• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Studi Kasus Pada Panti Alpha Omega di Kabanjahe)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Studi Kasus Pada Panti Alpha Omega di Kabanjahe)"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

PROFIL INFORMAN

1. Nama: Inganta Sembiring

Jenis Kelamin: Perempuan

Usia: 34 tahun

Agama: Kristen Protestan

Pendidikan Terakhir: D2 SGPLB (Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa)

Alamat: Jln. Jamin Ginting Gg. Sumbul Kabanjahe

Ibu ini memiliki rambut yang panjang dan suara yang kecil, setiap hari ia

datang lebih cepat dari guru laiinya karena ia dalah kepala sekolah Alpha Omega.

Suka memakai stelan kemeja dan celana adalah ciri ibu ini. Ibu ini suka tersenyum

dan kesehariannya diisi dengan kesibukan yang amat padat karena banyak hal

yang harus ia persiapkan. Seperti pada saat peneliti melakukan observasi, ia

sangat sibuk mengurus keberangkatan guru untuk melakukan pelatihan ke Medan

dan di lanjutkan dengan liburan ke Bali. Dimana kegiatan ini adalah kegiatan rutin

tahuan yayasan. Kebetulan tahun ini mereka berangkat ke Bali. Datang lebih awal

dan pulang lebih akhir merupakan keseharian ibu ini.

2. Nama : Ester Pinem

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Usia : 47 Tahun

Agama : Kristen Protestan

(2)

Alamat : Berasitepu

Bersuara besar dan dekat dengan anak didiknya, adalah ciri khas ibu ini.

Rambut panjang yang di gulung ke atas selalu menjadi tampilan kesehariannya.

Ibu ini bekerja di yayasan ini bersama suaminya pak Darson Sitepu. Ia merupakan

guru DKP yaitu guru pemerintah yang diperbantukan di yayasan karna ia adalah

seorang PNS. Penghasilan ibu ini dari Alpha Omega ini sekita Rp.3.000.000.

3. Nama: Dameria Br. Sembiring

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Usia : 43 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan Terakhir : D2. SGPLB

Alamat : Jln. Mesjid Lau Cimba

Ibu ini adalah guru tetap yayasan yang mengajar di kelas dasar. Ibu ini

merupakan guru yang sibuk setiap harinya. Walaupun siswanya tidak terlalu

banyak namun anak didiknya sedikit sulit dihadapi. Tinggi semampai rambut ikal

dan rapi merupakan ciri-ciri ibu ini. Setiap hari ibu inilah yang selalu

mencari-cari anaknya, karena anaknya termasuk anak yang lasak.

Ia telah delapan belas tahun mengajar di yayasan ini. Lebih dari setengah

peerjalanan yayasan ini ia tahu, mulai dari perkembangan anak, kurikulum

(3)

1.300.000 per bulannya. Memang tidak sebesar ibu Pinem namun ia tetap

menikmatinya karena bekerja disini lebih kepada melayani dan mengabdi.

4. Nama : Malemina Br. Ginting

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Usia : 45 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan Terakhir : SMA

Alamat : Kabanjahe

Ibu ini termasuk sudah lama juga di Alpha Omega. 20 tahun bukan waktu

yang singkat untuk ibu ini. Banyak hal yang sudah ia lalui dengan asrama dan

yayasan. Ibu ini memakai kacamata dan ia selalu mengikat rambutnya. Setiap hari

ia datang pada pukul jam 10.00 pagi, karena memang rosternya mengajar selalu

dimulai pada jam itu.Bermula dari menjadi pengasuh anak di asrama ia memulai

karirnya di yayasan ini.

”Singuda-ngusda denga enggo jenda aku, sange jadi pengasuh lebe,

emaka iangkat jadi guru” (Malemina)

Kesederhanan ibu ini membuat ia banyak disenangi anak-anak. Setiap

datang ke sekolah ia selalu menyempatkan diri bermain dahulu dengan anak-anak.

Setelah itu ia baru masuk keruangan menjahit bersama anak didiknya.

5. Nama : Mariati Br. Sembiring

Jenis Kelamin : Perempuan

(4)

Usia : 43 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan Terakhir : SGPLB

Alamat : Kabanjahe

Selama 23 tahun ibu ini telah mengajar diyayasan ini. Kacamata, rambut

di ikat dan suara yang lumayan besar adalah ciri ibu ini. Setiap hari ia selalu

datang tepat waktu dalam mengajar. Ia merupakan guru kesayangan Untung.

Banyak kelas yang ia pegang seperti kelas musik, kelas menjahit dan bordir.

Selain itu ibu ini juga menjadi guru koor bagi guru-guru di yayasan ini.

Ia seorang yang supel dan mudah diajak berbincang-bincang. Ia orang

yang terbuka, ketika semua pertanyaan yang saya ajukan ia tidak berbelit-belit

menjawabnya. Ibu ini juga perhatian pada anak didiknya, tak segan-segan ia

memarahi anaknya yang belum mandi pagi dan sikat gigi. Sampai-sampai di kelas

ia menyediakan sikat gigi untuk anak-anaknya.

6. Nama : Pdt. Mestika Ginting S.th

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Menikah

Usia : 38 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan Terakhir : Sarjana Teologia

Alamat : Jln Kiras Bangun

Pendeta ini bertugas baru satu tahun enam bulan dan masa jabatannya

(5)

sebagai Direktur. Badannya yang tinggi dan agak gemuk. Kumis tipis dan suara

yang besar adalah ciri khas pendeta ini. Ia seorang yang tidak kaku terbukti dari

santainya alur wawancara bersama pendeta ini. Sebagai pemimpin ia harus juga

memahami semua unit dan bidang-bidang di yayasan ini. Walaupun sekarang ia

sedang ,menenpuh pendidikan S2 tidak membuat aktifitasnya di yayasan

terbengkalai. Dua kali seminggu atau bahkan lebih ia harus ke Medan untuk

kuliah, pergi pagi dan kembali di pagi buta sudah menjadi kebiasaan pendeta ini

selama kuliah. Pendapatan pendeta ini dari yayasan ini sekitar Rp. 1.300.000

Seorang anak perempuan yang masih SD, itu adalah anak satu-satunya

dari pendeta ini. Mereka sekeluarga tinggal di yayasan ini bersama ABK lainnya,

karena itu adalah ketetapan dan keharusan dari Moderamen. ABK di yayasan ini

cukup dekat dengan pendeta ini, terbukti dari antusiasnya anak menghampirinya

dan minta dipeluk olehnya. Setiap ia datang ke lapangan atau baru pulang dari

tugas atau kuliah, semua anak berbondok-bondong menyerbunya dan

menyapanya. Sama halnya juga dengan istri pendeta ini, yang mereka panggil

“mamak”. Ia juga selalu dikerumuni anak-anak karena memang sifatnya yang

ramah dan juga dekat dengan anak-anak.

Pendeta ini tidak pernah meninggalkan agenda rapat dengan pihak

Moderamen untuk membahas mengenai yayasan, ia juga tidak pernah kelewatan

untuk mendidik vikaris yang bertugass di yayasan ini. Keseahriannya yang

sederhana membuat ia banyak disenangi dan selalu dinanti anak-anak.

7. Nama : Suruhenta Sembiring Milala

(6)

Status : Belum Menikah

Usia : 28 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan Terakhir : Sarjana Pendidikan Mate-matika

Alamat : Jln Kiras Bangun

Pak Suruhenta ini sudah sembilan tahun menjadi pengasuh di yaysan ini.

Setelah tamat SMA ia bekerta di asrama dan baaru seminggu bekerja ia sudah

sanagt bosan karena pekerjaan yang ia terima sangat tidak mengenakkan baginya.

Namun ketika itu ia coba bertahan dengan tetap memakai prinsip melayanai

padahal gaji yang gaji tidak sesuai tapi itu dulu. Bertahan hingga sembilan tahun

bukan waktu ayng singkat, di tengah perjalanannya ia mengambil sekolahnya, ia

kuliah. Dalam seminggu ia memiliki waktu libur sehari dan diwaktu libur itulah ia

kuliah. Ia menyelesaikan kuliahnya dan wisuda tahun 2012 kemarin dan sekarang

ia telah mendapat gelar S.pd

Tidak terlalu tinggi, hitam manis dan suara yang kecil. Selalu sibuk

mengurus asrama, merupakan ciri dan kesehariannya. Gaji Rp.900.000 tidak

membuat ia menyerah untuk menjadi pengasuh. Pengasuh yang belum menikah

tinggal di asrama bersama anak-anak, karena belum menikah ia tinggal di asama.

Memandikan anak, menyuci baju anak dan membersihkan ruang tidur anak

(7)

8. Nama : Meilani Br Sembiring

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 15 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Alamat : YKPC Alpha Omega

Rambut pendek, selalu memakai bando, bercelana pendek, dan

suka bercerita adalah ciri-ciri anak ini. Asal dari Meilani sendiri adalah

Kuta Buluh Berteng, sebelumnya ia tinggal di suka makmur sibolangit. Ia

pindah ke Alpha Omega karena tidak betah di sana.

“Meilani beru sembiring bere karona” (Meilani)

Ia menjelaskan pada saya nama lengkapnya. Lalu ia banyak

bercerita tentang ayah dan ibunya yang sudah tidak ada lagi, dan ia hanya

tinggal dengan neneknya. Banyak hal yang ia ceritakan, mulai dari

bagaimana abang dan kakaknya.

Meilani ini termasuk anak yang paling bisa diajak

berbincang-bincang, walaupun terkadang harus mengikuti suasana hatinya. Setiap kali

saya datang ia langsung mengejar saya dan meminta permen atau penjepit

rambut yang saya janjikan sebelumnya. Daya ingatnya lumayan juga

dibandignkan dengan anak yang lain.

Di kelaspun ia termasuk anak yang mampu menerima pelajaran, ia

bisa menetkan warna untuk rumput, sekolah dan jalan. Ia bisa berhitung

dan bahkan kadang mengjarai temannya berhitung.

