1 skripsi
DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN SAPI BALI
TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI
MASYARAKAT DI DESA KETAPANG KECAMATAN LINGE
KABUPATEN ACEH TENGAH
Oleh
I l h a m S a p t a
040902002
Departemen ilmu kesejahteraan sosial
Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik
Universitas sumatera utara
2 ABSTRAK
Impact of Bali Cattle Development Program Against The Socio Economic Community in Village Ketapang District Linge District Central Aceh
(This thesis consists of 6 chapters, one chart and 46 tables and 89 pages)
Nama : Ilham Sapta Nim : 040902002
Ketapang integrated development is one where livestock development project, where the material is bali cattle breeding. The program handed out evenly to communities that have been captured in advance from all districts in the entire district Central Aceh. The existence of this program will certainly affect the economic social life for the community beneficiaries, either directly or indirectly. This program has been underway since 2006 in the district Linge Central aceh. 3 years has this program running but still inviting signs Question of changes social economic in life of the community. Does this program run with a good mechanism and consistent with the welfare method contained in Act No. 11 of 2009 which is the fulfillment of material needs, spiritual, economic and social citizens to live independently and be able life good, so walking of social function properly. The purpose of this research is to know how much these programs have an impact on improving the economic social life of rural communities in sub district ketapan district Linge Central Aceh.
This study uses statistical analysis methods with the t-test for two samples of the comparative test the average community in pairs between the before and after of development programs in rural districts ketapan aceh Linge district center. The sample in the study were all heads of households, amounting 100KK. While for the data collection technique used observation techniques, interviews, and questionnaires. For the analysis of data in this study presents data by processing the results of t test and research diskrif as it is with the tabulation of data obtained from respondents through the questionnaire.
Based on research results using statistical analysis of test-t is known that there are no significant changes in the community development program beneficiaries in the village of Bali cattle ketapan. Changes Visible only on the amount of income equal to the community. Therefore it needs more attention from governments and other related elements in the economic social improvement of society. Seningga program was not impressed and only half-hearted masyarakatpun social functions can work well.
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah. Swt. Karena berkat kehendaknyalah penulis dapat merampungkan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini merupakan mata kuliah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada fakultas ilmu social dan ilmu politik, Universitas sumatera utara.
Dalam kesempatan ini penulis ingin memberikan ucapan terima kasih pihak yang telah membantu baik dalam selama penelitian maupun dalam merampungkannya hingga berbentuk tulisan skripsi. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution. MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik USU Medan.
2. Bapak Drs. Matias Siagian. MSi, selaku ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial serta sekaligus sebagai dosen wali penulis, yang telah banyak memberikan konsultasi serta petunjuk selama melakukan perkuliahan maupun dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
3. Bapak Agus Suriadi selaku dosen pembimbing, dengan sangat sabar mendidik penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
4. Seluruh staf edukatif maupun administrative FISIP USU.
5. Selurh pegawai dan staf lapangan dinas peternakan Kabupaten Aceh Tengah yang telah banyak menbantu dalam pengumpulan data penelitian ini.
4 7. Sembah sujut penulis yang tak hingga kepada kedua orang tuaku, Bapak(Aman Nusrawati) dan Ibu( Inen Nusrawati), karena perjuangan merekalah penulis bias sampai seperti saat sekarang ini hingga memperoleh gelar sarjana. Terima kasih Bapak dan Inengku. Sembah sujut dari anakamu.
8. Terima kasih kepada Dr. Sukiman MA,S.Ag. beserta keluarga dan Dr. Sukri MA, S.Ag beserta keluarga atas bimbingannya dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini
9. Kepada Abang dan Kakakku. Atas dukungannya selama ini. Dan terima kasih juga kepada keluarga besar “Empun Hadis” serta keluarga besar “Empun Bayu” dukungannya sangat berarti bagiku.
10. Untuk rekan-rekan seperjuangan dan senior serta junior ku di Departemen Kesejahteraan Sosial. Terima kasih dorongannya.
11. Buat my Band KESSOS Anggi, Veno, n rubel, kapan lagi bisa tampil lagi.
12. Untuk temanku, ojan senye, Alfian HM, Wein sagi, ilham cik, adek Nazir, puan, bekar, serta pondok indah gg. Pisang keluarga, yang telah setia menemani penulis selama penulisan.
13. Buat semua kawan-kawan beserta alumni IMTA, atas sumbangsih saran maupun bantuannya selama ini.
14. Teruntuk teman-temanku, Lakun sidik, Hildan, Cik item, Bang nahwa, Niko, Bang Ay, sukur, pedet, Alfi, ijan, dan keluarga kost 31 D. Terima kasih banyak buat semuanya
15. Serta pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
5 mengharapkan segala kritik dan saran guna menunjang pendidikan kearah lebih baik khususunya bagi penulis sendiri.
Akhirul kalam semoga tulisan ini dapat berguna untuk kita semua pada umumnya dan penulis khususnya
Medan, maret 2010 Penulis
6
DAFTAR ISI
1
ABSTRAK ... I
KATA PENGANTAR ... II
DAFTAR ISI ... V
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian... 8
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 8
1.4 Sistematika Penelitian ... 9
BAB II... 11
TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Pengembangan Masyarakat ... 11
2.2 Metodelogi pengembangan masyarakat ... 12
2.3 Pemberdayaan ... 13
2.8 Definisi Konsep dan Definisi Operasional ... 19
7
2.8.2 Definisi oprasional ... 19
2.9 Kerangka pemikiran. ... 20
BAB III ... 23
METODE PENELITIAN... 23
3.1 Tipe Penelitian... 23
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 28
BAB V... 34
ANALISIS DATA... 34
5.1 Dampak Pengembangan Sapi Bali Terhadap Aspek Sosial ...34
5.1.1 Partisipasi Sosial ... 34
5.1.2 Pembelajaran Agama ... 40
2 ABSTRAK
Impact of Bali Cattle Development Program Against The Socio Economic Community in Village Ketapang District Linge District Central Aceh
(This thesis consists of 6 chapters, one chart and 46 tables and 89 pages)
Nama : Ilham Sapta Nim : 040902002
Ketapang integrated development is one where livestock development project, where the material is bali cattle breeding. The program handed out evenly to communities that have been captured in advance from all districts in the entire district Central Aceh. The existence of this program will certainly affect the economic social life for the community beneficiaries, either directly or indirectly. This program has been underway since 2006 in the district Linge Central aceh. 3 years has this program running but still inviting signs Question of changes social economic in life of the community. Does this program run with a good mechanism and consistent with the welfare method contained in Act No. 11 of 2009 which is the fulfillment of material needs, spiritual, economic and social citizens to live independently and be able life good, so walking of social function properly. The purpose of this research is to know how much these programs have an impact on improving the economic social life of rural communities in sub district ketapan district Linge Central Aceh.
This study uses statistical analysis methods with the t-test for two samples of the comparative test the average community in pairs between the before and after of development programs in rural districts ketapan aceh Linge district center. The sample in the study were all heads of households, amounting 100KK. While for the data collection technique used observation techniques, interviews, and questionnaires. For the analysis of data in this study presents data by processing the results of t test and research diskrif as it is with the tabulation of data obtained from respondents through the questionnaire.
Based on research results using statistical analysis of test-t is known that there are no significant changes in the community development program beneficiaries in the village of Bali cattle ketapan. Changes Visible only on the amount of income equal to the community. Therefore it needs more attention from governments and other related elements in the economic social improvement of society. Seningga program was not impressed and only half-hearted masyarakatpun social functions can work well.
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama tahun 2004, Indonesia tetap saja mengimpor daging sapi dan susu.
masing-masing sebesar 35 persen dan 70 persen dari kebutuhannya. Hal ini di
sebabkan oleh pertambahan penduduk, namun tingkat produktifitas beberapa
komoditas penting seperti peternakan sangat rendah. Rendahnya pemahaman
masyarakat tentang teknologi peternakan juga menjadi salah satu faktor
rendahnya produksi peternakan.
Selama lebih dari setengah abad terakhir, usaha peternakan di tanah air
masih di dominasi oleh peternakan rakyat yang umumnya terintegrasi dengan
usaha tani lainya. Artinya usaha peternakan hanya dilakukan sebagai usaha
sambilan di samping bertani. Pada tingkatan yang sedikit lebih tinggi, peternakan
juga di jadikan sebagai cabang usaha (farm enterprises) yang merupakan ciri
umum dari usaha peternakan di asia tenggara, tetapi masih di usahakan dalam
skala kecil (mosher dan verendra dalam hadiannto, sodality 2008: 321).
