5.2 Dampak Program Pengembangan Sapi Bali Terhadap Aspek Ekonomi 46
5.2.2 Pangan
Jumlah 100 100% 100 100%
Sumber: kuesioner penelitian; 2010
5.2.2 Pangan
a. Distribusi responden menurut frekwensi makan dalam 1 hari
Dari hasil uji-t rata-rata berpasangan tidapatkan hasil korelsi dari kedua
variable program tersebut menunjukan angka nol (0). Itu berarti tidak terdapat
perbedaan antara kedua variable program, dimana dari kedua kegiatan baik
sebelum dan sesudah program mempunyai frekwensi yang sama. Dengan
demikkian program ini tidak berdampak besar terhadap perubahan tingkat
konsumsi masyarakat penerima bantuan program pengembangan, dengan tidak
terjadi peningkatan dan tidak pula terjadi penuruna frekwensi makan dalam satu
hari.
Tabel 18: Daftar distribusi responden menurut frekuwensi makan dalam sehari
No. Frekuwensi makan dalam sehari
Sebelum program Sesudah program
Jumlah responden Persentase % Jumlah responden Persentase % 1. 1 kali 0 0% 0 0% 2. 2 kali 0 0% 0 0%
3. 3 kali atau lebih 100 100% 100 100%
Jumlah 100 100% 100 100%
Sumber: kuesioner penelitian; 2010
Dari tabel diatas tidak terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah
59
makan dalam sehari sebanyak 3 kali dalam sehari. Hal ini terjadi karean
merupakan sudah menjadi hal yang biaya bagi masyarakat Gayo pada umumnya
untuk untuk makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Walau bagaimanapun tingkat
kesulitan Ekonomi masyarakat Gayo, untuk kebutuhan makan 3 kali sehari sudah
menjadi rutinitas yang lumrah.
b. Daftar distribusi responden menurut frekuwensi mengkonsumsi daging
dalam 1 minggu.
Untuk konsumsi daging analisis statistik menujukan bahwa
t-Hitung(-6.31) lebih kecil dari t-tabel(1,66) berarti Ho diterima. Terjadi perbedaan antara
sebelum dan sesudah adanya program. Dengan demikian program efektif terhadap
konsumsi daging dengan melihat nilai Probabilitas P-Value(3.78505E-09) lebih
kecil dari α=0.05. Peningkatan terjadi pada setelah adanya program pengembangan.
Tabel 19: Frekuwensi mengkonsumsi daging dalam seminggu
No.
Frekuwensi konsumsi daging
dalam seminggu
Sebelum program Sesudah program
Jumlah responden Persentase % Jumlah responden Persentase % 1. 1 kali 47 47% 90 90% 2. 2 atau lebih 22 22% 7 7% 3. Tidak pernah 31 31% 3 3 Jumlah 100 100% 100 100%
60
Dari hasil tabel diatas dapat dilihat peningkatan dalam konsumsi daging
dalam seminggu setelah adanya program. Dimana terdapat 90 responden yang
mengkonsumsi daging dalam seminggu dan 47 responden sebelum adanya
program. Sementara responden yang mengkonsumsi daging 2 kali dalam
seminggu terdapat 22 responden sebelum adanya program dan 7 responden
setelah adanya program. Peningkatan setelah adanya program hanya terjadi pada
konsumsi daging dengan frekuwensi 1 kali dlaam seminggu. Hal ini terjadi
dikarenakan dengan adanya program pengembangan Sapi Bali menjadi
keuntungan tersendiri bagi masyarakat penerima bantuan karena tidak jauh dari
lokasi program masyarakat dapat dengan leluasa berburu binatang liar. Dari hasil
wawancara langsung dengan beberapa responden berburu ini dilakukan dengan
kelompok demngan kurun waktu seminggu sekali, dan sudah menjadi kebiasaan
bagi masyarakat untuk melakukan perburuan pada hari selasa.
c. Daftar distribusi responden menurut frekwensi mengkonsumsi ikan basah Berdasarkan olahan data uji-t rata-rata berpasangan di dapatkan hasil
bahwa t-Hitung (-3.96) lebih kecil dari t-Tabel(1.66). Ho diterima, terdapat
perbedaan antara sebelum dan sesudah adanya program pengembangan sapi bali.
Sementara melihat nilai Probabilitas P-Value 6.89562E-05 lebih kecil dari α=0.05. peningkatan terjadi setelah adanya program pengembangan sapi bali. Jadi
program ini efektif terhadap kesejhateraan masyarakat penerima peternakan
61 Tabel 20: Frekuwensi mengkonsumsi ikan basah dalam seminggu
No.