Kelemahan Meilani adalah ketika kumat ia bisa melempar semua

(8)

bahkan menendang-nendang pintu. Solusinya adalah ia harus dinasehati

dan pada akhirnya ia akan pergi dam mengurung dirinya di kamar asrama.

9. Nama : Raskita Sinulingga

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 20 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Alamat : YKPC Alpha Omega

Raskita, ia anak yang baik, tidak suka ribut dikelas. Rambut yang pendek

dan keriting, badan yang tinggi dan besar dan selalu mendengar apa yang

dikatakan gurunya. Ini adalah beberapa ciri-ciri dari Raskita. Raskita berasal dari

Desa Kampung Simalem. Ia berada di kamar satu, di kamar ini ia menghabiskan

sebagian besar harinya.

Daya tangkap Raskita lebih lemah dari Meilani, oleh karena itu mereka

ditempatkan pada kelas yang berbeda. Raskita lebih senang mewarnai dan

bernyayi. Ia sanggup bernyayi mulai dari masuk kelas hingga kelas berakhir.

Terkadang lagu yang sama diulang hingga berkali-kali. Walau demikian ia tidak

suka mengganngu temannya. Daya tangkap yang lemah tidak membuat ia tidak

tau membedakan mana yang baik dan yang salah. Raskita membela Ivan ketika

berkelahi dengan Juan, karena memang Juan yang salah. Padahal pada saat itu

Raskita digigit oleh Juan. Hal ini tidak menyebabkan ia tidak membela Ivan.

Setelah itu ia akan mengadu pada gurunya dan lukanya diobati.

Selalu menurut dan patuh terhadap aturan yang diberikan gurunya, ketika

istirahat ia lebih senang berada dikelas. Mengupas kemiri yang ia ambil dari

(9)

diberikannya kepada ibu Pinem. Kesehariannya yang selalu gembira membuat

guru menyayanginya dan memang ia tidak suka merengek seperti anak yang lain.

10.Nama : Rini Br. Ginting

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 13 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Alamat : YKPC Alpha Omega

Pendek dan berkulit hitam membuat Rini medah dikenali oleh siapapun

termasuk saya. Dari beberapa anak yang saya wawancarai ia menarik perhatian

saya. Keingintahuannya yang tinggi terhadap sesuatu membaut saya salut dan

senang mengajarnya. Tidak jelas dalam berbicara dan pendengarannya yang

kurang jelas, jadi terkadang suara kiat harus sangat besar jika berbicara dengan

dia. Pilihan lain adalah mengeja apa yang kita katakan maka ia akan mengerti,

walaupun agak lama.

Banyak gelang di tangannya, ternyata ia sangat suka dengan aksesoris.

Gelang dan anting ia peroleh dari saudaranya yang datang menjenguknya. Rini

sendiri berasal dari daerah terpencil di Sibolangait yaitu Buluh Awar. Tempat yng

masih jauh dari jamahan modernisasi dan globalisasi. Ia ditempatkan disini pun

atas rekomendasi pendeta.

11.Nama : Devi

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 13 Tahun

Agama : Kristen Protestan

(10)

Devi anak yang suka sekali bertanya, apapun yang ia lihat akan selalu ia

tanyakan. Suaranya yang kecil mebuat ia harus selalu mengulang apa yang ingin

ia sampaikan pada gurunya karena gurunay tidak mendengarnya. Ia kurang fokus

dalam belajar karena kesenangannya hanya bernyayi. Rambut sebahu kulit yang

hitam karena suka bermain di bawah matahari adalh ciri khas Devi.

Pandanagnnya tekadang kosong, apa yang difikirkannya pun sulit di tebak.

Ketika ditanya apa yang dialmunkan ia hanya tersenyu dan memukul saya dengan

pelan. Devi selalu menggandeng saya kemanapun selama jam sekolah. Jika sudah

mulai berbicar Devi tidak akan berhenti bercerita,mulai dari kehidupannya

dikampung, bagaimana adiknya, bagaimana orang tuanya dan bagaimana baiknya

(11)

Contoh Kurikulum Alpha Omega Untuk Kelas Dasar Mata Pelajaran: Keterampilan

N o

Standar

Kopetensi Kopetensi Dasar Materi Indikator

Pengalaman Belajar

1 Menciptakan/ mengekspresika n diri melalui karya kerajinan

Mengekspresikan diri melalui karya kerajinan dengan teknik menggunting, merobek kertass Merobek / mengguntig kertas Anak dapat merobek dan menggugunting kertas Merobek-robek kertas dengan bebas mulai yang besar ke yang kecil.

menggunting mulai yang besar ke kecil dan

sebaliknya

2

Mengekspresik an diri melalui karya seni

Mengenal karya kerajinan teknik (menggunting sesuai pola terikat) garis lurus dan garis bergelombang Menggunti ng terikat Anak dapat menggunting sesuai pola Grs. lurus Grs.bergelom bang 3 Memahami elemen-elemen musik ke dalam kreasi musik Menyayikan lagu anak Lagu cicak di dinding Anak dapat menyayikan lagu cicak di dinding

Lagu cicak di dinding

4

(12)

Mata Pelajaran: IPS N o Standar Kopetensi Kopetensi

Dasar Materi Indikator

Pengalaman Belajar 1 Memahami sarana umun Mengenal tempat ibadah Tempat beribadah di Indonesia Menyebutkan tempat ibadah dan agama di Indonesia Katolik ke Gereje. Protestan Ke Gereja. Islam Ke Masjid. Hindu ke Wihara. Budha ke Pura 2

Memahami sarana umum

Memahami sarana

kesehatan Kegunaan sarana kesehatan Mneyebutkan sarana dan fungsi sarana kesehatan PUSKESMAS, Klinik, Rumah sakit, dan ketiganya merupakan tempat berobat 3 Memahami sarana umum Memahami sarana transportasi Sarana transportasi Menyebutkan alat transportasi darat, laut, udara Darat: mobil, kreta api. Udara: pesawat terbang. Lut: kapal laut 4

Memahami keanekaragaman di Indonesia

Suku yang ada di Sumatra Utara Suku-suku di SUMUT Menyebutkan dan menuliskan suku tersebut Suku, batak, karo, simalungun, jawa, melayu dll Mata Pelajaran:IPA N o Standar Kopetensi Kopetensi

Dasar Materi Indikator

(13)

2 Memahami anggota tubuh dan kegunaannya Menyebutan kegunaan anggot tubuhnya Kegunaan dari pada nggota tubuh Menyebutkan kegunaan anggota tubuhnya Mata untuk melihat. Mulut untuk makan. Tangan untuk memegang 3 Mahluk hidup dan proses kehidupannya Menyebutkan bagian tubuh hewan Bagian tubuh hewan, jumlah kaki, tangan Menyuarakan suara hewan, menyebutkan tempat tinggal hewan Hewan berkaki dua dan empat, Kepala, badan kaki, Kok... kok.. suara ayam. Ayam hidup di Darat

Mata Pelajaran: Matematika

N o

Standar Kopetensi

Kopetensi

Dasar Materi Indikator

Pengalaman Belajar

(14)

Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia N o Standar Kopetensi Kopetensi

Dasar Materi Indikator

Pengalaman Belajar 1 Membedakan bunyi, medengarkan dongeng Mendengarkan dan membedakan berbagai bunyi dan menyebutnya dengan benar Huruf vokal a, i, u, e, o

Menyebutkan dan menunjukan huruf vokal Menunujukan huruf U 2 Membaca nyaring huruf dan menyebutkan huruf Membaca abjad A-Z Huruf A-Z Menyebutkan dan menuliskan huruf A-Z Menyebutka dan menuliskan A-Z 3 Membaca nyaring kata Membaca kata dan menulis kata sederhana Kata Menyebutkan kata dan menuliskannya Menyebutkan suku kata seperti ma-kan, mi-num 4 Mendengarkan bunyi Mendengarkan dongeng dan menyebutkan tokohnya Dongeng Menyebutkan judul dongen, tokoh dan cerita dongeng tersebut Cerita tentang dongeng

Mata Pelajaran: PKN

N o

Standar Kopetensi

Kopetensi

Dasar Materi Indikator

Pengalaman Belajar 1 Menerapkan hidup rukun dengan teman sekolah Menerapkan hidup rukun dengan teman sekelas Hidup rukun dengan teman sekelas Melaksanakan hidup rukun dengan teman sekelas Tidak bertnegkar satu sama lain 2 Membiasakan tertib di sekolah

Menyebutkan contih tertib di

(15)

Mata Pelajaran: Olahraga N o Standar Kopetensi Kopetensi

Dasar Materi Indikator

Pengalaman Belajar 1 Menerapkan budaya sehat Menjaga kebersihan lingkungan asrama dan sekolah Membersihkan lingkungan asrama dan sekolah Membersihkan lingkungan asrama dan sekolah Lingkungan asrama harus dibersihkan, rumput dan sampah juga demikian. 2 Menerapkan budaya sehat Menjaga kebersihan gigi dan mulut Menggosok gigi Menjaga kebersihan gigi dan mulut Menggosok gigi dengan baik 2x sehari

3 Melakukan gerak dasar kedalam aktifias jasmani dan nilai yang terkandung di dalamnya Melakukan gerak dasar jalan, lari, lompat ke berbagai arah. Gerak dasar jalan,lari lompat Melakukan gerak dasar jalan, lari, lompat Mendemonstar isakn gerak-geraknya 4 Menerapkan budaya sehat Menjaga kebersihan diri Mencuci tangan dan kaki

(16)

PEDOMAN WAWANCARA

WAWANCARA UNTUK KEPALA SEKOLAH

I. IDENTITAS

1. Nama:

2. Jenis Kelamin:

3. Usia:

4. Usia:

5. Agama:

6. Pendidikan Terakhir:

7. Status:

8. Alamat:

II. PERTANYAAN TENTANG YAYASAN ALFA OMEGA

1. Tahun berapa yayasan Alfa Omega ini didirikan di kota Kabanjahe

2. Bagaimana latar belakang berdirinya yayasan ini?

3. Apa tujuan didirikan yayasan ini?

4. Program pendidikan apa sajakah yang tesedia di yayasan ini?

5. Apakah kelebihan yayasan ini dengan yayasan lain?

6. Setelah siswa menamatkan sekolahnya di sini kemana tujuan

mereka selanjutnya?