Skala kecil yang di masudkan di sini adalah menurut lukfar &Presten
dalam hadianto(2007: 321) menuliskan :
1. Berkesinambungan karena di dukung sumber daya lokal yang dapat di
perbaharui
2. Terjadi pendaur ulangan limbah untuk sistem pertanian campuran yang
terintegrasi
3. Biaya pakan rendah
9
5. Biaya produksi rendah dan di manfaatkan sebagai tabungan
Pertumbuhan penduduk , urbanisasi, peningkatan pendapatan akan
berpengaruh pada peningkatan permintaan bahan pangan asal hewani, di
ramalakan laju pertumbuhan permintaan ternak dan hasil akan meningkat lebih
pesat. (Speedy 1999. delgudo et, al, 1999).
Indonesia impor sekitar 30 sampai 70% dari jumlah konsumsi nasional
(Dwiyanto. Dkk 2006) dalam sayed (208; 237). Peningkatan produksi yang
berorientasi ekonomi, kinerja usaha peternakan sangat di tentukan oleh peran
peternak yang optimal di tentukan oleh potensi internal peternak dan juga
pengaruh lingkkungan eksternal (Ditjennak , 2003).
Peran dan prospek peternakan ke depan tetap memiliki peranan sosial dan
ekonomi yang cukup signifikan walaupun dengan laju pertumbuhan kinerja yang
melambat pada tahun 2009. Hal ini terjadi karena pertumbuhan perekonomian
Indonesia pada tahun 2009 diperkirakan akan melambat yang diakibatkan oleh
adanya krisis finansial global dan tetap tingginya harga minyak dan pangan.
Masalah besar yang dihadapi terkait dengan krisis pangan, energi dan keuangan
global (global food, feed, fuel and financial crisis) atau yang sering disebut 4F.
Berbagai kebijakan pemerintahpun dikeluarkan guna menunjang ekonomi
masyarakat. Salah satunya dengan memberikan kebebesan bagi daerah tertentu
untuk mengembangkan komoditi dari daerah itu sendiri.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
telah memberikan kesempatan yang lebih luas kepada pemerintah di tingkat lokal
10
demikian terbuka peluang bagi warga untuk turut serta berpartisipasi dalam proses
pembangunan yang dituangkan kedalam program-program pengembangan
masyarakat. Beranjak dari UU ini pemerintah daerah Tingkat I mengambil
peranan tersendiri dengan memperhatikan kemampuan daerah untuk berproduksi
guna peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Aceh Tengah yang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, merupakan kabupaten yang menerapkan
peternakan dengan Pengembangan Sapi Bali. program ini merupakan suatu
pengembangan dan bentuk pemberdayaan terhadap masyarakat di bawah kendali
pemerintah daerah di bidang peternakan yang bertujan untuk memajukan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Program ini di buat dengan membuat satu
lahan khusus dengan materi Pengembangan Sapi Bali.
Sapi Bali merupakan hewan ternak yang mempunyai prospek yang sangat
tinggi bila dapat di kembangkan dengan baik. Ini dapat dilihat dari perawatan
yang tidak begitu memberatkan serta jangka waktu produksi yang lebih singkat.
Hal ini sangat menguntungkan bagi masyarakat dan juga menjadi suatu motivasi
dalam rangka peningkatan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Meskipun program ini untuk mensejahteraan masyarakat, tidak akan
menutup kemungkinan berbagai kendala yang dapat merugikan masyarakat serta
ketidak berfihakan pada masyarakat. Baik secara mekanisme maupun teknisnya di
lapangan.
Operasional pengembangan peternakan sapi Bali di kawasan Ketapang
11
kecamatan yang ada di Aceh Tengah sebelum ditempatkan di Ketapang terlebih
dahulu harus melalui seleksi. Calon peternak yang telah melalui seleksi
masing-masing memperoleh bantuan ternak sebanyak 15 ekor, bantuan jatah hidup
(Jadup), rumah dan lahan pengembangan ternak seluas 1 hektar.
Hingga kini masing-masing peternak telah memiliki berkisar antara 10
sampai 12 ekor anakan sapi. Sementara jumlah anakan sapi dari seluruh induk
sapi yang diberikan kepada peternak kini telah tercatat sebanyak 174 ekor. Bupati
mengakui pemberian sapi masing-masing peternak belum sepenuhnya 15 ekor.
Namun tahun 2009 Pemerintah akan kembali menambah jumlah kekurangan
ternak kepada peternak di kawasan itu. Melihat keberhasilan pengembangan
ternak di wilayah Ketapang, belum lama ini Ketapang telah dinobatkan oleh
Menakertrans, Dr. Ir. Erman Suparno, M. Si sebagai Kampung Terpadu Mandiri
(KTM) Nusantara. (www.arigayo.com di akses pada tanggal 20 juli 2009 pukul
20:00 Wib)
Desa ketapang sendiri awalnya hanyalah desa yang tidak produktif baik
sektor pertanian maupun sektor perkebunan dan kehutanan. Areal ini merupakan
lahan kosong akan kegiatan pertanian yang hanya ditumbuhi oleh tananman
rumput ilalang serta deretan pohon vinus yang belum layak produksi. Atas dasar
itulah maka kepala daerah Aceh Tengah menunjuk lokasi ini sebagai desa Projek
Pengembangan Sapi Bali. Dapat di katakan desa ini baru terbentuk setelah realisai
program ini.
Kawasan Peternakan Terpadu Ketapang merupakan ide visioner sebut DR.
12
Ketapang tahun lalu. Prof. Soemitro dari FKH UGM Yogyakarta menyebutnya
Gayo Great Farm (GGF) pada awal tahun 2007 lalu.
pada tanggal 7 juli 2009 pukul 21:23 Wib)..
Keinginan masyarakat untuk mengembangkan sapi bali ini ternyata
mendapat perhatian yang besar dari pemerintah daerah Aceh tengah. Hal ini dapat
dilihat dari peran pemerintah dengan pengadaaan lahan peternakan serta
memberikan bantuan hewan perternakan berupa sapi bali kepada masing-masing
kepala rumah tangga untuk dikembangkan dengan sebaik mungkin.
Kini 100 KK telah ditempatkan sebagai peternak dan telah diberi ternak 15
ekor per KK, sampai tahun 2007, 790-an ekor sapi Bali telah didistibusikan
kesana sejak tahun 2005 dari berbagai sumber baik pusat, provinsi maupun APBK
Aceh Tengah. Itu artinya peran pemerintahan dalam pengembangan program ini
sangat besar dengan memberikan beberapa bantuan disamping bantuan dari
program itu sendiri. Selain beternak, masyarakat yang telah mendapat bantuan
sapi dan rumah sederhana juga menggarap lahan untuk berbagai jenis tanaman,
seperti sayur-mayur dan buah-buahan. Ketapang akan berkembang menjadi
kawasan pertumbuhan ekonomi baru di dataran tinggi “Tanah Gayo” atau wilayah
yang berjarak sekitar 300 kilometer dari ibukota Provinsi NAD, Banda Aceh itu.
Masyarakat Aceh Tengah, suku Gayo pada khususnya sebenarnya telah
lama mengenal peternakan. Namun sistem peternakan yang dilakukan oleh
masyarakat gayo adalah dengan cara tradisional. Pada masyarakat gayo cara
beternak ini disebut dengan istilah peruweren(kandang yang khusus di gunakan
13
masyarkat gayo dengan menggembalakan hewan ternaknya ditenggah hutan dan
jauh dari pemukiman masyarakat. Ada beberapa titik Peruweren yang terdapat di
gayo yang rata-rata dapat ditempuh dengan 2-3 hari perjalanan kaki. Masyarakat
gayo sudah terbiasa dengan perjalan kaki yang sedemikian. Selain jumlah hewan
ternak yang bisa mencapai ratusan jumlahnya sangat tidak memunkinkan apabila
di angkut dengan alat transfortasi modern. Hal ini juga akan mempengaruhi biaya
produksi yang sangat besar. Oleh karena ini tentu akan tidak sepadan dengan
biaya produksi peternakan.
