• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Paparan Data

Pada bab ini, akan dibahas dan disajikan data mengenai hasil penelitian tentang analisis miskonsepsi pada materi pecahan ditinjau dari gaya kognitif di kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar. Penelitian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 12 Makassar yang beralamat di Jalan Bonto Daeng Ngirate No. 22, Kel. Bonto Makkio, Kec. Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90222. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 12 Makassar pada pembelajaran semester ganjil tahun ajaran 2021/2022. Sebelum penelitian di sekolah tersebut, peneliti melakukan izin dengan kepala sekolah untuk melakukan penelitian. Pemilihan subjek dilakukan pada pada satu kelas yaitu kelas VIII A dengan jumlah siswa sebanyak 32 anak.

Berdasarkan metode penelitian yang telah dijelaskan pada Bab III, subjek penelitian dipilih berdasarkan jenis gaya kognitif yang dimiliki oleh siswa. Adapun hasil pemilihan subjek yaitu dipilih 2 siswa yang terdiri dari satu siswa bergaya kognitif Fiel Independent dan satu siswa bergaya kognitif Fiel Dependent untuk mengetahui miskonsepsinya siswa-siwa terhadap pembelajaran matematika materi pecahan.

Adapun pengkodean subjek yang terpilih dalam penelitian diperlihatkan pada tabel berikut:

Tabel 4. 1 Pengkodean Subjek Penelitian No. Nama Siswa Jenis Gaya

Kognitif

Kode Siswa dengan Gaya Kognitif Adelia Nurul

Sakinah Field Independent SFI

Siti Tarqiah Field Dependent SFD B. Hasil Penelitian

Data hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 12 Makassar, yaitu mengenai miskonsepsi siswa pada materi pecahan ditinjau dari gaya kognitif di kelas VIII. Pemberian tes dilaksanakan pada hari senin 11 Juli 2021 pada kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar, jumlah siswa kelas VIII yaitu berjumlah 32 orang dan jumlah siswa yang akan ikut tes yaitu 32 orang.

sesuai hasil tes yang dilakukan maka akan di pilih 2 orang siswa yang di jadikan sebagai subjek untuk penelitian ini. Peneliti memilih 2 orang siswa atau subjek untuk dijadikan respondent sesuai hasil tesnya yang diberikan untuk mengetahui miskonsepsi subjek pada materi pecahan ditinjau dari gaya kognitif.

Berikut adalah hasil tes yang dilakukan pada kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar.

Tabel 4. 2 Hasil Tes Miskonsepsi

Dalam menentukan subjek yang akan diwawancarai harus berdasarkan hasil tes miskonsepsi, yang di alami siswa. Untuk membatasi siswa dalam pemilihan subjek yang diwawancarai maka dipilih 2 subjek. Pemilihan subjek terhadap penelitian tersebut dilakukan secara manual, sesuai dengan hasil tes

miskonsepsi yang diberikan siswa. Adapun subjek dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Inisial ANS sebagai subjek 1 dengan kategori SFI 2. Inisial ST sebagai subjek 2 dengan kategori SFD

Untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa maka akan di lakukan selanjutnya yaitu wawancara kepada siswa mengenai cara-cara menyelesaikan soal materi pecahan yang sudah ia kerjakan atau selesaikan.

Selanjutnya, setelah data-data hasil dari wawancara didapat atau di peroleh maka akan dilakukan pengidentifikasian data.

Pada bagian ini dipaparkan data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil tes siswa dan hasil wawancara, yaitu mengenai miskonsepsi siswa pada materi pecahan.