7. Bagaimana pelaksanaan ujian akhir di yayasan ini?

8. Bagaimana dengan akreditasi yayasan ini?

9. Berapa biaya pendidikan di yayasan ini?

10.Berapa jumlah guru yang ada di yayasan ini?

11.Bagaimana karakteristik guru yang mengajar di sini? Apakah ada

spesialisasi untuk guru yang mengajar?

12.Apakah ada pelatihan khusus untuk guru?

13.Apakah ada kegiatan khusus yang dilakukan di luar yayasan?

14.Apakah tujuan dari kegiatan tersebut?

15.Kendala apa yang dihadapi oleh anak? Contoh kendala yang

dialami dan sering muncul?

(17)

17.Bagaimana prasarana dan mata pelajaran apa saja yang diajarkan di

yayasan ini?

WAWANCARA UNTUK GURU

I. DENTITAS

1. Nama:

3. Jenis Kelamin:

4. Usia:

5. Agama:

6. Pendidikan Terakhir:

7. Status:

8. Alamat:

II. PERTANAYAAN SEPUTAR MODEL PENDIDIKAN

1. Sudah berapa lama anda mengajar di yayasan ini?

2. Mata pelajaran apa yang anda bawakan di ayasan ini?

3. Bagaimana cara anda menyampaikan mata pelajaran yang anda bawakan

dan media apa yang anda gunakan?

4. Metode seperti apa yang anda gunakan?

5. Bagaimana kelengkapan alat bantu yang tersedia dan yang anda gunakan

pada saat mengajar?

6. Apa motivasi anda mengajar di yayasan ini?

7. Bagaimana cara anda mendekatkan diri dengan anak didik anda?

8. Bagaimana metode khusus yang digunakan untuk mengahadi ABK yang

(18)

WAWANCARA UNTUK ABK

I. IDENTITAS ANAK

1. Nama:

2. Jenis Kelamin:

3. Usia:

4. Agama:

PERTANYAAN SEPUTAR KEHIDUPAN ABK

1. Apakah anda merasa nyaman bersekolah di yayasan ini dan tinggal di

asrama ini?

2. Bagaimana insentitas anda bertemu dengan orang tua anda?

3. Bagaimana anda berkomunikasi dengan teman, guru, dan sekitar anda?

4. Apa yang anda rasakan selama berada di yayasan ini?

5. Tertarik atau tidak anda dengan kegiatan yayasan?

6. Apa sajakah yang anda dapatkan dari yayasan ini?

(19)

DOKUMENTASI

Anak bermain angklung

(20)

ABK menjawab soal yang di berikan guru

(21)

Suasana Kelas ABK di Kelas Persiapan

(22)

Ketika sore hari anak-anak duduk dan bermain di depan kamar asrama mereka

(23)

Halomoan dan hasil batiknya, ia juga termasuk berprestasi dalam bidang olahraga.

(24)
(25)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Batubara, Muhyi. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Ciputat Press

Faisal, Sanafiah. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Faisal, Sanafiah. 1981. Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional

Narwoko J. Dwi, Suyanto Bagong. 2007. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nasutiaon, S. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nasution, M Arif dkk, 2008. Metodologi Penelitian. Medan: FISIP USU Press.

Nuryanti, Lusi. 2008, Psikologi Anak. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang.

Paul Jhonson, Doyle. 1986, Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT. Gramedia

Poloma, M Margaret. 2003. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Ritzer, George. 2009. Teori Sosiologi. Jakarta: Kreasi Wacana Yogyakarta.

Soekanto, Soerjono.2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sumadi, Suryabarata. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada..

Sumadi, Suryabarata. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada..

(26)

Yusuf, Al Huda dkk. 2011. Profil Anak 2011. Jakarta: CV. MiftahurRizky.

Sumber Lain:

Kompas 4 Oktober 2013 Indonesia Rekomendasikan Agenda Pembangunan Bagi Penyandang Disabilitas.

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=ANAK+BERKEBUTUHAN+KHUSUS 

source.ditplb.or.id diakses pada 24 September 2012 pukul 09.36)

http://sumut.bps.go.id/indexh.php?kdx=tstasek&kd=1626 diakses pada 24

September pukul 19.55)

http://www.gbkp.or.id diakses pada 24 September 2012 pukul 10.10).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30753/4/Chapter%20I.pdfdiakses

pada 01 oktober 2012

http://sumut.bps.go.id/indexh.php?kdx=tstasek&kd=1626 diakses pada 01

oktober 2012 pukul 10.35

http://www.idp‐europe.org/docs/uio_upi_inclusion_book/6‐

Menuju_Inklusi_dan_Pengayaan.pdf diakses pada 06 juni 2013 pukul 13.00

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan

menggunakan pendekatan studi kasus atau case study. Tujuan dari penelitian

kualitatif ini adalah agar dapat memahami masalah yang akan diteliti. Penelitian

kualitatif dengan pendekatan studi kasus ini dapat diartikan sebagai penelitian

yang menggunakan pengamatan secara mendalam sehingga masalah penelitian

dapat dijelaskan dengan mengetahui hasil dari masalah yang diteliti tersebut.

Dalam penelitian ini yang dijelaskan adalah mengenai bentuk pendidikan yang

yang diterapkan di Alpha Omega, selain itu juga untuk mengetahui bagaimana

metode yang digunakan dalam mendidik ABK. Selain itu ada hal yang membuat

pendidikan di tempat ini menarik, dimana setiap anak hanya dikenakan biaya Rp.

200.000 dalam sebulan, padahal lembaga ini tidak berdiri dibawah naungan

pemerintah dan berdiri sendiri.

Pendekatan Studi kasus adalah penelitian mendalam mengenai unit sosial

tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi baik

mengenai unit tersebut. Tujuannya adalah untuk mempelajari secara intensif latar

belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial baik

(28)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabanjahe Kecamatan Kabanjahe. Adapun

alasan peneliti meneliti di tempat tersebut karena Kabanjahe ini merupakan salah

satu daerah yang merupakan tempat pendidikan anak berkebutuhan khusus.

Dimana tempat ini telah dikenal di wilayah Sumatera Utara sebagai lembaga

pendidikan anak berkebutuhan khusus.

3.3 Unit Analisis dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek

dari penelitian. Biasanya dari beberapa unit analisis yang lazim digunakan pada

kebanyakan penelitian sosial seperti individu dan kelompok sosial, yang menjadi

unit analisis dan objek kajian dalam penelitian ini adalah seluruh bagian dari

Lembaga Alpha Omega baik pengurus, pendidik yang mendidik anak

berkebutuhan khusus dan juga ABK yang menjadi pendukung penelitian ini.

3.3.2 Informan

Informan penelitian ini diperoleh dengan cara snowboling sampling,

karena peneliti telah mengetahui siapa yang memahami informasi objek

penelitian. Peneliti berupaya menemukan gatekeeper yaitu orang yang pertama

dapat menerima peneliti di lokasi penelitian sehingga peneliti mendapat informasi

(29)

Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

a. Informan kunci

 Pengurus lembaga Alpha Omega Kabanjahe

 Pendidik dan pengasuh yang mendidik anak berkebutuhan khusus di

Alfa Omega

b. Informan biasa

 Anak berkebutuhan khususyang diasuh oleh Alfa Omega yang

berumur 7-20 tahun

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi

yang dapat menjelaskan dan menjawab pemasalahan-peermasalahan yang

bersangkutan. Didalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan

adalah data primer dan sekunder, yang digolongkan sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat melalui penelitian lapangan,

dimana peneliti secara langsung terjun ke lapangan untuk melakukan

penelitian. Penelitian ini dilakukan melalui:

1.1 Observasi atau pengamatan secara langsung. Data didapat melalui

pengamatan yang dilakukan terhadap masalah yang diteliti. Artinya

peneliti langsung terjun ke lokasi tempat dimana ABK itu

diberdayakan.

1.2 Observasi Partisipan. Melalui teknik ini peneliti mengunakan panca

(30)

manusia. Obseervasi partisipasi yang dimaksud adalah pengumpulan

data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung

hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan

objek pengamatan. Dengan demikian pengamat betul-betul menyelami

kehidupan objek pengamatan dan bahkan tidak jarang pengamat

kemudian mengambil bagian dalam kehidupan budaya mereka

(Burhan, 2007:115-116).

Dengan teknik pengumpulan data observasi partisipan, peneliti

berinteraksi secara langsung dan tinggal di tempat ABK tersebut.

Disini Peneliti memilih untuk belajar menjadi seorang pengasuh.

1.3 Wawancara Mendalam. Merupakan proses tanya jawab yang

dilakukan peneliti kepada informan untuk dapat lebih menggali

permasalah yang diteliti. Peneliti bertanaya secara langsung kepada

narasumber. Peneliti akan mewawancarai para pendidik di Alpha

Omega sebagai fokus penelitian juga ABK sebagai informan

pendukung.

Adapun yang ingin dieksplorasi dari informan adalah:

 Keadaan ABK secara umum.

 Bentuk pendidikan yang di terapkan di Alpha Omega.

 Metode mengajar guru di lembaga ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari objek peneliti secara tidak

(31)

dengan mengumpulkan data melalui buku, artikel, surat kabar, internet dan

media lainnya yang berhunbungan dengan peermasalahan yang diteliti.