Sistem ini dilakukan masyarakat gayo pada saat masyarakat sedang dalam
bercocok tanam atau musim pertanian. Pertanian yang dimaksud di sini adalah
padi. Peternakan yang telah di gembalakan ke tengah hutan (peruweren) biasanya
dibiarkan saja lepas mencari makan sendiri dengan begitu saja dan akan di ambil
kembali setelah musim panen padi. Bagi pemilik ternak melepaskan ternak seperti
yang telah di terangkan di atas sudah menjadi hal yang biasa. Dengan jumlah
ternak yang mencapai ratusan ekor hewan ternak bukan menjadi suatu kesulitan
bagi peternak untuk mengenali ternaknya dengan baik.
Masyarakat Gayo melakukan peternakan semata-mata bukanlah sebagai
pemenuhan kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan skunder, akan tetapi lebih
kepada keutuhan primer. Karena untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari
masyarakat lebih mengandalakan dari hasil pertanian dan perikanan (bagi
masyarakat di seputaran Danau Laut Tawar).
Sama halnya dengan kenyataan di atas, melihat itu semua
14
harta, dan karenanya menggambarkan kekayaan, status sosial dan pengaruh pada
masyarakat.
Perbedaan antara dua system ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap
masyarakat penerima bantuan program yang diberikan oleh pemerintah daerah.
Perlu adanya suatu adaptasi bagi masyarakat dalam sistem program ini. Hal ini
tergantung dari bagaimana pihak terkait dalam hal ini pemerintah dan instansi
lainya mengenalkan bagaimana menjalankan mekanisme program ini. Pentingnya
memberikan pelatihan kepada masyarakat dirasakan juga sangat di perlukan guna
melatih kemampuan unuk mencapai hasil dengan maksimal.
Beranjak dari pemamparan di atas penulis merasa perlu melakukan kajian
secara akademis dalam hal kajian kesejahteraan sebagai mana kapasitas penulis
sebagai mahasisiwa kesejahteraan sosial. Untuk itu, penulis merasa tertarik untuk
meneliti seberapa besar pelaksanaan program ini berpengaruh terhadap kehidupan
sosial ekonomi masyarakat penerima bantuan yang di tuangkan dalam tulisan
yang berbentuk Skripsi dengan judul “Dampak Program Pengembangan Sapi
Bali terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Ketapang
Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah”.
1.2 Perumusan Masalah
Menurut M. Nazir (1983 : 111) perumusan masalah merupakan langkah
yang penting karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian
diarahkan. Perumusan masalah perlu jelas dan tegas sehingga proses penelitian
benar-benar tearah dan terfokus pada permasalahan yang jelas. Adapun
15
- Bagaimana dampak program pengembangan Sapi Bali baik secara sosial
mupun ekonomi terhadap masyarakat desa ketapang kecamatan linge
kabupaten aceh tengah. Dampak sosial yang di maksud meliputi partisipasi
masyarakat terhadap program pengembangan, kesehatan, dan keamanan
lingkungan. Sedangkan dampak ekonomi meliputi pekerjaan, penghasilan.
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan
Dampak Program Pengembangan Sapi Bali terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi
masyarakat di Desa Ketapang Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan
terhadap perubahan kehidupan Sosial Ekonomi masyarakat kearah
peningkatan kesejahteraan masyarakat penerima bantuan peternakan.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi instansi
terkait sehubungan peningkatan kesejahteraan masyarakat penerima
bantuan.
3. Penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuhan bagi penulis
sendiri.
4. Penelitan ini juga sebagai salah satu mata kuliah wajib guna memenuhi
16
1.4 Sistematika Penelitian
Penelitian ini di sajikan dalam enam (6) bab dengan sistematikan sebagai
berikut :
BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti, kerangka penelitian, definisi konsep
dan definisi oprasional.
BAB III : Metodelogi Penelitian
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, Populasi dan
sampel, Teknik penelitian data, teknik analisis data.
BAB IV : Deskripsi Lokasi Penelitian
Bab ini berisikan tentang gamabaran umum mengenai dimana
lokasi penelitian dilakukan.
BAB V : Anasilis Data
Bab ini berisikan tentang uraian data dari hasil penelitian dan
analisinya
17
Bab ini merupakan bab yang berisikan kesimpulan dan saran yang
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengembangan Masyarakat
Definisi dari PBB. Community development adalah suatu proses dimana
usaha masyarakat bertemu dengan pemerintah untuk meningkatkan kondisi, baik
kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.
Arthur Durkheim menyatakan, Community development adalah suatu
proses yang bertujuan untuk meningkatkan keadaan ekonomi dan sosial dengan
partisipasi aktif masyarakat.
Sementara itu Pierre, mengatakan menerangkan bahwa CD didasarkan atas
dua konsep yaitu:
a. CD sebagai teori dasar
b. CD sebagai pengalaman di lapangan
Irwin Sanders, mengatakan:
a. CD adalah merupakan program dan aktifitas atau kegiatan CO.
b. CD merupakan sebahagian dari pembangunan ekonomi masyarakat.
Jadi menurut sanders CD merupakan gabungan antara CO dan ED
(Ekonomic Development atau Pembangunan Ekonomi).
Unsur-unsur CD yang di ambil dari CO adalah masalah-masalah mengenai
kesejahteraan sosial dan pendidikan sosial bagi orang-orang dewasa
(adult-education) yang diberikan dalam bentuk Non-Formal. Sedangkan unsur-unsur
aspek-19
aspek kolektivitas untuk meningkatkan pengembangan tingkat pendapatan dimana
tujuan akhirnya adalah peningkatan kesejahteraan sosial.
Henri, mengatakan: Community Development adalah suatu proses untuk
menciptakan masyarakat yang sadar terhadap pembangunan dan menstimlir
aktivitas yang tujuannya untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi terhadap
kesejahteraan masyarakat.
Ada pendapat yang mengatakan: Community development adalah suatu
proses dimana masyarakat mengadaptasi dirinya dengan perubahan dibantu
dengan lembaga pembangunan desa, dimana lembaga ini biasanya datang dari luar
yang tugasnya untuk mempercepat pembangunan.
Dipandang dari sudut politik pada umumnya CD merupakan pembangunan
di bidang politik misalnya kesadaran untuk berpartisipasi untuk mengambil
keputusan. Kesadaran untuk memimpin masyarakat maupun menjadi anggota
masyarakat yang baik, dan juga seperti misalnya partisipasi dalam pemerintahan.
2.2 Metodelogi pengembangan masyarakat
Pengembangan masyarakat (PM) memiliki sejaarah panjang dalam praktek
pekerjaan sosial (Payne, 1995; soeharto, 1997 dalam Suriadi, 2005). PM meliputi
berbagai pelayanan sosial yang berbasiskan pelayanan sosial yang bebasis
mayarakat mulai dari pelayanan preventative untuk anak-anak sampai pelayanan
20
PM terdiri dari 2 konsep, yaitu “pengembangan” dan “masyarakat”. Secara
singkat, pengembangan atau pembangunan merupakan usaha bersama dan
terencana untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Bidang-bidang
pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi, pendidikan,
kesehatan dan sosial-budaya.
2.3 Pemberdayaan
Secara harfiah, pemberdayaan diartikan sebagai penguatan daya
(empowering), dari kondisi tidak berdaya (powerless) menjadi berdaya
(powerfull). Pemberdayaan dapat dipahami sebagai upaya untuk menolong yang
lemah atau tidak berdaya (powerless) agar menjadi mampu/berdaya (powerfull)
baik secara fisik, mental dan pikiran untuk mencapai kesejahteraan hidupnya
(optimalisasi potensi). Keberdayaan sosial keluarga dapat dilihat dari:
1. Penguasaan aset dan akses informasi untuk peningkatan pengetahuan,
wawasan dan gagasan.
2. Kemampuan Keluarga dalam berproduksi berkaitan dengan aset fisik,
manusiawi atau financial, seperti tanah, air, hutan, tubuh manusia dan
pekerjaan, uang dan akses kepada uang.
3. Kemampuan keluarga dalam posisi tawar-menawar (bargaining position)
yakni berarti kemampuan untuk mengembangkan, menyebarkan,
mempertahankan, dan mempranatakan perangkat tertentu dari
kepercayaan, nilai, sikap dan perilaku sehingga dapat menentukan
bagaimana persepsi manusia dan berfungsinya manusia dalam lingkungan
21
Menurut Merriam Webster dan Oxford English Dictionary, kata Empower
mengandung arti, yaitu:
1 To give power atau authority to atau memberi kekuasaan, mengalihkan
kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan ootoritas ke pihak
lain.
2 To give ability to enable atau usaha untuk member kemampuan atau
keberdayaan.