Tes miskonsepsi yang diberikan kepada siswa adalah tes matematika sebanyak dua nomor dalam bentuk uraian, dimana tes ini diberikan agar dapat melihat atau tau miskonsepsi dialami siswa/subjek dalam menuliskan jawaban soal yang diberikan. Adapun soal yang akan di berikan untuk subjek sebagai berikut:

1. Tentukan hasil penjumlahan pecahan berikut ini:

2. Tentukan hasil pengurangan pecahan berikut ini:

3. Tentukan hasil perkalian pecahan berikut ini:

4. Tentukan hasil pembagian pecahan berikut ini:

Untuk hasil wawancara, pengkodean mengacu pada kode subjek masing-masing berdasarkan gaya kognitifnya. Kode pewawancara terdiri dari huruf P. Diikuti dengan empat digit yang menyatakan urutan soal yang diberikan. Contoh P1 artinya peneliti untuk dan urutan soal pertama.

Sedangkan untuk subjek terdiri dari 2 (dua) digit. dua digit pertama menyatakan subjek yang diwawancarai seperti SFI dan SFD. Diikuti dengan empat digit yang menyatakan urutan soal yang dijawab. Contoh SFI1 artinya subjek dengan gaya kognitif Fiel Independent jawaban soal pertama.

1. Paparan Data Hasil Penelitian Subjek Gaya Kognitif Field Independent

a. Analisis jawaban soal tes dan wawancara penjumlahan pada pecahan biasa.

Di bawah ini adalah jawaban soal tes serta wawancara kepada subjek SFI1 terhadap penjumlahan pada pecahan biasa:

Gambar 4. 1 Penjumlahan Pada Pecahan Biasa SFI1

Jawaban subjek SFI1 menjawab soal mengenai penjumlahan pada pecahan biasa terbukti jawabannya salah. Berdasarkan hasil jawaban subjek SFI1 diatas dapat dilihat, dianalisis serta di

deskripsikan bahwa cara yang di lakukan subjek dalam melakukan penjumlahan pada pecahan biasa tidak benar. Cara subjek SFI1 untuk melakukan penjumlahan pada pecahan biasa cenderung hanya melakukan penjumlahan secara langsung pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut tanpa mencari KPK untuk menyamakan penyebutnya terlebih dahulu. dibawah adalah cara yang benar untuk melakukan penjumlahan pada pecahan biasa yaitu sebagai berikut:

 Mencari KPK terlebih dahulu dari penyebutnya pecahan.

 Menyamakan atau mengubah kedua penyebutnya sesuai dengan hasil KPK.

 Selanjutnya yaitu menentukan hasilnya penjumlahan pada kedua pecahan.

Berikut hasil dari cuplikan wawancara terhadap subjek SFI1 mengenai penjumlahan pada pecahan biasa:

P1.001 : Apakah adik telah menyelesaikan penjumlahan pecahan biasa sudah benar?

SFI1.001 : Iya kak …

P1.002 : Lalu bagaimana caranya adik menyelesaikan

penjumlahan pada pecahan biasa?

SFI1.002 : Pembilangnya dengan pembilangnya di jumlahkan dan penyebut dengan penyebut di jumlahkan…

P1.003 : terus bagaimana caranya adik menyamakan penyebutnya terhadap penjumlahan pecahan biasa?

SFI1.003 : Tidak tau kak…

P1.004 : Kalau didalam penjumlahan pecahan biasa jika penyebutnya sama haruskah dijumlahkan juga?

SFI1.004 : Iya kak…

Berdasarkan petikan wawancara SFI1 diatas, dapat dikatakan bahwa subjek SFI1 megalami miskonsepsi dalam melakukan penjumlahan pada pecahan biasa. Miskonsepsi tersebut terlihat ketika peneliti mengajukan pertanyaan yaitu lalu bagaimana caranya adik menyelesaikan penjumlahan pada pecahan biasa, subjek SFI1 menjawab menjumlahkan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut.

Dari jawaban yang dilontarkan subjek SFI1 di duga mengalami miskonsepsi. Peneliti menduga miskonsepsi yang dialami subjek dalam menyelesaikan penjumlahan pada pecahan biasa yaitu subjek SFI1 belum memahami secara benar cara untuk melakukan penjumlahan pada pecahan biasa. cara yang dilakukan oleh subjek SFI1 dalam mengerjakan penjumlahan pada pecahan biasa yakni pembilang dengan pembilang dijumlahkan dan penyebut dengan penyebut di jumlahkan. Dari pemahaman seperti itu konsep yang di gunakan subjek SFI1 sudah salah dengan konsep yang sebenarnya.