Konsumsi ikan basah dalam
seminggu
Sebelum program Sesudah program
Jumlah responden Persentase % Jumlah responden Persentase % 1. 1 kali 0 0% 88 88% 2. 2 kali 36 36% 12 12%
3. 3 kali atau lebih 64 64% 0 0%
Jumlah 100 100% 100 100%
Sumber: kuesioner penelitian; 2010
Dari data tabel d atas terdapat penuruna konsumsi setelah adanya program
pengembangan ikan basah konsumsi ikan sebanyak 3 kali atau lebih terdapat
sebanyak 64 responden dan terjadi penurunan setelah adanya program program
dengan tidak adanya satu respondenpun. Sementara terdapat 36 responden pada
sebelum adanya program dan 12 responden yang mengkonsumsi ikan basah
dalam seminggu sebanyak 2 kali. Selanjutnya konsumsi ikan 1 kali dalam
seminggu terdapat 88 responden setelah adanya program pengembangan ini.
Terjadinya penurunan ini diakibatkan karena sulitnya untuk akses menuju
ibukota kecamatan dimana terdapat perdagangan ikan basah. Dan tidak adanya
pedagang ikan keliling yang sering mencapai lokasi program. Sekalipun terdapat
masyarakat yang mengkonsumsi ikan basah, kebanyakan dari menreka mencari di
sungai sekitar lokasi baik dengan menggunakan jala maupun pancing.
62
Berdasarkan data stistik dapat diketahui bahwa t-Hitung (-7.53) lebih kecil
dari t-Tabel (1,66). Ho diterima, dengan demikian terjadi perbedaan yang
signifkan antara sebelum dans esudah adanya program Pengembangan Sapi bali.
Dari hasil nilai Probabilitas diketahui bahwa nilai P-value 1.16994E-11 lebih kecil
dari α= 0.05. program ini berdampak efektif terhadap masyarakat penerima bantuan dalam mengkonsumsi telur.
Tabel 21: Daftar distribusi responden dalam frekuwensi memakan telur
No. Frekuwensi memakan telur
Sebelum program Sesudah program
Reaponden persentase Responden Persentase
1. Sering 39 39% 85 85%
2. Kadang-kadang 53 53% 15 15%
3. Tidak pernah 8 8% 0 0%
Jumlah 100 100% 100 100%
Sumber: kuesioner penelitian; 2010
Telur adalah makanan yang kaya akan gizi jika dikonsumsi. Dengan itu
mengkonsumsi telur dengan tertur dan rutin akan menambah asupan gizi bagi
manusia. Dari tabel dia atas di peroleh keterangan bahwa terjadi frekwensi yang
tinggi dalam mengkonsumsi telur setelah adanya program Pengembangan Sapi
Bali dengan jumlah 85 responden atau dengan persentase 85 persen. Terjadi
peningkatan konsumsi dari sebelum adanya program sebesar 56% dengan
konsumsi semula yaitu sebanyak 39 responden. Kegiatan program ini ternyata
menunjang konsumsi masyarakat terhadap telur. Hal dikarenakan harga yang
63
masyarakat dapat menyetok dengan jumlah yang cukup banyak juga untuk
persiapan. Di tambah lagi dari beberapa wawancara langasung dengan masyarakat
penerima bantuan menjelaskan selain harga terjangkau untuk aktipitas peternakan
ini cukup membantu karean penyajiannyapun tidak membutuhkan waktu tertentu.
e. Distribusi responden menurut frekuwensi dalam mengkonsumsi susu Data analisis dalam mengkonsumsi susu pada masysrakat penerima
bantuan menunjukan bahwa t-Hitung(3.10) lebih besar dari t-Tabel (1.66). Ho
ditolak. Jadi tidak terdapat perbedaan antara sebelum maupun sesudah adanya
program pengembangan sapi bali. Dengan demikian program ini tidak efektif pada
pemenuhan konsumsi terhadap susu.
Tabel 22: Daftar distribusi responden menurut konsumsi susu dalam seminggu
No.
Frekuwensi mengkonsumsi
susu dalam seminggu
Sebelum program Sesudah program
Jumlah responden Persentase % Jumlah responden Persentase % 1. 1 kali 28 28% 23 23%
2. 2 kali atau lebih 25 25% 0 0%
3. Tidak pernah 47 475 77 77%
Jumlah 100 100% 100 100%
Sumber: kuesioner penelitian; 2010
Susu adalah minuman yang menyehatkan bagi tubuh manusia. Minuman
ini berasal dari perahan susu sapi dan binatang lain yang dianggap susunya
bermanfaat. Seiring pesatnya perkembangan zaman susu kini dapat ditemukan
64
mempengaruhi peningkatan konsumsi terhadap susu dapat dilihat pada tabel di
atas.
