• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

E. Parameter Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada setiap tanaman, tiap satu (1) plot empat (4) tanaman. Parameter pengamatan yang diamati adalah sebagai berikut :

1. Waktu muncul tunas okulasi

Waktu kemunculan tunas okulasi (Lampiran 51 dan 52) dihitung sejak dimulainya perlakuan penyerongan dan pemberian BAP pada bibit okulasi di polibag ditandai dengan tinggi tunas mencapai 0,5cm. Satuan yang digunakan adalah hari.

2. Persentase okulasi hidup

Bibit okulasi yang hidup adalah yang dapat tumbuh sejak dari fase melentis atau pecahnya mata entres/tunas okulasi, sehingga terbentuk payung daun. Persentase bibit okulasi hidup dihitung pada akhir pengamatan yaitu hari ke-127 setelah perlakuan.

3. Tinggi tunas okulasi.

Tinggi tunas diukur dari titik pangkal tumbuhnya tunas okulasi (Lampiran 53) pada pertautan okulasi, sampai ujung tunas okulasi. Pengamatan dan pengambilan data dimulai dari hari ke-29 setelah perlakuan sampai dengan hari ke-127 dan dilakukan setiap 7 hari. Satuan yang digunakan adalah milimeter (mm).

4. Jumlah tunas liar yang tumbuh.

Tunas liar adalah tunas-tunas yang tumbuh selain daripada tunas pada pertautan okulasi. Pada setiap pengamatan, tunas liar (Lampiran 54) yang tumbuh dihitung dan kemudian dibuang. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan setiap 7 hari. Data jumlah tunas liar yang dihitung,

dijumlahkan dan dirata-ratakan sampai hari ke-127 setelah perlakuan yaitu pada akhir pengamatan.

5. Jumlah tangkai daun.

Pengambilan data dilakukan pada akhir pengamatan yaitu hari ke 127 setelah perlakuan, dengan menghitung jumlah tangkai daun yang terbentuk pada tunas okulasi yang tumbuh.

6. Diameter

Diameter tunas diukur 1 cm dari pangkal tumbuh tunas okulasi dengan menggunakan jangka sorong. Satuan yang digunakan adalah milimeter (mm). Pengambilan data dilakukan pada pengamatan terakhir yaitu hari ke-127 setelah perlakuan penyerongan dan pemberian BAP.

7. Bobot kering total

Bobot kering total adalah bagian keseluruhan tanaman yang terdiri dari batang hasil okulasi, tangkai daun, daun dan akar, diperoleh setelah tanaman dibongkar dan dibersihkan dari sisa tanah yang melekat di perakaran. Seluruh bagian tanaman kemudian dikeringkan pada suhu 700C selama 2 x 24 jam menggunakan oven (pengering) sampai didapatkan bobot kering yang konstan, dan kemudian ditimbang. Pengamatan bobot kering total dilakukan pada akhir penelitian yaitu hari ke-127 setelah perlakuan. Satuan yang digunakan adalah gram (g) (Salisbury dan Ross, 1995).

8. Bobot kering tunas

Bobot kering tunas adalah bagian tanaman yang terdiri dari batang hasil okulasi, tangkai daun dan daun. Tunas di potong dari batang bawah. Tunas

kemudian dikeringkan pada suhu 700C selama 2 x 24 jam menggunakan oven (pengering) sampai didapatkan bobot kering yang konstan, dan kemudian tunas ditimbang. Pengamatan bobot kering tunas dilakukan pada akhir penelitian. Satuan yang digunakan adalah gram (g) (Salisbury dan Ross, 1995).

