• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

B. Permukiman

Melihat proporsi jumlah penduduk tahun 2014, penduduk DIY terkonsentrasi di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul yang merupakan bagian dari KPY (Kawasan Perkotaan Yogyakarta). Jumlah penduduk Kabupaten Kulonprogo dan Kota Yogyakarta cenderung hampir sama besar, meski keduanya mempunyai tipologi kewilayahan dan luas wilayah yang berbeda. Sedangkan Kabupaten Gunungkidul dengan luas wilayah terbesar di DIY menempati urutan ketiga dalam hal jumlah penduduk.

DIY menurut RTRW Provinsi DIY 2009-2029 direncanakan akan mengalokasikan penggunaan untuk kawasan lindung sebesar 45%, dan sisanya seluas 55% dialokasikan untuk mewadahi berbagai aktivitas pada kawasan budi daya. Ruang untuk kawasan permukiman menurut RTRW tersebut akan dialokasikan sebesar 4,31% dari luas wilayah total DIY. Padahal kondisi saat ini, penggunaan lahan untuk kawasan permukiman di DIY sudah mencapai 15,50% (nilai rata-rata): Kota Yogyakarta yang memiliki luas wilayah terkecil justru penggunaan lahan didominasi oleh fungsi permukiman (79,08%), berbanding terbalik dengan Kabupaten Gunungkidul yang luas lahannya terbesar justru penggunaan untuk fungsi permukiman terkecil (9,26%).

Lokasi pemukiman dikategorikan menjadi lokasi pemukiman mewah, menengah, sederhana, kumuh, bantaran sungai dan pasang surut. Walaupun belum tersedianya data berapa jumlah rumah tangga yang tinggal di lokasi-lokasi tersebut, namun dari pemantauan lapangan, jumlah rumah tangga di lokasi menengah dan sederhana adalah yang terbanyak dibandingkan dengan lokasi mewah. Hal tersebut dapat dilihat dengan banyaknya pembangunan pemukiman dengan kategori sederhana hingga menengah sedangkan pembangunan pemukiman kategori mewah hanya sedikit.

Berdasarkan data dari DPUD-ESDM DIY, di Wilayah D.I. Yogyakarta lokasi tempat tinggal tersebar di berbagai kawasan permukiman, yaitu 77% di lokasi permukiman Menengah, 11,7% di lokasi permukiman Sederhana, 8,55% di lokasi permukiman Kumuh dan 2,65% berada di lokasi permukiman Mewah. Berdasar hasil identifikasi kawasan kumuh di DIY pada program NUSSP (2006) didapatkan 69 kawasan kumuh untuk seluruh DIY. Berdasarkan studi terhadap berbagai literatur yang mengkaji tentang kawasan kumuh, setidaknya terdapat empat kriteria yang umum digunakan untuk menilai tingkat kekumuhan, yaitu kondisi fisik rumah, ketersediaan prasarana sarana kawasan, kondisi keamanan bermukim, dan kondisi penghidupan (sosial atau ekonomi) penghuni. Kawasan kumuh di DIY tersebar tidak merata. Kawasan yang tergolong sangat kumuh lebih banyak ditemukan di wilayah Kabupaten Sleman dan Gunungkidul. Kota Yogyakarta adalah daerah satu-satunya di DIY, yang mana sebaran kawasan kumuhnya cenderung merata dengan lokasi yang hampir berdekatan satu sama lain hingga dapat membentuk satu

Gambar 34. Sebaran penduduk berdasarkan kelas permukiman

Jumlah rumah tangga di DIY pada tahun 2014 berdasarkan data BPS DIY dengan pengolahan berdasarkan hasil SP2010 dan PPLS 2011 yaitu 1.067.717 rumah tangga dengan jumlah rumah tangga miskin sebanyak 156.708 rumah tangga. Tertinggi berada di Kabupaten Gunungkidul yaitu 27,79 % dan terendah di Kota Yogyakarta 7,67 %.

Tabel 30. Jumlah Rumah Tangga Miskin DIY

No Kabupaten/Kota Jumlah Rumah Tangga Jumlah Rumah Tangga Miskin

(1) (2) (3) (4)

1 Kabupaten Kulon Progo 109.277 23.378

2 Kabupaten Bantul 258.623 42.627

3 Kabupaten Gunung Kidul 200.705 43.560

4 Kabupaten Sleman 362.727 35.116

5 Kota Yogyakarta 136.385 12.027

Sumber Data: BPS DIY (Pengolahan berdasarkan hasil SP2010 dan PPLS 2011)

Sumber air minum yang dipakai di DIY sebanyak 8,89% menggunakan air Ledeng, 66,25% air sumur, 0,08% air sungai, 3,2% air hujan, 13,84% air kemasan dan 7,75% menggunakan sumber lainnya. Meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk pemenuhan kebutuhan air bersih untuk masyarakat, namun kegiatan penyediaan, pengolahan dan distrbusi air bersih masih memiliki kendala, antara lain suplai air bersih pada musim kemarau yang belum mencukupi karena mengalami penurunan debit pada sumber air dan distribusi air bersih terhambat kondisi topografi.

