PENGARUH JARAK TANAM POHON PADA PERKEBUNAN DARI PINGGIR JALAN TERHADAP KADAR TIMBAL
DALAM BUAH PEPAYA (Carica papayaL.)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Liana Wulan Boentoro
NIM : 078114070
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENGARUH JARAK TANAM POHON PADA PERKEBUNAN DARI PINGGIR JALAN TERHADAP KADAR TIMBAL
DALAM BUAH PEPAYA (Carica papayaL.)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Liana Wulan Boentoro
NIM : 078114070
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
Persetujuan Pembimbing
PENGARUH JARAK TANAM POHON PADA PERKEBUNAN DARI PINGGIR JALAN TERHADAP KADAR TIMBAL
DALAM BUAH PEPAYA (Carica papayaL.)
Skripsi yang diajukan oleh:
Liana Wulan Boentoro
NIM : 078114070
telah disetujui oleh:
Pembimbing Utama
(Dra. M.M. Yetty Tjandrawati, M.Si.) tanggal ...
Pembimbing Pendamping
iii
Pengesahan Skripsi Berjudul
PENGARUH JARAK TANAM POHON PADA PERKEBUNAN DARI PINGGIR JALAN TERHADAP KADAR TIMBAL
DALAM BUAH PEPAYA (Carica papayaL.)
Oleh :
Liana Wulan Boentoro NIM : 078114070
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma pada tanggal: blablabla
Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Dekan
(Ipang Djunarko, M.Sc., Apt.)
Panitia Penguji : Tanda Tangan
1. Dra. M.M. Yetty Tjandrawati, M.Si. ...
2. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M. S., Apt. ...
3. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. ...
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Yogyakarta, Juli 2011
Penulis
3 Agustus 2011
vii
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya yang berlimpah, penulis dapat meyelesaikan skripsi tepat pada
waktunya dengan judul “Pengaruh Jarak Tanam Pohon pada Perkebunan dari
Pinggir Jalan terhadap Kadar Timbal dalam Buah Pepaya (Carica papayaL.)”
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata dharma,
Yogyakarta.
Dalam proses menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak yang terkait. Maka pada kesempatan iini, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dra. M. M. Yetty Tjandrawati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing utama, atas
segala bimbingan, perhatian, bantuan, dukungan serta koreksi yang diberikan
hingga tersusunnya skripsi ini.
3. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M. S., Apt., selaku Dosen Pembimbing kedua
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, serta
memberi saran dan koreksi hingga tersusunnya skripsi ini.
4. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku Dosen Penguji atas diskusi, saran, koreksi
viii
5. Christine Patramurti, M.Si., Apt., selaku Dosen Penguji atas diskusi, saran,
koreksi yang diberikan.
6. Lembaga Penelitian Terpadu (LPPT) unit I Universitas Sanata Dharma, yang
telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian dan menggunakan
fasilitas di LPPT.
7. Ibu Astuti yang telah meluangkan waktu dan memberi pengarahan kepada
penulis dalam pengoperasian instrumen Spektrofotometer Serapan Atom.
8. Mas Bimo, Mas Kunto, Pak Parlan (Laboran) yang telah membantu dan
bekerja sama dalam proses penelitian.
9. Mas Bimo (Laboran Analisis Pusat) yang telah meluangkan waktu dan
membantu pengoperasian instrumen Spektrofotometer Serapan Atom di
Sanata Dharma.
10. Mas Ottok yang telah membantu dalam penyediaan bahan yang diperlukan
guna penelitian penulis.
11. Mas Dwi, Mas Narto, dan Pak Mukminin (Sekretariat Farmasi) yang telah
membatu dalam hal surat menyurat yang membantu dalam penelitian penulis.
12. Papi dan Om Edy (Papah Vivi) yang telah meluangkan waktu untuk membatu
prosessurveysampel hingga pengambilan sampel di Magelang.
13. Aji Pamungkas yang telah menguatkan penulis saat menghadapi masa-masa
sulit dengan memberi semangat dan membuka pikiran penulis agar terus
berjuang menyelesaikan skripsi ini.
14. Teman seperjuangan (Vivi Elvira) untuk kerja samanya, bantuannnya dan
ix
mencapai titik sekarang ini. Sesuatu yang berawal mudah menjadi susah,
namun kita berhasil melewatinya dengan baik.
15. Pak Kharis sekeluarga yang dengan ketulusannya telah meluangkan waktu
dan membatu dari proses survey hingga pengambilan sampel.
16. Teman-teman kos (Elis, Frissa, Venny, Helen, Sasa), teman-teman FST 2007,
yang telah memberi dukungan kepada penulis dari awal hingga akhir
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kata sempurna karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis terbuka
terhadap kritik dan saran yang dapat membangun. Akhir kata harapan penulis
semoga dengan skripsi ini dapat menambah sedikit pengetahuan pembaca dan
dapat dimanfaatkan sebagai mestinya.
Yogyakarta, Juli 2011
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
PRAKATA... vii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
INTISARI... xvii
ABSTRACT... xviii
BAB I PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Permasalahan ... 4
2. Keaslian penelitian... 4
3. Manfaat penelitian ... 5
B. Tujuan Penelitian ... 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 6
xi
1. Sifat fisika dan kimia timbal ... 6
2. Metabolisme timbal dalam tubuh... 6
3. Toksisitas timbal ... 8
B. Spektrofotometri Serapan Atom ... 11
1. Kelebihan dan kekurangan spektrofotometri serapan atom... 13
2. Instrumentasi spektrofotometri serapan atom... 13
3. Gangguan-gangguan spektrofotometri serapan atom ... 16
4. Analisis menggunakan spektrofotometri serapan atom ... 17
C. Pepaya (Carica papaya L.) ... 18
1. Morfologi ... 19
2. Manfaat tanaman... 20
3. Kandungan dalam buah pepaya ... 22
D. Pencemaran Udara ... 23
1. Pencemaran udara oleh emisi gas buang kendaraan bermotor ... 24
2. Cemaran logam berat (timbal) terhadap tanaman ... 26
E. Validasi Metode ... 28
1. Akurasi... 30
2. Presisi... 31
3. Linearitas... 32
4. Batas deteksi (Limit of Detection) ... 33
5. Batas kuantifikasi (Limit of Quantification) ... 33
6. Spesifisitas ... 34
xii
G. Hipotesis ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 38
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 38
B. Variabel Penelitian... 38
C. Definisi Operasional ... 39
D. Bahan Penelitian ... 40
E. Alat Penelitian... 40
F. Tata Cara Penelitian ... 40
1. Teknik pengambilan sampel ... 40
2. Preparasi sampel ... 41
3. Pembuatan kurva baku timbal... 42
4. Validasi metode analisis ... 42
5. Analisis sampel secara kuantitatif... 44
G. Analisis Hasil ... 44
1. Akurasi... 44
2. Presisi... 45
3. Linearitas... 45
4. Batas deteksi dan batas kuantifikasi ... 46
5. Penentuan kadar sampel... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47
A. Pembuatan Larutan Baku ... 47
B. Penetapan Kurva Baku... 48
xiii
1. Akurasi... 51
2. Presisi... 55
3. Linearitas... 57
4. LOD(Limit of detection)danLOQ (Limit of Quantification) ...57
5. Spesifisitas ... 58
D. Penetapan Kadar ... 59
1. Pemilihan dan pengambilan sampel... 59
2. Preparasi Sampel... 61
3. Pengukuran Sampel ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 68
A. Kesimpulan ... 68
B. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69
LAMPIRAN... 75
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Komponen aktif dalam buah pepaya ...22
Tabel II. Kandungan nutrisi dalam buah pepaya...23
Tabel III. Parameter analisis yang harus dipenuhi untuk syarat validasi metode...29
Tabel IV. Kriteria rangerecoveryyang diijinkan...31
Tabel V. Kriteria nilai presisi yang diijinkan...32
Tabel VI. Data replikasi kurva baku timbal...49
Tabel VII. Data replikasi kurva baku timbal dengan penyesuaian kadar...50
Tabel VIII. DatarecoveryMetode Baku Timbal...53
Tabel IX Datarecoverybaku timbal dengan metode standar adisi baku timbal...54
Tabel X Data KV Metode Baku Timbal...56
Tabel XI Data presisi baku timbal dengan metode standar adisi baku timbal...56
Tabel XII Hasil pengukuran absorbansi blangko (asam nitrat pH 2) dan data nilai LOD danLOQ...58
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Instrumen spektrofotometri serapan atom...15
Gambar 2. Bagian-bagian pada instrumen spektrofotometri serapan atom...15
Gambar 3. Lampu katoda berongga (hollow cathode lamp)...16
Gambar 4. Buah pepaya...20
Gambar 5. Pohon pepaya...20
Gambar 6. Kurva baku antara seri konsentrasi larutan baku timbal dengan absorbansi...51
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data penimbangan sampel buah pepaya...75
Lampiran 2. Perhitungan pembuatan kurva baku ...77
Lampiran 3. Persamaan kurva baku...80
Lampiran 4. Perhitungan nilai %recoverybaku timbal...81
Lampiran 5. Perhitungan nilai KV...85
Lampiran 6. Perhitungan penetapan nilai LOD dan LOQ...86
Lampiran 7. Perhitungan kadar timbal dalam sampel pepaya...88
Lampiran 8. Output hasil iuji distribusi normal...90
Lampiran 9. Output hasil uji statistik ANOVA...91
Lampiran 10. Output uji statistikDuncan’s Post Hoc...92
Lampiran 11. Gambar pohon pepaya...93
Lampiran 12. Gambar proses pengambilan sampel pepaya...94
xvii
INTISARI
Timbal yang diemisikan bersama asap knalpot kendaraan bermotor menyebabkan polusi udara dan dapat mencemari tanaman yang ditanam dekat pinggir jalan. Timbal merupakan logam berat yang bersifat toksik. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh jarak tanam pohon pepaya (0-25; 25-50; 50-75; 75-100 meter) dari pinggir jalan terhadap kadar timbal di dalam buah pepaya. Selain itu, untuk mengetahui apakah metode yang digunakan telah memenuhi parameter validasi.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental rancangan deskriptif. Instrumen yang digunakan spektrofotometer serapan atom. Validasi metode ditentukan berdasar akurasi, presisi, linearitas, LOD, LOQ dan spesifisitas.
