• Tidak ada hasil yang ditemukan

Para Pihak Yang Terkait Dalam Transaksi Elektronik ( E-commerce).

TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK APABILA TERJADI WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK (E commerce)

A. Para Pihak Yang Terkait Dalam Transaksi Elektronik ( E-commerce).

Sejalan dengan perkembangan teknologi, proses transaksi jual beli dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk dengan menggunakan media internet, dimana para pihak tidak bertemu secara langsung tetapi hanya dengan berhubungan melalui media elektronik yaitu internet, yang masing – masing pihak menyatakan keinginan atau kehendaknya dalam sebuah kontrak yang dibuat dan ditetapkan secara elektronik. Transaksi Jual beli melibatkan beberapa pihak , baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung., Tergantung kompleks transaksi yang dilakukan, artinya apakah semua proses transaksi elektronik dilakukan secara online atau hanya beberapa tahap saja yang dilakukan secara online.

Transaksi electronic commerce melibatkan beberapa pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung, tergantung kompleksitas transaksi yang dilakukan, artinya apakah semua proses tahap saja yang dilakukan secara on-line. Apabila seluruh transaksi

electronic commerce dilakukan secara online, mulai dari proses terjadinya transaksi sampai dengan pembayaran, maka pihak-pihak yang terlibat terdiri dari:

1. Penjual (merchant), yaitu perusahaan/produsen yang menawarkan produknya melalui internet. Untuk menjadi merchant, maka seseorang harus mendaftarkan diri sebagai merchant account pada sebuah bank, tentunya ini dimaksudkan agar merchant dapat menerima pembayaran dari customer dalam bentuk credit card.

2. Konsumen/card holder, yaitu orang-orang yang ingin memperoleh produk (barang atau jasa) melalui pembelian secara on-line.

3. Acquirer, yaitu pihak perantara penagihan (antara penjual dan penerbit) dan perantara pembayaran (antara pemegang dan penerbit).

4. Issuer; perusahaan credit card yang menerbitkan kartu.

5. Certification Authorities; pihak ketiga yang netral yang memegang hak untuk mengeluarkan sertifikasi kepada merchant, kepada issuer dan dalam beberapa hal diberikan pula kepada card holder Apabila transaksi electronic commerce tidak sepenuhnya dilakukan secara on-line, dengan kata lain hanya proses transaksinya saja yang online, sementara pembayaran tetap dilakukan secara manual/cash, maka pihak acquirer, issuer, dan

certification authority tidak terlibat di dalamnya26.

Apabila transaksi e-commerce tidak sepenuhnya dilakukan secara online dengan kata lain hanya proses transaksinya saja yang online, sementara pembayaran tetap dilakukan secara manual atau

cash, maka pihak bank dan certification authority tidak terlibat didalamnya. di samping pihak- pihak tersebut diatas, pihak lain yang keterlibatannya tidak secara langsung dalam transaksi

electroniccommerce yaitu jasa pengiriman (ekspedisi), artinya apabila telah terjadi kesepakatan mengenai harga suatu barang dan tata cara pembayarannya antara pembeli dan penjual, maka pihak penjual akan menggunakan jasa pengiriman atau ekspedisi untuk mengirimkan barang pesanan dari pembeli tersebut.

       26 

Certification Authorities dapat merupakan suatu lembaga pemerintah atau lembaga swasta. Italia, dengan alasan kebijakan publik, menempatkan pemerintahannya sebagai pemilik kewenangan untuk menyelenggarakan pusat

Certification Authorities. Sebaliknya, di Jerman, jasa sertifikasi terbuka untuk dikelola oleh sektor swasta untuk menciptakan iklim kompetisi yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas

Transaksi yang dilakukan secara elektronik pada dasarnya adalah perikatan ataupun hubungan hukum yang dilakukan secara elektronik dengan memadukan jaringan sistem elektronik berbasiskan komputer dengan sistem komunikasi, yang selanjutnya difasilitasi oleh keberadaan jaringan komputer global atau internet ( Pasal 1 angka 2 UU ITE). Pada transaksi jual beli secara elektronik, para pihak terkait di dalamnya melakukan hubungan hukum yang dituangkan melalui suatu bentuk perjanjian atau kontrak yang juga dilakukan secara elektronik dan sesuai dengan Pasal 1 butir 17 UU ITE disebut sebagai kontrak elektronik yakni perjanjian yang dimuat dalam dokumen elektronik atau media elektronik lainnya.