Berdasarkan tabel di atas terdapat penurunan konsumsi terhadap susu
setelah adanya program pengembangan peternakan ini. Dengan jumlah konsumsi
sebanyak 28 responden terjadi pada sebeluma adanya program dan terdapat 23
responden setelah adanya program untuk satu kali konsumsi dalam 1 minggu.
Sementara 25 responden mengkunsumsi susu dengan 2 kali konsumsi dalam 1
minggu hanya terjadi pada sebelum program terjadi. Hal ini berarti tidak terjadi
peningkatan konsumsi dengan adanya program pengembangan peternakan ini.
Meskipun ada terdapat responden yang mengkonsumsi susu itu merupakan
sebagai minuman selingan apabila terdapat momen tertentu demikian pemaparan
dari sumber yang penulis wawancarai, seperti pada saat jaga malam atau kegiatan
secara bergotong royong. Ditambahkan lagi bukan menjadi keharusan bagi
masyarakat itu sendiri untuk mengkonsumsi susu. Disamping harga yang mahal
dan cara mendapatkannya juga sangat sulit untuk daerah proyek pengembangan
peternakan ini.
f. Disteribusi responden menurut konsumsi sayuran
Dengan menggunakan analisis statistic menunjukan bahwa t-hitung (-5.31)
lebih kecil dari (1.66) berarti Ho diterima. Terdapat perbedaan yang signifikan
antara sebelum dan sesudah adanya program pengembangan sapi bali. Sementara
nilai probabilitas P-Value 6.49212E-07 menunjukan lebih kecil dari α=0.05. program ini efektif. Peningkatan terjadi pada setelah adanya program.
65 Tabel 23: Frekuwensi konsumsi sayur-sayuran
No.
Frekuwensi konsumsi
sayur-sayuran
Sebelum program Setelah program
Jumlah responden Persentase % Jumlah responden Persentase % 1. Selalu 52 52% 83 83% 2. Kadang-kadang 48 48% 17 17% 3. Tidak pernah 0 0% 0 0% Jumlah 100 100% 100 100%
Sumber: kuesioner penelitian; 2010
Nabati atau tumbuh-tumbuhan merupakan makanan yang dapa menunjang
asupan gizi yang tinggi bagi manusia. Selain dapat di tanami juga pemeliharaan
juga tidak begitu sulit. Cukup hanya dengan memanfaatkan tanah kosong sekitar
rumah maka kita akan dapat bercocok tanam seperti halnya sayuran. Namun
dengan adanya program pengembangan program peternakan ini tentu akan dapat
kita rasakan perbedaan dengan sebelum adanya program pengembangan
peternakan dengan melihat persentase pada tabel diatas.
Dari hasil uji kuesioner pada masyarakat desa ketapang terdapat
kecendrungan konsumsi sayuran setelah adanya program pengembangan
peternakan dengan jumlah 83 responden dan 52 responden sebelum adanya
program dengan limit yang stabil. Sementara terjadi ketidak konsistenan dalam
mengkonsumsi sayuran sebesar 48 responden sebelum adanya program
pengembangan peternakan dan 17 responden setelah adanya program
66
pemeliharaannya, juga dengan adanya program pengembangan ini di rasakan
manfaat dengan mendapatkan lahanyang luas bagi setiap keluarga sehingga dapat
mengisi waktu luang dengan bercocok tanam.
g. Daftar distribusi responden menurut konsumsi buah-buahan
Setelah melihat data stsistik melalui uji-t rata-rata berpasangan
menunjukan bahwa t-Hitung (-4.13) lebih kecil dari t-Tabel(1.66), berati Ho di
terima. Dengandemikian program berdampak positif terhadap masyarakat
penerima bantuan pada pemenuhan konsumsi buah-buahan. Serta peningkatan ini
terjadi setelah adanya program. Terbukti dari nilai Probabiliti P-Value
3.66216E-05 lebih kecil dari α=0.05.
Tabel 24: Konsumsi buah-buahan
No.
