• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.2.2 Program Dan Kegiatan Alpha Omega

4.2.2.1 Panti Asuhan

Melalui panti asuhan ini anak-anak diasuh, dimandirikan, diawasi dan direhabilitasi dengan kegiatan-kegiatan menerapkan pola hidup teratur, memaksimalkan kesehatan melalui pemeriksaan kesehatan secara rutin, pemberian makanan bergizi, kebersihan dan keindahan lingkungan serta memaksimalkan perkembangan anak. Hal ini dilakukan agar anak dapat hidup mandiri dan sejahtera. Didalam Panti ini anak-anak diajarkan dan dibimbing lima hidup mandiri yaitu:

a. Mandiri makan dan minum b. Mandiri mandi

c. Mandiri tidur d. Mandiri berpakaian e. Mandiri lingkungan

Anak asuh diklasifikasikan dalam asrama putra/putri. Ada paun kegiatan anak setiap hari selama di asrama adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Roster Anak Di Asrama

JAM KEGIATAN

05.30-07.00 Bangun pagi, membersihkan kamar, lingkungan dan mandi

07.00-08.00 Sarapan pagi dan persiapan ke sekolah 08.00-12.45 Sekolah

12.45-14.00 Ganti pakaian dan makan siang 14.00-15.00 - Istirahat siang bagia nak yang lemah

- Kegiatan Ekstrakurikuler

15.00-17.00 Kegiatan Kelompok Kerja, dan kelompok beramin 17.00-19.00 Snack Sore, mandi dan persiapan makan malam 19.00-20.30 Makan malam dan ibadah malam

20.30-21.00 Nonton TV

21.00-05.30 Tidur Sumber: Alpha Omega dulu, kini dan esok

Catatan: Hari minggu pukul 09.00 Kebaktian bersama, di aula Alpha Omega. Sekitar enam jam anak menghabiskan waktu mereka di sekolah dan selebihnya mereka habiskan di dalam asrama, banyak kegiatan yang dilakukan di dalam asrama. Bel berbunyi itu tandanya jam sekolah usai dan semua anak berkumpul di lapangan. Guru piket memimpin lagu “Gelang sipatu Gelang” sebagai lagu perpisahan setiap pulang sekolah dan menunjuk seorang anak untuk memimpin doa.

“Ruth pimpin doa kita nakku”.(Ibu Suasa)

Ruth pun memimpin doa. Selesai berdoa semua anak berlari ke ruang makan. Ada yang pergi ke kamar, ada juga yang masih bermain di lapangan. Di dalam jadwal seharusnya ank-anak makan siang di ruang makan. Peneliti pun menuju ruang makan dan ikut makan bersama anak-anak. Sebelumnya pengasuh telah menyusun kursi dan menunggu anak-anak mereka di meja makan masing- masing.

Anak-anak yang pergi ke kamar ternyata untuk mengganti baju mereka. Setelah itu mereka menuju ruang makan. Setelah semua diruang makan asisten pengasuh yaitu anak yang telah mandiri mengambil makanan ke dapur dan pengasuh membagikan makanan kepada setiap anak.

“Ibu duduk disini, dekat Ivan”. (Ivander)

Sambil menggeser kursinya saya mengambil kursi saya dan duduk di meja satu di dekat Ivander. Pengasuh telah selesai membagi makanan, lalu pengasuh yang lain memimpin semua anak.

“Yang memimpin doa Ivander” ( Pak Suruhenta)

Ivander lalu berdiri dan memimpin doa. “Trimakasi Tuhan Yesus. Kami mau makan, berkati makanan kami, Amin”.

Walaupun dengan suara yang tidak kuat dan kurang jelas ia membawakn doanya, karna saya didekat Ivan sehingga mendengar apa yang dikatannya. Sebelum berdoa tidak ada anak yang memegang makannya. Kondisi anak yang berbeda-beda, tidak membuat mereka menyerah untuk mendidik anak agar tetap disiplin terhadap peraturan yang dibuat. Pada saat makan mereka bebas menggunakan sendok atau tangan, meja makan yang berserakan tidak membuat pengasuh marah. Ada anak yang sudah makan di lantai, ada yang membuang makanan mereka bahkan ada juga yang memuntahkan makanan yang sudah mereka makan. Ini hal wajar dan biasa terjadi di ruang makan.