Dengan kemudahan berkomunikasi secara elektronik, maka perdagangan pada saat ini sudah mulai merambat ke dunia elektronik. Transaksi dapat dilakukan dengan kemudahan teknologi informasi, tanpa adanya halangan jarak.

Penyelenggaraan transaksi elektronik dapat dilakukan baik dalam lingkup publik ataupun privat. Pelaku usaha yang menawarkan barang atau jasa secara elektronik wajib menyediakan informasi mengenai syarat-syarat kontrak, produsen dan produk secara lengkap dan benar. Dalam Pasal 17 UUITE Ayat (1) disebutkan “penyelenggaraan transaksi elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik ataupun privat”. Ayat (2) pasal tersebut menyatakan bahwa “para pihak yang melakukan transaksi elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib beritikad baik dalam melakukan interaksi dan/ atau pertukaran informasi elektronik dan/ atau dokumen elektronik selama transaksi berlangsung”. Pasal 19 UUITE menyatakan bahwa “para pihak yang melakukan transaksi elektronik harus menggunakan sistem elektronik yang disepakati”. jadi sebelum melakukan transaksi elektronik, maka para pihak menyepakati sistem elektronik yang akan digunakan untuk melakukan transaksi. Kecuali ditentukan lain oleh para pihak, transaksi elektronik terjadi pada saat penawaran transaksi yang dikirim pengirim telah diterima dan

disetujui oleh penerima sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 20 ayat (1) UUITE. Maka, dalam hal ini transaksi elektronik baru terjadi jika adanya penawaran yang dikirimkan kepada penerima dan adanya persetujuan untuk menerima penawaran setelah penawaran diterima secara elektronik. Pasal 20 ayat (2) disebutkan “Persetujuan atas penawaran transaksi elektronik harus dilakukan dengan pernyataan penerimaan secara elektronik”. Pasal 21 ayat (2) angka 1 menyatakan apabila transaksi dilakukan sendiri, maka orang yang melakukan transaksi yang menanggung akibat hukumnya.Transaksi E- commerce di dunia maya dimungkinkan terjadi sengketa sepertinya hal yang terjadi dalam dalam hubungan hukum yang dilakukan secara konvensional27.

B .Wanprestasi dalam Transaksi Elektronik. 1.1 Pengertian

Setiap perikatan memuat perangkat hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan atau ditepati oleh para pihak yang dinamakan prestasi. Berdasarkan perjanjian tersebut salah satu pihak berhak menuntut prestasi dari pihak lainnya dan pihak lainnya berkewajiban untuk memenuhi prestasi.

1. Menurut Subekti, Wanprestasi adalah :

Apabila si berhutang (debitur) tidak melakukan apa yang dijanjikannya maka ia dikatakan wanprestasi, alpa atau lalai atau ingkar janji atau juga melanggar perjanjian, bila ia melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh diperbuatnya28

2. Wanprestasi yang diartikan oleh Yahya Harahap sebagai berikut :

      

27 Rahadi Wasi Bintoro, “ Tuntutan Hak dalam Persidangan Perkara Perdata”, Jurnal Dinamika Hukum,volume

.10/No.2, mei 2010, Purwokerto : Fakultas Hukum UNSOED, hal 156.

Pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Seorang debitur disebutkan dan berada dalam keadaan wanprestasi, apabila dia melakukan pelaksanaan perjanjian telah lalai sehingga terlambat dari jadwal yang ditentukan atau

Dalam melaksanakan prestasi tidak menurut selayaknya atau sepatutnya. Wanprestasi berupa: 1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan.

2. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan . Jika dalam suatu transaksi disepakati bahwa pembeli akan mengirimkan sejumlah uang sebagai harga dari barang, namun ternyata uang yang dikirim tidak sesuai dengan apa yang diperjanjikan. Dalam hal ini pembeli telah melakukan wanprestasi dalam perjanjian ini.