Hasil validasi pada baku 0,25 ppm (% recovery = 91,66-95,06%; KV = 1,86%), baku 1,5 ppm (% recovery = 100,78-102,38%; KV = 0,80%), dan baku 3,0 ppm (%recovery = 102,28-105,92%; KV = 1,76%). %recoverystandar adisi = 97,89-100,95% dan KV = 1,65%. Nilai r = 0,9998. Metode ini dapat dikatakan valid untuk penetapan kadar timbal dalam buah pepaya.
Rata-rata kadar timbal kelompok 1 = 0,46256 mg/kg; kelompok 2 = 0,11197 mg/kg; kelompok 3 = 0,09207 mg/kg. Analisis statistik menunjukkan ada perbedaan kadar yang bermakna untuk antar kelompok. Terjadi kenaikan kadar timbal diikuti jarak yang semakin dekat dengan pinggir jalan.
xviii ABSTRACT
Lead is emitted with the exhaust fumes of motor vehicles cause air pollution and can contaminate plants that are planted near the roadside. Lead is a toxic heavy metal. Research objectives were to determine the effect of papaya tree spacing (0-25; 25-50; 50-75; 75-100 meters) from the roadside to the lead levels in papaya fruit. In addition, to determine whether the method used meets the validation parameters.
This research is a descriptive experimental design. The instrument used an atomic absorption spectrophotometer. Validation of the method is determined based on accuracy, precision, linearity, LOD, LOQ and specificity.
The results of validation on the standard 0.25 ppm (% recovery = 91.66 to 95.06%, CV = 1.86%), raw 1.5 ppm (% recovery = 100.78 to 102.38%; KV = 0 , 80%), and standard 3.0 ppm (% recovery = 102.28 to 105.92%; KV = 1.76%). % Recovery = 97.91 to 100.95% adduct standards and the KV = 1.65%. Value of r = 0.9998. This method can be said to be valid for the determination of lead content in papaya fruit.
The average lead levels of group 1 = 0.46256 mg/kg; group 2 = 0.11197 mg/kg; group 3 = 0.0920 mg/kg. Statistical analysis showed no significant differences in levels for between groups. An increase in lead levels followed a short distance closer to the roadside.
1
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Pencemaran dalam beberapa tahun terakhir telah meningkat sebagai
akibat dari meningkatnya aktivitas manusia (Aribike, 1996). Pencemaran udara
sebagian besar berasal dari sektor transportasi (60%), sektor industri 20% dan
lain-lain 20% (Almatsier, 2003). Pada asap kendaraan bermotor, mengandung
salah satu logam berat yaitu timbal dimana merupakan sumber polusi timbal yang
utama di udara (90% dari total emisi timbal di atmosfer) (Erlani, 2007).
Menurut Cannon and Bowles (1962); Quinche, Zuber, dan Bovay
(1969); Motton, Daines, Chilko, and Motton (1970), emisi timbal dari kendaraan
bermotor memberikan peningkatan konsentrasi unsur-unsur tertentu pada
tumbuhan yang berada di pinggir jalan. Menurut Williamson (1973); Moore dan
Moore (1976) kendaraan bermotor menyumbangkan sejumlah logam beracun ke
lingkungan terutama yang letaknya berdekatan dengan pinggir jalan raya.
Tanaman dapat menjadi mediator penyebaran logam berat pada mahluk hidup
karena masuknya logam tersebut pada tumbuhan melalui akar dan mulut daun
(stomata) dalam bentuk partikulat (Charlena, 2004).
Adanya logam berat walaupun dengan kadar kecil akan membahayakan
kesehatan manusia dan akan tertimbun di dalam tubuh sehingga lambat laun
kadarnya dalam tubuh akan meningkat dan mengakibatkan keracunan. Efek
biosintesis hemoglobin sebelum mencapai target organ, dan apabila gangguan ini
tidak segera teratasi akan dapat mengakibatkan gangguan terhadap berbagai
sistem organ tubuh seperti sistem saraf, ginjal, sistem reproduksi, saluran cerna
dan anemia (Goyer, 1993).
Menurut SNI 7387:2009 mengenai batas maksimum cemaran logam
berat dalam pangan, batas ambang logam timbal yang masih diizinkan dalam
buah yaitu 0,5 ppm (mg/kg).
Dilatarbelakangi uraian di atas maka peneliti melakukan penelitian
terhadap kadar timbal yang ada pada buah yang ditanam di pinggir jalan untuk
melihat adakah pengaruh dari suatu jarak tanam tanaman dari pinggir jalan
sebagai sumber polusi, terhadap kadar timbal yang dikandung di dalamnya.
Peneliti menentukan kelompok penelitian dengan membagi kebun menjadi 4
bagian berdasarkan jarak dari pinggir jalan raya yaitu 0-25, 25-50,50-75, dan
75-100 meter dari tepi jalan raya. Menurut Wardoyo (1998) semakin banyak
jumlah kendaraan bermotor yang lewat pada suatu jalan raya maka semakin tinggi
pula kadar polutan timbal yang diemisikan ke lingkungan sekitar. Menurut Ward,
Reeves, and Brooks (cit., Ward et al., 1979) pengamatan terhadap tingkat
kandungan timbal pada tanaman yang tumbuh di sepanjang jalan di New Zealand
dengan kepadatan lalu lintas yang rendah (1200 kendaraan/hari) menunjukkan
kurva hubungan yang eksponensial untuk akumulasi timbal dengan jarak dari
jalan raya.
Buah yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah buah
cukup banyak sehingga buah pepaya banyak dikonsumsi (menduduki peringkat
kedua buah terbanyak yang dikonsumsi setelah pisang di Asia Tenggara)
(Australian Government, 2008). Selain itu Indonesia merupakan negara produksi
pepaya keempat terbesar di dunia (FAO, 2011) dan buah pepaya dapat tumbuh
disetiap musim di Indonesia sehingga memudahkan peneliti dalam pengambilan
sampel. Pepaya yang dipilih dalam keadaan setengah matang (2-3 bulan) yang
diperuntukkan untuk konsumsi sebagai sayur. Perkebunan yang dipilih untuk
menjadi tempat pengambilan sampel adalah perkebunan yang letaknya di pinggir
jalan raya Mayor Unus KM 6, Gentan, Wayuhan, Kabupaten Magelang. Jalan
raya ini merupakan jalan alternatif menuju daerah Mungkid Jawa Tengah
sehingga kepadatan lalu lintasnya cukup padat (kurang lebih 665 kendaraan/jam).
Penetapan kadar logam timbal ini menggunakan metode Spektofotometri Serapan
Atom yang didasarkan pada kelebihannya yang dapat menganalisis logam dalam
konsentrasi sangat rendah (sensitivitas yang tinggi) dan bersifat spesifik untuk tiap
logam yang akan diukur karena menggunakan lampu spesifik (hollow cathode
lamp) dan panjang gelombang tertentu (Khopkar, 1990).