Berdasarkan Analisis jawaban soal tes dan wawancara pada subjek SFI1 dalam mengerjakan soal penjumlahan pada pecahan biasa maka selanjutnya akan di lakukan perbandingan guna mengetahui validnya dan tidaknya data analisis tes dan wawancaranya subjek SFI1 kemudian ditarik kesimpulan. Untuk membandingkan data analisis jawaban tes dan wawancaranya subjek SFI1 maka table triangulasinya adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 3 Perbandingan Hasil Tes Dan Wawancara Subjek SFI1

Analisis tes tertulis Analisis wawancara siswa SFI1 mengalami

miskonsepsi dalam menyelesaikan penjumlahan terhadap pecahan biasa karana jawaban yang dia tuliskan itu salah. Sebab cara yang subjek gunakan dalam menyelesaikan penjumlahan pada pecahan biasa itu salah karena caranya yaitu pembilang di jumlahkan dengan pembilang dan penyebut di jumlahkan

dengan penyebut.

Penyebutnya juga tidak disamakan

Sesuai dengan hasil wawancara diatas maka terbuktilah kalau jawaban subjek itu miskonsepsi. Pada saat peneliti ajukan pertanyaan

Apakah adik telah

menyelesaikan penjumlahan pecahan biasa sudah benar dan subjek langsung menjawab iya dan Salah satunya juga jawaban subjek ketika ditanya oleh peneliti seperti ini lalu bagaimana caranya adik menyelesaikan penjumlahan pada pecahan biasa dan subjek SFI1 menjawab Pembilang

dengan pembilang

dijumlahkan, penyebut dengan penyebut dijumlahkan. Dari jawaban subjek tersebut sudah diketahui memang subjek SFI1 mengalami miskonsepsi.

Dari perbandingan data hasil tes dan wawancara sudah valid.

Karena hasil jawaban tesnya tentang penjumlahan terhadap pecahan biasa siswa SFI1 yaitu sama salah konsepnya atau pandangannya

terhadap penjumlahan pecahan biasa. Jawaban antara tes dan wawancara juga saling berkaitan, jadi bisa dikatakan bahwa subjek SFI1 benar mengalami miskonsepsi. Dilihat dari hasil perbandingannya antara jawaban tes dan wawancara subjek SFI1 dalam melakukan penjumlahan pecahan biasa cara yang digunakan yakni pembilang dengan pembilang dijumlahkan serta penyebut dengan penyebut dijumlahkan. Peneliti tahu jika cara yang digunakan subjekSFI1 tersebut sudah salah.

b. Analisis jawaban soal tes dan wawancara pengurangan pada pecahan biasa

Di bawah ini adalah jawaban soal tes serta wawancara kepada subjek SFI2 terhadap pengurangan pada pecahan biasa:

Gambar 4. 2 Pengurangan Pada Pecahan Biasa SFI2

Sesuai hasil tes tentang pengurangan pada pecahan biasa yang telah dikerjakan subjek SFI2 memiliki jawaban yang salah. Dari jawaban subjek SFI2 ternyata cara yang digunakan untuk menyelesaikan pengurangan pada pecahan biasa sangat membingunkan. Tentu saja cara yang digunakannya salah. Subjek SFI2 dalam menyelesaikan pengurangan pada pecahan biasa penyebut tidak disamakan, untuk pembilang pertama hasil dari perkalian

penyebut dengan penyebut, untuk pembilang kedua hasil perkalian dari pembilang dengan pembilang lalu dikurangkan. Cara yang digunakan subjek SFI2 sangat jauh dari konsep yang benar. Untuk memperjelas mengenai konsep pengurangan pada pecahan biasa.

dibawah adalah cara yang benar untuk melakukan pengurangan pada pecahan biasa yaitu sebagai berikut:

 Mencari KPK terlebih dahulu dari penyebutnya pecahan.