Pemberdayaan adalah hakikat dari merupakan sebuah konsep yang fokusnya
adalah kekuasaan.
Shardlow, Pemberdayaan adalah membahas bagaimana individu,
kelompok, atau komunitas berusaha memakmurkan kehidupan mereka sendiri dan
mengusahan untuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka ( Adi, 2003 ; 54).
Pemberdayaan dalam hal ini adalah upaya untuk membangun diri sendiri
untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi melalui program yang diberikan
oleh pemerintah.
2.4 Kehidupan Sosial Ekonomi
2.4.1 Defenisi Ekonomi
Istilah Ekonomi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari susunan dua
kata yaitu “ aikos dan nomos” yang masing-masing berarti ilmu dan rumah
tangga. Dapat di artikan ekonomi adalah ilmu yang mengurusi rumah tangga
22
2.4.2 Defenisi Sosial
Kata sosial berasal dari “sosious’ yang artinya kawan. Dapat di artikan
bahwa kawan yang di maksudkan di sini adalah orang-orang yang berada di
sekitar kita yang saling berkoordinasi atau saling berhubungan baik itu yang
berada dalam satu lingkungan yang berdekatan maupun suatu lingkungan lainya
yang mempunyai sifat saling mempengaruhi. Dalam konsep sosiologi di jelaskan
bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bias hidup dengan sendiri
artinya manusia saling berdampingan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari.
2.4.3 Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur
sosial masyarakat (Koentjaraningrat, 1997 ; 35-36).
Menurut Melli G.Tan.(dalam Soerjono 1990; 35). Menjelaskan kedudukan
sosial ekonomi meliputi tiga faktor yaitu pekerjaan, pendidikan dan penghasilan.
Dalam hal ini dapat dikategorikan mengenai kedudukan sosial ekonomi adalah
tinggi, sedang dan rendah.
Mahbub Ulhaq dari Bank Dunia bersama dengan James Grant dari
overseas development Counsil (dalam Soesanto 1984 ; 120) menerangkan bahwa
kehidupan sosial ekonomi dititikberatkan kepada pendidikan, pelayanan
kesehatan, perumahan dan air sehat yang di dukung oleh pekerjaan yang layak.
Menurut istilah Kamus Besar Bahas Indonesia, ekonomi berarti segala
sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta
23
379). Seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka
perekonomian juga sudah lebih luas. Ekonomi juga diartikan sebagai cara manusia
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi, dapat dikatakan bahwa ekonomi
bertalian dengan proses pemenuhan kebutuhan keperluan hidup manusia
sehari-hari.
Kondisi sosial ekonomi adalah dimana suatu keadaan atau kedudukan
yang diatur secara sosial dan menepatkan seseorang pada psosisi tertentu dalam
struktur sosial masyarakat (Soekanto, 1987 :181). Untuk melihat suatu kondisi
masyarakat maka perlu diperhatikan beberapa faktor yakni pekerjaan, pendapatan,
dan pendidikan (Koetjaraningrat, 19987: 181). Selain faktor tersebut, ada juga
fakto-faktor lain yang sering diikut sertakan oleh beberapa ahli dalam melihat
kondisi sosial ekonomi seseorang, yakni antara lain perumahan, kesehatan, dan
sosialisasi dalam lingkungan masyarakat.
2.5 Mayarakat
Dalam Undang-Undang Nomor: 10 Tahun 1992, keluarga didefinisikan
sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami isteri, atau
suami isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Masyarakat dalam bahasa inggris dipakai istilah society yang bersal dari
bahasa latin socius, yang berati “kawan “. Istilah masyarakat sendiri berasal akar
bahasa Arab Syaraka yang berarti “ ikut serta, berpartisipasi”.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan
istilah ilmiah, saling “berinteraksi melalui warga-warga yang dapat saling
24
Sementara itu Roger M. Keesing (1989 ; 79 ), mendivinisikan masyarakat
adalah semua komunal yang secara politik dan ekonomi bertalian serta
mempunyai ciri-ciri mempunai suatu sistem sosial keseluruhan, di mana semua
anggotanya memiliki tradisi dan budaya yang sama.
2.6 Kesejahteraan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009. Tentang
Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Midgley, et al (2000: xi) mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai “… a
condition or state of human well-being.” Kondisi sejahtera terjadi manakala
kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi,
kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat dipenuhi; serta
manakala manusia memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang
mengancam kehidupannya.
Di Indonesia, konsep kesejahteraan merujuk pada konsep pembangunan
kesejahteraan sosial, yakni serangkaian aktivitas yang terencana dan melembaga
yang ditujukan untuk meningkatkan standar dan kualitas kehidupan manusia.
Sebagai sebuah proses untuk meningkatkan kondisi sejahtera, istilah
‘kesejahteraan’ sejatinya tidak perlu pakai kata ‘sosial’ lagi, karena sudah jelas
menunjuk pada sektor atau bidang yang termasuk dalam wilayah pembangunan
sosial. Sektor ‘pendidikan’ dan ‘kesehatan’ juga termasuk dalam wilayah
25
negara lain, istilah yang banyak digunakan adalah ‘welfare’ (kesejahteraan) yang
secara konseptual mencakup segenap proses dan aktivitas mensejahterakan warga
negara dan menerangkan sistem pelayanan sosial dan skema perlindungan sosil
bagi kelompok yang kurang beruntung (Suharto, 2005b).
2.7 Peternakan
Ternak adalah hewan yang sengaja di pelihara baik seluruh maupun
sebahagian hidupnya kita yang tangani untuk memperoleh dan mensejahterakan
kehidupan manusia. Peternak adalah orang bergerak dalam usaha peternakan
baik perorangan, kelompok maupun secara lembaga atau hanya sebagai tenaga
kerja yang seluruh maupun sebahagian pendapatannya yang berasal dari
peternakan yang ia laksanakan.
Peternakan adalah praktek untuk membudidayaka
hal penting mempunyai keterampilan untuk peternak, di beberapa negara
berternak merupakan suatu seni tersendiri. Di negara-negara tertentu mempunyai
hukum yang tegas mengenai perlakuan terhadap binatang ternak.
Sistem peternakan diperkirakan telah ada sejak 9.000 SM yang dimulai
dengan
berkembang pada masa
menetap dalam sebuah perkampungan. Pada masa ini pula, domba dan kambing
yang semula hanya diambil dagingnya mulai dimanfaatkan susu dan
Setelah itu manusia juga memelihara sapi dan kerbau untuk diambil kulit dan
susunya serta memanfaatkan tenaganya untuk membajak tanah. Roger M. Keesing
26
2.8 Definisi Konsep dan Definisi Operasional
2.8.1 Definisi Konsep
Devinisi konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang
dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, kejadian keadaan
kelompok, atau individu tertentu (Singarimbun, (1981:32). Dalam hal ini konsep
penelitian bertujuan untuk merumuskan dan mendivinisikan istilah-istilah yang
digunakan secara mendasar agar tidak terjadi kesalah pahaman pengertian dan
perbedaan persepsi yang dapat mengaurkan penelitian ini. Adapun divinisi konsep
dalam penelitian ini adalah :
1. Dampak adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu subjek
terhadap objek keadaan serta kondisi.
2. Program Pengembangan Sapi Bali adalah bentuk kegiatan yang berada
langsung di bawah naungan pemerintah guna pengembangan
peternakan sapi.
3. Sosial Ekonomi adalah suatu keadaan atau kondisi dimana masyarakat
sendiri yang menjadi penentu status dan peran yang dmilikinya dalam
kehidpan bersama.
4. Masyarakat adalah sekumpulan individu yang salaing berhubungan
dalam suatu lingkungan ataupun lingkungan yang lainya. Dalam hal ini
adalah masyarakat Desa ketapang Kecamatan Linge Kabupaten Aceh
Tengah.
2.8.2 Definisi oprasional
Menurut Singarimbun, Definisi Oprasional adalah unsur penelitian yang
27
46). Oleh sebab itu tentu harus ditentukan terlebih dahulu variable-variabel yang
ada dalam penelitian ini. Dengan demikian dapat ditentukan bagaimana
perbandingan kehidupan sosial ekonomi masyarakat sebelum dan setelah
mendapatkan program ini.
a. Variable bebas (X)
Variable bebas adalah faktor yang mempengaruhi gejala-gejala timbulnya
variable kedua. Tanpa varibel ini tidak akan timbul variable kedua yaitu variable
terikat (Y). variable bebas dalam penelitian ini adalah program Pengembangan
Sapi Bali
b. Variable Terikat (Y)
Varibel terikat adalah variable yang di timbulkan oleh variable bebas
2.9 Kerangka pemikiran.
Pemberdayaan di rasakan sangat perlu guna menunjang kehidupan
masyarakat. Berbagai upaya dilakukan untuk menunjang peningkatan sosial
ekonomi manusia. Berbagai macam bentuk programpun dilakukan dalam rangka
peningkatan masalah ini, baik dilakukan secara pribadi, kelompok, instansi dan
lembaga.
