• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

E. Laut, Pesisir dan Pantai

1. Parameter Fisika

Parameter fisika yang diukur dalam pemantauan kualitas air laut adalah kekeruhan, temperatur, warna, baud an TSS air laut. Berikut ini akan dibahas satu persatu parameter fisika, kecuali bau. Hal ini dikarenakan dalam pemantauan ditemukan bahwa semua sampel yang diambil tidak berbau dan telah sesuai dengan baku mutu.

a) Kekeruhan

Kekeruhan atau turbiditas merupakan kandungan bahan organic maupun anorganik yang terdapat di perairan dan berpengaruh terhadap proses kehidupan

0 20 40 60 80 100 120 140 24 Jam

Depan Kedaulatan Rakyat Halaman LPP

Depan Bank BRI Baku Mutu

organisme yang ada di perairan tersebut. Kekeruhan yang tinggi menyebabkan turunnya kandungan oksigen. Hal ini disebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk dalam perairan menjadi terbatas karena kekeruhan yang tinggi, sehingga tumbuhan/phytoplankton tidak dapat melakukan proses fotosintesis untuk dapat menghasilkan oksigen. Data kekeruhan air laut dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 11. Kekeruhan Air Laut di DIY Tahun 2014

Lokasi Satuan Bulan Baku Mutu

April Agustus

Pantai Glagah NTU 9,73* 3,19 5

Pantai Trisik NTU 15,79* - 5

P. Pandansimo NTU - 4,37 5

Pantai Kuwaru NTU 62* - 5

Pantai Samas NTU - 40,42* 5

Pantai Depok NTU 58* 11,9* 5

Pantai Gesing NTU 3,59 - 5

P.Ngobaran NTU 0,96 - 5

P.Ngrenehan NTU 5,51* - 5

Pantai Baron NTU - 7,64* 5

Pantai Krakal NTU - 18,43* 5

P. Indrayanti NTU - 5,11* 5

Sumber Data: Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Keterangan: *) melebihi Baku Mutu

Kekeruhan air laut pada 12 lokasi seperti diperlihatkan dalam Tabel diatas menunjukkan hasil antara 0,96 – 62 NTU dengan bakumutu 5 NTU. Terdapat 9 (Sembilan) titik pemantauan yang kekeruhannya melebihi bakumutu, yaitu di pantai Glagah, Trisik, Kuwaru, Depok, Krakal pada periode April dan di pantai Samas, Depok, Baron, dan Indrayanti pada periode Agustus. Keruhnya air laut pada sebagian besar pantai menunjukkan bahwa kondisi di Daerah Aliran Sungai (DAS) di daerah hulu kurang baik. Hal ini sebagai akibat terjadinya erosi yang kemungkinan disebabkan tutupan pohon yang kurang memadai, pengambilan pasir yang intensif atau adanya sampah di aliran sungai. Sampah tidak hanya terdapat pada aliran sungai, tetapi juga di lingkungan pantai juga terdapat sampah berserakan yang berasal dari kegiatan pariwisata. Pada bulan April rata-rata kekeruhannya lebih tinggi daripada bulan Agustus. Hal itu disebabkan karena pada bulan April masih musim penghujan, sehingga aliran air banyak mengangkut lumpur dari daratan akibat derasnya arus. Untuk lebih detailnya data fluktuasi kekeruhan air laut dapat dilihat dalam grafik di bawah ini.

Gambar 13. Grafik Kekeruhan Air Laut di DIY Tahun 2014.

b) Temperatur

Temperatur air laut terpantau pada dua belas pantai menunjukkan hasil antara 25,6 – 27,7C. Pada pemantauan bulan Agustus rata-rata suhu lebih daripada pemantauan bulan April. Perbedaan rata-rata suhu bisa disebabkan oleh kelembaban udara. Pada bulan April kelembaban udara tinggi sedangkan pada bulan Agustus udara bersifat kering sehingga suhu lebih rendah. Disamping itu, pada bulan April hujan masih terjadi sehingga waktu cuaca mendung terjadi kenaikan suhu udara. Pada waktu mendung, suhu udara meningkat karena tertahan oleh awan, dimana suhu udara yang tinggi akan turut mempengaruhi suhu air laut. Fluktuasi suhu juga disebabkan oleh angin, semakin kencang angin bertiup maka suhu semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Sekitar bulan Maret dan April merupakan waktu peralihan antara musim hujan dan kemarau, dimana pada musim peralihan penyinaran matahari melebihi penguapan, yang berakibat pada pemanasan air permukaan laut. Adapun data fluktuasi suhu air laut dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 12. Temperatur Air Laut di DIY Tahun 2014

