• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANITERA MUDA PERDATA

Dalam dokumen Kode Etik PP (Halaman 54-59)

PENGADILAN NEGERI KELAS I KETUA

PANITERA MUDA PERDATA

PANITERA MUDA PIDANA PANITERA MUDA HUKUM SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN KEUANGAN SUB BAGIAN UMUM PANITERA PENGGANTI

BAHAN AJAR DIKLAT CALON PANITERA PENGGANTI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM | 50 Pada prinsipnya, penyusunan struktur organisasi kepaniteraan pada pengadilan tingkat

pertama dapat dipahami dari dua macam fungsi yang dijalankannya, yaitu fungsi administrasi perkara yang menyesuaikan dengan jenis perkara yang masuk, serta fungsi pengarsipan perkara dan pelaksanaan fungsi administrasi publik (pendaftaran dan legalisasi surat). Pada bagan di atas dapat dilihat terdapat Panmud Perdata (untuk perkara perdata) dan Panmud Pidana (untuk perkara pidana) sebagai pelaksana fungsi administrasi perkara, serta Panmud Hukum yang berfungsi melakukan pengarsipan perkara dan pelaksanaan fungsi administrasi publik.

Di luar struktur organisasi seperti yang digambarkan tersebut, terdapat juga pejabat fungsional yang bertanggungjawab langsung kepada Ketua Pengadilan, yaitu para hakim, serta pejabat fungsional yang bertanggungjawab kepada Panitera, yaitu panitera pengganti (PP). Panitera Pengganti bertugas mempersiapkan persidangan, menyelenggarakan persidangan, membuat berita acara, mempersiapkan putusan, dan melaporkan hasil sidang, serta juru sita dan juru sita pengganti (JSP) yang bertugas melaksanakan pemanggilan, pemberitahuan, dan penyitaan.

Apa yang dimaksud fungsi administrasi perkara?

Pertanyaannya kemudian, apa yang dimaksud dengan fungsi administrasi perkara, serta bagaimana teknis pelaksanaannya. Pertama-tama perlu dipahami bahwa proses administrasi dilakukan begitu penanganan perkara di pengadilan dimulai, hingga perkara tersebut diputus, meliputi administrasi biaya perkara, registrasi, distribusi dan pencatatan terkait perkembangan penanganan perkara tersebut. Tujuannya adalah untuk menjamin efisiensi dan efektivitas penanganan suatu perkara.

Fungsi administrasi perkara pada prinsipnya dilaksanakan sesuai dengan karakter perkara terkait, sehingga pengadministrasian perkara pada pengadilan negeri memisahkan perkara perdata dari perkara pidana. Perbedaan signifikan antara administrasi perkara perdata dan

BAHAN AJAR DIKLAT CALON PANITERA PENGGANTI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM | 51 perkara pidana tersebut bersumber dari perbedaan karakter (hubungan hukum pihak-pihak terkait), serta prosedur dan mekanisme (hukum acara) kedua jenis perkara ini.

Secara praktis, perbedaan itu dapat dilihat, misalnya, pada elemen biaya perkara. Untuk menangani perkara perdata dibutuhkan adanya biaya perkara yang ditanggung oleh para pihak sendiri (dengan tidak menutup kemungkinan adanya biaya bantuan hukum dari negara), sedangkan untuk penanganan perkara pidana pada prinsipnya biaya proses peradilan ditanggung oleh negara. Dengan demikian, meskipun pada Pengadilan Agama Panmud Permohonan dipisahkan dari Panmud Gugatan, namun pada prinsipnya pendekatan yang digunakan tetap sama, yaitu penanganan perkara perdata. Begitu halnya untuk penanganan perkara TUN pada Pengadilan TUN. Prosedur yang digunakan pada dasarnya menunjukkan banyak kemiripan dengan prosedur perkara perdata.

Fungsi registrasi dan administrasi perkara pada Panmud Perdata (Pengadilan Negeri) atau Panmud Permohonan dan Gugatan (Pengadilan Agama) atau Panmud Perkara TUN (Pengadilan TUN), secara praktis dapat diuraikan lagi sebagai berikut:

1. Mengurus administrasi keuangan perkara, meliputi penaksiran biaya perkara, serta pencatatan data biaya perkara dalam buku jurnal, buku kas bantu, dan buku induk keuangan.

2. Mengurus registrasi perkara, termasuk memeriksa kelengkapan berkas perkara, serta mempersiapkan pelaksanaan persidangan.

3. Mengurus pencatatan perkara yang berjalan (laporan sidang).

4. Mengurus administrasi upaya hukum (banding/kasasi/PK), meliputi administrasi keuangan dan registrasi.

Tugas Hakim pada Pengadilan Tingkat Pertama 2.