Program pengembangan Sapi Bali, merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di harapkan kegiatan
ini akan memiliki dampak baik secara sosial maupun secara ekonomi bagi
28
penduduk bias meningkatkan kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik dari
keadaan sebelumnya.
Dalam pelaksanaan program ini tentu terdapat berbagai kendala baik itu
dari masyarakat maupun dari pemerintah daerah sendiri. Oleh karena itu perlu
pengamatan terhadap program ini tentang bagaiman keseriusan pemerintah
terhadap menjalankan program serta pengaruhnya terhadap masyarakat. Sehingga
hasilnya dapat di rasakan oleh masyarakat maupun pemerintah daerah sendiri.
Yang terpenting dalam hal ini adalah bagaimana pelaksanaan di lapangan serta
apakah program ini dapat menunjang Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
Desa Ketapang Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah untuk menuju
29
Untuk memudahkan dan mengarahkan penelitian ini maka di susun skema
kerangka pemikiran yang di sajikan pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. skema kerangka berfikir
Program pengembangan sapi bali
Aspek Ekonomi
- Pekerjaan - Penghasilan - Sandang - Pangan - Papan - Kesehatan Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
Aspek Sosial
- Partisipasi sosial - Pembelajaran Agama
30 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Untuk menjawab perumusan masalah dilakukan dengan menggunakan
uji-t (uji-t-uji-tesuji-t). Sugiono (2008) menyauji-takan bahwa unuji-tuk mengkaji komparauji-tif dua
sampel antara sebelum dan sesudah maka dapat di gunakan rumusan t-test dengan
persamaan yaitu:
= rata-rata sampel data sebelum adanya program
= rata-rata sampel data setelah adanya program
S1 simpangan baku sampel data sebelum adanya program
S2 = simpangan baku sampel data setelah adanya program
S12 = varian sammpel data sebelum adanya program
S22
Menurut tingkatannya, data secara berurut dari skala terendah ke tertinggi
adalah data nominal, ordinal, interval dan ratio. Dalam penggunaan alat analisis,
umumnya ditentukan skala minimal dari data yang dibutuhkan. Namun seringkali
data yang kita miliki tidak memenuhi persyaratan tersebut. Misalnya, kita punya = varian sampel data setelah adanya program
31
data ordinal, sementara persyaratan alat analisis membutuhkan data dengan skala
minimal adalah data interval. Dalam kondisi tersebut, kita perlu
mentransformasikan data dari skala ordinal ke interval.
Metode transformasi yang digunakan dalam peneltian ini yakni method of
successive interval, Hays (1976). Metode tersebut digunakan untuk melakukan
transformasi data ordinal menjadi data interval. Pada umumnya jawaban
responden yang diukur dengan menggunakan skala likert (Lykert scale) diadakan
scoring yakni pemberian nilai numerikal 1, 2, 3, 4 dan seterusnya, setiap skor
yang diperoleh akan memiliki tingkat pengukuran ordinal. Sedangkan data ordinal
adalah data kategorik yang bisa diurutkan.
Marginal Homogenity digunakan untuk menguji apakah dua grup sample
(bertipe kategorik : ordinal atau multinomial) yang berpasangan (dependent)
berasal dari populasi yang sama.
Sign Test Digunakan untuk menguji apakah dua grup sample (bertipe
ordinal, interval atau rasio) yang berpasangan (dependent) berasal dari populasi
yang sama. Statistik uji dari Sign Test menggunakan pendekatan tanda (+/-) dari
32
Masing-masing Indikatornya adalah dengan melakukan analisis sebagai
mana pada tabel berikut :
a. Sosial
Tabel 1 : Matrik Penelitian
no. Indikator Analisis
Partisipasi sosial Uji-t Pembelajaran agama Uji-t b. Ekonomi
Pendapatan Uji-t
Sandang Uji-t
Pangan Uji-t
Papan Uji-t
Kesehatan Uji-t
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di Desa Ketapang Kecamatan Linge
Kabupaten Aceh Tengah. Alasan penulis memilih penelitian disini karena desa
Ketapang merupakan desa yang mendapat program projek peternakan sapi bali
yang langsung di tangani oleh pemerintah daerah Aceh tengah.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian terdiri dari manusia,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa sebagai sumber
data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (nawawi,
1998:141)
Sampel merupakan sebahagian atau keseluruhan dari populasi yang akan
diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya dengan
33
Untuk menentukan sampel, tentu terlebih dahulu harus diketahui berapa
jumlah populasi objek yang akan di teliti serta melakukan kegiatan pra-survei
untuk mendata masyarakat penerima bantuan pengembangan sapi bali di desa
ketapang kecamatan linge kabupaten aceh tengah. Dalam penelitian ini sampel
yang di ambil adalah kepala keluarga. Menurut Arikunto (Arikunto 2006:131)
apabila populasi kurang atau sama dengan 100 maka populasi sama dengan
sampel. Dengan demikian sampel dalam penelitian 100 kk.
3.4 Teknik pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara
sebagai berikut :
1. Observasi (pengamatan)
Yaitu mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan langsung baik
dengan melihat atau mendengarkan dan mencatat kejadian yang menjadi
sasaran penelitian.
2. Wawancara
Yaitu mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dengan
objek penelitian serta berdialog menyangkut masalah penelitia ini.
3. Kuesioner
Yaitu mengumpulkan data serta informasi yang relevan melalui
penyebaran angket yang berisikan beberapa pertanyaan mengenai
penelitian ini kepada masing-masing sampel penelitian masyarakat
34
3.5 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data adalah proses penyerdehanaan data kedalam bentuk
yang lebih sederhana agar dapat lebih mudah di baca dan dipresentasikan
(Singarimbun, 1987:263). Dalam penelitian ini digunakan pendekatan analis
statistic uji-t rata-rata berpasangan, yaitu mnguji komparatif dua sampel antara
sebelum dan sesudah adanya program.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagi berikut :
1. Editing yaitu mengoreksi data hasil pengamatan selama penelitian di
lapangan. Langkah berguna untuk
2. Koding adalah langkah dengan mengklasifikasikan jawaban-jawaban
menurut macamnya. Langkah ini di maksudkan untuk mempermudah
penklasifikasikan permaslahan
3. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban.
4. Menghitung frekwensi yaitu dengan menghitung besar frekwensi data
pada masing-masing kategori
5. Tabulasi, di sini data dalam keadaan yang ringkas dan tersusun dalam
suatu table tunggal, sehingga data dapat dibaca dengan mudah untuk
35 BAB IV
PEMBAHASAN
4. Diskripsi Lokasi Penelitian
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis dan Administrasi
Kecamatan Linge merupakan salah satu Kecamatan yang berada di
Kabupaten Aceh Tengah dengan Ibu kota Isaq dengan luas Kecamatan 2.075,28
Ha yang terdiri dari 30 Desa.
Batas-batas administrasi Kecamatan Linge adalah:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bintang
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kabupaten Gayo Lues
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur
- Sebelah Barat Daya berbatasan dengan kabupaten Nagan Raya
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Jagong
b. Topografi Daerah
Topografi merupakan perbedaan tentang tinggi rendahnya permukaan
bumi yang di ukur secara tegak lurus dari permukaan laut atau sering di sebut
dengan relif. Kecamatan Linge berada pada ketinggian antara 1.151-1.534 meter
dari permukaan laut, dengan kemiringan Kecamatan Linge adalah: 0-2%, 2-15%,
15-40%, dan dengan kemiringan diatas 40%.
Berdasarkan letak astronomisnya maka Kecamatan Linge beriklim tropis
yang dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan,
36
Curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar 1982 mm/tahun. Dengan suhu rata-rata
230
c. Fasilitas Pendidikan
c.