9. Serapan N diperoleh dengan analisa tajuk tanaman di laboratorium BPTP.

Kadar N tajuk didapatkan dengan metode Kjeldahl. Tajuk yang dijadikan sampel untuk diukur berasal dari tanaman yang masih hidup sampai pada hari pengamatan ke 127, pada setiap plot pengamatan. Pada dasarnya metode ini dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, destilasi dan titrasi. Tahap destruksi. Pada tahap ini sampel yang digunakan dihaluskan dan ditimbang sebanyak 1 gram. Sampel tersebut dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl dan ditambahkan K2SO4 sebanyak 7,5 gram. Kalium sulfat berperan sebagai penyerap air. Setelah itu ke dalam labu dimasukkan HgO sebanyak 0,35 gram, zat ini berguna sebagai katalisator. Kemudian dimasukkan 15 mL H2SO4 ke dalam labu tersebut, H2SO4 berperan sebagai oksidator. Hasil dari destruksi ini adalah (NH4)2SO4, CO2 dan H2O.

Tahap destilasi. Pada tahap ini sampel didestilasi yang sebelumnya telah ditambahkan aquades sebanyak 100 mL, Kalium sulfat 4% dan NaOH 50% yang telah didinginkan di dalam lemari es. Di sini NaOH berperan sebagai alkalis kuat yang akan membebaskan amoniak dari ammonium sulfat.

Tahap titrasi. Pada tahap ini yang dilakukan adalah pembakuan NaOH oleh asam oksalat, kemudian didapat N NaOH untuk kemudian dicari mL NaOH blanko (HCl). Setelah itu data dari hasil tahap titrasi ini dimasukkan ke persamaan :

( ) ( )

( )

10. Serapan P diperoleh dengan analisa tajuk tanaman di laboratorium BPTP.

Kadar P tajuk didapatkan dengan teknik analisis atomic absorption spectrophotometry (AAS). Tajuk yang dijadikan sampel untuk diukur berasal dari tanaman yang masih hidup sampai pada hari pengamatan ke 127, pada setiap plot pengamatan. Pada tahapan ini timbang sampel tajuk yang telah digerus dengan cawan petri sebanyak 1 gram. Kemudian dimasukkan ke dalam botol, ditambah 20 mL pengekstrak Olsen, diaduk selama 30 menit dengan shaker, untuk selanjutnya disaring. Ekstrak dipipet 2 mL ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 10 mL pereaksi pewarna fosfat (H2SO4 5 N, larutan molibdat 4%, asam askorbat dan K-antimontil tartat) diaduk hingga homogen dan biarkan 30 menit.

Selanjutnya diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm dengan menggunakan larutan deret standar dihidrogen fosfat : 0; 10; 20; 30; 40 dan 50 ppm. Kemudian dari deret larutan standar dihidrogen fosfat tersebut dibuat kurva kalibrasi. Dengan membandingkan absorbansi sampel terhadap kurva kalibrasi fosfor maka didapatkan kadar forfor dalam destruat.

11. Kadar Klorofil

Kadar klorofil diperoleh dengan metode colorimetri dengan Spektrofotometer UV. Daun yang dijadikan sampel untuk diukur berasal dari tanaman yang masih hidup sampai pada hari pengamatan ke 127, pada setiap plot pengamatan. Daun yang digunakan untuk diekstrak (digerus dengan cawan porselin) sebanyak 1 gram. Ekstraksi dilakukan dengan pelarut aceton 85%. Untuk filtrasi digunakan centrifuge dengan kecepatan 1200 rpm. Pengukuran kadar klorofil secara spektrofotometrik didasarkan pada hukum Lamber-Beer. Dan metode untuk menghitung kadar klorofil total, klorofil a dan klorofil b adalah metode Arnon (1949), menggunakan pelarut aceton 85% dan mengukur nilai absorbansi larutan klorofil pada panjang gelombang (λ) = 663 dan 645 nm.

Rumus Arnon (1949) :

Klorofil a (mg L-1) = 0.0127 × A663 – 0.00269 × A645;

Klorofil b (mg L-1) = 0.0229 × A645 – 0.00468 × A663;

Total Klorofil (mg L-1) = 0.0202× A645 + 0.00802 × A663.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait