• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasar Tenaga Kerja (Labor Market)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.4. Pasar Tenaga Kerja (Labor Market)

-1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000 19 87 19 88 19 89 19 90 19 91 19 92 19 93 19 94 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07

Sumber: BPS Propinsi SUMUT 1987-2008, diolah

4.4. Pasar Tenaga Kerja (Labor Market)

Pasar tenaga didefinisikan sebagai pertemuan antara tenaga kerja, yang menawarkan jasanya, dengan pemilik modal yang membutuhkan jasa tenaga kerja dalam proses produksinya. Ukuran kesepakatan dalam memberi ataupun memanfaatkan jasa tenaga kerja disebut upah.

Hasil estimasi regresi model pasar tenaga kerja sebagai berikut: a. Penawaran Tenaga Kerja

Log(LS)= 13,29675 + 0,011 log(upah)+ 0.147 log(konsumsi)- 0,027 log(tabungan)- 0,204 log(TPAKP) + 0,215 log(TPAKW);

b. Permintaan Tenaga Kerja

Log(LD)= 13,805 - 0,042 log(upah)+ 0.016 log(n)+ 0,111 log(PTK); c. Pengangguran

Log(Upah)= 5,991 + 1,534 log((100*(Ls-Ld)/Ld));

Dalam pembahasan pasar tenaga kerja Propinsi Sumatera Utara, sisi penawaran tenaga kerja dipengaruhi oleh upah, konsumsi, tabungan, tingkat partisipasi angkatan kerja pria (TPAKP) dan tingkat partisipasi angkatan kerja wanita (TPAKW).

4.4.1. Penawaran Tenaga Kerja

Hasil analisis data menggunakan Eviews 3.0 dengan metode analisis Two-Stage Least Squares, R-squared 92,21% artinya pasar tenaga kerja secara bersama-sama dapat dijelaskan oleh variabel-variabel penawaran tenaga kerja sebesar 92,21%. Sedangkan sisanya sebesar 7,79% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Koefisien upah didapat 0.011323 dengan tingkat á=95,66% artinya tingkat kepercayaan sangat rendah yaitu hanya mencapai 4,34%. Hasil regresi tersebut, mengilustrasikan apabila ada kenaikan upah sebesar 1%, maka penawaran tenaga kerja akan mencapai kenaikan sebesar 1,13% di pasar tenaga kerja. Koefisien upah telah sesuai dengan hipotesis, artinya apabila upah naik maka penawaran tenaga kerja akan meningkat di pasar tenaga kerja.

Koefisien konsumsi didapat 0.147555 dengan tingkat á=3,70% atau dengan tingkat kepercayaan 96,3%. Hasil regresi tersebut, mengilustrasikan apabila ada

kenaikan konsumsi sebesar 1%, maka penawaran tenaga kerja akan naik sebesar 14,76% di pasar tenaga kerja. Koefisien konsumsi telah sesuai dengan hipotesis, artinya apabila konsumsi naik maka penawaran tenaga kerja akan meningkat di pasar tenaga kerja. Tujuan tenaga kerja bekerja antara lain adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi mereka. Upah yang mereka terima sebagian akan dikonsumsi. Hipotesis konsumsi, Borjas (2005), menyebutkan kenaikan konsumsi akan mendorong seseorang untuk menambah jam kerjanya. Dengan asumsi bahwa non-labor income mereka masih rendah atau tidak mampu mencukupi kebutuhan seseorang tersebut.

Hasil regresi mendapatkan koefisien tabungan penduduk Propinsi Sumatera Utara -0,027034 dengan tingkat á=70,21% atau dengan tingkat kepercayaan hanya mencapai 29,79%. Artinya bila tabungan naik 1% maka mempengaruhi penurunan penawaran tenaga kerja di pasar tenaga kerja sebesar 2,7%. Menurut Borjas (2005), penghasilan labor income dapat digunakan untuk konsumsi. Semakin besar non-labor income dengan asumsi konsumsi tetap, penghasilan dari bekerja yang digunakan untuk konsumsi semakin kecil. Tenaga kerja dapat mengurangi jam kerjanya sehingga penawaran tenaga kerja secara umum semakin berkurang. Hasil regresi tersebut sesuai dengan hipotesis karena hasil dari tabungan merupakan bagian dari non-labor income.