3.5Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan pengertian data yang lebih dinamis, Sehingga

Interpretasi data merupakan penjelasan yang lebih terperinsi tentang data yang

dipaparkan. Memberikan Interpretasi data berarti memberikan makna,

memberikan arti, serta memberikan gambaran yang lebih luas mengenai data

penelitian. Data penelitian itu umumnya merupakan catatan lapangan, oleh

karena itu perlu diseleksi dan dibuat kategori-kategori. Data yang telah

diperoleh dari studi kepustakaan juga terlebih dahulu di evaluasi untuk

memastikan relevansinya dengan permasalah penelitian. Setelah itu data

dikelompokkan menjadi satuan yang dapat dikelola, kemudian dilakukan

interpretasi data mengacu pada tinjauan pustaka. Sedangkan hasil penelitian di

narasikan sebagai pelengkap dari penelitian. Akhirnya adalah penggambaran

atau penuturan dalam bentuk kalimat-kalimat tentang apa yang telah diteliti

sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan (Faisal 2007:257).

3.6Keterbatasan Penelitian

Peneliti dalam melakukan observasi memiliki beberapa keterbatasan yang

nantinya perlu diperhatikan ketika ini dijadikan sebagai kajian ilmiah oleh para

akademis atau praktisi. Keterbatasan peneliti antara lain:

1. Penelitian ini hanya membahas bagaimana pendidikan ABK di Alpha

Omega di Kabanjahe

2. Peneliti sedikit kesulitan ketika berkomunikasi dengan anak, karena masi

(32)

pengasuh peneliti juga kurang paham karena tidak mempunyai dasar

pendidikan ABK.

3. Peneliti sedikit kesulitan mewawancarai informan karena kesibukan

mereka masing-masing. Padahal peneliti sudah membuat jadwal

wawancara, namun jadwal itu tidak terlaksana sebagaimana mestinya.

[image:32.612.134.502.280.474.2]

3.7Jadwal Penelitian

Tabel 3.1 jadwal pelaksanaan kegiatan

NO KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi X

2 ACC Judul X

3 Penyusunan Proposal Penelitian

X X

4 Seminar Proposal Penelitian X

5 Revisi Proposal Penelitian X

6 Penelitian Ke Lapangan X X X X

7 Pengumpulan Data dan Analisis

X X X X

8 Bimbingan/ Laporan Akhir X X X X

(33)

BAB 1V

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA

4.1Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Berdirinya Alpha Omega

Latar belakang berdirinya YKPC GBKP ALPHA OMEGA dimulai dari

pergumulan Pdt. Salomo Sitepu, Sth. (Alm) dimana anak kedua dari pendeta ini

yang bernama Ruth Br. Sitepu mengalami keterbelakangan mental. Pada sidang

sinode GBKP tahun 1984 di Cububur Jakarta, dia memilih menjadi sekretaris

bidang II pembangunan dan pengembangan GBKP periode 1984-1989. Jabatan ini

mengharuskan dia tinggal di Kbanajahe, sekitar kantor pusat GBKP. Setelah

tinggal menetap di Kabanjahe pergumulan pendeta sangat terasa didalam

pengasuhan dan pendidikan Ruth Sitepu. Pergumulan itu sering dibicarakan

kepada Moderamen GBKP dan rekan-rekan pendeta.

Jalan keluar yang diberikan teman sekerja kepada pendeta ini yakni agar

anaknya dibawa ke panti Karya Hepata Laguboti. Panti Karya ini adalah suatu

tempat pemeliharaan dan pendidikan bagi orang-orang yang berkebutuhan khusus

yang dikelola oleh Diokonia Charitas HKBP. Setelah itu Ruth dibawa ke panti ini,

ternyata pada panti ini ada beberapa orang dari Kabupaten Karo. Dari pergumulan

tersebut muncul satu pertanyaan apakah GBKP juga tidak memungkinkan

membuka pelayanan untuk ABK ini.

Dalam GBKP juga ada Tiga Tugas Panggilan Gereja, salah satunya adalah

(34)

memperlihatkan kasih Allah kepada dunia. Oleh karena itu pendeta ini terus

membawa pergumulan ini ke sidang-sidang moderamen GBKP. Atas dasar

diakonia rekan-rekan sekerja moderamen menyatakan hal itu penting, tetapi masi

ada prioritas yang lebih penting sudah menjagi program kerja, lagi pula mungkin

penyandang cacat didi Kabupaten Karo tidak begitu banyak. Walaupun ada belum

saatnya mendirikan panti penyandang cacat, tetapi Pdt.DR.A.Ginting Suka yang

pada saat itu menjadi ketua umum moderamen GBKP mengingatkan pesan sidang

raya dewan gereja sedunia tahun 1983 di Vancover Kanada. Pada sidang raya ini

secara mendalam telah dibicarakan tentang korban-korban kemanusiaan yang

terjadi ditengah-tengah dunia ini. Korban-korban kemanusiaan itu antara lain

korban terst nuklir di Kepulauan Pasifik, korban akibat kurang pemeliharaan ibu

sewaktu mengandung dan pemeliharaan balita yang mengakibatkan banyak

anak-anak yang mengalami kecacatan baik tubuh maupun mental. Keputusan pada

waktu itu adalah agar setiap insan manusi diberikan pelayanan yang baik, oleh

karena setiap insan adalah anak-anak Tuhan yang diciptakan berdasarkan gambar

Allah. Oleh dasar itu dewan gereja seduina menganjurkan agar gerea-gereja

menangani masalah-masalah kemanusiaan.

Gagasan itu kemudian dibicarakan oleh moderamen GBKP dengan Dewan

Pekabaran Injil NHK Belanda yang pada waktu itu diketuai oleh Pastor Yacob

Slobb. Gagasan ini benar-benar mendapat sambutan yang baik dari Dewan

Pekabaran Injil NHK, mereka menambahkan bahwa pelayanan gereja harus

seimbang diantaranya pelayanan pembangunan dan pelayanan pengasihan

(35)

penyandang cacat, NHK bersedia mencari dana pembangunan rumah baik itu

panti perawatan dan pendidikan.

Setelah NHK menyatakan kesediannya mendukung pelayanan ini, pada tahun

1987 Pastor Jacob berkunjung ke GBKP, pada pertemuan itu pastor meminta agar

rencana ini dibicarakan dengan satu majelis gereja. Setelahmendapat dukungan

dana pembangunan rumah ada masalah, yakni siapa yang menangani pendirian

Yayasan Penyandang Cacat ini. Akhirya moderamen GBKP melakukan

pembicaraan dengan parpem GBKP dalam hal ini Pdt. Borong Tarigan,S.Th dan

Pdt.Selamat Barus membangun gedung tersebut lalu Pdt.Salomo Sitepu, S.Th

bertugas menjajaki anak-anak cacat di Kabupaten Karo. Dari laporan pendataan

penyandang cacat sebagian besar yang dilaporkannya adalah cacat mental dan

bisu tuli. Modramen GBKP yang melihat data tersebut memutusakan membuka

pelayanan untuk cacat mental dan bisu tuli.Kemudian didirikanlah Yayasan ini

dengan Akte Notaris sebagai pendiri Pdt.DR.A.Ginting Suka (Ketua Umum

Modramen GBKP ketika itu), Pdt.E.P.Ginting,S.Th (Sekum GBKP) dan

Pdt.Salomo Sitepu, S.Th (Sekretaris Bidang II Pengembangan GBKP), pada

tanggal 21 Juli 1988.

Ketika Yayasan ini berdiri ada dua masalah (kesulitan) yang dihadapi yakni

Pengadaan guru dan biaya oprasional. Dewan Pekabaran injil NHK tidak bersedia

membantu biaya oprasional kerena sudah ada pernyataan kesanggupan

GBKP,kecuali jika ada satu Diakonia Gereja Belanda yang bersedia menjadi mitra

kerja Yayasan.Dalam mengatasi masalah ini dibuat strategi kerja yakni

Pdt.Salomo Sitepu, S.Th selanjutnya ditugasi untuk mencari guru-guru untuk

(36)

dari gereja Jerman dan Belanda.Gereja Swiffterbant Belanda ketika di hubungkan

oleh Dewan Pekabar dan injl NHK memberikan respon positif dan segera

melakukan bazaar. Gereja Jerman yang tergabung dalam VEM agar diminta

mencari dan memberi tenaga guru penyandang cacat untuk bekerja di Yayasan ini.

Almuth Grothaus anak dari Pdt.Warner grothaus (yang pernah melayani di

GBKP) baru tamat dalam pendidikan anak cacat. Setelah di lakukan pembicaraan

tentang kesediaan Almuth dan persetujuan orangtuanya,hal ini diajukan kepada

VEM Pdt.Pete Demberger (Sekretaris VEM) untuk asia sangat mendukung dan

menyetujui acara ini.

Dalam perkembangan selanjutnnya yayasan ini secara terus menerus mencari

dukungan dari pemerintah dan masyarakat. Jika ada tamu baik dari Belanda

maupun Jerman, mereka dibawa berkunjung ke Alpha Omega dan mereka

diberitahu tentang kebutuhan kedepan. Kepada VEM Jerman dimohonkan untuk

mengirim tenaga volunteer dalam bidang pendidikan, pengasuhan dan

keterampilan. Alpha Omega ini mendapat ijin oprasional surat Kanwil

DPDIKBUD Prov.SU. No 63/ I.05/ A/ 1990 TGL. 14-02-1990.

