• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

H. Transportasi

1. Kondisi Jalan

Sebagai prasana transportasi keberadaan jalan menjadi faktor utama dalam mengurai permasalahan lalu lintas. Dalam perkembangannya pertumbuhan kendaraan selalu tidak sebanding dengan pembangunan jalan. Untuk memberikan tanggung jawab pembangunan dan pemeliharaannya pemerintah membagi kewenangan jalan yang terdiri :

1) Jalan Nasional merupakan kewenangan pemerintah pusat dalam pemeliharaan maupun pembangunannya;

2) Jalan Propinsi menjadi kewenangan propinsi dalam pemeliharaan maupun pembangunannya;

3) Jalan Kabupaten menjadi kewenangan Daerah Tk. II dalam hal ini Kabupaten/ Kota termasuk jalan Desa.

No Status Jalan menurut Kewenangan Panjang Jalan Keterangan

1. Jalan Nasional 196 Km

2. Jalan Propinsi 864 Km

3. Jalan Kabupaten/Kota/Desa 1.267 Km Jl desa blm semua

2. Kendaraan Bermotor

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah pusat kebudayaan Jawa yang masih eksis keberadaan baik secara Nasional maupun Internasional serta merupakan kota pelajar yang sampai saat ini masih melekat. Seiring perkembangan dan perubahan-perubahan tatanan pemerintahan secara formal tidak dapat merubah indentitas asli Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa. Dua hal tersebut diatas lah yang menjadikan Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata dan pusat peradaban budaya Jawa yang tetap lestari serta sebagaimana kota pendidikan yang melahirkan banyak para intelektual masih dipercaya sampai saat ini. Sehubungan dengan keberadaan tersebut menuntut sarana dan prasarana sebagai pendukung pertumbuhan Ekonomi dan Sosial dan Budaya serta Keamanan. Transportasi salah satu sarana utama sebagai urat nadi pertumbuhan ekonomi dimana ekonomi maju indentik dengan pertumbuhan transportasi suatu daerah. Dari sejarah sarana transportasi tradisional sepeda dan andong masih tetap ada keberadaannya meskipun jumlah kendaraan bermotor di Daerah Istimewa Yogyakarta terus bertambah bahkan melebihi perkiraan. Sarana transportasi sepeda motor merupakan mayoritas yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta diikuti Mobil Pribadi. Setiap tahun pertambahan mencapai 9% s/d 11% dimana angka 11 % terakhir dicapai antara Tahun 2011 s/d Tahun 2012 perkembangan bisa terlihat dalam Tabel berikut:

Tabel 42. Jumlah Kendaraan Bermotor di Daerah Istimewa Yogyakarta

No Jenis Kendaraan Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 1. Mobil Pribadi (MPU) 124.177 133.537 144.555 2. Mobil Beban (Truck/Brg) 42.650 45.290 47.101

3. Mobil Bus 10.965 10.987 10.560

4. Sepeda Motor 1.310.241 1.423.147 1.593.924 J u m l a h 1.488.522 1.617.961 1.796.140

Sumber Data: Ditlantas POLDA DIY 2013

Jumlah Kendaraan yang tercatat dalam tabel adalah yang merupakan kendaraan berplat nomor Daerah Istimewa Yogyakarta (AB). Dalam tinjauan transportasi pengukuran jumlah kendaraan sangat dinamis yaitu bergerak sehingga semua kendaraan yang melakukan aktivitas diwilayah D.I. Yogyakarta hasil pantauan survey asal tujuan yang dilakukan Dinas Perhubungan D.I. Yogyakarta pada tahun 2011 tercatat jumlah kendaraan yang melakukan aktivitas masuk wilayah D.I. Yogyakarta per/hari sebanyak 156.483 jadi diperkirakan pada tahun 2011 jumlah kendaraan yang melakukan aktivitas dijalan wilayah D.I. Yogyakarta sebanyak 1.774.444 setiap harinya. Untuk tahun 2013 diperkirakan 2 juta kendaraan/hari memadati wilayah D.I. Yogyakarta.