Tabel 4.4 Roster mendampingi anak di meja makan

Meja 1 Meja 2 Meja 3 Meja 4 Meja 5

Ermawati Evarida Helmida T.P Br Barus (kepala Asrama)

Marta

Suruhenta Kristina Surya Helpianto Boy

May Masliani Sumber: Data lapangan Alpha Omega

Waktu makan pun selesai, anak yang lebih besar dan mandiri mengumpulkan piring dan mencucinya di samping ruang makan. Anak yang lain membersihkan meja makan, lalu menyapu ruang makan. Setelah semua selesai, makan siang ditutup dengan doa kembali dan dipimpin juga oleh pengasuh. Diakhiri dengan kata “Amin”, lalu anak-anak menyusun kursi mereka dan berlari ke kamar masing-masing.

Di dalam kamar, mereka melakukan berbagai aktifitas. Tidur, mandi dan bermain adalah pilihan yang ada, karena memang jamnya adalah jam istirahat. Berbeda dengan Mohan dan Andre satu, setelah mandi mereka langsung memakai baju olahraga mereka. Ketika saya bertanya mengapa mereka memakai baju olahraga Mohan menjawab

“Mohan mau olahraga ama pak guru” (Mohan)

Peneliti langsung mengikuti Mohan sedangkan anak yang lain membersihkan asrama. Ini merupakan kegiatan rutin mereka. Selain itu asisten pengasuh mengumpulkan baju kotor adik-adik mereka dan membawanya ke ruang cuci dan mencucinya. Pengasuh pergi ke kamar asuh mereka masing-masing dan memandikan anak mereka yang tidak mampu mandi sendiri.

Sesampainya di lapangan Mohan dan Andre 1 langsung ke ruanangan pak Darson. Lalu mereka menunggu pak Guru makan siang. Ternyata mereka akan

latihan olahraga setiap hari untuk menghadapi perlombaan di acara ulang tahun Alpha Omega nanti. Perlombaannya antara lain sprint, tolak peluru. Pak Darson mengatakan bahwa anak didiknya termasuk anak yang berprestasi terbukti dari menangnya Mohan dalam bidang tolak peluru. Tidak tanggung-tanggung ia meraih juara satu di tingkat provinsi dan juara dua di tingkat nasional.

“Gimana gaya tolak peluru Mohan, coba buat biar di lihat ibu ini”. (Pak

Darson)

Mohan pun memperagakan bagaimana tolak peluru. Kelihatan ia memang hafal dan mahir di bidang olahraga ini. Namun ia sedikit pemalu karena saya juga harus ikut membujuknya agar mau memberi contoh. Tiba-tiba mohan bercerita

“Moan pergi naik sawat, ngiunggggg, ama pak Guru. Moan juara 1.

Horeee (sambil lompat dan tertawa)”.(Halomoan)

Setelah selesai makan dan istirahat sebentar, pak Darson mengajak mereka ke lapangan untuk memulai latihan. Di waktu pemanasan, banyak anak lain yang ikut latihan dan mengambil barisan kecuali Betaria, iamemilih duduk bersama saya karena ia sangat letih membersihkan asrama. Latihan demi latihan dilakukan, dimulai dengan pemanasan lalu ke latihan inti yaitu lari dan tolak peluru. Mereka tidak terlau serius latihan, lebih banyak beremainnya namun guru mereka membiarkan saja karna ini memang hal biasa.

Jam telah menunujukan pukul 16.00 Wib. Latihan selesai dan anak-anak disuruh kembali ke asrama. Sekembalinya anak-anak ke asrama mereka duduk- duduk di depan kamar mereka. Ada yang memilih tidur dan ada yang mandi sore lagi. Saya memilih duduk bersama Ponda di kursi di depan kamar. Anak lain datang dan kami bercerita tentang kehidupan asrama. Semakin sore semakin

banyak anak-anak yang ikut dengan saya bercerita. Semua berlomba menyampaikan ceritanya. Sambil merangkul saya.

“Apa di mata ndu itu buk?”. (Devi)

Devi mengarahkan pandangannya ke mata saya. Ternyata ia heran melihat saya memakai kacamata. Sya menjelaskan pada Devi apa yang saya pakai.