Metode Spektrofotometri Serapan Atom yang digunakan perlu terlebih
dahulu dilakukan validasi metode sehingga nantinya data yang diperoleh dapat
dipercaya. Suatu metode dinyatakan valid apabila telah memenuhi syarat akurasi,
1. Permasalahan
Berdasar latar belakang tersebut, maka dapat disusun permasalahan
sebagai berikut:
a. Apakah metode spektrofotometri serapan atom yang digunakan untuk
menetapkan kadar timbal dalam buah pepaya (Carica papaya L.)
memenuhi parameter validasi metode analisis yang meliputi akurasi,
presisi, linearitas, LOD, LOQ, dan spesifisitas?
b. Apakah terdapat pengaruh jarak tanam suatu tanaman dari jalan raya
terhadap kadar timbal dalam buah pepaya (Carica papayaL.)?
c. Apakah terdapat perbedaan bermakna kadar timbal dalam buah pepaya
antara tiap kelompok perlakuan?
2. Keaslian Penelitian
Sejauh pengetahuan penulis, penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian penulis antara lain: Efek dari
Kepadatan Lalu Lintas pada Logam Berat yang Terdapat di Tanah dan Tanaman
Sepanjang Pinggir Jalan di daerah Osun, Nigeria (Amusan, Bada dan Salami,
2003), Akumulasi Timbal dan Cadmium di Tanah dan Tanaman Sepanjang Jalan
di Agra (India) (Sharma dan Prasad, 2010), Variasi Kandungan Timbal Musiman
pada Spesies Tanah dan Padang Rumput yang Berdekatan dengan Jalan Raya
Selandia Baru dengan Kepadatan Lalu Lintas Menengah (Ward, Robert and
Brooks, 1979), Studi Kandungan Timbal dalam Tanah dan Rumput di Sekitar
Lokasi Pinggir Jalan di Sekitar Kuala Lumpur (Low, Lee and Arshad, 1979),
raya utama di Libya (Voegborlo and Chirgawi, 2007). Akan tetapi penelitian
dengan judul Pengaruh Jarak Tanam Pohon pada Perkebunan dari Pinggir Jalan
terhadap Kadar Timbal dalam Buah Pepaya (Carica papayaL.) yang dilakukan di
perkebunan pinggir jalan raya Mayor Unus KM 6, Gentan, Wayuhan, Kabupaten
Magelang belum pernah dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat mengenai kemungkinan tercemarnya tanaman yang
ditanam di pinggir jalan oleh logam berat timbal.
b. Manfaat metodologis. Hasil penelitian ini dapat memberikan
informasi mengenai validitas metode dan analisis kuantitatif kadar timbal (Pb)
dalam buah pepaya yang berada di pinggir jalan.
B. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah metode spektrofotometri serapan atom yang
digunakan untuk menetapkan kadar timbal dalam buah pepaya (Carica
papaya L.) memenuhi parameter validasi metode analisis yang meliputi
akurasi, presisi, linearitas, LOD, LOQ dan spesifisitas.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh jarak tanam suatu tanaman dari
jalan raya terhadap kadar timbal dalam buah pepaya (Carica papayaL.).
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan bermakna kadar timbal dalam
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Timbal
Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam
bahasa ilmiahnya dikenal dengan kata plumbum dan logam ini dilambangkan
dengan Pb. Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV–A
pada tabel Periodik unsur kimia. Timbal mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan
bobot atau berat (BA) 207,2 (Denny, 2005).
1. Sifat Fisika dan Kimia Timbal
Timbal merupakan suatu logam berat yang lunak berwarna kelabu
kebiruan dengan titik leleh 327 ºC dan titik didih 1620 ºC. Pada temperatur 550 –
600 ºC timbal menguap dan bereaksi dengan oksigen dalam udara membentuk
timbal oksida. Walaupun bersifat lentur, timbal sangat rapuh dan mengkerut pada
pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas dan air asam. Timbal dapat
larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat (Saryan dan Zenz,
1994; Palar, 1994).
2. Metabolisme Timbal dalam Tubuh
Tubuh telah mencapai suatu keseimbangan antara absorbsi dan ekskresi,
dimana jumlah timbal yang diekskresi dalam kemih, feses, empedu, keringat,
a. Absorbsi. Timah hitam dan senyawanya masuk ke dalam tubuh
manusia melalui saluran pernafasan dan saluran pencernaan, sedangkan absorbsi
melalui kulit sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Bahaya yang ditimbulkan
oleh Pb tergantung pada ukuran partikelnya dimana ukuran yang lebih kecil dari
10 µg dapat tertahan di paru-paru dan partikel yang lebih besar mengendap di
saluran nafas bagian atas. Absorbsi Pb melalui saluran pernafasan dipengaruhi
oleh tiga proses yaitu deposisi, pembersihan mukosiliar, dan pembersihan alveolar
(Denny, 2005).
Senyawa-senyawa timbal organik (alkil timbal dan naftenat timbal)
relatif lebih mudah terabsorbsi tubuh melalui selaput lendir atau melalui lapisan
kulit bila dibandingkan dengan senyawa-senyawa timbal anorganik. Namun hal
itu bukan berarti semua senyawa timbal dapat diserap oleh tubuh, melainkan
hanya sekitar 5-10% dari jumlah timbal yang masuk melalui makanan dan atau
sebesar 30% dari jumlah timbal yang terhirup yang akan diabsorbsi oleh tubuh.
Sejumlah 15% timbal yang terabsorbsi akan mengendap pada jaringan tubuh, dan
sisanya akan turut terbuang. Pada senyawa timbal tetra-metil dan timbal tetra-etil
dapat diserap oleh kulit. Hal ini disebabkan kedua senyawa tersebut dapat larut
dalam minyak dan lemak. Timbal tetra-etil dalam lapisan udara terurai dengan
cepat karena adanya sinar matahari (Joko, 1995; Palar, 1994).
b. Distribusi dan penyimpanan. Timbal yang diabsorsi diangkut oleh
darah ke organ-organ tubuh sebanyak 95%. Timbal dalam darah diikat oleh
eritrosit. Sebagian timbal dalam plasma yang terbentuk dapat berdifusi dan
tulang, sistem saraf, ginjal, hati) dan ke jaringan keras (tulang, kuku, rambut,gigi)
(Palar, 1994).
c. Ekskresi. Timbal diekskresi melalui beberapa cara, yaitu melalui
urin (75-80%), feses (sekitar 15%), keringat dan air susu ibu (Adnan, 2001). Pb
melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif kelenjar saliva,
pankreas dan kelenjar lainnya di dinding usus, regenerasi sel epitel, dan ekskresi
empedu. Eksresi Pb yang terjadi melalui ginjal mengalami proses filtrasi pada
glomerulus. Pada umumnya ekskresi timbal berjalan sangat lambat. Timbal
memiliki waktu paruh di dalam darah kurang lebih 25 hari, pada jaringan lunak 40
hari sedangkan pada tulang 25 tahun. Ekskresi yang lambat ini menyebabkan Pb
mudah terakumulasi dalam tubuh, baik pada pajanan okupasional maupun non
okupasional (Denny, 2005).
3. Toksisitas Timbal
Toksisitas yang ditimbulkan oleh logam timbal dapat terjadi karena
masuknya logam tersebut ke dalam tubuh. Proses masuknya logam ini ke dalam
tubuh dapat melalui beberapa jalur, yaitu melalui makanan dan minuman, udara dan
perembesan atau penetrasi pada selaput atau lapisan kulit (Palar, 1994). Kontaminasi
juga dapat terjadi dari tanaman pangan yang diberi pupuk dan pestisida yang
mengandung logam (Darmono, 1995).
Timbal merupakan logam toksik yang bersifat akumulatif sehingga
mekanisme toksisitasnya dibedakan menurut beberapa organ yang
a. Sistem hemopoietik
Logam Pb2+ menghambat pembentukan hemoglobin dengan cara
menghambat 2 enzim dalam biosintesis heme yaitu δ-aminolevulinate
dehydratase dan ferrochelatase yang menempatkan Fe2+dalam cincin porfirin.
Tersedianya besi merupakan faktor penting untuk mempertahankan kadar
hemoglobin sehingga apabila defisiensi besi akan menimbulkan penyakit
anemia.
b. Sistem ginjal
Logam Pb mengganggu proses resorpsi pada ginjal sehingga akan
menyebabkan glukosuria dan aminoasiduria. Kapasitas ginjal dalam
mengaktifkan vitamin D (25-OH kolekalsiferol menjadi 1,25-di-OH
kolekasdiferol) juga dipengaruhi (Lindercit.,Sunaryadi, 2006)
c. Sistem reproduksi
Logam Pb menyebabkan kelainan pada janin karena dapat menembus
plasenta. Selain itu telah ditemukan timbal menyebabkan infertil, abortus
spontan, gangguan haid dan bayi lahir mati (Klaassen, 2008). Pada pria
menyebabkan disfungsi gonad termasuk penurunan jumlah sperma
(Assennato, 1986).
d. Sistem saraf
Logam Pb menyebabkan menurunnya fungsi memori dan konsentrasi, sakit
kepala, depresi, tremor, halusinasi, kemunduran intelektual, hydrocephalus
e. Sistem gastro-intestinal
Logam Pb dapat menyebabkan kolik dan konstipasi.
f. Sistem kardiovaskuler
Logam Pb dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler pembuluh
darah.
g. Sistem indokrin.
