• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENELAHAAN PUSTAKA

B. Diare

4. Patofisiologi diare

Mekanisme diare bergantung pada penyebab diare tersebut. Mekanisme

ini meliputi :

a. Diare sekretori terjadi ketika usus halus dan usus besar mensekresi air dan

elektrolit lebih banyak daripada yang diabsorpsi. Hal tersebut dapat

disebabkan karena stimulasi substansi. Substansi yang menyebabkan hal ini

termasuk vasoactive intestinal peptide (VIP) dari tumor pankreas, makanan

berlemak yang tidak diabsorpsi dalam steatorrhea, laksatif, hormon

sekretin, toksin dan garam empedu berlebih. Pada diare infeksius

perubahan proses sekresi dan absorpsi ini terjadi akibat aktivitas toksin

yang dikeluarkan oleh bakteri di mukosa usus. Toksin ini akan

mengaktivasi adenilat siklase, yang menyebabkan peningkatan AMP siklik

intrasel. Adanya AMP siklik akan meningkatkan sekresi Cl- dan air dari

kelenjar usus dan menurunnya absorpsi Na+ dan air dari lumen usus. Diare

sekretori dapat diterapi dengan antibiotik apabila penyebabnya adalah

bakteri, adsorben dapat digunakan untuk membantu menyerap toksin,

selain itu makanan atau minuman yang mengandung kafein harus dihindari

karena dapat meningkatkan AMP siklik.

b. Diare osmotik terjadi ketika larutan dari makanan yang dicerna tidak dapat

diabsorpsi secara sempurna oleh usus halus masuk ke lumen usus. Larutan

tersebut kemudian menyebabkan penarikan air dan elektrolit ke dalam

lumen usus karena usus berusaha menyesuaikan tekanan osmotik isi usus

intoleransi laktosa, pemberian magnesium pada antasida, atau konsumsi

karbohidrat yang sulit larut. Diare osmotik dapat diterapi dengan terapi

non-farmakologis yaitu pengaturan makanan.

c. Diare eksudatif terjadi ketika ada gangguan integritas lapisan mukosa

akibat infeksi dan peradangan atau luka pada saluran cerna yang

mengakibatkan gangguan absorpsi cairan dan keluarnya serum, protein,

lendir serta darah ke saluran cerna. Diare eksudatif ini dapat disebabkan

karena infeksi, penyakit crohn, kanker dan vaskulitis. Diare eksudatif ini

dapat diterapi dengan obat-obat antiinflamasi seperti golongan

kortikosteroid.

d. Gangguan motilitas dapat menimbulkan diare dengan tiga mekanisme,

yakni mengurangi waktu kontak antara makanan dan dinding usus dalam

usus halus, pengosongan kolon yang terlalu cepat dan pertumbuhan bakteri.

Gangguan motilitas ini dapat disebabkan karena diabetes neuropati atau

irritable bowel syndrome (Longe dan Di Piro, 2005). Diare yang

disebabkan gangguan motilitas ini dapat diterapi dengan menggunakan

obat-obat antimotilitas.

Mekanisme umum yang terjadi pada diare akut adalah osmotik dan

sekretori, sedangkan perubahan motilitas dan penurunan absorpsi biasanya adalah

Akibat diare baik akut maupun kronik dapat menyebabkan berbagai

macam keadaan klinis.

a. Kehilangan air (dehidrasi)

Empat mekanisme patofisiologi umum kekacauan

keseimbangan air dan elektrolit, yang terjadi pada diare, dan dasar dari

diagnosis dan terapi, meliputi :

1). suatu perubahan dalam transport ion aktif dengan penurunan absorpsi

sodium atau kenaikan sekresi klorida,

2). perubahan dalam motilitas intestinal,

3). peningkatan osmolaritas luminal, dan

4). peningkatan tekanan hidrostatik jaringan.

Dehidrasi sebenarnya dibagi menjadi 3 macam, yakni dehidrasi

ringan, dehidrasi sedang, dan dehidrasi berat. Disebut dehidrasi ringan jika

cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang hilang sudah lebih dari 10%

disebut dehidrasi berat (Widjaya, 2002).

Tabel III. Penilaian derajat dehidrasi penderita diare (Anonim, 2000)

Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang Dehidrasi berat Keadaan umum Mata Air mata Mulut, lidah Rasa haus Kekenyalan kulit Baik Normal Ada Basah Minum biasa Normal Gelisah, rewel Cekung Tidak ada Kering Sangat haus Kembali lambat

Lesu, tidak sadar Sangat cekung Tidak ada Sangat kering

Malas/tidak bisa minum Kembali sangat lambat

Kehilangan cairan tubuh (air)

Kehilangan cairan tubuh (air) (defisit volume)

Kehilangan turgor kulit, denyut nadi lemah atau tiada, takikardia, mata cekung, ubun-ubun besar cekung, suara parau, kulit dingin, sianosis (jari-jari), selaput lendir kering,

anuria-uraemia

PENGOBATAN

ELEKROLIT-ELEKTROLIT (garam-garam) AIR

Defisiensi bikarbonat/asidosis (muntah-muntah, pernafasan cepat dan dalam, cardiac reverse menurun, defisiensi K+ intrasel), defisiensi K+ (kelemahan

otot-otot, ileus paralitik (distensi abdomen), cardiac arrhythmia-cardiac arrest), hipoglikemia (lebih sering terjadi pada anak-anak malnutrisi dan bayi-bayi kecil.

Kehilangan elektrolit-elektrolit tubuh (defisit elektrolit dan defisit lainnya)

Gambar 7. Bagan akibat (efek) dehidrasi (Noerasid dkk, 1988)

b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)

Metabolik asidosis ini terjadi karena :

1) kehilangan Na-bikarbonat bersama feses,

2) adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga

benda keton tertimbun dalam tubuh,

3) terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan,

4) produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat

dikeluarkan oleh feses (terjadi oliguria),

5) pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.

Secara klinis, asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan

pernafasan. Pernafasan bersifat cepat, teratur, dan dalam yang disebut

c. Hipoglikemia dapat terjadi oleh karena beberapa sebab,

1) Penyimpanan atau persediaan glikogen dalam hati terganggu

2) Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi)

Gejala hipoglikemia tersebut dapat berupa : lemas, apatis, peka

rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma. Adanya

hipoglikemi ini perlu dipertimbangkan apabila terjadi kejang yang tiba-tiba

tanpa adanya panas atau penyakit lain yang disertai dengan kejang.

d. Gangguan gizi

Sewaktu diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya

penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan karena :

1) makanan sering dihentikan karena takut diare dan muntah menjadi

bertambah hebat,

2) pada anak-anak walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan

pengenceran, dan susu encer ini diberikan terlalu lama,

3) makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik

karena adanya hiperperistaltik.

e. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat terjadi

gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (shock) hipovolemik. Akibatnya

perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat

mengakibatkan pendarahan dalam otak, kesadaran menurun dan bila tidak

Dokumen terkait