Ini namanya kacamata Devi cantek. Kalau kakak-kakak yang udah gak jelas lagi ngeliat muka kalian, dia harus pake kacamata. Biar nanti jelas ngeliat kalian”.(Peneliti)

Setelah saya menjelaskan tidak ada pertanyaan lain yang timbul, mungkin mereka mengerti atau mereka tidak tau apa yang saya katakan. Kegiatan selanjutnya adalah makan malam yang dimana kegiatan ini juga sama seperti makan siang, namun pada saat makan malam anak-anak bisa menonton TV sampai jam sembilan malam. Setelah selesai makan dan kebersihan,mereka nenonton TV. Selesai menonton mereka akan melakukan kebaktian malam. Kebaktian merupakan hal wajib dilakukan baik pagi setelah bangun dan malam sebelum tidur.

Tabel 4.5 Roster Kebaktian Malam

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

Helmida Ermawati T.P.Br Barus Helpianti Avanda Siapa yang tidak libur

Surya Marta Suruhenta Kristina Boy

May Sumber: Data lapangan Alpha Omega

Setiap hari berdasarkan roster diataslah kebaktian dipimpin. Karena setiap pengasuh mendapat jatah libur sehari dalam seminggu jadi untuk roster hari sabtu mereka menyesuaikannya. Selain itu juga pengasuh yang sudah menikah tidak

tinggal di asrama. Mereka sudah punya roster mengasuh dan tidak setiap hari datang ke asrama.

Kegiatan asrama yang demikian membuat anak-anak terlatih dan terbiasa nantinya teratur jika sudah keluar dari asrama. Terlihat disini bahwa dalam kehidupan asrama ada nilai-nilai pendidikan yang ditanamkan meski tidak secara langsung dan secara tegas dikatakan pada anak. Pendidikan berfungsi untuk mengontrol anak dan pihak pendidik menentukan kelakuan yang harus diterapkan anak-anak (Nasution, 2010: 18). Semua dibentuk dalam peraturan, dimana peraturan ini ditransfer kepada anak dengan cara-cara yang dianggap mampu ditangkap anak di yayasan ini. Seperti pemberian hadiah pada anak yang melakukan tugas dengan baik, membujuk anak agar mengikuti apa yang dikatakan gurunya, hal ini dilakukan secara terus menerus sehingga anak mengingat dan menjadi terbiasa. Hal kecil yang sangat nyata adalah membuang sampah. Anak- anak di sini selalu membuang sampah mereka ke dalam keranjang sampah.

4.2.2.2 SLB (Sekolah Luar Biasa)

Melalui SLB anak-anak penyandang cacat dididik dan dilatih hidup mandiri dan terampil. Sesuai dengan hasil pendataan di Kab. Karo, karena banyak anak yang mengalami cacat mental, bisu dan tuli maka yayasan ini membuka sekolah luar biasa untuk Tunarungu, Tunagrahita dan Tunawicara dengan program pendidikan berbasis life skill (keterampilan hidup). Disini pengertian keterampilan hidup lebih luas dari kemampuan untuk bekerja, Dengan pendidikan seseorang bisa memecahkan permasalahan yang ada di sekitarnya, mampu

mengendalikan emosional meereka. Tujuan pendidikan yang berbasis life skill ini adalah:

1. Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi.

2. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas.

3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat.( Batubara, 2004: 95)

Adapun klasifikasi pendidikan SLB dibagi menjadi tiga kelompok dengan jenjang pendidikan yaitu pendidikan persiapan, dasar, lanjutan dan karya. Kelas persiapan dibagi menjadi tiga kelas yaitu P1 dan P2 sedangkan kelas dasar dibagi menjadi D1.D2, dan D3 sampai D6, karena kelas ini seperti SD. Sedangkan kelas lanjutan dan karya ada kelas menjahit/ bordir, musik, dan batik. Ada juga peternakan dan pertanian di Desa Lingga yang menjadi tempat memberdayakan anak-anak Alpha Omega. SLB ini memperoleh akreditasi B. Melalui SLB anak- anak di sini mendapatkan pendidikan dan pelatihan agar nantinya mampu terjun langsung kemasyarakat.

4.2.3 Pendidikan Alpha Omega

Dokumen terkait