Adapun pengurus Yayasan Kesejahteraan Penyandang Cacat tahun 2010-2015

adalah sebagai berikut:

Pembina : Pt.Ir.Mulia Barus,Msi

Pt. Herman Tarigan

Benyamin Tarigan,S.pd

Pt. Taman Sinukaban

(37)

Ketua : Pdt. Mestika Ginting,S.Th

Tata Usaha : Lusiana Ginting

Asrama : Pt. R Paulus Purba

Pendidikan : Inganta Sembiring

Keuangan : Nominta Ginting

Gudang : Suruhenta Milala

Kesehatan : Nani Tarigan

Usaha Pelatihan : Pt. T. Sinukaban

4.1.2 Visi, Misi Yayasan Alpha Omega

Anak-anak yang mengalami kecacatan dan kekurangan sekarang ini

dipandang masih sebagai peersoalan hidup dan sebagai persoalan sosial yang sulit

diterima dan menunjukkan sikap yang kurang simpati. Dalam memproklamasikan

berita kesukaan bahwa Tahun Rahmat Tuhan telah tiba (bd. Lukas 4:18-19). Visi

YKPC Alpha Omega ini diturunkan dari misi GBKP butir kedua yaitu

menghargai kemanusiaan. Adapun Visi Alpha Omega ini adalah mensejahterahan

hidup penyandang cacat. Visi inilah yang merupakan pandangan Alpha Omega

jauh kedepan. GBKP melalui YKPC Alpha Omega secara berkesinambungan

menjalankan misi yakni :

1. Mengasuh, mencerdaskan, merehabilitasi dan memandirikan penyandang

cacat sehingga dapat hidup lebih sejahtera dan dapat berperan

ditengah-tengah masyarakat.

2. Mengubah pola pikir masyarakat yang masih negatif terhadap penyandang

cacat agar dapat memandang setiap insan sebagai Ciptaan Tuhan yang

(38)

4.1.3 Arti Nama dan Logo Alpha Omega

Alpha Omega adalah istilah teologis yang berarti “awal dan akhir” berasal

dari huruf pertama dan terakhir di dalam abjad Yunani. Secara Alkitabiah, istilah

ini mengarah kepada aktivitass Allah dan Kristus dalam menjadikan dan

menyelamatkan. Kemudian moderamen GBKP pada tahun 1988 menetapkan

nama yayasan ini menjadi Yayasan Penyandang Cacat (YKPC) Alpha Omega,

atas usulan Pdt. Salomo Sitepu, S.Th. Memahami bahwa GBKP terpanggil untuk

merealisir sifat-sifat Allah yang memelihara dunia sejak awal hingga akhir.

Dengan mewujudkan dalam panggilan pelayanan bagi anak-anak yang

berkebutuhan khusus atau tubuh yang tidak terlayani oleh keluarganaya.

Kemudaian makna pelayanan ini dituang dalam arti logo, membina persekutuan

anak berkebutuhan khusus walaupun mereka berbeda satu dengan yang lainnya di

dalam kondisi tubuh mentalnya.

4.1.4 Struktur Organisasi dan Personalia

Yayasan Kesejahteraan Penyandang Cacat GBKP Alpha Omega diangkat

lima tahun sekali oleh Moderamen GBKP dan bertanggung jawab kepada

Moderamen GBKP. Jumlah personil yang melayani disini ada sekitar 41 orang.

Jabatan dan statusnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Pegawai Alpha Omega

NO Jabatan Jumlah

1 Penguru Yayasan 5 orang

(39)

3 Pegawai Administrasi 2 orang

4 Guru 12 orang

5 Pengasuh 13 orang

6 Kesehatan/ Fisioterapy 1 orang

7 Tenaga honor 7 orang

Sumber: Alpha Omega dulu, kini dan esok

Daftar nama-nama Guru di Alpha Omega

1. Ester Pinem

2. Itarasa Br. Sitepu

3. Rusliana Tarigan

4. Darson Sitepu

5. Dameria Br. Sembiring

6. Mariati Br Sembiring

7. Cinta Malem Br. Ginting

8. Suasa Br. Purba

9. Mereksa Sitepu

10.Inganta Sembiring

11.Pt. R. Pulus Purba

12.Sumirah

Setiap harinya untuk memulai kerja mereka diadakan kebaktian bersama,

berlangsung mulai dari jam 08.00-08.30 yang dipimpin secara bergantian. Melalui

kebaktian ini diharapkan semua dapat bekeerja dengan lebih baik sesuai dengan

(40)

4.1.5 Sarana dan Prasarana Yayasan Alpha Omega

Untuk Mendukung realisasi kerja dan pelayanan Alpha Omega maka sarana

dan prasarana sangat diperlukan. Sarana dan prasarana yang ada saat ini adalah:

 Asrama. Asrama dipergunakan untuk tempat tinggal anak-anak,

pengasuh kepala asrama dan direktur.

 Sekolah. ABK tidak perlu jauh-jauh sekolah, karena mereka bisa

bersekolah disini, jaraknya juga sangat dekat karena masih dalam

lingkungan asrama.

 Rumah-rumah Mandiri. Rumah ini diperuntukan untuk anak yang

sudah mampu mengurus diri sendiri dan mengurus adik-adik mereka.

Mereka bisa diandalkan dalam berbagai hal.

 Gedung Penunjang. Aula, ruang vokasional dan showroom merupakan

beberapa contoh gedung penunjang untuk kegiatan pendidikkan anak

 Klinik Kesehatan dan Fisioteraphy. Diperuntukan untuk anak yang

perlu pengawasan lebih.

 Jalan beraspal ke lokasi pelatihan dan peternakan dindesa Lingga

 Sumur bor sebagai sumber air

 Genset untuk penerangan

 Peralatan Fisioterapy

 Kendaraan. Untuk membawa anak-anak penjemaatan dan memenuhi

undangan gereja-gereja.

(41)

4.1.6 Sumber Dana Alpha Omega

Anak di Alpha Omega juga dikenakan biaya, dimana biaya tergantung dari

kemampuan orang tua mereka. Ada patokan biaya bagi anak-anak di asrama yaitu:

 Murid lama dikenakan Rp.150.000

 Murid Baru dikenakan Rp.200.000

 Untuk anak yang tidak tinggal di Asrama seperti Ivan, Debora, dan Dani

dikenakan Rp.100.000. Ketiga anak ini hanya bersekolah di Alpha Omega.

Sampai makan siang mereka ada di asrama setelah itu mereka kembali

pulang.

 Sumber Dana Tidak Tetap

1. Tamu Pengunjung

2. Runggun-runggun, majelis demikian juga persekutuan kategorial

3. Orang tua anak

4. Kantor wilayah Dinas

5. Pemerintah Kabupaten Karo

6. Pempropsu

7. UNWG (United Nations Women’s Guild) Austria

 Sumber Dana Tetap

a. Bank Perkreditan Rakyat Pijer Podi Kekelengen

b. Orang tua angkat

c. Klasis-klasis melalui Moderamen GBKP

d. Yayasan Darmais

(42)

f. Liliane Fons, Belanda

g. The Dutch Alpha Omega Committee, Swifferbant Belanda

h. UPCN (Uniting Protestan Churches Netherlans) Melalui

Moderamen

i. WARC (World Assosiation Reformed Chruch) Melalui

Moderamen

j. UEM (United Evangelical Mission) melalui Moderamen

 Usaha-Usaha Yayasan

a. Pertanian: Kebun jeruk, kopi dan sayur-sayuran

b. Peternakan: Lembu, Kerbau, Babi, Ayam, Kmbing, Domba

c. Sewa Ladang

d. Kantin: Kios Phone, kamar penginapan, Showroom.

4.2 Interpretasi Data

4.2.1 Kondisi Anak YKPC GBKP Alpha Omega

Alpha Omega yang berdiri tanggal 1 Juli 1988 yang sekarang telah berusia

25 tahun dan akan merayakan ulang tahun peraknya dari tahun ke tahun jumlah

anak yang diasuh mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Yayasan ini

tidak membedakan suku dan status sosial, semua ditampung disini. Ada yang dari

Kabupaten Kaaro, Deli Serdang, Medan, Langkat, Binjai, Dairi dan Simalungun.

(43)

1. Tunagrahita (Mental retardation)

Seorang anak dikatakan tunagrahita bila kecerdasannya jelas-jelas di

bawah rata-rata dan berlangsung pada masa perkembangan serta terhambat

dalam adaptasi tingkah laku terhadap lingkungan sosialnya yang muncul

sebelum usia 18 tahun. Biasanya anak tunagrahita sangat sulit untuk

berkomunikasi, merawat diri, home living, keterampilan sosial, bermasyarakat,

mengontrol diri, dan kerja. Menurut WHO sendiri seorang tunagrahita

memiliki dua hal yang esensial yaitu fungsi intelektual secara nyata di bawah

rata-rata dan adanya ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan norma

dan tututan yang berlaku dalam masyarakat.

Keadaan cacat mental (Tunagrahita) yang ada di Alpha Omega adalah

seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam perkembangan mental

atau yang mengalami retardasi mental. Pembagian penyandang grahita umumnya

menggunakan dasar tingkatan intelegensia (IQ) dengan pembagian:

 IQ 50-70 disebut dengan debil

 IQ 25-49 disebut imbisil

 IQ 24 kebawah disebut Idiot

Berdasarkan tipe-tipe klinis atau kelainan-kelainan bentuk fisik ada

disebut cretine (kerdil), microchepalus (kepala kesil), macrochepalus (kepala

besar), mongoloid (bentuk tubuh yang khas, jari pendek, wajah mirip dengan

(44)

a. Debil (IQ 50-70)

Debil adalah kriteria retardasi mental yang ringan, penampilan fisik tidak

banyak berbeda dengan kita yang normal. Daya pikir yang cukup mampu

menyertai tingkah lakunya, terlihat mampu memecahkan berbagai masalah

namun terbatas. Terbatasnya daya pikirnya terlihat dari caranya memecahkan

masalah cenderung coba-coba, tetapi mampu mendapatkan prestasi akademik

seperti membaca, menulis dan berhitung.

b. Imbisil (IQ 25-49)

Dari penampilan fisik terdapat perbedaan yang cukup jelas dengan kita

yang normal. Gerak-geraiknya nampak ada yang sangat lamban atau ada yang

hiperaktif. Tatapan kosong dan ekspresi wajah yang tidak pas atau tepat.