Logam Pb dapat mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal
(Darmono, 1995).
Faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas timbal adalah sebagai
berikut:
a. Faktor lingkungan meliputi dosis dan lama pemaparan, kelangsungan
pemaparan, jalur pemaparan (cara kontak),
b. Faktor manusia meliputi umur, status kesehatan, status gizi dan tingkat
kekebalan (imunologi), jenis kelamin, dan jenis jaringan (Palar, 1994).
Besarnya tingkat keracunan timbal menurut WHO (1997) dipengaruhi oleh:
a. Umur
Anak-anak lebih rentan dibanding orang dewasa sehingga dapat terjadi efek
keracunan pada kandungan timbal yang rendah dalam darah.
b. Jenis kelamin
Wanita lebih rentan dibandingkan dengan pria.
c. Musim
d. Jumlah asam lambung
e. Konsumsi alkohol
f. Peminum alkohol lebih rentan terhadap timbal (Saputri, 2010).
B. Spektrofotometri Serapan Atom
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan
pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan yang
pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog, West, and Holler, 1994).
Prinsip spektrofotometri serapan atom adalah larutan sampel mencapai
nyala kemudian diubah menjadi atom-atom dalam bentuk gas sehingga di dalam
nyala tersebut terkandung atom-atom yang diteliti. Beberapa dari atom-atom ini
berada pada excitation state, tetapi sebagian besar berada pada ground state.
Atom-atom pada ground state dapat mengabsorpsi radiasi dari panjang
gelombang tertentu yang dihasilkan oleh sumber tertentu (hollow cathode lamp).
Panjang gelombang radiasi dari sumber yang tidak terserap oleh atom-atom pada
ground stateproporsional dengan jumlah atom-atom yang berada di dalam nyala.
Absorbansi secara langsung proporsional terhadap konsentrasi atom-atom dalam
bentuk gas yang terdapat dalam nyala yang juga proporsional terhadap konsentrasi
analit dalam larutan (Christian, 2004).
Jika radiasi elektromagnetik dikenakan kepada suatu atom maka akan
terjadi eksitasi elektron dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Setiap panjang
lebih tinggi. Besarnya energi tiap panjang gelombang dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:
E = h .
C
(1)
Dimana E = Energi (Joule)
h = Tetapan Planck ( 6,63 x 10-34J.s) C = Kecepatan Cahaya ( 3x 108m/s), dan
= Panjang gelombang (nm) (Skooget al., 1992).
Hubungan antara populasi keadaan dasar dan keadaan eksitasi diberikan
oleh persamaan Boltzman :
N1/N0= (g1/g0) e- ΔE/kT (2)
keterangan N1 = banyaknya atom dalam keadaan eksitasi
N0 = banyaknya atom dalam keadaan dasar
(g1/g0) = angka banding bobot-bobot statistik untuk keadaan dasar dan keadaan
eksitasi
ΔE = energi eksitasi = hv k = tetapan Boltzman T = temperatur Kelvin
Berdasarkan persamaan (2) ini, dapat diketahui bahwa angka banding N1/N0
bergantung baik pada energi eksitasi ΔE maupun pada temperatur T. Baik
kenaikan temperatur maupun penurunan ΔE (yakni dalam hal transisi yang terjadi
pada gelombang yang lebih panjang) akan mengakibatkan kenaikan angka
banding N1/N0(Basset, Denny, Jeffrey, and Mendham,1991).
Teknik spektrofotometri serapan atom memiliki beberapa kelebihan dan
1. Kelebihan dan Kekurangan Spektrofotometri Serapan Atom
Kelebihan spektrofotometri serapan atom adalah kecepatan analisisnya;
dapat digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah kecil
(trace) dan sangat kecil (ultratrace); memiliki kepekaan yang tinggi (batas
deteksi kurang dari 1 ppm); pelaksanaannya relatif sederhana dan sebelum
pengukuran tidak perlu memisahkan unsur yang ditentukan karena penentuan satu
unsur dengan adanya unsur lain dapat dilakukan asalkan lampu katoda berongga
yang diperlukan tersedia. Kekurangan spektrofotometri serapan atom adalah
kurang sensitif untuk pengukuran sampel bukan logam dan adanya
gangguan-gangguan yang menyebabkan pembacaan serapan unsur yang dianalisis menjadi
lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam
sampel (Rohman, 2007).
2. Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom
Cara kerja Spektroskopi Serapan Atom ini adalah berdasarkan atas
penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah
menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya
yang dipancarkan lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung unsur
yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada
panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya (Darmono,1995).
Sistem peralatan spektrofotometri serapan atom terdiri dari beberapa
a. Sumber radiasi yang digunakan harus memancarkan spektrum atom dari
unsur yang ditentukan. Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda
berongga (hollow cathode lamp).
b. Sistem pembakar-pengabut (Nebulizer) untuk mengubah larutan uji menjadi
atom-atom dalam bentuk gas. Fungsi pengabut adalah menghasilkan kabut
atau aerosol larutan uji. Larutan yang akan dikabutkan ditarik ke dalam pipa
kapiler (Bassetet al., 1991).
c. Nyala (flame) digunakan untuk mengubah sampel yang berupa
padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk
atomisasi. Temperatur yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas
yang digunakan misalnya asetilen-udara bisa mencapai temperatur 22000C
(Rohman, 2007).
d. Monokromator digunakan untuk menyempitkan lebar pita radiasi yg sedang
diperiksa sehingga diatur untuk memantau panjang gelombang yang sedang
dipancarkan oleh lampu katoda berongga. Ini menghilangkan interfensi oleh
radiasi yang dipancarkan dari nyala tersebut, dari gas pengisi di dalan lampu
katoda berongga, dan dari unsur-unsur lain di dalam sampel tersebut (Watson,
2007).
e. Detektor berfungsi mengubah intensitas radiasi yang datang menjadi arus
listrik (Mulja dan Suharman, 1995). Ada dua cara yang dapat digunakan
dalam sistem deteksi yaitu: (a) dengan memberi respon terhadap radiasi
resonansi dan radiasi kontinyu; dan (b) yang hanya memberikan respon
atom yang umum dipakai sebagai detektor adalah tabung penggandaan foton
(PMT =Photo Multiplier Tube Detector) (Mulja dan Suharman,1995).
f. Readout merupakan suatu alat penunjuk atau sistem pencatat hasil. Hasil
pembacaan dapat berupa angka atau bentuk kurva suatu recorder yang
menggambarkan serapan atau intensitas emisi (Rohman, 2007).
Instumentasi spektrofotometer serapan atom ditunjukkan pada gambar 1,
2 dan 3 sebagai berikut.
Gambar 1. Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom
Gambar 3. Lampu katoda berongga (hollow cathode lamp)
3. Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom
Gangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam SSA adalah sebagai
berikut:
a. Gangguan Spektra
Terjadi bila panjang gelombang (atomic line) dari unsur yang diperiksa
berhimpit dengan panjang gelombang dari atom atau molekul lain yang
terdapat dalam larutan yang diperiksa. Gangguan spektra ini jarang ditemui
pada SSA karena digunakan sumber cahaya yang spesifik untuk unsur yang
bersangkutan (Harmita, 2010)
b. Gangguan Fisika
Parameter-parameter seperti jumlah sampel pada burner serta efisiensi
atomisasi merupakan gangguan-gangguan fisik. Penyebabnya antara lain,
variasi kecepatan alir gas pembakar, variasi viskositas sampel yang
disebabkan oleh temperatur dan variasi pelarut, kandungan zat padat yang
c. Gangguan Ionisasi
Elemen seperti alkali dan alkali tanah serta beberapa elemen lain dapat
terionisasi dalam nyala pada temperatur yang sangat tinggi. Sinyal emisi
maupun absorpsi dapat menurun karena atom yang diukur adalah
atom-atom yang tidak terionisasi. Selain itu, adanya elemen-elemen yang mudah
terionisasi dalam sampel akan menambah jumlah elektron bebas pada nyala
sehingga menahan ionisasi elemen yang diuji (Christian, 2004).
d. Gangguan Kimia
Pemilihan kondisi operasi yang sesuai dapat meminimalkan gangguan kimia.