 Menyamakan atau mengubah kedua penyebutnya sesuai dengan hasil KPK.

 Selanjutnya yaitu menentukan hasilnya pengurangan pada kedua pecahan.

Peneliti menduga kuat bahwa subjek SFI2 ini terduga telah miskonsepsi terhadap pengurangan pada pecahan biasa. Selanjutnya akan dipaparkan hasil wawancaranya subjek SFI terkait dengan konsep pengurangan pada pecahan biasa untuk semakin memperkuat dugaan. Berikut beberapa hasil wawancara yang diambil oleh peneliti:

P2.001 : Bagaimana caranya adik menyelesaikan pengurangan pada pecahan biasa?

SFI2.001 : Disamakan pembilangnya, penyebutnya di kali penyebut dan pembilangnya di kali pembilang lalu masing-masing di kurangkan…

P2.002 : Apakah adik yakin cara melakukan pengurangan pada pecahan biasa dengan cara seperti itu seperti itu?

SFI2.002 : Iya kak…

Dari hasil beberapa wawancara diatas dapat diketahui bahwa jawaban-jawaban subjek SFI2 untuk menjawab pertanyaan peneliti kurang memuaskan. Karena dilihat dari jawaban subjek SFI2 kurang menguasai konsep pengurangan pecahan biasa dengan baik. Hal tersebut sangat terbukti dengan jawaban subjek SFI2 mengenai konsep pengurangan pada pecahan biasa yang kurang benar. Yang pertama subjek SFI2 telah menjawab kalau cara menyelesaikan pengurangan pada pecahan biasa yaitu dengan menyamakan pembilangnya, penyebut di kali penyebut pembilang di kali pembilang lalu masing-masing dikurangkan. Jawaban yang seperti itu sudah sangat salah, karena konsep yang benar adalah dengan menyamakan penyebutnya dan pembilang yang harus dikurangkan bukan penyebutnya. Kedua, subjek SFI2 menjawab iya ketika peneliti bertanya apakah adik yakin cara melakukan pengurangan pecahan biasa dengan cara seperti itu.

Yang kedua, subjek SFI2 subjek menjawab pertanyaan peneliti semakin percaya dan yakin kalau subjek SFI2 memang benar mengalami miskonsepsi terhadap pengurangan pada pecahan biasa.

Analisis tes tertulis dan wawancaranya yang sudah dilakukan selanjutnya peneliti akan membandingkan kedua analisis tersebut kedalam table triangulasi. Tujuannya dilakukan perbandingan kedua Analisis adalah untuk mendapatkan kesimpulan yang valid mengenai miskonsepsi yang terjadi pada subjek SFI2. Berikut tabel triangulasi

yang akan digunakan untuk membandingkan hasil tes tertulis dan wawancaranya:

Tabel 4. 4 Perbandingan Hasil Tes dan Wawancara Subjek SFI2 Analisis data tes tertulis Analisis data wawancara Subjek SFI2 untuk

menyelesaikan pengurangan pada pecahan biasa yaitu penyebut tidak disamakan.

pembilang pertama hasil dari perkalian penyebut dengan penyebut, pembilang kedua hasil perkalian pembilang dengan pembilang lalu dikurangkan.

Subjek SFI2 menjawab pertanyaan dalam wawancara mengenai cara melakukan pengurangan pada pecahan biasa adalah dengan menyamakan pembilangnya penyebut di kali penyebut dan pembilang dikali pembilang lalu masing-masing di kurangakan. Subjek SFI2 juga menjawab iya ketika peneliti bertanya apakah adik yakin cara melakukan pengurangan pada pecahan biasa dengan cara seperti itu.

Analisis data tes tertulisnya dan analisis data wawancaranya yang telah dibandingkan diatas, keduanya memiliki kesamaan kesalahan konsep baik dalam menjawab tes tertulis maupun wawancara. Yang kedua data tes tertulis dan wawancara keduanya sama terdapat kesalahan yang sama mengenai cara melakukan pengurangan pada pecahan biasa. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa subjek SFI2 tidak menguasai dengan benar mengenai cara melakukan pengurangan pada pecahan biasa. Peneliti menganggap hal tersebut adalah miskonsepsi.