Koefisien tingkat partisipasi tenaga kerja pria (TPAKP) -0.204618 dengan tingkat á= 84,19% atau dengan tingkat kepercayaan hanya 15,81%. Artinya kenaikan tingkat partisipasi tenaga kerja pria (TPAKP) sebesar 1%, akan mengurangi

penawaran tenaga kerja sebesar 20,46%. Hasil regresi tingkat partisipasi tenaga kerja pria (TPAKP) tidak sesuai dengan hipotesis. Seharusnya kenaikan TPAKP akan meningkat penawaran tenaga kerja. Fakta tersebut memang perlu pendalaman dengan lebih teliti. Namun secara kebiasaan khususnya di Sumatera Utara, apabila pria telah bekerja dan mampu memenuhi kebutuhan keluarga, sebagian besar wanita dalam keluarga tersebut yang dulunya bekerja akan disarankan untuk berhenti bekerja. Antara fakta hasil penelitian dan kebiasaan mungkin dapat dikaitkan walaupun berlawanan dengan hipotesis umum. Apabila kita perhatikan jumlah tabungan penduduk Sumatera Utara selama 21 tahun terakhir telah mengalami kenaikan yang sangat besar. Jumlah tabungan tahun 1987 dibandingkan dengan tahun 2007 telah mengalami kenaikan sebesar 343,77 kali. Sedangkan dibandingkan dari tahun 1997 ke 2007 sebesar 7,24 kali. Artinya upah atau gaji yang diterima pekerja pria sebagiannya telah dapat ditabung atau gaji yang mereka terima masih ada sisanya. Pria bekerja yang telah berkeluarga akan menyarankan wanita di keluarga mereka akan berhenti bekerja. Data yang mungkin dapat digunakan sebagai pendukung lainnya yaitu komposisi tenaga kerja bekerja tahun 2006, pria bekerja 3.035.460 jiwa sedangkan wanita 1.344.851 jiwa atau dengan tingkat sex ratio 166%. Sedangkan dari total man power wanita tahun 2006 sebesar 4.149.947 jiwa yang bekerja sebesar 1.824.187 jiwa atau 44% sedangkan yang tidak bekerja dan tidak masuk angkatan kerja atau menjadi ibu rumah tangga 32% atau 1.344.851 jiwa.

Tingkat partisipasi tenaga kerja wanita (TPAKW) didapat koefesien 0,215084 dengan tingkat á=31,94% atau dengan tingkat kepercayaan sebesar 68,06%.

Kenaikan tingkat partisipasi tenaga kerja wanita (TPAKW) sebesar 1% akan meningkatkan penawaran tenaga kerja sebesar 21,50%. Hasil ini telah sesuai dengan hipotesis. Tabel 4.2 di atas mengindikasikan tingkat partisipasi angkatan kerja wanita cenderung stabil pada angka 24-26% selama kurun waktu 10 tahun terakhir.

4.4.2. Permintaan Tenaga Kerja

Dari sisi permintaan tenaga kerja, hasil regresi R-squeared didapat nilai 76,86% artinya variabel-variabel permintaan tenaga kerja secara bersama-sama mampu menjelaskan 76,86% pasar tenaga kerja dan sedangkan sisanya 33,14% dijelaskan faktor-faktor lain yang tidak dilakukan dalam penelitian ini. Variabel-variabel dalam penelitian ini antara lain: upah, jumlah industri besar dan sedang, dan produktivitas rata-rata tenaga kerja.

Hasil regresi upah dengan koefisien -0,042433 dengan á= 49,87% atau dengan tingkat kepercayaan sebesar 50,13%. Artinya apabila upah naik sebesar 1% maka akan menurunkan permintaan tenaga kerja 4,24% di pasar tenaga kerja. Secara teoritis, Mc Connell, Brue, dan Macpherson (1999), menyebutkan dalam jangka pendek perusahaan akan meningkat permintaan tenaga kerja sepanjang pertambahan tenaga kerja tersebut masih memberikan keutungan kepada perusahaan. Saat pertambahan tenaga kerja telah mencapai titik jenuh dalam menghasilkan laba maka perusahaan akan berhenti menambah tenaga kerjanya. Sementara dalam jangka panjang, barang modal dan tenaga kerja diasumsikan dapat dipertukarkan. Jika biaya modal lebih rendah dari biaya tenaga kerja maka perusahaan akan mengurangi jumlah tenaga kerja dan menggantinya dengan barang modal. Sebaliknya, bila biaya modal

lebih besar dari biaya tenaga kerja maka untuk meningkatkan keuntungan perusahaan, perusahaan akan mengurangi penggunaan barang modal dengan menggantikannya dengan tenaga kerja.