Umumnya, gangguan ini disebabkan oleh anion yang dapat membentuk
komponen dengan analit sehingga tingkat volatilitas menurun. Hal ini dapat
menurunkan jumlah analit yang menguap sehingga diperoleh kadar analit
yang rendah (Skooget al., 1994).
4. Analisis menggunakan spektrofotometri serapan atom
Metode spektrofotometri serapan atom telah banyak dilakukan untuk
menetapkan kadar suatu logam dalam sayur, buah, tanaman, makanan. Beberapa
penelitian yang menggunakan metode SSA ini antara lain:
a. Evaluasi Tingkat Cemaran Pb dan Cu pada Sayur Kangkung, Kobis, dan
Terong berdasarkan Tempat Penjualan di Daerah Surakarta dengan
Spektrofotometri Searapan Atom oleh Maryani (2009).
b. Penetapan Kadar Timbal (Pb) dalam Buah Salak, Alpukat, dan Melon dengan
Metode Spektrofotometri Serapan Atom oleh Kamal, Prayogo, dan Suroso
c. Analisis Cemaran Timbal, Kadmium, dan Seng dalam Sawi (Brassica chinensis
L.) yang Ditanam di Sekitar Kawasan Industri Medan-Belawan Secara
Spektrofotometri Serapan Atom oleh Saputri (2010).
d. Analisis Kadmium (Cd) dalam Daging Kerang Darah (Anadara granosa) dari Pasar Tambak Lorok Semarang dengan Spektrofotometri Serapan Atom oleh
Kurniawan (2005).
e. Analisis Cemaran Logam Berat dalam Buah Nanas (Ananas comosus L.)
Kaleng Secara Spektrofotometri Serapan Atom oleh Setyorini, Sediarso, dan
Kharisma (2006).
f. Studi Penentuan Logam Tembaga (Cu) dan Seng (Zn) pada Tanaman Kedelai
(Glycine max L.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom di Kecamatan
Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah oleh Raharjo (2002).
C. Pepaya
Pepaya (Carica papayaL.) merupakan tanaman buah berupa herba famili
Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan
sekitar Meksiko dan Coasta Rica. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di
daerah tropis maupun sub tropis. Pada daerah basah dan kering atau di daerah
dataran dan pegunungan (sampai 1000 m di bawah permukaan laut). Buah pepaya
merupakan buah meja bermutu dan bergizi yang tinggi (Prihatman, 2000).
Nama umum
Indonesia : Pepaya, kates, gandul (Jawa), gedang (Sunda)
Melayu : Betik, ketelah, kepaya
Vietnam : Du du
Thailand : Mala kaw
Philipina : kapaya, lapaya
Cina : fan mu gua (Anonim, 2011)
1. Morfologi
Carica papaya L. pohon berbatang basah, tumbuh tegak, silindris
bercabang atau tidak, dalam rongga seperti sepon dan berongga. Daun tersusun
rapat, dengan rumus 3/8 pada ujung-ujung batang atau cabang, tangkai bulat,
berongga 25-100 cm panjang, helaian daun bulat, berbagi atau bercangap menjadi,
pangkal bangun jantung atau berlekuk, ujung runcing, diameter 25-75 cm.
Taju-taju bercangap menyirip tak beraturan. Bunga berkelamin tunggal berumah dua.
Bunga jantan dan beberapa bunga betina seringkali dalam tandan yang bertangkai
panjang. Kelopak kecil, mahkota bangun terompet, putih kekuning-kuningan
dengan tepi bertaju lima dan buluh yang sempit panjang. Kepala sari bertangkai
pendek atau hampir duduk. Bunga betina kebanyakan terpisah dengan mahkota
yang bebas atau hampir bebas. Bakal buah beruang satu atau dengan sekat-sekat
semu nampaknya beruang lima. Kepala putik lima tak bertangkai putik. Buahnya
buah buni dengan bentuk bermacam-macam, berdaging lunak mengandung air,
warna kuning hingga jingga. Biji banyak diselubungi oleh selaput tetapi sebelah
dalam selaput kasar seperti duri (Tjitrosoepomo, 1994).
Gambar buah pepaya dan pohon pepaya dapat terlihat pada gambar 4 dan
Gambar 4. Buah Pepaya
Gambar 5. Pohon Pepaya
2. Manfaat tanaman
Hampir semua bagian tanaman pepaya dapat dimanfaatkan, mulai dari
daun, batang, akar, maupun buah. Adapun kegunaan dari bagian-bagian tanaman
a. Buah
Buah pepaya yang masih muda dapat digunakan untuk sayur. Buah pepaya
setengah tua sering dimanfaatkan untuk membuat rujak atau manisan. Buah
pepaya yang sudah matang dimanfaatkan sebagai pencuci mulut dan
kadang-kadang sebagai campuran saus tomat.
b. Bunga dan biji
Bunga pepaya dapat digunakan untuk membuat berbagai macam masakan,
misalnya bongko, sayur lodeh, pecel, dan sebagainya. Masakan dari bunga
pepaya merupakan sumber pro-vitamin A.
Biji pepaya dapat menghasilkan minyak yang mengandung berbagai asam
oleat, asam palmitat, asam linoleat, asam stearat dan asam lemak lainnya.
c. Getah dan daun
Getah pepaya yang disebut papain (enzim proteolitik yang dapat memecah
protein) dapat digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain: penjernih bir,
pengempuk daging, bahan baku industri penyamak kulit, serta digunakan
dalam industri farmasi dan kosmetika.
Daun pepaya yang masih muda dapat digunakan untuk membuat buntil
(makanan), kuluban (sebagai penambah nafsu makan), berbagai macam
masakan, dan jamu anti-masuk angin. Selain itu juga bisa sebagai pakan
ternak. Dahulu sebelum ada obat malaria yang terbuat dari pil kina, air
perasan dari daun pepaya digunakan sebagai obat penyembuh penyakit
d. Batang dan akar
Batang tanaman pepaya yang sudah tua dapat digunakan sebagai pupuk
tanaman yang dapat menyuburkan dan menggemburkan tanah. Pupuk ini
dapat mencegah penurunan pH tanah.
Akar tanaman pepaya dapat digunakan untuk mengobati cacingan pada
anak-anak, dengan cara direbus (Warismo, 2003).
3. Kandungan dalam buah pepaya
Tanaman pepaya sebagai buah untuk sayur atau buah meja memiliki nilai
gizi yang cukup tinggi. Kandungan nutrisi dan komponen biologi aktif pepaya
ditunjukkan pada tabel I dan II.
Tabel I. Kandungan Nutrisi dalam Buah Pepaya (Warismo, 2003)
Nutrisi Buah masak Buah mentah
Energi (kalori) 46,00 26,00
Air (g) 86,70 92,30
Protein (g) 0,50 2,10
Lemak (g) - 0,10
Karbohidrat (g) 12,20 4,90
Vitamin A (IU) 365,00 50,00
Vitamin B (mg) 0,04 0,02
Vitamin C (mg) 78,00 19,00
Kalsium (mg) 23,00 50,00
Besi (mg) 1,70 0,40
Tabel II. Komponen Aktif dalam Buah Pepaya (Duke, 2007)
Senyawa Kimia Bagian
Tanaman
Kadar (ppm)
Alkaloid Daun 1300 – 1500
Carpaine Daun 150 – 4000
Dehydrocarpaines Daun 1000
Flavonol Daun 0 – 2000
Tanin Daun 5000 – 6000
Nikotin Daun 102,8
Benzylglucosinolate Lateks 116000
Caoutchouc Lateks 45000
Asam malat Lateks 4400
Papain Lateks 51000 – 135000
Asam butanoat Buah 1,2
Carpaine Buah 200
Cis-dantrans-oksida Buah 250 – 2238
Silikon Buah 1,2 – 10
Benzyl-isothiocyanate Biji 2000 – 5000
Carpasamine Biji 3500
Asam linoleat Biji 5389
Asam oleat Biji 193545 – 202400
Asam palmitat Biji 28791 – 30107
D. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah dimasukkannya komponen lain ke dalam udara,
baik oleh kegiatan manusia secara langsung atau tidak langsung maupun akibat
proses alam sehingga kualitas udara turun sampai tingkatan tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
peruntukkannya. Setiap substansi yang bukan merupakan bagian dari komposisi
udara normal disebut sebagai polutan (Chandra, 2007).
Zat-zat pencemar yang paling sering dijumpai diantaranya sulfur
dioksida, karbon monoksida, nitrogen dioksida, hidrokarbon, khlorin, partikel
Polutan yang berkontribusi dalam pencemaran udara berasal dari sektor
transportasi mencapai 60%, selebihnya sektor industri 25%, rumah tangga 10%
dan sampah 5% (Asmawi, 2000).