Dari hasil perbandingan menggunakan tabel triangulasi maka subjek SFI2 benar mengalami miskonsepsi terhadap pengurangan pada pecahan biasa.

c. Analisis jawaban soal tes dan wawancara perkalian pada pecahan biasa

Di bawah ini adalah jawaban soal tes serta wawancara kepada subjek SFI3 terhadap perkalian pada pecahan biasa:

Gambar 4. 3 Perkalian Pada Pecahan Biasa SFI3

Di lihat dari jawaban tes subjek yang telah di tulis, sangat jelas kalau jawaban yang di tuliskan salah. Dapat di deskripsikan cara subjek SFI3 menjawab soal perkalian terhadap pecahan biasa. Subjek SFI3 dalam menjawab soal perkalian pada pecahan sudah benar dalam mencari hasil pada penyebutnya yaitu penyebut dikali dengan penyebut. Tetapi dapat dilihat lagi, subjek SFI3 ini dalam mencari hasil pembilang dengan melakukan perkalian silang antara penyebut dan pembilang. Kemudian cara mencari hasil akhir pun juga salah, subjek SFI3 melakukan penjumlahan dari kedua pecahan. Cara yang digunakan subjek SFI3 tersebut sangat aneh. Peneliti sudah beranggapan bahwa subjek SFI3 ini tidak menguasai konsep perkalian pada pecahan biasa atau bisa dibilang mengalami miskonsepsi.

Padahal dalam penelitian perkalian pada pecahan biasa caranya hanya pembilang dikali pembilang dan penyebut dikali dengan penyebut

kemudian hasil akhirnya ketemu. Berikut adalah cara penyelesaian yang benar soal perkalian pada pecahan biasa:

 Pembilang di kali pembilang

 penyebut di kali penyebut

Sesuai dengan soal tes dari subjek SFI3 di atas maka peneliti telah menduga bahwa subjek SFI3 telah mengalami miskonsepsi.

Untuk memperkuat dugaan tersebut, peneliti akan mengambil beberapa hasil wawancara dengan subjek SFI3 berkaita dengan konsep perkalian pada pecahan biasa, sebagai berikut:

P3.001 : Apakah adik telah menyelesaikan perkalian tehadap pecahan biasa?

SFI3.001 : Sudah kak…

P3.002 : Lalu bagaimana cara adik menyelesaikan perkalian terhadap pecahan biasa?

SFI3.002 : Disamakan penyebut kemudian di kali silang…

P3.003 : Apakah cara yang adik lakukan dalam menyelesaikan perkalian terhadap pecahan biasa sudah benar?

SFI3.003 : Iya kak…

P3.004 : Kalau didalam perkalian terhadap pecahan biasa jika penyebutnya beda harus disamakan?

SFI3.004 : Iya…

Dari hasil wawancara di atas, maka subjek SFI3 ternyata jawabannya yang tidak pas. Subjek SFI3 telah menjawab pertanyaan

dari peneliti kalau cara menyelesaikan perkalian terhadap pecahan biasa yaitu penyebut harus disamakan kemudian di kali silang.

Jawaban subjek SFI3 tersebut sudah tidak masuk dalam konsep perkalian pada pecahan biasa. Cara yang benar untuk menyelesaikan perkalian pada pecahan biasa adalah pembilang dikali dengan pembilang, penyebut dikali dengan penyebut. Subjek SFI3 juga mengaku sungguh-sungguh benar menggunakan cara perkalian pada pecahan biasa ketika peneliti bertanya mengenai cara perkalian pada pecahan biasa. Kemudian subjek SFI3 juga berpendapat kalau penyebut berbeda terhadap perkalian pecahan biasa maka penyebut harus di samakan dulu. Padahal untuk menyelesaikan perkalian terhadap pecahan biasa penyebutnya tidak harus disamakan. Dari situ peneliti sudah menganggap subjek SFI3 memang mengalami miskonsepsi.