Jumlah kendaraan yang tak terkendali akan menimbulkan masalah-masalah disektor transportasi baik secara langsung maupun tidak langsung, jangka pendek maupun jangka

panjang, beberapa hal yang bisa dicatat dari permasalahan yang timbul antara lain : 1) Naiknya permintaan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM);

2) Kepadatan lalu lintas yaitu terjadinya kemacetan; 3) Angka kecelakaan meningkat;

4) Beban pengeluaran bertambah baik Rumah Tangga maupun Pemerintah; 5) Timbulnya polusi udara diambang batas normal;

Dibalik permasalahan tersebut ada beberapa keuntungan dan tolak ukur positifnya yaitu :

1) Pertumbuhan ekonomi terus meningkat seiring dengan terselenggaranya transportasi sebagai sarana utama;

2) Pertambahan pendapatan dari pajak kendaraan bermotor; 3) Perkembangan positif industry Otomotif.

Dari beberapa hal tersebut diatas yang sangat mempengaruhi faktor Status Lingkungan Hidup Daerah yaitu polusi udara yang disebabkan oleh penggunaan BBM kendaraan bermotor di Daerah. Perhitungan jumlah konsumsi BBM sektor transportasi berlainan dengan jumlah konsumsi berdasarkan yang dikeluarkan oleh Pertamina. Sektor transportasi dihitung berdasarkan pemakaian sedang Pertamina berdasarkan pengeluar baik diwilayah D.I. Yogyakarta maupun luar wilayah D.I. Yogyakarta. Untuk pengeluaran BBM pada tahun 2013 terlihat pada perhitungan tabel dibawah ini :

Tabel 43. Jumlah Kendaraan menurut Jenis Kendaraan dan Bahan Bakar yang digunakan

N0 Jenis Kendaraan Bensin Solar

(1) (2) (3) (4)

1 Beban 0 353

2 Penumpang Pribadi 101.977 60.847

3 Penumpang Umum 0 812

4 Bus Besar Pribadi 0 0

5 Bus Besar Umum 0 2.161

6 Bus Kecil Pribadi 0 0

7 Bus Kecil Umum 0 1.210

8 Truk Besar 0 5.509

9 Truk Kecil 0 5.584

10 Roda Tiga 0 1.023

11 Roda Dua 361.318 0

Sumber Data: Tim SLHD DIY 2014

Keterangan: Data kompilasi dari Polda DIY, Dishubkominfo DIY dan Samsat Kab/Kota se-DIY

3. Sarana Terminal Kendaraan Penumpang Umum

Terminal sebagai tempat untuk menaikan dan menurunkan penumpang atau barang sebagai prasarana transportasi yang dapat memadukan antar moda untuk kesinambungan bertransportasi yang terpadu memudahkan masyarakat sebagai pengguna untuk memilih sarana transportasi sesuai dengan tujuan yang dituju. Di Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta tersebar banyak terminal dimasing-masing Pemerintah Daerah Tk. II/ Kota. Data Terminal yang tersebar di wilayah D.I. Yogyakarta terlihat dalam tabel dibawah ini :

No Nama Terminal Lokasi Type 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Terminal Giwangan Terminal Jombor Terminal Wates Terminal Wonosari Terminal Condong Catur Terminal Prambanan Terminal Palbapang Terminal Semin Terminal Tempel Terminal Kenteng Terminal Congot Kota Yogyakarta Kab. Sleman Kab. Kulon Progo Kab. Gunung Kidul Kab. Sleman Kab. Sleman Kab. Bantul Kab. Gunung Kidul Kab. Sleman Kab. Kulon Progo Kab. Kulon Progo

A B B A Pembantu Pembantu Pembantu Pembantu Pembantu Pembantu Pembantu

Sumber Data: Dishub D.I. Yogyakarta 2014

4. Sarana Pelabuhan Laut, Sungai dan Danau

Pelabuhan diwilayah Daerah Istimewa Yogyakarta hanya sebagai tempat pelelangan ikan TPI nelayan yang ada di pesisir pantai, meskipun telah dibangun Pelabuhan besar diwilayah Kulon Progo yaitu pelabuhan Adikarto namun penyelesaian belum dan penggunaan belum jelas. Beberapa tempat-tempat yang menjadi sarana pelabuhan terdata sebagai berikut:

Tabel 45. Data Sarana Pelabuhan Laut, Sungai dan Danau

Sumber Data: Dishub D.I. Yogyakarta 2014

Perlu disampaikan bahwa pada umumnya sarana pelabuhan yang ada di wilayah D.I. Yogyakarta hanya diperuntukkan untuk pemantauan dan pengawasan nelayan dan pengunjung

No Jenis Sarana L o k a s i Pelaksana

1 Dermaga Sadeng (Dermaga Jemb. beton)

Pantai Sadeng, Rongkop, Kab. Gunung Kidul.