Faktor penting yang menyebabkan dominannya pengaruh sektor
transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia antara lain:
perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial), tidak seimbangnya
prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada, pola lalu lintas
perkotaan yang berorientasi memusat akibat terpusatnya kegiatan-kegiatan
perekonomian dan perkantoran di pusat kota, selain itu akibat pelaksanaan
kebijakan pengembangan kota yang ada, misalnya daerah pemukiman penduduk
yang semakin menjauhi pusat kota, kesamaan waktu aliran lalu lintas, jenis, umur
dan karakteristik kendaraan bermotor, faktor perawatan kendaraan, jenis bahan
bakar yang digunakan, jenis permukaan jalan, siklus dan pola mengemudi (driving
pattern).
1. Pencemaran udara oleh emisi gas buang kendaraan bermotor
Kendaraan bermotor merupakan sumber utama polusi udara di daerah
perkotaan dan menyumbang 70% emisi NOx, 52% emisi VOC (senyawa organik
volatil) dan 23% partikulat lainnya (Department of Environment & Conservation,
2005).
Kendaraan bermotor dengan bahan bakar minyak (BBM) merupakan
penyebab utama pencemaran udara, sebab BBM yang diproduksi pertamina
seperti premix, premium dan jenis lainnya masih mengandung bahan aditif timbal.
gas buang yang dikeluarkan melalui knalpot, disamping sumber-sumber lain
seperti tanki bensin, karburator, dan pernafasan mesin (Yuswono, 1997).
Bahan pencemar yang utama terdapat di dalam gas buang kendaraan
bermotor adalah gas karbon monoksida (CO), berbagai senyawa hidrokarbon,
berbagai oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk
timbal (Pb). Emisi gas buang seperti hidrokarbon dan timbal organik, dilepaskan
ke udara karena adanya penguapan dari sistem bahan bakar (Girsang, 2008).
Pada emisi gas buang kendaraan bermotor mengandung timbal karena
penggunaannya sebagai campuran bahan bakar bensin. Timbal yang digunakan
sebagai bahan aditif dalam bentuk tetra-etil sebanyak 62%. Timbal yang
mencemari udara terdapat dalam bentuk padatan atau partikel-partikel.
Penggunaan timbal disini sebagai antiketukan/antiknock compound. Antiknock
adalah bahan tambahan yang digunakan untuk mempertinggi ketahanan bahan
bakar terhadap kemungkinan terjadinya detonasi, yang sekaligus berarti
mempertinggi bilangan oktan pada bahan bakar. Detonasi adalah suara seperti
pukulan atau benturan pada saat pembakaran terjadi (Palar, 1994. Suyanto, 1989.).
Timbal bersama bensin dibakar di dalam mesin. Sisanya kurang lebih
70% keluar bersama emisi gas buang hasil pembakaran. Tidak musnahnya Pb
dalam peristiwa pembakaran pada mesin menyebabkan jumlah Pb yang dibuang
ke udara melalui asap buangan kendaraan bermotor menjadi sangat tinggi dan
menjadi salah satu diantara zat pencemar udara (Palar, 1994; Putri, 2010).
Di dalam bahan bakar bensin selain ditambahkan suatu antiknock juga
etilendibromida. Senyawa scavenger dapat mengikat residu timbal yang
dihasilkan setelah pembakaran, sehingga di dalam gas buangan kendaraan
bermotor mengandung timbal halida berupa PbCl2, PbClBr, PbBr2 (Manahan,
2005; Palar, 1994).
Timah hitam (Pb) yang dikeluarkan dari kendaraan bermotor rata-rata
berukuran 0,02-0,05 μm. Semakin kecil ukuran partikelnya semakin lama waktu
menetapnya. Partikel logam berat timah hitam yang berasal dari emisi kendaraan
bermotor akan mencemari tanah, tanaman, hewan, dan manusia dengan berbagai
cara seperti sedimentasi, presipitasi dan inhalasi (Parsa, 2001).
2. Cemaran logam berat (timbal) terhadap tanaman
Logam berat di lingkungan berisiko bagi kesehatan karena keberadaanya
yang terus menerus, bioakumulasi, dan toksisitas pada tanaman, binatang dan
manusia (Yap, Adezrian, Khairiah, Ismail, and Ahmad-Mahir, 2009). Whatmuff
(2002) and Mcbride (2003) menemukan bahwa meningkatnya konsentrasi logam
berat di tanah menyebabkan peningkatan pengambilan logam berat dalam hasil
panen. Perkebunan yang berada di daerah dekat dengan jalan raya akan terpapar
polusi yang membawa logam berat lewat udara yang nantinya akan terdepositkan
ke dalam tanah. Bersaman dengan penyerapan unsur hara oleh tanaman, logam
berat tersebut akan ikut terserap dalam tanaman dan diserap oleh tumbuhan dan
yang pada akhirnya terdepositkan ke daun dan buah. Dengan dikonsumsinya daun
atau buah sebagai salah satu sumber pangan pada manusia dan hewan
menyebabkan berpindahnya logam berat yang dikandungnya dan terakumulasi ke
Daun merupakan organ tumbuhan yang peka terhadap pencemar karena
paling sering dan mudah terpapar oleh sumber pencemar udara (Nugroho cit.,
Tanjung, 2010). Menurut Siregar (2005), pencemaran timbal dalam tanaman
terjadi karena timbal melekat pada permukaan daun atau masuk melalui stomata
dan berikatan dengan kloroplas. Masuknya partikel timbal dalam jaringan daun
bukan karena timbal diperlukan tanaman, tetapi hanya sebagai akibat ukuran
stomata daun yang cukup besar dan ukuran partikel timbal yang relatif kecil
dibanding ukuran stomata (Widirianicit.,Siregar, 2005).
Jenis tumbuhan secara genetik sangat beragam dalam kemampuannya
untuk toleran atau tidak toleran terhadap unsur-unsur tidak esensial seperti Ag, Al,
Cd, Hg, Pb, Pt dalam jumlah yang meracuni (Salisbury and Ross, 1995).
Bioakumulasi timah hitam terhadap daun pada tanaman akan lebih
banyak terjadi pada tanaman yang tumbuh di pinggir jalan besar yang padat
kendaraan bermotor (Sastrawijaya, 1996). Kandungan Pb lebih banyak pada
tanaman di tepi jalan yang padat kendaraan bermotor dibandingkan dengan
kandungan Pb pada tanaman sejenis dari lokasi yang jauh dari pinggir jalan. Oleh
karena itu, tumbuhan dapat dijadikan sebagai salah satu bioindikator terhadap
pencemaran udara.
Timah hitam yang diserap oleh tanaman akan memberikan efek buruk
apabila kepekatannya berlebihan. Pengaruh yang ditimbulkan antara lain dengan
adanya penurunan pertumbuhan dan produktivitas tanaman serta kematian.
Penurunan pertumbuhan dan produktivitas pada banyak kasus menyebabkan
E. Validasi Metode
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita,
2004).
Validasi metode dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis
akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis
(Rohman, 2007).
Suatu metode analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa
parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi masalah analisis,
karenanya suatu metode harus divalidasi, ketika:
1. Metode baru dikembangkan untuk mengatasi problem analisis tertentu.
2. Metode yang sudah baku direvisi untuk menyesuaikan perkembangan atau
karena munculnya suatu masalah yang mengarahkan bahwa metode baku
tersebut harus direvisi.
3. Penjaminan mutu yang mengindikasikan bahwa metode baku telah berubah
seiring dengan berjalannya waktu.
4. Metode baku digunakan di laboratoium yang berbeda, dikerjalan olh analis
yang berbeda, atau dikerjakan dengan alat yang berbeda.
5. Untuk mendemonstrasikan kesetaraan dua metode, seperti antara metode baru
Menurut The United States Pharmacopeia 30 The National Formulary
25tahun 2007, suatu metode atau prosedur analisis dibagi menjadi empat kategori,
yaitu:
1. Kategori I mencakup prosedur analisis kuantitatif, untuk menetapkan kadar
komponen utama bahan obat atau zat aktif dalam sediaan farmasi.
2. Kategori II mencakup prosedur analisis kualitatif dan kuantitatif yang
digunakan untuk menganalisis impurities ataupun degradation compounds
dalam sediaan farmasi.
3. Kategori III mencakup prosedur analisis yang digunakan untuk menentukan
karakteristik penampilan suatu sediaan farmasi, misalnya disolusi atau
pelepasan obat.
4. Kategori IV (tes identifikasi)
Parameter-parameter yang harus dipenuhi dari masing-masing kategori
tersebut dapat dilihat pada tabel III di bawah ini.