Untuk dapat memahami lebih dalam mengenai tugas dan fungsi Hakim, hal dasar yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah kedudukan kekuasaan kehakiman dalam konstruksi

BAHAN AJAR DIKLAT CALON PANITERA PENGGANTI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM | 52 dan Pasal 25 UUD Tahun 1945, kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka yang dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilanyang berada di bawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi, untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Karena itu kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum

Republik Indonesia, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1 UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Untuk melaksanakan amanat konstitusi dan UU No. 48 tahun 2009 mengenai kekuasaan kehakiman, dibentuklah lembaga/ institusi peradilan yang pembentukannya diatur dalam UU tersendiri. Seperti halnya lembaga Mahkamah Agung Republik Indonesia diatur dalam UU No. 14 Tahun 1985 yo UU No. 5 Tahun 2004 yo UU No. 3 Tahun 2009 Tentang Mahkamah Agung, lembaga Peradilan Umum diatur dalam UU No. 2 Tahun 1986 yo UU No. 8 Tahun 2004 yo UU No. 49 Tahun 2009 Tentang Peradilan Umum, lembaga Peradilan Agama diatur dalam UU No. 7 Tahun 1989 yo UU No. 3 Tahun 2006 yo UU No. 50 Tahun 2009 Tentang Peradilan Agama, lembaga Peradilan Tata Usaha Negara diatur dalam UU No. 5 Tahun 1986 yo UU No. 9 Tahun 2004 yo UU No. 51 Tahun 2009 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, lembaga Peradilan Militer diatur dalam UU No. 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer.

Pengadilan, sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman, adalah salah satu unsur penting dalam sebuah negara yang berdasarkan hukum (rechtsstaat). Hanya pengadilan yang mandiri (independen), netral (tidak berpihak), dan kompeten yang dapat menjamin pemenuhan hak asasi manusia. Oleh karena itu, posisi Hakim sebagai aktor utama lembaga peradilan menjadi amat vital, terlebih lagi mengingat segala kewenangan yang dimilikinya. Melalui

BAHAN AJAR DIKLAT CALON PANITERA PENGGANTI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM | 53 kebebasan warga negara, dan semua itu dilakukan dalam rangka menegakkan hukum dan keadilan.

Karena itu Hakim sebagai figur sentral dalam proses peradilan senantiasa dituntut untuk mengasah kepekaan nurani, memelihara kecerdasan moral dan meningkatkan

profesionalisme dalam menegakkan hukum dan keadilan bagi masyarakat banyak. Putusan Pengadilan yang adil menjadi puncak kearifan bagi penyelesaian permasalahan hukum yang terjadi dalam kehidupan bernegara. Putusan Pengadilan yang diucapkan dengan irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” menunjukkan kewajiban menegakkan keadilan yang dipertanggungjawabkan secara horizontal kepada sesama manusia dan vertikal kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam sistem penegakan hukum, Hakim merupakan salah satu pilar strategis yang mempunyai tugas pokok: menerima, memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Oleh karena itu seorang Hakim mempunyai peran yang sangat penting dalam menegakkan hukum dan keadilan melalui putusan-putusannya.

Sehingga para pencari keadilan selalu berharap, perkara yang diajukannya dapat diputus oleh Hakim yang profesional dan memiliki integritas moral yang tinggi sehingga putusannya nanti tidak hanya bersifat legal justice (keadilan menurut hukum) tetapi juga mengandung nilai

moral justice (keadilan moral) dan social justice (keadilan masyarakat).

Berkaca pada Pedoman Perilaku Hakim, disebutkan bahwa setiap Hakim yang dilambangkan dalam kartika, cakra, candra, sari dan tirta merupakan cerminan perilaku Hakim yang harus senantiasa berlandaskan pada prinsip Ketuhanan Maha Esa, adil, bijaksana berwibawa, berbudi luhur dan jujur. Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang melandasi prinsip- prinsip pedoman Hakim dalam bertingkah laku, bemakna pengalaman tingkah laku sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Ketaqwaan tersebut akan mendorong Hakim untuk berperilaku baik dan penuh tanggung jawab sesuai tuntunan agama masing-masing.

BAHAN AJAR DIKLAT CALON PANITERA PENGGANTI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM | 54 Dalam menjabarkan tugas Hakim, di dalam Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan (Buku I MA RI, 1993) disebutkan uraian mengenai tugas Hakim secara umum maupun secara khusus. Terkait dengan tugas Hakim secara khusus disebutkan bahwa ada 2 (dua) tugas Hakim yaitu pertama membantu pimpinan pengadlan dalam membuat program kerja jangka pendek dan jangka panjang, pelaksanaannya serta pengorganisasiannya dan

kedua melakukan pengawasan yang ditugaskan Ketua untuk mengamati apakah pelaksanaan tugas, seperti dalam penyelenggaraan administrasi perkara perdata dan pidana serta

pelaksanaan eksekusi, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan melaporkannya kepada Pimpinan Pengadilan. Terkait dengan tugas secara khusus di Pengadilan Negeri, Hakim juga bertugas melakukan pengawasan dan pengamatan

(KIMWASMAT) terhadap pelaksanaan putusan pidana di Lembaga Pemasyarakatan dan melaporkannya kepada MA.

Dalam dokumen Kode Etik PP (Halaman 54-59)