Frekuwensi mengkonsumsi
buah
Sebelum program Sesudah program
Jumlah responden Persentase % Jumlah responden Persentase % 1. Selalu 48 48% 77 77% 2. kadang-kadang 52 52% 23 23% 3. Tidak pernah 0 0% 0 0% Jumlah 100 100% 100 100%
Sumber: kuesioner penelitian; 2010
Buah-buahan merupakan salah satu pendukung sarat 4 sehat 5 sempurna
bagi tubuh manusia. Baik dapat menjaga daya tahan tubuh, juga dapat
menghindari datangnya penyakit dan serta penambah stamina. Hal ini tentu terjadi
67
benar. Dengan adanya program pengembangan peternakan dapat membuat
masyarakat sadar akan pentingnya buah sebagai makan kesehatan.
Dari tabel diatas dengan mengadakan kuesioner terhadap masysrakat
penerima bantuan peternakan terdapat 48 responden sebelum adanaya program
dan 77 responden setelah adanya program yang selalu mengkosumsi buah-buahan.
Itu artinya dengan adanya program pengembangan ini membuat peningkatan bagi
masyarakat penerima bantuan untuk mengkonsumsi buah-buahan.
h. Daftar distribusi responden dalam mengkonsumsi tahu/tempe
Dari hasil penelitian dengan menggunakan metode analisis statistik
rata-rata berpasangan di ketahui bahwa t-Hitung(-0.43) lebih kecil dari t-Tabel(1.66).
berti Ho diterima, dengna demikian terjadi perbedaan antara sebelum dan sesudah
adanya program Pengembangan Sapi Bali. Melihat nilai Probabilitas p-Value 0.33
lebih kevil dari α=0,05 yaitu kepercayaan sebesar 15%.peningkatan terjadi setelah adanya proram Pengembangan Sapi Bali.
Tabel 25: Konsumsi tahu/ tempe
Sumber: kuesioner penelitian; 2010 No. Mengkonsumsi
tahu/tempe
Sebelum program Sesudah program
Responden Persentase Resonden Persentase
1. Ya 55 55% 52 52%
2. Tidak 45 45% 48 48%
68
Tahu dan tempe adalah salah satu makan yang bernilai gizi tinggi.
Mengingat bahan baku yang berasal dari kacang kedelai tentu sarat akan asupan
protein. Selaian itu tahu tempe juga merupakan makanan yang tergolong
terjangkau dengan rasa yang cukup nikamat bila sajikan dengan berbagai olahan.
Dari hasil data yang berdasrkan tabel diatas terdapat jumlah yang berbeda antara
sebelum dan sesudah adanya program pengembangan peternakan ini. Dimana
terdapat sebanyak 55 responden pada sebelum adanya program dan dan terjadi
penurunan sebesar 2% atau sebanyak 52 responden setelah adanya program
pengembangan sapai balai yanga mengkonsumsi tahu dan tempe. Perbedaan ini
tidak begitu signifikan akan tetapi program ini tidak berpengaruh terhadap
peningkatan konsumsi tahu tempe.
i. Jumlah uang yang dikeluarkan responden untuk kebutuhan pangan
dalam seminggu
Dari hasil uji statistik diperoleh hasil bahwa t-Hitung (4.44) lebih besar
dari t-Tabel (1,66) berarti Ho di tolak. Dengan demikian tidak terdapat perbedaan
yang signfikan antara sebelum maupun sesudah adanya perogram Pengembangan
Sapi Bali.
Tabel 26: Daftar tabel menurut jumlah biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan
pangan
No. Jumlah uang yang dikeluarkan
Sebelum program Sesudah program
Jumlah responden Persentase % Jumlah responden Persentase % 1. < Rp.100.000 66 66% 43 43%
69
2.
Rp.100.000-Rp.200.000 34 34% 35 35%
3. >Rp.200.000 0 0% 22 22%
Jumlah 100 100% 100 100%
Sumber: kuesioner penelitian; 2010
Dengan adanya program diharapkan terjadi peningkatan pendapatan bagi
penerima bantuan. Dengan demikian akan terjadi peningkatan konsumsi guna
menuju hidup yang sejahtera. Disamping itu pengembangan program ini membuat
perubahan peningkatan biaya untuk kebutuhan pangan. Terbukti dari hasil tabel
yang diperoleh dari kuisiener menunjukan bahwa terjadi peningkatan setelah
adanya program pengembangan sebanyak 35 responden setelah adanya program
dan 34 sebelum adanya program untuk biaya kebutuhan pangan antara
Rp.100.000-Rp.200.000/bulan, serta untuk biaya kebutuhan pangan sebesar di
atas Rp.200.000 hanya terdapat setelah adanya program pengambanagan dengan
jumlah 22responden.