Tabel III. Parameter Analisis yang harus Dipenuhi untuk Syarat Validasi Metode (Anonim, 2007)
Kategori 2 Parameter
analisis Kategori 1 Kuantitatif Uji batas Kategori 3 Kategori 4
Akurasi Ya Ya * * Tidak
Presisi Ya Ya Tidak Ya Tidak
Spesifisitas Ya Ya Ya * Ya
LOD Tidak Tidak Ya * Tidak
LOQ Tidak Ya Tidak * Tidak
Linearitas Ya Ya Tidak * Tidak
Range Ya Ya * * Tidak
* = mungkin tidak diperlukan (tergantung sifat spesifik tes)
Berdasarkan tabel di atas, maka parameter-parameter validasi yang harus
1. Akurasi
Akurasi adalah kedekatan hasil analisis yang diperoleh dengan memakai
metode tersebut dengan nilai yang sebenarnya. Umumnya akurasi ditentukan
melalui penetapanrecovery, tetapi ada tiga cara untuk menentukan akurasi, yaitu:
a. Perbandingan denganreference standard
Penentuan recovery melalui perbandingan langsung terhadap standar (bahan
standar referensi). Metode ini cocok untuk analit yang mengandung bahan
obat yang murni dimana bukan merupakan sampel matriks yang kompleks
(Snyder, Kirkland, and Glajch, 1997). Ketika menggunakan metode ini, maka
analis harus menunjukkan bahwa metode yang digunakan memberikan
pengukuran analit yang akurat dan teliti dalam matriks sampel tertentu
(Rohman, 2007).
b. Recoveryanalit
Jika analit yang digunakan berada dalam matriks sampel yang kompleks,
dapat digunakan metodespike recovery. Standar referensi analit ditambahkan
dalam matriks kosong (placebo). Misalnya, dalam analisis formulasi obat,
matriks kosong yang digunakan termasuk seluruh komposisi formulasi,
kecuali analit yang diukur (Snyderet al., 1997).
c. Penambahan standar adisi ke dalam analit
Di dalam metode standar adisi, diketahui jumah analit yang ditambahkan
pada konsentrasi yang berbeda ke dalam suatu matriks yang sebelumnya
sudah diketahui analitnya melalui kuantifikasi. Sampel yang tidak ditambah
dibandingkan dengan jumlah analit yang ditambahakan. Metode ini
digunakan saat kesulitan dalam menyiapkan matriks kosong tanpa analit
(Snyderet. al, 1997).
Menurut Yuwono dan Indrayanto (2005), kriteria yang diterima untuk
akurasi pada konsentrasi analit yang berbeda dapat dilihat pada tabel IV di bawah
ini:
Tabel IV. Kriteria rangerecoveryyang diijinkan (Yuwono dan Indrayanto, 2005)
Konsentrasi Analit (%) Unit Rata-ratarecovery(%)
100 100% 98 – 102
> 10 10% 98 – 102
> 1 1% 97 – 103
> 0,1 0,1% 95 – 105
0,01 100 ppm 90 – 107
0,001 10 pm 80 – 110
0,0001 1 ppm 80 – 110
0,00001 100 ppb 80 – 110
0,000001 10 ppb 60 – 115
0,0000001 1 ppb 40 – 120
2. Presisi
Presisi atau keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual
dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang
diambil dari campuran yang homogen (Harmita, 2004). Presisi diukur sebagai
simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi) (AnonimC, 2011).
Presisi terdiri dari 3 macam, yaitu (Anonim, 2005):
a. Ketertiruan (reproducibility) yaitu keseksamaan metode bila analisis
b. Presisi antara (intermediate precision) yaitu keseksamaan metode jika analisis
dikerjakan di laboratorium yang sama pada hari yang berbeda atau analis
yang berbeda atau peralatan yang berbeda.
c. Keterulangan (repeatibility) yaitu keseksamaan metode jika analisis
dilakukan oleh analis yang sama dengan peralatan yang sama pada interval
waktu yang pendek.
Ketentuan nilai KV yang dapat diterima dapat dilihat pada tabel V di
bawah ini:
Tabel V Kriteria nilai presisi yang diijinkan (Yuwono dan Indrayanto, 2005)
Konsentrasi analit (%) Unit Presisi (RSD %)
100 100% 1,3
0,00001 100 ppb 15
0,000001 10 ppb 21
0,0000001 1 ppb 30
3. Linearitas
Linearitas adalah kemampuan metode analisis memberikan respon
proporsional terhadap konsentrasi analait dalam sampel. Rentang metode adalah
pernyataan batas terendah dan tertingi analit yang sudah ditunjukkan dapat
ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima
(AnonimC, 2011).
Linearitas suatu metode meruapakan ukuran seberapa baik kurva
Linearitas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi
yang berbeda-beda. Data yang diperoleh kemudian selanjutnya diproses dengan
metode kuadrat terkecil, untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan
(slope), intersep, dan koefisien korelasi (Rohman, 2007).
Koefisien korelasi akan mengindikasikan linearitas yang baik apabila
nilai r > 0,999 (Yuwono dan Indrayanto, 2005).
4. Batas deteksi (Limit of Detection)
Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam
sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi.
Limit of detection (LOD) merupakan batas uji yang spesifik menyatakan apakah
analit di atas atau di bawah nilai tertentu.
Rasio signal to noise untuk LOD adalah 2:1 atau 3:1. Selain itu,
penentuan LOD dapat juga didasarkan padaslope kurva baku dan standar deviasi
(simpangan baku) (Anonim, 2005).
5. Batas kuantifikasi (Limit of Quantification)
Limit of quantification (LOQ) didefiisikan sebagai konsentrasi analit
terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang
dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan. Perhitungan
nilai LOQ adalah dengan rasio signal to noise 10:1 (Rohman, 2007). Penentuan
LOQ dapat juga didasarkan pada slope kurva baku dan standar deviasi
Kesalahan pada metode analisis kimia memungkinkan untuk terjadi.
Kesalahan yang mungkin terjadi yaitu (Mulja dan Suharman, 1995):
a. Kesalahan sistematik merupakan hasil analisis yang menyimpang secara tetap
dari nilai sebenarnya karena proses pelaksanaan prosedur analisis. Kesalahan
sistematik ada dua macam, yaitu:
1) Kesalahan pada metode analisis, agak sulit dideteksi karena kesalahan
metode analisis ini antara lain disebabkan sifat fisika kimia pereaksi yang
dipakai tidak memadai.
2) Kesalahan individual adalah kesalahan yang timbul karena kesalahan
individu dalam pengamatan atau pembacaan instrumen yang dihadapi.
Kesalahan ini dapat dicari sebabnya dan dapat dikendalikan dengan
kalibrasi instrumen secara berkala, pemilihan metode dan prosedur
standar dari badan resmi, pemakaian bahan kimia dengan derajat untuk
analisis, dan peningkatan pengetahuan peneliti.
b. Kesalahan tidak sistematik merupakan penyimpangan tidak tetap dari hasil
penentuan kadar dengan instrumentasi yang disebabkan oleh fluktuasi
instrumen yang dipakai. Meningkatnya kesalahan tidak sistematik disebabkan
tiap bagian instrumen memberikan noise yang kecil yang kemudian ini tidak
diketahui. Pemakaian instrumen dengan kualitas baik akan menekan nilai
kesalahan ini (Mulja dan Suharman, 1995).
6. Spesifisitas
Spesifisitas suatu metode adalah kemampuan suatu metode untuk
lain yang mungkin ada dalam sampel seperti pengotor dan produk degradasi
(Anonim, 2005).
Penentuan spesifitas metode dapat diperoleh dengan dua jalan. Yang
pertama adalah dengan melakukan optimasi sehingga diperoleh senyawa yang
dituju terpisah secara sempurna dari senyawa-senyawa lain. Cara kedua untuk
memperoleh spesifisitas adalah dengan menggunakan detektor selektif (Rohman,
2007).
F. Landasan teori
Timbal merupakan salah satu logam berat yang sering digunakan salah
satunya sebagai bahan aditif pada bahan bakar bensin. Namun penggunaan timbal
ini dapat mejadi sumber polutan yang memiliki nilai toksisitas pada batasan
tertentu sehingga membahayakan kesehatan manusia. Salah satu dampak yang
terlihat yaitu pencemaran terhadap subyek yang terletak dekat dengan sumber
polusi misalnya tumbuhan yang terletak di pinggir jalan. Oleh karena itu,
perkebunan-perkebunan yang letaknya di pinggir jalan raya dengan kepadatan lalu
lintas yang cukup padat akan tercemar dan mengandung logam timbal yang
berbahaya bagi kesehatan manusia yang mengkonsumsinya. Kadar timbal di
dalam lingkungan berkurang secara eksponensial dengan jarak dari pinggir jalan.