Lokasi Satuan Bulan Baku Mutu

April Agustus

Pantai Glagah C 27,5 26,5 Alami

Pantai Trisik C 27,4 - Alami

P. Pandansimo C - 26,1 Alami

Pantai Kuwaru C 27,2 - Alami

Pantai Samas C - 26,2 Alami

Pantai Depok C 27,1 26,7 Alami

Pantai Gesing C 27,7 - Alami

P.Ngobaran C 27,5 - Alami

P.Ngrenehan C 27,5 - Alami

Pantai Baron C 25,6 Alami

Pantai Krakal C - 25,8 Alami

0 20 40 60 80 Kad ar K ek er uh an (N TU ) Lokasi Pemantauan April Agustus

P. Indrayanti C - 25,8 Alami

Sumber Data: Lab. Hidrologi dan KualitasAir Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Keterangan: Alami (± 3C)

Temperatur di lautan sangat bervariasi menurut waktu, yaitu pagi, siang dan malam. Pengukuran sampel dilakukan pada pagi hingga siang sehingga rentang temperaturnya relatif panjang + 4C. Tingginya temperatur air laut sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari. Pada pagi hari temperatu relatif masih rendah antara 25 - 26C, sedangkan pada siang hari temperatur mengalami kenaikan menjadi 27 – 30C. Selain intensitas matahari, besarnya temperatur juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, biasanya bila terjadi hujan maka temperatur air laut akan turun. Hasil pengukuran temperatur tersebut masih berada dalam batas normal, tidak ada kenaikan temperatur maupun penurunan temperatur yang signifikan. Temperatur terendah yang terukur pada bulan Agustus adalah di Pantai Krakal dan Indrayanti. Hal ini kemungkinan disebabkan karena di pantai Krakal dan Indrayanti pantainya dikelilingi oleh batuan karang sehingga menghalangi itensitas penyinaran matahari akibatnya temperatur menjadi rendah.

Pengaruh temperatur air laut terhadap lingkungan laut antara lain jumlah oksigen terlarut, kecepatan reaksi kimia dan kehidupan binatang laut. Pada temperatur normal maka kehidupan dan proses-proses kimia juga akan berlangsung normal, dan sebaliknya pada temperatur yang lebih tinggi kecepatan reaksi akan menjadi lebih cepat demikian pula sebaliknya, karena kenaikan temperatur sebesar 10C akan meningkatkan kecepatan reaksi dua kali lipat.

c) Warna

Warna air laut terjadi karena air laut menyerap warna. Warna yang diserap berasal dari cahaya, kandungan sedimen, dan kandungan zat organik atau anorganik. Penyerapan cahaya di laut berasal dari atmosfer yaitu warna kuning, merah, hijau dan biru tergantung kedalaman dan tempatnya. Namun dalam bab ini, warna yang dimaksud adalah warna yang berasal dari sedimen atau kandungan zat organik dan anorganik yang akan berpengaruh terhadap kualitas air laut. Kandungan zat organik dalam air laut misalnya adanya alga merah, hijau, dan biru. Dan zat anorganik misalnya sedimen yang dibawa dari aliran sungai menyebabkan warna coklat keruh. Seperti telah dibahas pada parameter sebelumnya, kekeruhan air laut menyebabkan penetrasi sinar matahari lemah dan tidak bisa mencapai kedalaman, hanya mencapai 15 – 40 meter saja. Sedangkan pada air yang jernih, sinar matahari dapat menembus hingga kedalaman 200 meter. Warna air laut yang jernih ini merupakan lingkungan yang baik bagi terumbu karang dan coral untuk berkembangbiak.