Dinas PUP & ESDM 2 TPI Sadeng Pantai Sadeng, Rongkop,

Kab. Gunung Kidul.

Dinas Perikanan 3 Pos Keselamatan Pelayaran

Pantai Sadeng.

Pantai Sadeng, Rongkop, Kab. Gunung Kidul.

Dishub DIY 4 Pos Keselamatan Pelayaran

Pantai Baron

Pantai Baron, Kab. Gunung Kidul.

Dishub DIY 5 Pos Keselamatan Pelayaran

Pantai Samas

Pantai Samas, Kab. Bantul Dishub DIY 6 Pos Keselamatan Pelayaran

Pantai Glagah

Pantai Glagah, Kab. Kulon Progo

Dishub DIY 7 Dermaga Adi Karto (Jembatan

Bangunan Beton) & Pemecah Ombak.

Pantai Glagah, Kab. Kulon Progo

Dinas PUP & ESDM

8 Dermaga Apung & Jembatan Beton Waduk Sermo

Waduk Sermo, Kokap, Kab. Kulon Progo

Dishub DIY 9 Pos Keselamatan Penyeberangan

Waduk Sermo (Gedung)

Waduk Sermo, Kokap, Kab. Kulon Progo

wisata pantai. Tidak ada pelabuhan yang berfungsi sebagai terminal penumpang dan barang sehingga sarana yang ada hanya sebagai penunjang fasilitas yang ada. Hubungan dengan kerusakan dan perubahan lingkungan sedikit sekali terjadi.

Untuk Sungai di Daerah Istimewa Yogyakarta lebih digunakan untuk pemanfaatan galian C yaitu tambang pasir dan batu kali. Sungai-sungai tersebut semua bermuara dari Gunung Merapi di Kab. Sleman D.I. Yogyakarta. Nama-nama antara lain Sungai Gendol, Woro, Putih, Elo, Progo, Kuning, Gajah Wong, Code dan masih banyak sungai-sungai kecil lainnya. Sehubungan adanya program normalisasi material akibat erupsi Gunung merapi sungai-sungai tersebut menjadi target utama segera bisa diambil pasir dan batu yang ada disekitar sungai, sehingga diharapkan jika terjadi letusan dan banjir lahar dingin bisa mengalir melalui sungai tidak menerjang daerah hunian penduduk. Namun banyak terjadi normalisasi tidak dilokasi sungai tapi di lahan pertanian, perkebunan sehingga dampaknya akan merusak lingkungan apalagi menggunakan peralatan berat (Bego). Beberapa usaha untuk mencegah dan membatasi agar program normalisasi bisa terarah dan berjalan lancer tanpa merusak lingkungan terus dilakukan antara pihak-pihak terkait Pemda, Polri, Dishub,ESDM dan masyarakat luas.

5 Sarana Pelabuhan Udara

Sarana pelabuhan udara di DIY adalah sebagai berikut:

1. Bandar Udara Internasional Adi Sucipto Yogyakarta yang terletak di Desa Maguwoharjo, kecamatan Depok, Kabupaten Sleman . Bandar Udara Adisucipto menampung penumpang 5.000 org/hari nya yang merupakan jumlah yang sudah maksimal mengingat daya tampung dan areal yang tersedia sangat terbatas. Sebagai Bandara yang padat dan mempunyaim kapasitas terbatas memberikan sinyal ketidaklayakan. Lebih-lebih dengan jumlah penerbangan yang sudah padat dan maksimal.

2. Bandar Udara Gading di Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul merupakan Bandar Udara sejak Jaman Penjajah Jepang digunakan untuk pendaratan darurat pesawat-pesawat Jepang. Yang saat ini dikembangkan sebagai Bandara Latih untuk TNI Angkatan Udara sebagai pendukung pendidikan AAU.