Ketersedian Fasilitas pendidikan yang sangat merupakan kebutuhan untuk
meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas di masa yang akan
datang. Jumlah fasilitas pendidikan di Kecamatan Linge yang ada pada saat ini
berjumlah 25 unit engan pembagian 3 unit TK swasta dan 18unit SD negeri serta
4 unit SLTP yang tersebar ke seluruh penjuru kecamatan linge. Adapun utuk desa
ketapang sendiri hanya terdapat 1unit SD negeri yang terletak di wilayah
pengembangan. Jadi bagi masyarakat linge yang ingin melanjutkan pendidikan
untuk tingkat SLTA dan seterusnya biasanya lebih memilih ibukota kabupaten
sebagai pilihan belajar.
d. Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan merupakan fasilitas yang dibutuhkan umat yang
beragama pada umumnya. Jumlah fasilitas peribadatan yang ada di Kecamatan
Linge terdapat 2 jenis fasilitas yaitu: Mesjid 17 unit, Surau/Meunasah 95 unit.
Untuk wilayah pengembangan sendiri hanya terdapat 1 unit surau.
e. Fasilitas Kesehatan
Salah satu tujuan pembangunan adalah memperbaiki kesehatan
masyarakat, untuk itu di perlukan fasilitas kesehatan yang memenuhi baik kualitas
maupun kuantitasnya. Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan Pegasing
37
Peuskesmas 1 unit, dengan Dokter 1orang dan 19 perawat. Namun Puskemas ini
terdapat di ibu kota kecamatan yaitu Isaq dengan jangka waktu kurang lebih 2 jam
dengan mengunakan kendaraan bermotor dari lokasi pengembangan.
f. Fasilitas Perdagangan
Fasilitas perdagangan di Kecamatan Linge belum menyebar di setiap desa,
hanya berpusat di ibukota kecamatan.
g. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
Menurut kreteria agama, di daerah ini merupakan penganut agama Islam
secara menyeluruh. Hal ini juga merupakan karena masyarakat yang menghuni
desa ketapakan adalah transmigrasi lokal dari seluruh kecamatan yang terdapat di
kabupaten Aceh Tengah yang hampir seluruh masyarakatnya menganut agama
Islam.
h. Deskripsi lokasi menurut akses Transportasi dan Infrastruktur
Kondisi jalan di Desa Ketapang masih sangat memperihatinkan. Dimana
pada area lokasi pemukiman dan pengembangan program belum terdapat
sedikitpun jalan yang di aspal. Bahkan jembatan yang menghubungkkan setiap
ruas pemukiman terlihat rusak parah, di mana kayu yang menjadi bahan jembatan
sudah mulai lapuk dan rapuh. kondisi ini mengakibatkan area program hanya
dapat dilalui kendaraan roda dua. Sementara untuk hubungan antara desa ketapang
dan ibukota kabupaten dapat di tempuh dengan perjalanan 3-4 jam perjalan
38
di aspal hotmik serta merupakan jalur lintas yang menghubungkan antara
Kabupaten Aceh tengah dan Kabupaten Gayo Lues. Bagi masyarakat ketapang
sendiri dapat memanfaatkan kendaraan umum antar kabupaten untuk menuju
Ibukota Kabupaten atau sebaliknya. Karena angkutan yang khusus menuju
ketapang tidak ada. Dapat dikatakan untuk akses menuju Ibukota sangat sulit.
i. Dekrifsi responden menurut umur
Tabel 2; Dekrifsi responden menurut umur
No Umur Jumlah
39
Dari tabel di atas menunjukan bahwa secara keseluruhan responden adalah
usia yang berada pada usia yang produktif dan matang dalam melakukan kegiatan
ini yaitu antara usia 33-51 tahun.
j. Deskrifsi responden menurut jenis kelamin
Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan populasi sebagai
sampel. Sampel yang di ambil ini dijadikan sebagai responden distribusi informasi
dengan memberikan pertanyaan berupa koesioner.sementara itu yang menjadi
responden adalah kepala keluarga secara keseluruhan adalah laki-laki. Dengan
demikian 100% dari responden ini adalah laki-laki.
Tabel 3: deskrifsi responden menurut jenis kelamin
No Jenis kelamin Jumlah
1
2
Laki-laki
Perempuan
100 responden
0 responden
Jumlah 100 responden
Sumber : data distribusi responden
Dari data tabel jenis kelamin diatas menunjukan bahwa seluruh responden
berupakan berjenis kelamin laki-laki. Hal ini terkait karena responden yang
40 Tabel 4: Deskrifsi responden menurut tingkat pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Tidak tamat SD 0 responden
2. Tamat SD/ sederajat 7 responden
3. Tamat SLTP/ sederajat 17 responden
4. Tamat SLTA/ sederajat 76 responden
5. Perguruan Tinggi 0 reponden
Jumlah 100 responden
Sumber : data distribusi responden
Berdasarkan tabel di atas, mayoritas responden adalah berpendidikan
tamat SLTA/ sederajat yang berjumlah 76 responden, yang kemudian di ikuti oleh
tamatan SLTP/ sederajat sebanyak 17 responden. Sementara untuk responden
yang berpendidikan SD/ sederajat hanya sebanyak 7 responden. Namun tidak
terdapat responden yang tidak pernah mengenyam pendidikan serta tidak terdapat
41
BAB V
ANALISIS DATA
5.1 Dampak Pengembangan Sapi Bali Terhadap Aspek Sosial
Pelaksanaan pengembangan sapi bali selain dalam rangka peningkatan dan
pemerataan pembangunan, juga diupayakan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan sosial masyarakat penerima bantuan pada umumnya serta masyarakat
Aceh tenngah pada umumnya. Sasaran ini meliputi peningkatan kualitas
partisipasi sosial, dan keagamaan. Dalam kontek penelitian di atas dilihat
berdasarkan derajat partisipasi sosial dan keagamaan.
5.1.1 Partisipasi Sosial
a. Aktif dalam kegiatan sosial
Munculnya dinamika pembangunan di suatu deaerah tidak terlepas pada
bagaimana kestabilan sosial yang ada. Kestabilan sosial merupakan kunci
bagaimana terciptanya hubungan antar anggota masyarakat yang harmonis.
Dengan adanya program pengembangan peternakan sapi bali, di harapkan terdapat
peningkatan partisipasi sosial masyarakat sehingga cita-cita pengembangan
pemberdayaan daerah dapat tercapai dengan maksimal.
Dari hasil analisi uji statistik dengan menggunakan uji-t rata-rata
berpasangan diperoleh hasil bahwa t-hitung (-9,380) lebih kecil dari t-tabel(1,66)
berarti Ho diterima. Terdapat perbedaan yang signifikan tingkat keaktifan antara
sebelum dan sesudah adanya program pengembangan sapi bali. Tingkat keaktifan
masyarakat meningkat pada setelah adanya program pengembangan sapi bali.
Selain itu juga peningkatan partisipasi setelah adanya program pengembangan
42
kecil dari α =0,05 berati Ho ditolak. Hal ini juga menunjukan ada perbedaan
antara sebelum dan sesudah adanya program pengembangan sapi bali yaitu
peningkatan terjadi setelah adanya program pengembangan sapi bali. Hal ini juga
dapat dilihat pada tabel
Tabel 5:Daftar distribusi responden dalam kegiatan sosial
No Kegiatan sosial
Sebelum program Sesudah program
Jumlah
responden persentase
Jumlah
responden Persentase
1. Aktif 34 34% 89 89%
2. Kurang aktif 36 36% 11 11%
3. Tidak pernah 27 27% 0 0%
Jumlah 100 100% 100 100%
Sumber: kuesioner penelitian; 2010
Dari hasil tabel di atas dapat dilihat sebelum adanya program terdapat
sebanyak 34 responden yang aktif dalam kegiatan sosial, 36 responden atau
dengan persentase 36% memilih untuk kurang aktif serta selebihnya atau
sebanyak 27responden dengan persentase 27% tidak mengikuti kegiatan sosial
atau tidak aktif. Sementara itu peningkatan terjadi setelah adanya program
pengembangan sosial. Peningkatan akan keaktipan responden terhadap partisipasi
sosial dapat ditunjukan dari banyaknya responden yang aktif dengan jumlah 89
responden atau dengan persentase 89%, sementara sisanya atau sebanyak
11responden dengan persentasse 11% kurang aktif. Namun tidak terdapat
43 b. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dalam bidang sosial dirasakan sangat perlu bagi
masyarakat. Hal ini tentu harus menunjang bagi masyarakat itu sendiri dan
bagaimana kemampuan masyarakat membentuk dengan sekreatifitas mungkin
bentuk kegiatan tersebut. Dari hasil uji-t berpasangan di dapatkan nilai bahwa
t-Hitung (-9.089) lebih kecil dari t-Tabel (1.66), berarti Ho diterima. Terdapat
berbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah adanya Program
Pengembangan Sapi Bali.
