• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Parameter Validasi Metode

metode bertujuan untuk membuktikan ba rapan atom yang digunakan untuk menetapka rsyaratan penggunaannya sehingga data yang yarat parameter validasi metode analisis ka

, yang harus dilakukan menurut The The National Formulary 25 tahun 2007 yaitu

Q, spesifisitas.

menunjukkan kedekatan hasil antara hasil suatu metode analisis dengan nilai seben

10 20 30 40 50

kadar baku timbal ((mg/20 mL) x 10-3) KURVA BAKU TIMBAL

y = 1,00156x +0,00254 r = 0,99981

dengan Absorbansi

bahwa metode pkan kadar timbal g diperoleh dapat kategori II yaitu

he United States

tu akurasi, presisi,

sil analisis yang benarnya. Akurasi

60 70

dinyatakan dengan persen perolehan kembali (recovery) dari kadar terukur terhadap kadar sebenarnya.

Snyder et al. (1997) mengatakan bahwa ada 3 cara untuk menetapkan

recovery yaitu pembandingan standar, recovery penambahan analit ke dalam matriks kosong (spike-plasebo) atau standar adisi pada analit. Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk mengukur akurasi melalui nilai recovery adalah dengan melakukan standar adisi, dimana ke dalam sampel ditambahkan sejumlah baku timbal sebanyak 1 ppm. Perhitungan recovery didapat dengan membagi kadar yang diperoleh setelah proses standar adisi dengan kadar teoritis setelah proses adisi. Nilai recovery yang diperbolehkan untuk konsentrasi analit 1 ppm (metode standar adisi) adalah berkisar antara 80-110% (Yuwono dan Indrayanto, 2005). Pada konsentrasi analit 100% (metode baku) nilai recovery yang diijinkan adalah 98-102%. Hasil persen recovery yang didapat dari penelitian ini dapat ditunjukkan pada tabel VIII dan IX berikut. Perhitungan untuk mendapat persen

Tabel VIII. DataRecoveryMetode Baku Timbal Kadar Baku

Timbal (ppm)

Replikasi Absorbansi Kadar timbal Terukur (ppm) Recovery (%) 0,25 (konsentrasi rendah) 1 0,00725 0,23515 94,06 2 0,00730 0,23764 95,06 3 0,00713 0,22916 91,66 1,5 (konsentrasi sedang) 1 0,03330 1,53570 102,38 2 0,03282 1,51173 100,78 3 0,03314 1,52771 101,85 3,0 (konsentrasi tinggi) 1 0,06400 3,06840 102,28 2 0,06490 3,11333 103,78 3 0,06619 3,17773 105,92

Tabel IX. DataRecoverybaku timbal dengan Metode Standar Adisi Baku Timbal

Sampel Sampel + Baku timbal 1 ppm Recovery

(%) Replikasi Absorbansi Rata-rata

absorbansi

Kadar Timbal (μg/5mL)

Replikasi Absorbansi Rata-rata absorbansi Kadar Timbal (μg/5mL) 1 0,03245 0,03217 7,39640 1 0,05094 0,05115 12,13430 97,89 0,03237 0,05093 0,03169 0,05159 2 0,03006 0,02885 6,49275 2 0,04830 0,04902 11,60260 100,95 0,02560 0,04794 0,03089 0,05082 3 0,04428 0,03867 9,01895 3 0,06033 0,05902 14,09885 100,53 0,03425 0,05521 0,03748 0,06152

Nilai %recoverypada metode baku timbal pada konsentrasi rendah (0,25 ppm) adalah 91,66-95,06%; konsentrasi sedang (1,5 ppm) adalah 100,78-102,38%; konsentrasi tinggi (3,0 ppm) adalah 102,28-105,92%. Nilai recovery

dengan metode standar adisi memberikan hasil 97,89-100,95%. Berdasar hasil tersebut dapat terlihat bahwa akurasi dengan metode baku timbal nilai recovery yang masuk dalam batas yang diijinkan yaitu 98-102% adalah pada konsentrasi 1,5 ppm. Pada metode standar adisi nilairecovery yang didapat berada pada batas yang diijinkan yaitu 80-110%.

2. Presisi

Presisi adalah ukuran keterulangan hasil yang diperoleh melalui suatu metode dengan beberapa kali pengukuran sampel di bawah kondisi analisis yang sama. Presisi biasanya dinyatakan dengan nilai koefisien variasi (KV). Presisi dilihat dari keterulangan kadar baku timbal yang ditambahkan ke dalam sampel setelah proses standar adisi, yang nantinya ditunjukkan dengan nilai KV dimana syarat nilai KV yang baik < 2% tetapi persyaratan nilai KV fleksibel tergantung dari kondisi analit yang diperiksa, jumlah sampel dan kondisi laboratorium. Pada penelitian ini, persyaratan untuk nilai KV yang diijinkan untuk metode baku dimana kadar analit 100% < 1,3% dan untuk metode standar adisi (konsentrasi analit dalam sampel 1 ppm) adalah < 11% (Yuwono dan Indrayanto, 2005). Hasil yang diperoleh pada penelitian ini disajikan pada tabel X dan XI. Perhitungan nilai KV tersaji pada lampiran 5.