Baik jangka panjang maupun jangka pendek, dalam pasar tenaga kerja menurut Ehrenberg dan Smith (2003), ukuran kerelaan pertukaran tenaga kerja antara perusahaan dengan pemberi jasa tenaga kerja adalah upah atau gaji. Hal yang sama juga disebutkan oleh Nicholson (2003).

Hasil regresi di atas dapat menjelaskan ada kesesuaian hipotesa dengan fakta. Apabila upah semakin naik maka biaya tenaga kerja akan semakin besar dengan asumsi cateris paribus, sehingga perusahaan akan mengalami penurunan keutungan. Akibat penurunan keutungan tersebut tentu perusahaan akan mengevaluasi lagi jumlah tenaga kerjanya. Bila penurun jumlah tenaga kerja dapat meningkatkan kembali keuntungan perusahaan, maka perusahaan akan merasionalisasi lagi jumlah tenaga kerja mereka.

Hasil penelitian ini juga sama dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Silaen (2007). Hasil penelitian Silaen (2007) tingkat upah riel berpengaruh negatif terhadap permintaan tenaga kerja walaupun tidak signifikan. Bedanya dengan penelitian terdahulu, penelitian ini menggunakan data tingkat upah yang dibayarkan oleh perusahaan besar dan sedang Propinsi Sumatera Utara. Kenaikan upah yang harus dibayarkan oleh perusahaan besar dan sedang di Propinsi Sumatera Utara akan mengindikasikan penurunan jumlah permintaan tenaga kerja

di pasar tenaga kerja Propinsi Sumatera Utara secara umum. Artinya tidak hanya akan berpengaruh pada permintaan tenaga kerja sektor industri besar dan sedang saja.

Jumlah industri besar dan sedang, dari hasil regresi, memiliki koefisien 0,016907 dengan á=91,18% atau tingkat kepercayaan rendah hanya 18,82%. Artinya bila jumlah industri besar dan sedang meningkat 1% akan meningkatkan permintaan tenaga kerja sebesar 1,69% di pasar tenaga kerja Propinsi Sumatera Utara. Walaupun tingkat signifikasinya rendah.

Branson (2003), mengasumsikan fungsi produksi Q = f (L, K, Teknologi, Input lainnya). Jika diasumsikan faktor fungsi produksi total output Propinsi Sumatera Utara atau merupakan bagiannya adalah jumlah perusahaan maka semakin banyaknya jumlah perusahaan semakin banyak tenaga kerja maupun modal yang dibutuhkan guna meningkatkan produksi. Artinya semakin banyak perusahaan berdiri semakin banyak barang modal maupun tenaga kerja yang di pekerjaan. Permintaan tenaga kerja akan meningkat. Hasil penelitian masih sesuai dengan hipotesis di mana semakin banyak jumlah industri besar dan sedang di Propinsi Sumatera Utara maka permintaan tenaga kerja akan meningkat.

Koefisien regresi produktivitas rata-rata tenaga kerja Propinsi Sumatera Utara didapat sebesar 0,111839 dengan tingkat signifikan á= 8,87%. Artinya apabila tingkat produktivitas rata-rata tenaga kerja Propinsi Sumatera Utara naik 1% mengindikasikan jumlah permintaan tenaga kerja naik 11,18% dengan tingkat kepercayaan 91,13%.

Nicholson (2003), berpendapat produktivitas tenaga kerja dapat dibedakan atas produktivitas tenaga kerja rata-rata dan marginal produktivitas tenaga kerja. Semakin tinggi produktivitas tenaga kerja keuntungan perusahaan akan semakin tinggi. Perusahaan akan cenderung menambah tenaga kerja. Akibatnya secara umum permintaan tenaga kerja akan semakin tinggi.

Hasil penelitian menyebutkan hal sama dengan hipotesis. Kenaikan tingkat produktivitas rata-rata tenaga kerja Propinsi Sumatera Utara akan menaikan permintaan tenaga kerja dengan tingkat kepercayaan sebesar 96,68%. Hasil penelitian Sitorus (2007) yang menggunakan variabel PDRB Sumatera Utara juga menyebutkan hal yang sama. Ditemukan bahwa PDRB Sumatera Utara berhubungan positif dengan kesempatan kerja khusus di sektor industri. Bahkan lebih tinggi dari tingkat nasional. Bedanya dengan hasil penelitian ini, variable produktivitas rata-rata tenaga kerja dihitung dengan membandingkan PDRB Sumatera Utara dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja.

Dokumen terkait