Tabel 6: Daftar distribusi menurut jenis kegiatan sosial
No Jenis kegiatan
Sebelum program Sesudah program
Jumlah
Sumber: kuesioner penelitian ;2010
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebelum adanya program
44
partisipasi sosial dengan jumlah responden 49 responden, kemudian di ikuti dalam
perangkat desa dengan jumlah 26 responden, sementara 25 responden lebih
memilih dalam kegiatan pembangunan desa. Namun setelah adanya program
pengembangan Sapi Bali, koprasi desa menjadi pilihan terbanyak dengan jumlah
76 responden ikut dalam kegiatan tersebut atau dengan persentase 76%, sementara
terjadi penurunan untuk kegiatan Musyawarah Pembangunan Desa terjadi
penurunan dengan hanya 13 responden yanga ikut di dalamnya, dan yang terakhir
adalah kegiatan yang terlibat dalam Perangkat Desa juga terjadi penurunan yang
hanya berjumlah 11reponden atau dengan persentase 11%. Dengan demikian
program pengembangan Sapi Bali sngant efektif dalam peningkatan Koperasi
Desa.
c. Pembentukan Kegiatan
Berdasrkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji-t rata-rata
sampel berpasangan di dapatkan keterangan bahwa t-Tabel(-0.743) lebih kecil
dari t-tabel(1.66), berarti terdapat perbedaan signifikan yang menunjukan
peningkatan. Peningkatan terjadi setelah adanya program. Dengan demikian
program ini berdampak positif terhadap peningkatan kegitan masyarakat penerima
bantuan program Pengembangan Peternakan dengan materi Sapi Bali. Untuk
dapat lebih jelasnya dapat melihat tebel dibawah.
Tabel. 7 Daftar distribusi menurut pembentukan kegiatan
No Pembuatan kegiatan
Sebelum program Sesudah program
45
1. Kegiatan lama
yang di lanjutkan 55 55% 89 89%
2. Membuat kegiatan
baru 21 21% 11 11%
Jumlah 100 100% 100 100%
Sumber: kuesioner penelitian; 2010
Dari tabel di atas dapat dilihat untuk kegiatan lama yang diteruskan dipilih
oleh kuesioner dengan persentase 55% atau dengan jumlah 55 responden, dan 21
responden memilih dengan membentuk kegiatan baru, sementara 24 responden
lainya memilih untuk tidak ikut serta dalam pembentukan kegiatan apapun. Hal
ini terjadi sebelum adanya program pengembangan Sapi Bali. Namun setelah
adanya program pengembangan Sapi Bali terjadi peningkatan pada Kegiatan
Lama dengan jumlah 89 ersponden, serta 11 rersponden memilih untuk membuat
kegiatan baru dengan persentase 11%.
d. Hubungan dengan tetangga dan lingkungan masyarakat Program
Pengembangan Sapi Bali.
Kenyamanan dalam kehidupan bermasyarakat sangat menjadi idaman
setiap keluarga, namun hal tersebut tidak terlepas dari bagaimana pengelolaan
hubungan antar sesame sehingga terjadi kerukunan di maksudkan. Masuknya
berbagai program terhadap masyarakat juga dapat mempengaruhi sikap dan
prilaku antar sesama penerima bantuan itu sendiri. Dari hasil uji-t rata-rata
berpasangan dapat dilihat hubungan antar sesama warga dengan menunjukan nilai
t-Hitung (2.56) lebih besar dari t-tabel(1.66). Hal ini menunjukan bahwa Ho
46
0, 05
α = atau dengan derajat kepercayaan 15%. Berarti tidak terdapat perbedaan
antara sebelum dan sesudah adanya program.Hal juga dapat dilihat dari
pengakuan responden menurut tabel.
Tabel 8: Daftar distribusi responden menurut hubungan dengan tetangga dan
lingkungan
No
Hubungan dengan
tetangga dan
lingkungan
Sebelum program Sesudah program
Jumlah
Sumber: kuesioner penelitian; 2010
Dari hasil data tabel di atas bahwa sebelum adanya program
pengembangan sapi bali terdapat 99 responden yang beshubungan baik dengan
responden dan 1 responden kurang baik dengan lingkungan sementara setelah
adanya program pengembangan terjadi penurunan antara sesame masyarakat
penerima bantuan yaitu denga menunjukan 89 responden berhubungan baik dengn
tetangganya dan, 8 responden kurang baik serta 1 responden tidak baik dengan
lingkungannya. Hal ini disebabkan karena pertemuan antara kelompok sosial yang
47
5.1.2 Pembelajaran Agama
a. Keikutsertaan Dalam Kegiatan Keagamaan
Agama merupakan acuan spiritual dan landasan hidup bagi setiap
pemeluknya. Penting kiranya bagi setiap pemeluknya untuk mendapatkan
ketenangan dalam menjalankan kegiatan keagamaan. Namun disisi lain akibat dari
beberapa doraongan dari luar dapat dapat pula membuat ketenangan itu terusik.
Tidak hanya dari sisi ekonomi maupun sosial penting kiranya mengetahui apakah
pelaksanaan program ini mendorong masyarakat untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas keagamannya.
Dari hasil uji-t rata-rata berpasangan diperoleh nilai bahwa t-Hitung
(-3.87) lebih kecil dari t-Tabel(1.66). itu menunjukan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara sebelum dan sesudah adanya program pengembangan sapi
bali. Peningkatan terjadi setelah adanya Program Pengembangan Sapi Bali. Dari
hasil data ini menunjukan bahwa Ho di terima. Sementara itu melihat nilai
48 Tabel 9: Daftar distribusi responden menurut peran dalam kegiatan keagamaan
No
Peran dalam
kegiatan
keagamaan
Sebelum program Sesudah program
Jumlah
Sumber: kuesioner penelitian; 2010
Dari daftar tabel di atas dapat dilihat untuk peran responden dalam bidang
keagamaan terdapat sebanyak 45responden yang aktif dalam bidang keagamaan
desa dengan persentase 45%, dan 44 responden hanya untuk menisi waktu luang
dengan responden 44% sementara terdapat 11responden tidak aktif dalam
kegiatan keagamaan atau dengan persentase 11%. Namun terjadi peningkatan
setelah adanya perrogram pengembangan sapi bali, dimana sebanyak 65
responden ikut aktif dalam peran kegiatan keagamaan desa, dan 35 responden
hanya sebatas. Dengan demikian dapat kita ambil kesimpulan dengan adanya
program pengembangan sapi bali terjadi peningkatan dalam kegiatan keagamaan
desa.
b. Melaksanakan ibadah rutin bersama anggota keluarga
Menanamkan kebiasaan beribadah dengan keluarga merupakan hal yang
dapat menjadi suatu pembelajaran agama bagi anggata keluarga. Dari hasil data
t-49
Hitung (3.67) leih esar dari t-Tabel(1.66) tidak terdapat perbedaan antara sebelum
dan sesudah adanya program pengembangan sapi bali.