Tabel X. Data KV Metode Baku Timbal Kadar Baku

Timbal (ppm)

Replikasi Absorbansi Kadar baku timbal terhitung (ppm) Kadar rata-rata baku timbal (ppm) SD KV (%) 0,25 1 0,00725 0,23515 0,23398 0,00436 1,86 2 0,00730 0,23764 3 0,00713 0,22916 1,5 1 0,03330 1,53570 1,52505 0,01220 0,80 2 0,03282 1,51173 3 0,03314 1,52771 3,0 1 0,06400 3,06840 3,11982 0,05495 1,76 2 0,06490 3,11333 3 0,06619 3,17773

Tabel XI. Data KV Metode Standar Adisi Baku Timbal Replikasi Recoverybaku timbal

(%) Rata-ratarecovery (%) SD KV (%) 1 97,91% 99,80% 1,64734 1,65% 2 100,95% 3 100,53% SD= Standar Deviasi KV= Koefisien Variasi

Nilai KV pada metode baku timbal konsentrasi rendah (0,25 ppm) adalah 1,86%; konsentrasi sedang (1,5 ppm) adalah 0,80%; konsentrasi tinggi (3,0 ppm) adalah 1,76%. Berdasar hasil tersebut dapat terlihat bahwa pada metode baku yang memenuhi batas yang diijinkan yaitu < 1,3% adalah pada konsentrasi 1,5 ppm, sedangkan pada metode standar adisi nilai KV yang diperoleh 1,65%.

Berdasar data tersebut dapat terlihat presisi pada metode standar adisi masih berada pada batas yang diijinkan yaitu < 11%.

3. Linearitas

Linearitas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi (jumlah) analit di dalam sampel. Linearitas dinyatakan dengan nilai koefisien korelasi dengan lambang r. Menurut (Yuwono dan Indrayanto, 2005), suatu metode dapat dinyatakan linear jika memiliki nilai koefisisen korelasi (r) > 0,999. Nilai r dari penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel VI.

Berdasar data pada tabel VI telihat terdapat kurva baku yang memiliki nilai linieritas yang memenuhi persyaratan yaitu pada kurva baku replikasi 1 dan 2 dengan nilai r > 0,999 sedangkan pada replikasi tiga nilai r < 0,999. Dengan nilai linearitas yang baik menunjukkan kurva kalibrasi memberikan hubungan yang proporsional antara respon (y) dengan konsentrasi (x). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan metode spektrofotometri serapan atom untuk penetapan kadar timbal dalam buah pepaya memiliki linearitas yang baik.

4. LOD(Limit of Detection)dan LOQ (Limit of Quantitation)

Menurut The United States Pharmacopeia 30 The National Formulary 25 tahun 2007, untuk kategori II yang merupakan prosedur analisis kuantitatif

impurities maka uji LOD dan LOQ perlu dilakukan. Oleh karena itu, dilakukan penentuan nilai LOD dan LOQ.

LOD didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi. LOQ didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan.

Nilai LOD dan LOQ pada penelitian ini, didapat dengan perhitungan absorbansi blanko. Blanko yang digunakan merupakan larutan pengencer yang digunakan sebagai pelarut, yaitu asam nitrat pH 2. Hasil penetapan LOD dan LOQ yang diperoleh dapat dilihat pada tabel XII berikut. Perhitungan nilai LOD dan LOQ dapat dilihat pada lampiran 6.

Tabel XII. Hasil Pengukuran Absorbanssi Blangko (Asam Nitrat pH 2) dan Data Nilai LOD danLOQ

Replikasi Absorbansi Rata-rata Absorbansi

LOD LOQ

1 0,00059 0,00056 0,00168 0,0056

2 0,00054

3 0,00056

Pada tabel XII dapat dilihat batas deteksi instrumen spektrofotometer serapan atom berkisar pada absorbansi 0,00168 sedangkan batas kuantifikasi instrumen berkisar pada absorbansi 0,0056.

5. Spesifisitas

Parameter spesifisitas dijamin dengan penggunaan lampu katoda berongga (Hollow Cathode Lamp) yang spesifik untuk tiap logam yang akan

diukur. Pada penelitian ini Hollow Cathode Lamp yang digunakan spesifik untuk logam timbal karena yang akan diukur kadarnya adalah logam timbal.

D. Penetapan Kadar

Dokumen terkait