Setelah menganalisis soal tes dan wawancara dari subjek SFI3, selanjutnya peneliti akan membandingkan kedua analisis tersebut ke dalam tabel triangulasi. Berikut tabel triangulasi untuk membandingkan antara analisis soal tes dengan analisis hasil wawancara subjek SFI3:

Tabel 4. 5 Perbandingan Hasil Tes Dan Wawancara Subjek SFI3 Analisis data tes tertulis Analisis data wawancara Cara subjek SFI3 mengerjakan

perkalian terhadap pecahan biasa yaitu untuk menemukan hasil penyebutnya melakukan penyebut dikali dengan

Sesuai dengan beberapa hasil wawancara bersama subjek SFI3 yang telah di tuliskan oleh peneliti yaitu subjek SFI3 berpandangan kalau

penyebut, tetapi untuk menemukan pembilang subjek SFI3 melakukan perkalian silang antara penyebut dengan pembilang. terhadap pecahan biasa, penyebutnya harus disamakan dulu.

Sesuai dengan hasil perbandingan yang menggunakan tabel perbandingan menunjukkan bahwa analisis data tes tertulis dan analisis data wawancara subjek SFI3 secara garis besar belum benar dalam menjawab soal perkalian pada pecahan biasa. Serta hasil analisis data wawancara juga membuktikan bahwa jawaban yang dilontarkan subjek SFI3 dalam wawancara mengenai konsep perkalian pada pecahan biasa belum bisa menjawab berdasarkan konsep yang benar. Sejalan dengan tes dan wawancara maka subjek SFI3 ini mengalamimiskonsepsi.

Sesuai hasil kesimpulan dari perbandingan tabel triangulasi metode maka subjek SFI3 dalam mengerjakan soal perkalian tidak berdasarkan konsep cara pengerjaan yang benar. Serta hasil pada wawancara dengan subjek SFI3, peneliti menangkap beberapa jawaban yang dilontarkan mengenai konsep perkalian tidak berdasarkan pada konsep yang benar atau sesungguhnya.

d. Analisis jawaban soal tes dan wawancara pembagian pada pecahan biasa

Di bawah ini adalah jawaban soal tes serta wawancara kepada subjek SFI4 terhadap pembagian pada pecahan biasa:

Gambar 4. 4 Pembagian Pada Pecahan Biasa SFI4

Dilihat dari jawaban subjekSFI4 mengenai pembagian terhadap pecahan biasayang telah di kerjakan yaitu cara penyelesaian yang salah. Sebenarnya cara yang digunakan subjekSFI4 dalam menyelesaikan pembagian pada pecahanbiasa hampir benar hanya saja caranya terbalik. Subjek SFI4 sudah mengubah kedalam bentuk perkalian tetapi pecahan yang bagian depan yang dibalik. Seharusnya jika sudah diubah kedalam bentuk operasi perkalian pecahan yang bagian belakang yang harus dibalik bukan yang bagian depan.

Otomatishasilakhirnyajugaakansalah. Berikut penjelasan mengenai cara penyelesaian pembagian pada pecahan biasa secara benar yakni sebagai berikut:

 Diubah bentuk pecahan pembagiannya menjadi perkalian dengan cara di balikkan pecahan yang di belakang pembilang menjadi penyebut

Dari analisis peneliti mengenai tes tertulis yang dikerjakan

subjek SFI4, diduga subjek SFI4 mengalami miskonsepsi. Untuk memperjelas dan meyakinkan subjek SFI4 miskonsepsi pada pembagian terhadap pecahan biasa maka peneliti akan menuliskan atau paparkan hasil wawncara bersama subjek SFI4 yakni sebagai berikut:

P4.001 : Apakah adik telah menyelesaikan pembagian terhadap pecahan biasa?