Warna dinyatakan dalam Pt-Co dengan nilai ambang batas sebesar 30 Pt-Co. Secara kasat mata, warna air laut terlihat hampir sama, namun ternyata melalui pengukuran terdapat perbedaan konsentrasi. Berikut ini data kadar warna air laut dalam Tabel berikut:

Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu

Pantai Glagah Pt-Co 1,195 1,145 30

Pantai Trisik Pt-Co 2,390 - 30

P. Pandansimo Pt-Co - 2,191 30

Pantai Kuwaru Pt-Co 1,892 - 30

Pantai Samas Pt-Co - 1,643 30

Pantai Depok Pt-Co 2,191 2,340 30

Pantai Gesing Pt-Co 1,195 - 30

P.Ngobaran Pt-Co 0,490 - 30

P.Ngrenehan Pt-Co 0,249 - 30

Pantai Baron Pt-Co - 1,195 30

Pantai Krakal Pt-Co - 5,627 30

P. Indrayanti Pt-Co - 1,743 30

Sumber Data: Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Keterangan: *) melebihi Baku Mutu

Berdasarkan data dalam tabel di atas diketahui bahwa kadar warna air laut masih berada di bawah ambang batas yang ditentukan, yaitu berkisar antara 0,249 – 5,627 Pt-Co. Berarti air laut dalam kondisi jernih, yang baik untuk perkembangan makhluk hidup di dalamnya.

d) TSS (Total Suspended Solid)

Total suspended solid air laut adalah kandungan zat padat yang tersuspensi dalam air laut, dapat berupa pasir, lumpur, tanah maupun logam berat atau partikel tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotic) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi ataupu komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel anorganik. Dari nilai TSS ini dapat digunakan sebagai analisis untuk mengetahui pengaruh daratan terhadap lautan. Adanya dinamika nilai TSS mencerminkan perubahan yang terjadi di daratan yang berakibat ke perairan. Nilai TSS dapat dianggap sebagai indikator awal dalam mengevaluasi kondisi lingkungan pesisir wilayah setempat berkaitan dengan keberlanjutan kegiatan yang sudah dan akan dikembangkan. Konsentrasi TSS di perairan laut DIY dapat dilihat dalam Tabel dibawah ini:

Tabel 14. Konsentrasi TSS Air Laut di DIY Tahun 2014

Lokasi Satuan Bulan Baku Mutu

April Agustus Pantai Glagah mg/L 88,9* 94,6* 20 Pantai Trisik mg/L 4,3 - 20 P. Pandansimo mg/L - 27,1* 20 Pantai Kuwaru mg/L 11 - 20 Pantai Samas mg/L - 17,4 20

Pantai Depok mg/L 58,4* 72,9* 20 Pantai Gesing mg/L 13,2 - 20 P.Ngobaran mg/L 4,4 - 20 P.Ngrenehan mg/L 12,1 - 20 Pantai Baron mg/L - 51,4* 20 Pantai Krakal mg/L - 52,9* 20 P. Indrayanti mg/L - 35,6* 20

Sumber Data: Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Keterangan: *) melebihi Baku Mutu

Berdasarkan data dalam tabel di atas, diketahui bahwa konsentrasi TSS air laut terdapat lebih dari 50% lokasi pantai di DIY telah melebihi bakumutu yang berkisar antara 4,4 – 94,6 mg/L. Kandungan TSS yang tinggi terukur pada pantai-pantai yang relatif lebih padat pengunjungnya seperti pantai Depok, Baron, Krakal dan Indrayanti. Sedangkan untuk pantai Glagah yang hanya ramai waktu liburan kadungan TSS tinggi kemungkinan berasal dari muara sungai Serang yang banyak membawa material terlarut dari daerah hulu. Fluktuasi konsentrasi TSS air laut dapat dilihat dalam grafik berikut:

Gambar 14. Grafik konsentrasi TSS air laut di DIY tahun 2014.

Dokumen terkait