8% 12% 77% 3% Permukiman Kumuh Permukiman Sederhana Permukiman Menengah Permukiman Mewah

Tabel 31. Jumlah Rumah Tangga Menurut Sumber Air untuk Minum

No Kab/ Kota Ledeng Sumur Sungai Hujan Kemasan Lainnya

1 Kota Yogyakarta 15.780 67.436 0 0 38.602 14.567 2 Kabupaten Bantul 4.784 211.381 0 0 28.305 14.153 3 Kabupaten Kulon Progo 10.564 75.544 194 0 1.733 21.242 4 Kabupaten Gunungkidul 50.308 108.530 0 32.781 3.063 6.023 5 Kabupaten Sleman 13.494 244.590 0 1.538 76.227 26.878

Total 94.930 707.481 194 34.319 147.930 82.863

Sumber: BPS DIY (Pengolahan berdasarkan hasilo SP 2010)

Menurut data jumlah penduduk D.I. Yogyakarta dengan prosentase penduduk terlayani air minum layak di D.I. Yogyakarta sebesar 89% dimana hampir semua kabupaten/ kota mempunyai prosentase terlayani air minum layak dengan prosentase sebagai berikut Kota Yogyakarta sebesar 11,40%, Kabupaten Sleman 31,31%, Kabupaten Kulon Progo 8,23%, Kabupaten Bantul 22,90% dan Kabupaten Gunungkidul 15,16%. Prosentase ini kami peroleh berdasarkan perbandingan antara jumlah penduduk terlayani air minum layak baik melalui sistem perpipaan maupun non perpipaan dibandingkan dengan jumlah penduduk. Prosentase penduduk terlayani air minum layak melalui sistem perpipaan di D.I. Yogyakarta sebesar 8,89% sedangkan untuk non perpipaan sebesar 80,12%. Sedangkan untuk penduduk dengan sumber air minum lainnya yaitu 7,76% dan penduduk yang masih mengunakan air kurang layak (sungai dan air hujan) sebesar 3,23%.

Tabel 32. Jumlah Penduduk Perkotaan menurut Tempat Pembuangan Sampah

No Kab/ Kota Cara Pembuangan

Angkut Timbun Bakar Ke Kali Lainnya

1 Kota Yogyakarta 303.815 93.744 2 Kab. Bantul 203.654 34.534 3 Kab.Kulon Progo 85.283 8.500 4 Kab.Gunungkidul 40.000 17.472 5 Kab.Sleman 303.815 43.400 Total 936.567 197.650

Sumber: Dinas PUP-ESDM D.I. Yogyakarta

Tabel di atas hanya menyajikan tentang penduduk perkotaan yang terlayani pengelolaan sampahnya. Menurut data jumlah penduduk D.I. Yogyakarta sebanyak 3.568.030 dimana penduduk perkotaan di D.I. Yogyakarta sebanyak 1.985.355 jiwa. Prosentase penduduk perkotaan yang terlayani pengelolaan sampahnya yaitu sebesar 57% dan apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk D.I. Yogyakarta seluruhnya sebesar 32%.

Tabel 33. Jumlah Penduduk Menurut Pengelolaan Limbah/ Sanitasi

No Kab/ Kota Pengelolaan Limbah Sanitasi Layak

Terpusat Komunal Setempat

1 Kota Yogyakarta 74.960 9.762 297.259 381.981 2 Kabupaten Bantul 6.755 15.900 826.251 848.906 3 Kabupaten Kulon Progo - 7.768 314.436 322.204

5 Kabupaten Sleman 10.490 22.157 1.022.086 1.054.733

Total 3.001.382

Sumber: Dinas PUP-ESDM D.I. Yogyakarta

Dalam pengelolaan limbah/ sanitasi dikenal pengelolaan terpusat, komunal dan setempat. Sistem terpusat dimana limbah dikelola melalui saluran limbah dan dialirkan ke instalasi pengolahan limbah untuk dinetralisir, dalam sistem komunal limbah dialirkan ke bak penampungan komunal biasanya dalam satu kompleks perumahan terdapat satu sistem komunal. Sedangkan sistem setempat limbah disalurkan langsung melalui septick tank.

Dari data di atas diperoleh bahwa prosentase penduduk D.I. Yogyakarta yang terlayani sanitasi layak sebesar 84% sedangkan sisanya 16% masih belum terlayani sanitasi layak. Untuk sistem terpusat di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Gunungkidul belum tercakup.

Dokumen terkait