• Tidak ada hasil yang ditemukan

Parameter Umum untuk mengetahui Pencemaran air

Dalam dokumen BUKU AJAR KERUSAKAN DAN PENCEMARAN LINGK (Halaman 48-53)

Parameter yang umum digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran air adalah :

1. Paramseter Kimia

a) pH atau derajat keasaman

Menurut Effendi (2003), sebagian besar biota aquatik sensit terhadap perubahan pH dan menyukai pH antara 7 - 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimia perairan misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah. Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat

asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH dibawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH diatas pH normal bersifat basa.

Pengaruh nilai pH pada komunitas biologi perairan dapat dilihat pada table di bawah ini :

Tabel 2.1 : Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan

NILAI pH PENGARUH UMUM

6,0 – 6,5 1. Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun

2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak mengalami perubahan.

5,5 – 6,0 1. Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos semakin tampak.

2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih belum mengalami perubahan yang berarti. 3. Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona

litoral

5,0 – 5,5 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifilton dan

2. bentos semakin besar

3. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos

4. Algae hijau berfilamen semakin banyak 5. 4. Proses nitrifikasi terhambat

4,5 – 5,0 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifilton

NILAI pH PENGARUH UMUM

3. Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos

4. Algae hijau berfilamen semakin banyak 5. Proses nitrifikasi terhambat

Sumber : Modifikasi Baker et al., 1990 dalam Efendi, 2003

Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah. Namun ada sejenis algae yaitu Chlamydomonas acidophila mampu bertahan pada pH =1 dan algae Euglena pada pH 1,6.

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH meter universal. Prosedur pengukuran dilakukan dengan mencelupkan kertas pH meter kepermukaan air pada titik pengambilan sampel yang telah ditentukan selama 3-5 detik kemudian mengangkat dan mencocokan dengan skala warna yang sudah tersedia pada kotak pH meter, dan mencatat hasilnya.

b) Kekeruhan

Menurut Mason (1981), kekeruhan adalah gambaran sifat optik dari suatu perairan. Kekeruhan air biasanya disebabakan oleh bahan- bahan tersuspensi dan koloid yang terdapat dalam air, misalnya partikel-partikel lumpur, bahan organik, plankton, dan organisme. kehadiran zat tersuspensi dalam sungai akan mengganggu system pernapasan, sehingga dapat menghambat kelangsungan hidup organime dasar. Adanya kekeruhan dan padatan tersuspensi akan menghalangi penetrasi cahaya ke badan air sehingga proses fotosintesis akan terganggu dan secara tidak langsung akan mempengaruhi makanan makrozoobenthos (Hawkes, 1979 dalam rostalina, 1994).

c) Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)

Oksigen terlarut sangat menentukan biota perairan, oksigen dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi fotosintesis oleh alga. Kelarutan oksigen jenuh dalam air pada 250C dan tekanan 1 atm adalah 8,32 mg/l. Oksigen merupakan akseptor elektron dalam reaksi respirasi, sehingga banyak dibutuhkan oleh biota aerobik. Kondisi oksigen terlarut yang rendah memungkinkan adanya bakteri anaerobik pada badan air. Oksigen terlarut dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain penutupan vegetasi, BOD (Biochemycal Oxygen Demand), perkembangan fitoplangton, ukuran badan air, dan adanya arus angin (http://jeffri022.student.umm.ac.id).

Kadar oksigen terlarut berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman. Tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah (efluant) yang masuk kebadan air. Dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai nol (anaerobik) (Effendi, 2003)

d) Kebutuhan Oksigen Biokimia (KOB) atau Biochemycal Oxygen Demand

BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air.

Menurut Sawyer dan McCarty, (Effendi, 2003) proses penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme atau oleh bateri. Proses oksidasi bio-kimia ini berjalan

sangat lambat dan dianggap lengkap (95-96%) selama 20 hari. Tetapi penentuan BOD ditetapkan selama 5 hari inkubasi, maka biasa disebut BOD5. Dengan mengukur BOD5 akan memperpendek waktu dan meminimumkan pengaruh oksidasi ammonia yang juga menggunakan oksigen. Selama 5 hari masa inkubasi, diperkirakan 70%-80% bahan organik telah mengalami oksidasi (Effendi, 2003)

BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah O2 yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi O2 tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya O2 terlarut, maka kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan O2 tinggi (Fardiaz, 1992) 2. Parameter Fisika

a) Suhu

Menurut Effendi (2003), suhu dari suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitute), ketinggian dari permukaan laut, waktu dan hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman. Perubahan suhu berpengaruh pada proses fisika, kimia dan biologis pada badan air. Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut : (1) jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun; (2) kecepatan reaksi kimia meningkat; (3) kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu dan (4) jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati (Fardiaz, 1992). Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 200C-300C (Effendi, 2003). b) Total Suspended Solid (TSS)

Total suspended solid atau padatan tersuspensi (diameter > 1 µm) yang tertahan pada saringan dengan diameter pori 0,45 µm. Padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap. TTS terdiri dari lumpur, pasir halus dan jasad renik akibat erosi tanah. Partikel menurunkan intensitas cahaya yang tersuspensi dalam air. TTS merupakan padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dan partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil daripada sedimen, seperti bahan-bahan organik tertentu, tanah liat dan lainya. Partikel menurunkan intensitas cahaya yang tersuspensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton dan kotoran hewan, sisa tanaman dan hewan, kotoran manusia dan limbah industri (Fardiaz, 1992)

Dalam dokumen BUKU AJAR KERUSAKAN DAN PENCEMARAN LINGK (Halaman 48-53)

Dokumen terkait