Dalam tingkah lakunya tidak terlihat adanya proses berfikir dan sulit

berkomunikasi. Pengembangan kemampuannya harus dikondisikan

berulang-ulang atau training. benda dan tempat adalah contoh latihannya. Kurang

mampu menerima kata perintah lebih dari satu, sehingga dalam melakukan

kegiatan harus ada pendampingan.

c. Idiot (IQ 24 kebawah)

Kategori tunagrahita ini harus ditangani dengan bekerjasama dengan

rumah sakit. Mereka benar-benar membutuhkan perawatan setiap harinya.

Berbicara untuk berkomunikasi hampir tidak bisa kecuali dengan teriakan,

(45)

tidak jelas. Dari kategori tunagrahita yang ada di Alpha Omega kebanyakan

masuk kategori imbisil

2. Tunarungu Wicara (Communication disorder and deafness)

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik

permanen maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan dalam

pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga

mereka biasa disebut tunawicara. Mereka tidak mampu berbahasa, suaranya aneh

dan monoton, serta memiringkan kepala pada saat mendengar.

3. Kesulitan Belajar (Learning disabilities)

Anak dengan kesulitan belajar adalah individu yang memiliki gangguan pada

satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan

penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan

berfikir, membaca,berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan

persepsi, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu

kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan

motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah

(46)
[image:46.612.111.530.156.716.2]

Tabel 4.2 Data Anak Alpha Omega

Data Anak YKPC Alpha Omega

N

O Nama Anak Tanggal Lahir

Jenis Kelamin

Tahun

Masuk Asal

1 Heppy Jaya Ginting 15-08-1976 L 1989 Ds. Nangbelawan 2 Pasti Malem Ginting 11-05-1991 P 1989 Ds. Batu Karang 3 Permata Sembiring 12-12-1979 P 1992 Ds. Ajibata 4 Yanti Tarigan 09-01-1979 P 1989 Ds. Sumbul 5 Ayub Datna Ginting 16-04-1971 L 1990 Ds. Sukatepu 6 Natalia Sembiring 28-11-1976 P 1991 Medan 7 Kenary Tarigan 05-10-1977 L 1991 Ds. Namotrasi 8 Riky Pratama 23-02-2003 L 2011 Simp. Bunuraya 9 Untung Tarigan 12-08-1974 L 1991 Ds. Ergaji

10 Berti br. Karo 01-10-1983 P 1992 Ds. Gurusinga

11 SUMA 1983 P 1993 -

12 Sangap Sembiring 12-06-1983 L 1994 Ds. Ujung teran 13 Ganti Sembiring 16-04-1983 L 1994 Ds. Ujung teran

14 Ernita Sembiring 15-04-1984 P 1994 Ds. Pintu Besi

15 Nery Tarigan 07-06-1984 L 1995 Jakarta

16 Febrina Br. Barus 16-02-1982 P 1995 Medan

17 Lindawati 15-02-1987 P 1995 Medan

18 Bresman Nadeak 16-03-1983 L 1996 Baturokan 19 Erik Suhendar

Taarigan

12-09-1985 L 1996 Kabanjahe

20 Saprianta Sembiring 16-10-1989 P 1997 Ds. Sugo 21 Kincar Sebayang 18-03-1982 P 1998 Medan 22 Fonda Dasa Ketaren 11-03-1985 L 1999 Ds. Batu Mbelin

23 Andre P. Tarigan - L 20011 Pekanbaru

24 Josua Sinulingga 23-06-2002 L 2010 Brandat Barat 25 Martina Barus 05-031985 P 2000 Ds. Tanjung Barus 26 Fatimah Nasution 05-11-1992 P 2000 Ds. Kandibata 27 Jandi Saragih 28-08-1991 P 2000 Ds. Paribun 28 Elias B. Bangun 25-10-1986 L 2001 Ds. Jurin Bangok

29 Tina Barus 08-11-1964 P 2001 Ds. Penampen

30 Evi Br Barus 03-05-1985 P 2002 Ds. Kuta Bangun 31 Betseba Tarigan 11-05-1987 P 2003 Medan

32 Karmanto Bangun 11-04-1971 L 2003 Jakarta

33 MAMPA 31-12-1980 L 2003 Jakarta

(47)

36 Juan Sinaga 28-08-1997 L 2003 Jakarta 37 Arinta Malem Barus 23-12-1988 P 2001 Jakarta

38 Karina Tarigan 28-06-1989 P 1993 Rumah Berastagi 39 Sada Arih Ginting 31-12-1973 P 1993 Jakarta

40 Sukarlim Purba 09-11-1984 L 2004 Tanggerang 41 Sinta M. Sembiring 25-12-1995 P 2004 Binjai

42 Hemahelena 27-06-1993 L 2004 Ds. Tigabinanga 43 Giraldo Halomoan 06-05-1993 L 2004 Ds. Sijarango 44 Jerusalem Depari 15-10-1993 P 2004 Ds. Seberaya 45 Lidia Br Barus 19-03-1974 P 2004 Ds. Rumah Pilpil 46 Netty Br. Tarigan 31-12-1980 L 2005 Ds. Gurisen 47 Sri Rahayu Purba 23-11-1987 P 2005 Ds. BangunPurba 48 Kastna Karo-Karo 09-02-1993 P 2005 Tanjung Mberabe 49 Priska Sembiring 31-12-1996 P 2005 Lau Kesumpat 50 Lismey Br. Ginting 13-05-1987 P 1991 Ds. Sugihen 51 Bey A. Sembiring 11-08-1996 L 2006 Ds. Lou Solu 52 Erta Br. Tarigan 23-12-1987 P 2006 Ds. Kabung 53 Meksel Sembiring 15-12-1987 L 2006 Ds. Parimbalang 54 Kartika Sinuhaji 13-04-1996 P 2006 Ds. Ajibuhara 55 Ivander K. Purba 01-05-1994 L 2006 Kabanjahe

56 Liasta Purba 25-12-1985 P 2006 Medan

57 Dopa D. Ginting 14-12-1994 P 2006 Ds. Dokan 58 Abetnego Ginting 01-10-1999 L 2006 Ds. Naman 59 Jabat Sembiring 26-05-1972 L 2004 Ds. Guru Benua 60 Hijrah Bangun 30-03-1998 L 2007 Ds. Kandibata 61 Juli Pendia 17-07-1997 P 2007 Ds. Perbesi 62 Desi Fitri br Ginting 07-12-1999 P 2007 Ds. Semangat 63 Dani H. Ginting 22-07-1999 L 2007 Kabanjahe 64 Lidia br. Sitepu 24-12-1990 P 2006 Ds. Kuta Mbelin

65 Joel Ginting 06-04-2004 L 2008 Medan

66 Ruth Sitepu 21-12-1976 P 1998 Kabanjahe

67 Joi Sitepu 06-04-1998 L 2008 Ds. Bandar Baru 68 Kornelius Tarigan 10-02-1998 L 2008 Ds. Munte 69 Sariyani Sembiring 27-10-1993 P 2008 Ds. Kabanjahe

70 Robby 05-07-1999 L 2008 Ds. Ujung Meriah

71 Wandi 15-11-1996 L 2008 Ds. Sikeben

72 Rivika br Sebayang 29-05-1999 P 2010 Ds. Tigabinanga 73 Rini Ginting 10-11-2000 P 2010 Ds. Buluh Awar 74 Yohana Devi Astuti 16-06-1994 L 2010 Ds. Renun 75 Baginta Bukit 01-04-1999 P 2010 Ds. Lau Gumba 76 Debora Ginting 21-04-2001 L 2010 Kabanjahe 77 Andre Y. Bangun 22-08-1997 P 2010 Ds. Kuta Tengah

78 Betaria Barus 30-10-1984 P 2009 Medan

(48)

4.2.2 Program Dan Kegiatan Alpha Omega

4.2.2.1 Panti Asuhan

Melalui panti asuhan ini anak-anak diasuh, dimandirikan, diawasi dan

direhabilitasi dengan kegiatan-kegiatan menerapkan pola hidup teratur,

memaksimalkan kesehatan melalui pemeriksaan kesehatan secara rutin,

pemberian makanan bergizi, kebersihan dan keindahan lingkungan serta

memaksimalkan perkembangan anak. Hal ini dilakukan agar anak dapat hidup

mandiri dan sejahtera. Didalam Panti ini anak-anak diajarkan dan dibimbing lima

hidup mandiri yaitu:

a. Mandiri makan dan minum

b. Mandiri mandi

c. Mandiri tidur

d. Mandiri berpakaian

e. Mandiri lingkungan

Anak asuh diklasifikasikan dalam asrama putra/putri. Ada paun kegiatan anak

(49)
[image:49.612.142.489.100.286.2]

Tabel 4.3 Roster Anak Di Asrama

JAM KEGIATAN

05.30-07.00 Bangun pagi, membersihkan kamar, lingkungan dan mandi

07.00-08.00 Sarapan pagi dan persiapan ke sekolah 08.00-12.45 Sekolah

12.45-14.00 Ganti pakaian dan makan siang 14.00-15.00 - Istirahat siang bagia nak yang lemah

- Kegiatan Ekstrakurikuler

15.00-17.00 Kegiatan Kelompok Kerja, dan kelompok beramin 17.00-19.00 Snack Sore, mandi dan persiapan makan malam 19.00-20.30 Makan malam dan ibadah malam

20.30-21.00 Nonton TV

21.00-05.30 Tidur Sumber: Alpha Omega dulu, kini dan esok

Catatan: Hari minggu pukul 09.00 Kebaktian bersama, di aula Alpha Omega.

Sekitar enam jam anak menghabiskan waktu mereka di sekolah dan

selebihnya mereka habiskan di dalam asrama, banyak kegiatan yang dilakukan di

dalam asrama. Bel berbunyi itu tandanya jam sekolah usai dan semua anak

berkumpul di lapangan. Guru piket memimpin lagu “Gelang sipatu Gelang”

sebagai lagu perpisahan setiap pulang sekolah dan menunjuk seorang anak untuk

memimpin doa.