SFI4.001 : Iya kak

P4.002 : Lalu bagaimana cara adik menyelesaikan pembagian terhadap pecahan biasa?

SFI4.002 : Dibalik kak…

P4.003 : Pecahan bagian mana yang harus di balik?

SFI4.003 : Yang pertama kak…

P4.004 : Kalau didalam perkalian terhadap pecahan biasa jika penyebutnya beda harus disamakan?

SFI4.004 : Iya kak…

Di lihat dari hasil wawancara subjek SFI4 di duga miskonsepsi.

Subjek yakin dan sudah merasa benar menyelesaikan pembagian terhadap pecahan biasa. Selanjutnya subjek SFI4 menjawab kalau cara dalam menyelesaikan pembagian terhadap pecahan biasa yaitu dengan cara di balik. Ketiga, pada saat peneliti bertanya pecahan bagian mana yang harus di balik, dengan spontan subjek SFI4 menjawab yang pertama. Subjek juga menjawab iya ketika peneliti bertanya kalau

pembagian terhadap pecahan biasa jika penyebutnya beda harus disamkan dulu. Padahal pembagian terhadap pecahan biasa penyebut tidak harus disamakan. Dari kedua jawaban subjek SFI4 melalui wawancara tersebut, sudah terlihat bahwa subjek SFI4 kurang paham terhadap konsep pembagian pada pecahan biasa. Hal tersebut dapat diketahui jika subjek SFI4 terindikasi mengalami miskonsepsi.

Selanjutnya peneliti akan membandingkan antara hasil tes tertulis dan wawancara menggunakan tabel triangulasi. Berikut tabel triangulasi yang akan digunakan untuk perbandingan dari kedua analisistersebut:

Tabel 4. 6 Perbandingan Hasil Tes Dan Wawancara Subjek SFI4

Analisis data tes tertulis Analisis data wawancara Cara subjek SFI4

menyelesaikan pembagian terhadap pecahan biasa hampir benar hanya saja cara terbalik. Subjek SFI4 sudah mengubah kedalam bentuk perkalian tetapi pecahan yang bagian yang pertama yang.

Seharusnya jika sudah diubah kedalam bentuk operasi perkalian pecahan yang bagian kedua yang harus dibalik bukan yang bagian pertama. Otomatis hasil akhinya juga akansalah.

Dari beberapa hasil wawancara ada jawaban-jawaban yang dilontarkan subjek SFI4 kurang pas. Pertama subjek SFI4

menjawab iya pada ketika peneliti bertanya Apakah adik telah menyelesaikan pembagian terhadap pecahan biasa?. Yang kedua ketika peneliti bertanya Lalu bagaimana cara adik menyelesaikan pembagian terhadap pecahan biasa? Lalu subjek menjawab dengan cara di balik. Jawaban yang dilontarkan tersebut memang benar tetapi belum jelas yang

pembagian pada pecahan biasa jika penyebut berbeda haruskah disamakan dulu. yang benar cara menyelesaikan pembagian poada pecahan biasa penyebut tidak disamakan.

Hasil dari perbandingan diatas antara tes tertulis dan wawancara, dapat diketahui jika kedua analisis tersebut memiliki kesamaan. Kesamaan tersebut dalam arti sama-sama terdapat kesalahan konsep yang sama terhadap pembagian bilangan pecahan biasa. Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan sesuai hasil perbandingan tabel triangulasi subjek SFI4 dapat dio simpulkan bahwa subjek mengalami miskonsepsi. Subjek SFI4 kurang menyelesaikan

Hasil dari perbandingan diatas antara tes tertulis dan wawancara, dapat diketahui jika kedua analisis tersebut memiliki kesamaan. Kesamaan tersebut dalam arti sama-sama terdapat kesalahan konsep yang sama terhadap pembagian bilangan pecahan biasa. Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan sesuai hasil perbandingan tabel triangulasi subjek SFI4 dapat dio simpulkan bahwa subjek mengalami miskonsepsi. Subjek SFI4 kurang menyelesaikan

Dokumen terkait