I. Pariwisata

Akomodasi sebagai salah satu sarana wisata berupa Hotel, baik yang Hotel Bintang maupun Hotel Melati. Hotel Bintang di Daerah Istimewa Yogyakarta ada 26 Hotel Bintang, Hotel Melati di Daerah Istimewa Yogyakarta ada 26 Hotel Melati, pengambilan sampel sebanyak 23 hotel Bintang yang dapat dilihat tingkat huniannya dan 18 hotel Melati yang dapat dilihat tingkat huniannya.Namun dari 26 jumlah hotel bintang tersebut, hanya 18 hotel yang bisa dilihat datanya mengenai dan perkiraan beban pencemaran limbah cair dan perkiraan beban pencemaran limbah padat.Untuk hotel/ penginapan melati dari jumlah 385 yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta yang tersebar di Kabupaten dan Kota, diambil sampel sejumlah 26 hotel/ penginapan, mewakili tingkat Kabupaten, dan hanya 18 hotel/ penginapan kelas melati yang dapat dilihat tingkat huniannya, dan hanya 11 yang dapat dilihat datanya mengenai beban pencemaran limbah cair dan perkiraan beban pencemaran limbah padat, dan itupun tidak sampai pada perhitungan beban pencemaran limbah cair untuk minyak/ lemak, deterjen, dan residu tersuspensi.

dan dari 74 Obyek Wisata jumlah yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang menyebar di kabupaten dan kota diambil sempel sebanyak 30 Obyek Wisata.Tidak semua obyek wisata dapat menyertakan data mengenai perkiraan beban pencemaran limbah cair dan perkiraan beban pencemaran limbah padat.

Tabel 46. Perkiraan Jumlah Limbah Padat berdasarkan Lokasi Obyek Wisata, Jumlah Pengunjung, dan Luas Kawasan

No Nama Obyek Wisata Jenis Obyek Wisata

Jumlah Pengunjung (orang per tahun) Luas Kawasan (Ha) Volume Limbah Padat (m3/hari) (1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Kraton Yogyakarta Wisata Bangunan 714.385 2,5 1,410 2 KRKB Gembiraloka Wisata Buatan 1.780.000 25,16 3,080 3 Tamansari Wisata Bangunan 320.911 0,78 0,470 4 Taman Pintar Wisata Bangunan 1.067.166 0,67 2,190 5 Museum Benteng

Vredeburg

Wisata Bangunan 250.000 4,43 0,510 6 Pantai Parangtritis Wisata Bahari 1.195.625 0 5,700

7 Pantai Kwaru Wisata Bahari 119.142 0 1,000

8 Pantai Sepanjang Wisata Bahari 38.405 5 0,500

9 Pantai Drini Wisata Bahari 20.204 5 0,500

10 Pantai Slili Wisata Bahari 43.506 3 0,500

11 Pantai Siung Wisata Bahari 61.823 4 0,500

12 Pantai Wediombo Wisata Bahari 60.464 5 0,500 13 Pantai Ngrenehan Wisata Bahari 71.398 4 0,500 14 Goa Kalisuci Wisata Alam (Goa) 6.200 4 0,500

15 Jlamprong Wisata Alam (Goa) 312 3 0,500

16 Jelok Wisata Alam (Pedesaan)

1.195 3 0,300

17 Bobung Sentra kerajinan 4.953 5 0,500

18 Pantai Glagah Wisata Bahari 293.981 450 2,416

19 Pantai Congot Wisata Bahari 37.821 0 0,311

20 Pantai Trisik Wisata Bahari 22.972 234 0,189

21 Waduk Sermo Wisata Alam 30.643 157 0,252

22 Goa Kiskendo Wisata Alam (Goa) 7.060 5 0,058 23 Puncak Suroloyo Wisata Alam

(Pegunungan)

24.521 1,8 0,202 24 Pemandian Clereng Wisata Air 12.418 1 0,102 25 Wahana Pelangi Taman Bermain 26.318 1 0,216

26 Sendangsono Wisata Religi 150.300 1 1,235

27 Dolan Desa Boro Wisata Alam 18.952 2 0,156

Tingkat hunian hotel tidak berbanding langsung, terhadap perkiraan beban pencemaran limbah cair dan perkiraan beban pencemaran limbah padat, hal itu disebabkan karena ada kemungkinan bahwa tidak selalu tamu yang menginap, makan di hotel yang sama, berbeda dengan obyek wisata, perkiraan beban pencemaran limbah padat dipengaruhi oleh jumlah kunjungan wisatawan yang datang.

Dokumen terkait