“Ruth pimpin doa kita nakku”.(Ibu Suasa)

Ruth pun memimpin doa. Selesai berdoa semua anak berlari ke ruang

makan. Ada yang pergi ke kamar, ada juga yang masih bermain di lapangan. Di

dalam jadwal seharusnya ank-anak makan siang di ruang makan. Peneliti pun

menuju ruang makan dan ikut makan bersama anak-anak. Sebelumnya pengasuh

telah menyusun kursi dan menunggu anak-anak mereka di meja makan

(50)

Anak-anak yang pergi ke kamar ternyata untuk mengganti baju mereka.

Setelah itu mereka menuju ruang makan. Setelah semua diruang makan asisten

pengasuh yaitu anak yang telah mandiri mengambil makanan ke dapur dan

pengasuh membagikan makanan kepada setiap anak.

“Ibu duduk disini, dekat Ivan”. (Ivander)

Sambil menggeser kursinya saya mengambil kursi saya dan duduk di meja

satu di dekat Ivander. Pengasuh telah selesai membagi makanan, lalu pengasuh

yang lain memimpin semua anak.

“Yang memimpin doa Ivander” ( Pak Suruhenta)

Ivander lalu berdiri dan memimpin doa. “Trimakasi Tuhan Yesus. Kami mau makan, berkati makanan kami, Amin”.

Walaupun dengan suara yang tidak kuat dan kurang jelas ia membawakn

doanya, karna saya didekat Ivan sehingga mendengar apa yang dikatannya.

Sebelum berdoa tidak ada anak yang memegang makannya. Kondisi anak yang

berbeda-beda, tidak membuat mereka menyerah untuk mendidik anak agar tetap

disiplin terhadap peraturan yang dibuat. Pada saat makan mereka bebas

menggunakan sendok atau tangan, meja makan yang berserakan tidak membuat

pengasuh marah. Ada anak yang sudah makan di lantai, ada yang membuang

makanan mereka bahkan ada juga yang memuntahkan makanan yang sudah

(51)
[image:51.612.126.514.115.181.2]

Tabel 4.4 Roster mendampingi anak di meja makan

Meja 1 Meja 2 Meja 3 Meja 4 Meja 5

Ermawati Evarida Helmida T.P Br Barus (kepala Asrama)

Marta

Suruhenta Kristina Surya Helpianto Boy

May Masliani Sumber: Data lapangan Alpha Omega

Waktu makan pun selesai, anak yang lebih besar dan mandiri

mengumpulkan piring dan mencucinya di samping ruang makan. Anak yang lain

membersihkan meja makan, lalu menyapu ruang makan. Setelah semua selesai,

makan siang ditutup dengan doa kembali dan dipimpin juga oleh pengasuh.

Diakhiri dengan kata “Amin”, lalu anak-anak menyusun kursi mereka dan berlari

ke kamar masing-masing.

Di dalam kamar, mereka melakukan berbagai aktifitas. Tidur, mandi dan

bermain adalah pilihan yang ada, karena memang jamnya adalah jam istirahat.

Berbeda dengan Mohan dan Andre satu, setelah mandi mereka langsung memakai

baju olahraga mereka. Ketika saya bertanya mengapa mereka memakai baju

olahraga Mohan menjawab

“Mohan mau olahraga ama pak guru” (Mohan)

Peneliti langsung mengikuti Mohan sedangkan anak yang lain

membersihkan asrama. Ini merupakan kegiatan rutin mereka. Selain itu asisten

pengasuh mengumpulkan baju kotor adik-adik mereka dan membawanya ke ruang

cuci dan mencucinya. Pengasuh pergi ke kamar asuh mereka masing-masing dan

memandikan anak mereka yang tidak mampu mandi sendiri.

Sesampainya di lapangan Mohan dan Andre 1 langsung ke ruanangan pak

(52)

latihan olahraga setiap hari untuk menghadapi perlombaan di acara ulang tahun

Alpha Omega nanti. Perlombaannya antara lain sprint, tolak peluru. Pak Darson

mengatakan bahwa anak didiknya termasuk anak yang berprestasi terbukti dari

menangnya Mohan dalam bidang tolak peluru. Tidak tanggung-tanggung ia

meraih juara satu di tingkat provinsi dan juara dua di tingkat nasional.

“Gimana gaya tolak peluru Mohan, coba buat biar di lihat ibu ini”. (Pak

Darson)

Mohan pun memperagakan bagaimana tolak peluru. Kelihatan ia memang

hafal dan mahir di bidang olahraga ini. Namun ia sedikit pemalu karena saya juga

harus ikut membujuknya agar mau memberi contoh. Tiba-tiba mohan bercerita

“Moan pergi naik sawat, ngiunggggg, ama pak Guru. Moan juara 1.

Horeee (sambil lompat dan tertawa)”.(Halomoan)

Setelah selesai makan dan istirahat sebentar, pak Darson mengajak mereka

ke lapangan untuk memulai latihan. Di waktu pemanasan, banyak anak lain yang

ikut latihan dan mengambil barisan kecuali Betaria, iamemilih duduk bersama

saya karena ia sangat letih membersihkan asrama. Latihan demi latihan dilakukan,

dimulai dengan pemanasan lalu ke latihan inti yaitu lari dan tolak peluru. Mereka

tidak terlau serius latihan, lebih banyak beremainnya namun guru mereka

membiarkan saja karna ini memang hal biasa.

Jam telah menunujukan pukul 16.00 Wib. Latihan selesai dan anak-anak

disuruh kembali ke asrama. Sekembalinya anak-anak ke asrama mereka

duduk-duduk di depan kamar mereka. Ada yang memilih tidur dan ada yang mandi sore

lagi. Saya memilih duduk bersama Ponda di kursi di depan kamar. Anak lain

(53)

banyak anak-anak yang ikut dengan saya bercerita. Semua berlomba

menyampaikan ceritanya. Sambil merangkul saya.

“Apa di mata ndu itu buk?”. (Devi)

Devi mengarahkan pandangannya ke mata saya. Ternyata ia heran melihat

saya memakai kacamata. Sya menjelaskan pada Devi apa yang saya pakai.

Ini namanya kacamata Devi cantek. Kalau kakak-kakak yang udah gak jelas lagi ngeliat muka kalian, dia harus pake kacamata. Biar nanti jelas ngeliat kalian”.(Peneliti)

Setelah saya menjelaskan tidak ada pertanyaan lain yang timbul, mungkin

mereka mengerti atau mereka tidak tau apa yang saya katakan. Kegiatan

selanjutnya adalah makan malam yang dimana kegiatan ini juga sama seperti

makan siang, namun pada saat makan malam anak-anak bisa menonton TV

sampai jam sembilan malam. Setelah selesai makan dan kebersihan,mereka

nenonton TV. Selesai menonton mereka akan melakukan kebaktian malam.

Kebaktian merupakan hal wajib dilakukan baik pagi setelah bangun dan malam

[image:53.612.123.496.511.591.2]

sebelum tidur.

Tabel 4.5 Roster Kebaktian Malam

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

Helmida Ermawati T.P.Br Barus Helpianti Avanda Siapa yang tidak libur

Surya Marta Suruhenta Kristina Boy

May Sumber: Data lapangan Alpha Omega

Setiap hari berdasarkan roster diataslah kebaktian dipimpin. Karena setiap

pengasuh mendapat jatah libur sehari dalam seminggu jadi untuk roster hari sabtu

(54)

tinggal di asrama. Mereka sudah punya roster mengasuh dan tidak setiap hari

datang ke asrama.

Kegiatan asrama yang demikian membuat anak-anak terlatih dan terbiasa

nantinya teratur jika sudah keluar dari asrama. Terlihat disini bahwa dalam

kehidupan asrama ada nilai-nilai pendidikan yang ditanamkan meski tidak secara

langsung dan secara tegas dikatakan pada anak. Pendidikan berfungsi untuk

mengontrol anak dan pihak pendidik menentukan kelakuan yang harus diterapkan

anak-anak (Nasution, 2010: 18). Semua dibentuk dalam peraturan, dimana

peraturan ini ditransfer kepada anak dengan cara-cara yang dianggap mampu

ditangkap anak di yayasan ini. Seperti pemberian hadiah pada anak yang

melakukan tugas dengan baik, membujuk anak agar mengikuti apa yang dikatakan

gurunya, hal ini dilakukan secara terus menerus sehingga anak mengingat dan

menjadi terbiasa. Hal kecil yang sangat nyata adalah membuang sampah.

Anak-anak di sini selalu membuang sampah mereka ke dalam keranjang sampah.

4.2.2.2 SLB (Sekolah Luar Biasa)

Melalui SLB anak-anak penyandang cacat dididik dan dilatih hidup

mandiri dan terampil. Sesuai dengan hasil pendataan di Kab. Karo, karena banyak

anak yang mengalami cacat mental, bisu dan tuli maka yayasan ini membuka

sekolah luar biasa untuk Tunarungu, Tunagrahita dan Tunawicara dengan

program pendidikan berbasis life skill (keterampilan hidup). Disini pengertian

keterampilan hidup lebih luas dari kemampuan untuk bekerja, Dengan pendidikan

(55)

mengendalikan emosional meereka. Tujuan pendidikan yang berbasis life skill ini

adalah:

1. Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan

untuk memecahkan problema yang dihadapi.

2. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan

pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan

berbasis luas.

