini oleh pemerintah daerah dalam menjaga