Tabel 10: Daftar disteribusi responden melakukan ibadah dengan keluarga secara
rutin
No
Ibadah wajib
dengan keluarga
secara rutin
Sebelum program Sesudah program
Jumlah
Sumber: kuesioner penelitian; 2010
c. Keikutsertaan responden atau keluarga dalam mengikuti kegiatan
keagamaan
Peran serta masyarakat dalam kegiatan keagamaan dapat menunjukan
bentuk sikap loyalitas individu tersebut terhadap bidang agama itu sendiri, namun
dapat disadari hal ini dapat menjadi kendala apabila berbagai dorongan luar
sehingga menyebabkan lunturnya loyalitas keagamaan itu sendiri. Tidak
terkecuali dengan masuknya segala bentuk kegitan yang di berikan dari hasil
analisis statistic dengan menggunakan uji-T, diketahui hasil bahwa
t-Tabel(0.15)lebih besar dari t-Hitung(1,66). Berarti Ho ditolak, hal ini menunjukan
bahwa tidak ada perbedaan antara sebelum dan sesudah program. Dari hasil
Probabilitas, p-Value 0,43 lebih besar dari α=0,005. Berarti kegiatan ini tidak
50 Tabel 11: Responden atau anggota keluarga yang ikut dalam kegiatan keagamaan
No
Responden atau
anggota keluarga
yang ikut kegiatan
keagamaan
Sebelum program Sesudah program
Jmlah
Sumber: kuesioner penelitian; 2010
d. Menghadirkan guru agama ke rumah
Mendatangkan guru agama ke rumah merupakan salah satu kiat untuk
memperdalam ilmu agama. Hal ini tidak terbatas pada responden saja akan tetapi
dapat dilakukan untuk memperdalam ilmu agama bagi anggota keluarga. Untuk
itu perlu di ketahui bagimana program inidapat berpengaruh terhadap respnden
dalam memperdalam ilmu keagamaan dengan menghadirkan guru agama
kerumah. Dari hasil uji statistik yang dilakukandengan menggunakan uji-t
rata-rata berpasangan di dapatkan nilai yang tidak berpengaruh dengan adanya
program pengembangan sapi bali ini dimana nilai t_hitung(2.60) lebih kecil dari
t-Hitung(1.66). Hal ini berarti Ho ditolak. Menunjukan tidak terjadi perubahan pada
nilai probabilitas, p-value 0.00525864 tidak terjadi perbedaan dengan derajat
51 Tabel 12: Mendatangkan guru agama kerumah responden
No Mendatangkan guru agama kerumah
Sebelum program Sesudah program
Jumlah
Sumber: kuesioner penelitian; 2010
Dari hasil tabel di atas menunjukan bahwa minat masyarakat untuk
menghasirkan responden sangat kecil terbukti sebelum dan sesudah adanya
program dimana terdapat 22 responden yang menghadirkan guru agam dan 78
responden tidak menghdirkan. Bahkan setelah adanya program hal ini semakin
merosot daimana 100% responden sama sekali tidak menghadirkan guru agam ke
rumah. Hal ini dikarenakan karena tidak adanya guru pengajian yang dapat di
datangkan serta masyarakat lebih banyak melakukan pengajian dirumah
masing-masing bersama keluarga. Kendatipun ada guru pengajian biasanya lebih banyak
dilakukan di meunasah( mushola) di sekitar komlek antara setelah shalat magrib
dan sebelum waktu isya.
e. Jumlah uang yang dikeluarkan untuk kegiatan keagamaan
Dari penelitian yang dilakukan dengan melkukan analisis statistik
diketahui bahwa tidak ada peningkanyang terjadi setelah adanya prgaram terhadap
jumlah uang untuk kegiatan keagamaan. Berdasarkan uji-t di dapatkan hasil
52
tidak perbedaan signifikan antara sebelum dan sesudah adanya program. Dengan
demikian program ini tidak berdampak positif terhadap masyarakat di bidang
kegiatan keagamaan.
Tabel 13: Daftar distribusi responden menurut biaya yang dikeluarkan dalam
bidang keagamaan
No
Biaya yang
dikeluarkan dalam
bidang keagamaan
Sebelum program Sesudah program
Jumlah
Sumber: kuesioner penelitian; 2010
Dari hasil table diatas diketahui bahwa terdapat sebanyak 89 responden
yang mengeluarkan uang lebih dari Rp. 100.000 dan 1 responden mengeluarkan
uang dibawah Rp. 100.000 untuk kegiatan keagamaan, kejadian ini terjadi pada
priode sebelum adanya program. Sementara setelah adanya program biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan keagamaan adalah sebanyak 88 responden dibawah
Rp.100.000 dan 0 responden untuk jumlah uang diatas Rp. 100.000. sementara
sisanya sebanyak 12 responden tidak mengeluarakan biaya apa-apa untuk
keperluan keagamaan. Terjadi penuruna setelah adanya program pengembangan
53 5.2 Dampak Program Pengembangan Sapi Bali Terhadap Aspek
Ekonomi
5.2.1 Sandang
Sadang merupakan salah satu keutuhan pokok bagi seluruh masyarakat.
Tidak haya sebagai pelindung tubuh dari berbagai cuaca dan gangguan luar lain,
pakaian kini bagi sebagian orang merupakan trend sertagaya hidupnya.jenis
pakaian dapat menggambarkan status ekonomi dan status seseorang. Tidak hanya
sampaidisitu, cara berpakaian bagi sebagian orang dapat menunjukan tingkah laku
dan ciri psikologi sesorang. Namun dalam penelitian ini penulis hanya membahas
tentang kemampuan sosial untuk membeli sandang tersebut guna mengetahui
tingkat kesejahteraan masyarakat baik sebelum maupun sesudah program.
Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat meningkat tingkat dalamkmsumsi
sandang bagi masyarakat dengan syarat peningkatan keseahteraan bagi
masyarakat itu sendiri.
a. Ferkuwensi responden membeli pakaian dalam jangka waktu 1 tahun
Darihasil yang didapat melalui analisis statistikdengan menggunakan uji-t
rata-rata berpasangan diketahui bahwa Hitung (-11.30) lebih kecil dari
t-Tabel(1.66), Ho diterima. Terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan
sesudah adanya program. Peningkatan terjadi pada sesudah adanya program.
Untuk nilai Probabilitas, p-Value 8,06876E-20 lebih kecil dari 0,05. Ho ditolak.
Dengan masuknya program pengembangan sapi bali ini membuat terjadinya
peningkatan terhadap sandang masyarakkat penerima bantuan program. Jadi
54 Tabel 14: Frekuwensi responden membeli pakaian untuk keluarga dalam 1 tahun
No
Frekuwensi
membeli pakaian
dalam 1 tahun
Sebelum program Sesudah program
Jumlah
Sumber: kuesioner penelitian; 2010
Berdasarkan keterangan tabel di atas sebelum adanya program terdapat 31
responden yang membeli pakayan sebanyak 1 kali, 66 responden sebanyak 2 kali,
dan 3 kali atau lebih terdapat sebanyak 3 responden dalam kkurun waktu 1 tahun.
Sementara terjadi peningkatan konsumsi pakaiyan setelah adanya program
pengembangan Sapi Bali. Terdapat 14 responden yang membeli 1 kalli, 11
responden membeli 2 kali, dan 75 responden membeli pakaiyan dengan frekwensi
3 kali atau lebih dalam 1 tahun. Hal menunjukkan program ini berdampak positif
terhadap peningkatan sandang.
b. Analisis data menurut tempat pembelian pakaian
Bagi sebagian masyarakat tempat dalam bertransaksi pakaian juga bias
menjadi suatu gengsi tersendiri untuk mendapat pengakuan sosial. Namun hal ini
juga harus juga didukung dari tingkat kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
55
sendiri guna mendapatkan keinginan sandang yang sesuai dengan keinginan
masyarakat.
Dari hasil Analisi Statistik dengan mengunakan uji-t didapatkan hasil
bahwa nilai t-Hitung (-0.376) lebih besar dari t-Tabel(1,66), Ho diterma. Terjadi
perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah program. Peningkatan
terjadi pada sesudah adanya program dengan peningkatan responden yang lebih
memilih pasar tradisional untuk konsumsi sandang.
Tabel 15: Daftar responden menurut tempat membeli pakaian
No Tempat membeli pakaian
Sebelum program Sesudah program
Jumlah
Sumber: kuesioner penelitian; 2010
Dengan adanya Program Pengembangan Sapi bali, kecendurungan
masyarakat dengan memilih pasar tradisional semakin meningkat, dengan
persentase peningkatan sebesar 2 % atau dengan jumlah 80 responden, dimana
pada sebelum adanya program kecendrungan untuk memeilih pasar tradisional
sebagai tempat membeli sandang hanya sebanyak 78 responden. Sementara itu
56
responden menjadi 20 responden atau terjadi penurunan sebesar 2% dari
keseluruhan responden.
c. Biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi sandang
Berdasarkan hasil uji-t rata-rata berpasangan menunjukan bahwa t-Hitung
(–5.97) lebih kecil dari t-Tabel(1.66) Ho diterima. Dengan demikian terdapat
perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah adanya program. Dari hasil
Probabilitas p-Value1.809E-08 lebih kecil dari α= 0,05, peningkatan terjadi
setelah adanya program dengan demikian program efektif terhadap pemenuhan
sandang.
Tabel 16: Biaya yang dikeluarkan responden untuk pemenuhan sandang
No. Biaya yang
dikeluarkan unruk
pemenuhan pakaian
Sebelum program Sesudah program
Jumlah
Sumber: kuesioner penelitian; 2010
Berdasarkan tabel diatas terjadi peningkatan biaya yang dikeluarkan untuk
kebutuhan sandang. Sebelum adanya program pengembangan sebanyak 18