3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah,

dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di

masyarakat.( Batubara, 2004: 95)

Adapun klasifikasi pendidikan SLB dibagi menjadi tiga kelompok dengan

jenjang pendidikan yaitu pendidikan persiapan, dasar, lanjutan dan karya. Kelas

persiapan dibagi menjadi tiga kelas yaitu P1 dan P2 sedangkan kelas dasar dibagi

menjadi D1.D2, dan D3 sampai D6, karena kelas ini seperti SD. Sedangkan kelas

lanjutan dan karya ada kelas menjahit/ bordir, musik, dan batik. Ada juga

peternakan dan pertanian di Desa Lingga yang menjadi tempat memberdayakan

anak Alpha Omega. SLB ini memperoleh akreditasi B. Melalui SLB

anak-anak di sini mendapatkan pendidikan dan pelatihan agar nantinya mampu terjun

langsung kemasyarakat.

4.2.3 Pendidikan Alpha Omega 4.2.3.1 Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang terstandardisir di dalam

hal jenjang-jenjangnya, paket kurikulumnya, persyaratan dan unsur-unsur

(56)

memiliki persyaratan organisasi dan pengelolaan yang relatif ketat, lebih

foramilistis (Sanapiah Faisal 1981:48). Pembagian kelas di kelas formal ini dibagi

berdasarkan kemampuan daya tangkap anak. Setiap anak yang memasuki kelas

formal ini berarti memang di tuntut untuk dapat berfikir dan menyelesaikan

masalah. Adanya sistem semester dan rapor membuat guru lebih memahami

perkembangan anak. Pendidikan Formal di yayasan ini dibagi menjadi beberapa

kelas yaitu:

a. Kelas Persiapan

Kelas ini diasuh oleh ibu Dameria br Sembiring, ibu suasa purba. Kelas ini

tidak terdiri dari satu kelas saja karena terbagi menjadi dua kelas yaitu P1 dan P2.

Dikelas ini anak-anak diajarkan mengenai lingkungan mereka, belajar

mendengarkan. Sebenarnya kelas ini setingkat dengan TK, namun dilihat dari

kenyataannya kelas ini sangat jauh dari TK, karena anak-anak di dalam kelas ini

sanagt masih memerlukan perhatian yang lebih.

“Ini kelas kayak Tknya nakku, biarpun badan mereka sudah besar tapi pikirannya masih kayak anak-anak. Mereka senang bermain terus, sepanjang hari bermain, harus ekstralah ngajar anak-anak ini. Anak-anak disini berbeda dengan anak kebanyakan, harus benar-benar yang ahli yang mengajar orang ini.” (ibu dameria)

Job, anak yang ikut dalam kelas ini. Anak-anak sangat antusias dalam

belajar. Mereka biasanya diajarkan mengenal warna, mengenal huruf, angka dan

mewarnai, akan tetapi semua ini belum sempurna dilakukan oleh anak-anak ini.

Suasana kelas yang nyaman membuat anak betah di dalam kelas. Mereka terlihat

senang di dalam kelas, terlihat dari sebagian besar tidak ada siswa yang keluar

(57)

Kelas ini dibagi menjadi dua bagian dimana dalam satu kelas ada dua guru

yang mendidik anak berkebutuhan khusus. Ibu Dameria dengan anak yang sedikit

lebih sulit diaatasi sedangkan ibu suasa dengn anak yang bisa memahami dan

lebih baik dari kelas ibu Dameria. Fokus kelas ini sebenarnya adalah mendidik

anak agar mampu mengurus diri mereka. Mendidik mereka untuk bisa bauang air

kecil dan air besar sendiri, belajar untuk mampu mengutarakan isi hati mereka,

belajar untk mampu mengatakan bila ia lapar, haus, merasa sakit, dan merasa

senang.

Anak-anak belajar benryanyi, lagu ibu dan ayah, selamat pagi bu, dan

beberapa lagu gereja. Namun dikelas ini juga ada pelajaran untuk melatih sensor

oatak anak, agar mereka terlatih dan terbiasa untuk belajar.

Bernyayi merupakan salah satu metode pengajaran yang membuat

anak-anak menjadi senang belajar, karena memang anak-anak-anak-anak seperti mereka suka

dengan lagu dan tarian. Setelah selesai bernyayi anak-anak di suruh mengeluarkan

peralatan menggambar mereka dari dalam laci meja, setiap alat menggambar baik

buku, cat, pensil dan lain-lain sudah ada nama pemiliknya dan setiap siswa punya

satu set alat menggambar mereka. Mereka mulai menggambar jari tangan, guru

mereka membuat jari tangan setiap anak menjadi contoh di setiap buku gambar,

dan anak-anak tinggal mewarnainya dengan warna mereka sendiri. Terkadang ada

siswa yang masi belum bisa mewarnai sendiri dan harus di tuntun untuk

mewarnainya, saya juga ikut membantu anak mewarnai gambarnya. Menuntun

mereka dengan memegang tangannya dan mulai mengajari mewarnai.

(58)

Artinya. “bagus pegang pensil kamu itu nak, agar tangan kamu menjadi kuat”.

Perhatian guru harus diberikan kepada individual langsung. Itu bukan

berarti bahwa guru memilih siswa yang harus diperhatikan, namun berebeda anak

berbeda cara membujuk mereka agar memiliki minat belajar. Guru di dalam kelas

harus menggunakan beragam bahasa, karena ada anak yang tidak mengerti

berbahaasa Indonesia. Ada juga anak yang memang selalu menggunakan bahas

karo dalam berbicara pada semua orang.

Hal ini mencerminkan bahwa ada kedekatan tersendiri dari guru kepada

setiap anak, dan anak juga menganggap guru adalah orang tua karena apapun yang

terjadi gurulah tempat mereka mengadu dan mengutarakan keinginan mereka

selama di sekolah.

“Bila diikuti kurikulum pemerintah dalam mengajar mereka, kemungkinan besar tidak bisa, karena yang disajikan pemerintah masih terlalu berat untuk anak di sini nakku, jadinya kami buat kurikulum sendiri sehingga anak-anak lebih bisa mencerna dan mengerti. Liatlah ini nakku, kalau udah belajarpun main-main lalap anak-anak ini, kan payah nerapkan kurikulum pemerintah tadi. Disini sistemnya per semester, terus orang ini pun ada rapornya” (Ibu Dameria)

Melalui kurikulum yang dibuat yayasan sendiri, maka yayasan dapat

menyelidiki, mengorganisasi, memonitor dan mengevaluasi secara sadar terhadap

penegembangan kepribadian peserta didik. Pada akhirnya semua sistem bekerja

dengan baik karena semua elemen pendidikan di lembaga ini mengerjakan tugass

dengan baik.

Ibu ini juga berusaha menciptakan kelas yang aktif, dimana siswa dituntut

(59)

diam, setiap anak bebas mengutarakan apapun yang mereka mau walaupun itu

salah.

Tabel 4.6 Roster kelas Persiapan

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Agama B.

Indonesia

Pintar Bermain

Agama Olahraga Senam Pagi

Pintar Bermain Sensor Motorik B.Indonesia Pintar Bermain Snack Snack

Snack Snack Snack Snack Bina diri

Sensor Motorik

Bina Diri Kesenian Sensor Motorik Sumber: Data lapangan kelas persiapan

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar kegiatan anak

adalah bermain dan latihan sensor motorik, hal ini lah yang paling diutamakan

dikelas ini. Karena di dalam kelas anak masih sesuka mereka hati belajar dan

bebas melakukan apa yang meereka suka.

Demikianlah setiap hari, hal yang sama berulang-ulang dilakukan oleh

guru, berbagai metode dilakukan belajar mulai dari ceramah, memperkenalkan

lingkungan lewat lagu, lewat cerita, memperkenalkan anggota keluarga serta

memberikan tugas pada anak namun belum ada PR bagi mereka.

Guru: Dameria Br. Sembiring

Siswa

 Josua  Dova  Salim  Putra

Guru: Suasa Purba

Siswa

(60)

 Hijrah  Desi  Wandi 4. Kelas Dasar

Jika kelas persiapan seperti TK, maka kelas dasar ini diibaratkan seperti

SD. Tidak ada patokan siswa yang tamat harus enam tahun berada dikelas ini,

meskipun diibaratkan seperti SD namun mata pelajaran mereka tidak seberat SD

yang semestinya.

Masuk ke kelas dasar ini menjadi sesuatu yang berbeda bagi saya, karena

kelas yang lebih besar, anak yang lebih banyak dan semua lebih pintar dari kelas

persiapan. Kelas ini diasuh oleh dua orang guru dimana mereka adalah pasanagn

suami istri yaitu ibu Ester Pinem dan pak Darson Sitepu. Ada sekitar delapan anak

didalam kelas ini dan tidak te

Gambar

gambar bebas
Tabel 3.1 jadwal pelaksanaan kegiatan
Tabel 4.2 Data Anak Alpha Omega
Tabel 4.3 Roster Anak Di Asrama
+4

Referensi

Dokumen terkait

di panti asuhan mereka akan memperoleh kehidupan yang lebih layak baik. dari segi pemenuhan kebutuhan jasmani maupun

Siswa berkebutuhan khusus berbeda dengan siswa yang normal, dan guru mengimplemntasikan secara bertahap dengan memberikan stimulus terlebih dahulu dan mendemonstrasian

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik yang tidak sama dengan anak normal lainnya karena mengalami keterbatasan baik fisik, mental, sosial

Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang mempunyai perbedaan (baik dari aspek mental, kemampuan sensorik, fisik, perilaku sosial dan emosional, kemampuan

penelitian yang dilakukan oleh Murisal dan Hasanah (2017) yang menemukan bahwa orang tua yang bersyukur cenderung menggunakan semua hal yang mereka miliki baik itu waktu, fisik

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau hambatan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, seperti : anakautis, tunarungu,

Berdasarakan hasil wawancara dari ketiga subjek dapat dilihat bahwa dampak burnout pada terapis anak berkebutuhan khusus antara lain, dampak burnout pada individu terdiri dari

Dalam hal ini, pengertian “pendidikan khusus” harus diperluas, bukan hanya pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus tingkat berat atau observable, tetapi bagi se mua anak yang