3. Melakukan apa yang telah diperjanjikan tetapi terlambat :

Misalnya dalam perjanjian lelang telah disepakati bahwa paling lambat pada tanggal tertentu pembeli sudah akan menerima barang yang telah dibeli. Namun setelah lewat tanggal yang diperjanjikan tersebut pembeli belum menerima barang tersebut. Namun akhirnya pembeli menerima yang diperjanjikan, tetapi karena terlambat yang disebabkan penjual telambat mengirimkan barang maka dikatakan pihak penjual melakukan wanprestasi.

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjiannya tidak boleh dilakukannya.

Sebagai contoh, jika penjual menjual barang yang sebenarnya telah dijual kepada pihak lain namun tetap dijual kepada pembeli yang lain. Maka dalam kasus ini dapat dikatakan pihak penjual telah melakukan wanprestasi29.

      

Di dalam melaksanakan suatu isi perjanjian, maka tidak jarang terjadi ingkar janji (wanprestasi), menurut Handri Raharjo, wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang berarti suatu keadaan yang menunjukkan debitur tidak berprestasi (tidak melaksanakan kewajibannya) dan dia dapat dipersalahkan30

Hal kelainan atau wanprestasi pada pihak dalam perjanjian ini harus dinyatakan terlebih secara resmi yaitu dengan memperingatkan kepada pihak yang lalai . bahwa pihak kridetur menghendaki pemenuhan prestasi oleh pihak debitur. Menurut undang-undang peringatan tersebut harus dinyatakan tertulis, namun sekarang sudah dilazimkan bahwa peringatan itu pula dapat dilakukan secara lisan asalkan cukup tegas menyatakan desakan agar segera memenuhi prestasinya terhadap perjanjian mereka perbuat.

Jadi dengan adanya pernyataan lalai yang diberikan oleh pihak kreditur kepada pihak debitur, maka menyebabkan pihak debitur dalam keadaan wanprestasi, bila ia tidak mengindahkan pernyataan lalai tersebut. Pernyatan lalai sangat diperlukan karena akibat wanprestasi tersebut adalah sangat besar baik bagi kepentingan pihak kreditur maupun pihak debitur. Dalam perjanjian biasanya telah ditentukan di dalam isi perjanjian itu sendiri, hak dan kewajiban para pihak serta sanksi yang ditetapkan apabila pihak debitur tidak menepati waktu atau pelaksanaan perjanjian.

Wanprestasi seorang debitur dapat berupa empat macam kategori yaitu:

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.

2. Melaksanakan apa yang diperjanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan. 3. Melakukan apa yang diperjanjikan akan tetapi terlambat.

      

30 Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia (Jakarta : PT. Buku Kita, 2009), hal. 79

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh untuk dilakukan.

5. Debitur yang oleh pihak kreditur dituduh lalai, dapat mengajukan pembelaan diri atas tuduhan tersebut. Adapun pembelaan debitur yang dituduh dapat didasarkan atas tiga alasan yaitu :

1. Mengajukan tuntutan adanya keadaan yang memaksa. 2. Mengajukan bahwa si kreditur sendiri juga wanprestasi.

3. Mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi. Sebagai konsekuensi dari tidak dipenuhinya dari perikatan ialah bahwa kreditur atau pihak lain yang dirugikan dapat meminta ganti kerugian atas biaya-biaya yang telah dikeluarkannya, kerugian atau kerusakan barang miliknya, dan juga bunga atas keuntungan yang seharusnya akan didapatkan dan telah diperhitungkan. Di dalam Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dijelaskan bahwa apabila debitur dalam keadaan wanprestasi maka kreditur dapat memilih diantara beberapa kemungkinan tuntutan, antara lain yaitu pemenuhan perikatan, pemenuhan perikatan dengan ganti kerugian, ganti kerugiannya saja, pembatalan perjanjian, ataupun pembatalan perjanjian dengan ganti kerugian.

Apabila kreditur hanya menuntut ganti kerugian saja maka ia dianggap telah melepaskan haknya untuk meminta pemenuhan dan pembatalan perjanjian, sedangkan apabila kreditur hanya menuntut pemenuhan perikatan maka tuntutan ini sebenarnya bukan sebagai sanksi atas kelalaian, sebab pemenuhan perikatan memang sudah dari semula menjadi kesanggupan debitur untuk melaksanakannya.

C.Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Transaksi Elektronik. (E-