Logam timbal dapat masuk ke tanaman melalui stomata daun dan akar
tanaman yang nantinya akan terdeposit ke bagian lain tanaman tersebut, salah
Buah pepaya memiliki banyak manfaat dan banyak dikonsumsi oleh
masyarakat. Terdapat perkebunan yang berada di pinggir jalan dan berpotensi
buahnya tercemar logam timbal. Oleh karena itu, untuk melihat kontaminasi
timbal pada perkebuanan pinggir jalan dilakukan analisis kuantitatif. Analisis
dilakukan dengan membandingkan kandungan timbal dalam buah pepaya yang
ditanam paling luar dekat dengan jalan raya dengan buah pepaya yang letaknya
semakin ke dalam menjauhi jalan raya. Pengukuran kadar timbal dilakukan
dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom.
Spektrofotometer serapan atom adalah instrumen yang memiliki
spesifikasi untuk mengukur kadar logam dalam jumlah yang kecil. Dasar
instrumentasi ini adalah dengan mengukur besarnya serapan radiasi dari sumber
cahaya oleh atom bebas, dimana besarnya serapan sebanding dengan jumlah atom
logam pada sampel.
Dalam penelitian ini dilakukan validasi metode untuk membuktikan
bahwa metode yang digunakan untuk menetapkan kadar timbal dapat memberikan
hasil yang dapat dipercaya. Parameter validasi metode meliputi akurasi, presisi,
linearitas, LOD, LOQ dan spesifisitas.
G. Hipotesis
1. Metode penetapan kadar timbal dalam buah pepaya menggunakan
spektrofotometri serapan atom memenuhi parameter validasi metode analisis
2. Terdapat pengaruh jarak tanam suatu tanaman dari jalan raya terhadap kadar
timbal dalam buah pepaya (Carica papayaL.).
3. Terdapat perbedaan bermakna kadar timbal dalam buah pepaya antara tiap
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan
deskriptif karena dilakukan manipulasi terhadap subyek uji yaitu pengelompokkan
buah pepaya berdasarkan jaraknya dari pinggir jalan.
B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan perubahan pada
variabel tergantung. Varibel bebas pada penelitian ini adalah jarak tanam pohon
pepaya dengan pinggir jalan.
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung adalah variabel yang dapat berubah karena
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah
kadar timbal ( Pb ) dalam buah pepaya pada tiap kelompok.
3. Variabel pengacau terkendali
Variabel pengacau terkendali adalah variabel yang keberadaannya tidak
diteliti tetapi dapat menyebabkan perubahan pada varibel tergantung dan dapat
dikendalikan. Variabel terkendali dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Umur buah pepaya dikendalikan dengan pemilihan umur buah pepaya yang
b. Kondisi optimum spektrofotometri serapan atom dikendalikan dengan
menggunakan tinggi burner, kecepatan alir bahan bakar dan panjang
gelombang maksimum yang sama pada tiap pengukuran menggunakan
instrumen spektrofotometer serapan atom.
c. Temperatur hotplate dikendalikan dengan pengaturan temperatur yang sama
berkisar antara 70-900C.
d. Ukuran buah dikendalikan dengan pemilihan buah dengan ukuran yang
hampir sama.
e. Perlakuan dalam penghomogenan sampel tiap kelompok diberi perlakuan
yang sama yaitu dengan mengelupas kulit buah, memotongnya kecil-kecil
dan kemudian dihaluskan dengan blender.
C. Definisi Operasional
1. Prinsip spektrofotmetri serapan atom adalah atomisasi logam pada temperatur
yang sangat tinggi sehingga terbentuk atom-atom bebasnya. Atom-atom ini
akan mengabsorbsi cahaya dari lampu yang spesifik untuk tereksitasi dari
ground state menuju excitation state. Perubahan absorbansi proporsional
dengan kadar logam dalam sampel.
2. Parameter yang harus dipenuhi dalam analisis kuantitatif adalah akurasi,
presisi, linearitas, LOD dan LOQ.
D. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah: buah pepaya, baku
timbal nitrat solution certiPUR® (E.Merck), reagen HNO3pekatp.a (E. Merck),
reagen HClO4 pekat p.a (E. Merck), aquabidest (LPPT UGM), larutan asam
pengencer (HNO3) dengan pH 2, milipore 0,45µm type durapore, bahan bakar
untuk spektrofotometri serapan atom C2H2/udara (Air ProductSemarang).
E. Alat penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektofotometer serapan
atom merk Analytik Jena tipe contrAA tahun 2007 no seri 300 dengan hollow
cathode lamp untuk timbal, hotplate lab tech model LMS 1003, alat-alat gelas,
neraca analitik (Ohaus PAJ 1003 max = 1050 ct;readability= 0,001 ct)
Instrumen Spektrofotometri serapan atom yang digunakan dalam kondisi
optimum dengan spesifikasi panjang gelombang 217 nm, kecepatan alir bahan
bakar 65 L/h, tipeburner 100 mm dan tinggiburner 6 mm.
F. Tata Cara Penelitian
1. Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel buah pepaya dilakukan di perkebunan pepaya
pinggir jalan raya Mayor Unus KM 6 Gentan, Wayuhan, Kabupaten Magelang.
Pengambilan sampel didahului dengan pembagian perkebunan seluas kurang lebih
100 meter menjadi 4 bagian, masing-masing 25 meter ke arah belakang kebun.
kelompok 4 (75-100 meter). Pada tiap kelompok perlakuan diambil sampel buah
pepaya sebanyak 7 buah pepaya dengan ukuran dan umur buah (2-3 bulan) yang
hampir sama.
2. Preparasi Sampel
Buah pepaya dikelompok-kelompokan menurut jaraknya. Pertama-tama
buah pepaya dikupas kulitnya, kemudian daging buahnya dipotong kecil-kecil.
Setelah itu, diambil beberapa untuk dihomogenkan denganblendersehingga buah
pepaya menjadi halus (seperti bubur).
Timbang seksama 15 g sampel yang sudah halus seperti bubur, masukkan
ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL. Kemudian ditambahkan 15 mL asam nitrat
pekat p.a dan panaskan di atas hot plate pada temperatur kurang lebih 70-900C
dengan keadaan bertutup corong kaca. Saat sudah tidak timbul asap coklat lagi
dan larutan menjadi jernih dengan volume kurang lebih < 10 mL, proses destruksi
dihentikan. Larutan diturunkan darihot plate dan ditunggu hingga dingin. Setelah
larutan dingin, ditambahkan asam perklorat pekat p.a sebanyak 3 mL dan
pemanasan dilanjutkan kembali dengan keadaan tidak bertutup corong kaca
hingga volume < 5 mL. Langkah berikutnya yaitu larutan didinginkan pada
temperatur ruangan dan setelah itu dimasukkan dalam labu ukur 5 mL dan
ditambahkan larutan asam pengencer hingga garis batas. Apabila larutan tidak
jernih (ada endapan) maka dilakukan penyaringan denganmilipore.
Proses terakhir larutan sampel diukur serapannya dengan
3. Pembuatan kurva baku timbal
Larutan stok baku timbal berkonsentrasi 1000 ppm. Dibuat larutan
intermediate 1 dengan konsentrasi 100 ppm dan larutan intermediate 2 dengan
konsentrasi 50 ppm dengan cara mengencerkan menggunakan pelarut berupa
asam nitrat pH 2. Seri konsentrasi standar timbal dibuat dalam kadar 0,25; 0,5;
1,0; 1,5; 2,0; 2,5 dan 3,0 ppm. Kemudian absorbansi dari tiap seri kurva baku
diukur dengan instrumen Spektrofotometer Serapan Atom dengan panjang
gelombang 217 nm.
4. Validasi Metode Analisis
a. Penetapan akurasi. Untuk menetapkan nilai akurasi dilakukan dua
metode diantaranya:
1) Akurasi baku
Berasal dari larutan intermediate 2 dengan konsentrasi 50 ppm,
dibuat seri konsentrasi baku timbal dengan tiga macam konsentrasi
yang berbeda, yaitu konsentrasi tinggi (3,0 ppm), tengah (1,5 ppm),
dan rendah (0,25 ppm). Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali dan
ripitasi tiga kali. Ukur absorbansinya dengan spektrofotometer
serapan atom panjang gelombang 217 nm.
2) Akurasi dengan metode standar adisi
Sampel dipreparasi dengan destruksi (dengan perlakuan yang sama
dengan preparasi sampel yang akan ditentukan kadarnya). Sampel
hasil destruksi diencerkan dengan larutan asam pengencer hingga