• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini ditemukan bahwa tumor jaringan lunak umumnya bersifat jinak (89.7%), satu bersifat intermediate (0.85%), dan sisanya bersifat ganas (9.4%). Hal ini sesuai dengan literatur dimana tumor secara umum memang bersifat jinak, dan tumor ganas hanya terhitung 1% dari seluruh jumlah kasus kanker, juga kurang dari 1% dari seluruh kasus tumor jaringan lunak, sehingga dapat disebut sangat jarang (WHO, 2017). Data ini menjadi dasar penting untuk mengedukasi masyarakat, karena apabila masyarakat sadar akan gejala-gejala tumor sejak awal, maka tumor-tumor tersebut dapat dideteksi lebih awal dan tidak sampai berdiferensiasi menjadi sarkoma. Penelitian di Amerika Serikat (Kumar, et.al, 2012) menunjukkan angka insidensi kanker stabil sejak tahun 1995, dan angka mortalitas menurun sebanyak 18.4% sejak 1990 terhadap laki-laki, menurun sebesar 10.4% sejak 1991 pada perempuan. Diantara laki-laki-laki, 80% penurunan dikarenakan berkurangnya kebiasaan merokok sehingga menurunkan angka kematian akibat kanker paru-paru. Pada perempuan, penurunan mortalitas adalah karena peningkatan dalam pendeteksian dan pengobatan yang menurunkan angka kematian kanker payudara. Data ini menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai tumor jaringan lunak dapat menjadi langkah preventif yang kemudian akan menurunkan persentase kejadian tumor ganas, meningkatkan harapan hidup pasien kanker, serta menurunkan mortalitas penderita tumor ganas jaringan lunak di Indonesia.

Distribusi lokasi tumor pada penelitian ini ditemukan hampir merata di seluruh tubuh, yaitu; kepala & leher (26.5%), batang tubuh (24.8%), ekstremitas superior (26.5%), dan ekstremitas inferior (22%). Menurut Hornick (2017) di dalam bukunya, tumor jaringan lunak memiliki persentase kira-kira 40% berlokasi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher dan 30% di badan dan retroperitoneum. Menurut sumber lain, DeVita (2001) menulis bahwa soft tissue sarcoma dapat terjadi di mana saja di tubuh, tetapi sebagian besar berasal dari ekstremitas (59%), batang tubuh (19%), retroperitoneum (15%) dan kepala dan leher (9%). Distribusi lokasi hampir

merata pada penelitian ini dimungkinkan karena kasus terbanyak merupakan Lipoma. Berdasarkan penelitian WHO (2017), Lipoma paling banyak ditemukan pada daerah batang tubuh, sesuai dengan Tabel 4.9 hasil pada penelitian ini yang menunjukkan persentase 34.78%, sehingga tidak menyebabkan ketimpangan yang jauh antara persentase lokasi pada ekstremitas dengan daerah tubuh lainnya.

Tumor jaringan lunak secara keseluruhan pada penelitian ini ditemukan lebih banyak pada perempuan. Tumor ganas jaringan lunak pada penelitian ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dengan perbandingan 2:1 (67% vs. 33%) dengan insidensi kasus ganas terbanyak adalah Dermatofibrosarcoma Protuberans.

Menurut beberapa peneliti yang meneliti mengenai tumor ganas jaringan lunak mendapatkan bahwa tumor ganas jaringan lunak lebih banyak ditemukan pada laki-laki, seperti; penelitian Fitrikalinda (2019) di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2016 – 2018 mengenai insiden Liposarkoma dimana ditemukan lebih banyak pada pasien laki-laki. Selain itu juga disebutkan di dalam buku Jernigen

& Esther (2015) dari Universitas North Coralina bahwa soft tissue sarcoma dapat tumbuh di semua usia, tetapi agak lebih lazim ditemukan pada laki-laki. Joko S.

Lukito, et. al (2014) yang meneliti Fibrosarkoma di R. S. HAM pada tahun 2008 – 2012 mendapatkan bahwa Fibrosarkoma high grade lebih banyak ditemukan pada laki-laki, yaitu pada 11 orang (65%) dari 34 sampel. Penelitian Abilash, et.

al (2013) menemukan bahwa Liposarkoma dan Sarkoma Synovial lebih banyak ditemukan pada laki-laki. MPNST (Malignant Peripheral Nerve Sheath Tumor) ditemukan lebih banyak pada laki-laki dengan perbandingan 2:1. Pada penelitian tahun 2005-2017 oleh American Society of Clinical Oncology (ASCO) ditemukan bahwa tumor ganas jaringan lunak lebih banyak pada laki-laki dengan perbandingan 1.2 :1. Faktor risiko yang dapat menyebabkan lebih tingginya insiden pada laki-laki daripada perempuan salah satunya adalah gaya hidup, misalnya merokok yang umumnya dilakukan oleh pria dan pendeteksian saat tumor sudah pada tingkat lanjut (Ashfar, et.al, 2018). Selain itu, pada penelitian mengenai hubungan antara gender dengan tumor otak Glioblastoma yang dilakukan di Washington University in St. Louis, merupakan penelitian pertama yang mengidentifikasi perbedaan terkait jenis kelamin yang memengaruhi risiko

45

tumor dan bersifat intrinsik pada sel. Para peneliti menemukan bahwa Retinoblastoma protein (RB), protein yang diketahui mengurangi risiko kanker, secara signifikan kurang aktif dalam sel otak pria dibandingkan sel otak wanita (Sun T., et.al, 2014).

Distribusi tumor jaringan lunak berdasarkan usia pada penelitian ini ditemukan lebih banyak pada kelompok usia dewasa awal (26-35 tahun) hingga manula (>65 tahun). Menurut WHO 2017, sarkoma jaringan lunak semakin banyak terjadi seiring bertambahnya usia; usia mediannya adalah 65 tahun. Pada penelitian Arfiana W., et al (2016) ditemukan bahwa tumor jaringan lunak lebih banyak ditemukan pada usia diantara 40-49 tahun. Kenaikan insidensi kanker bersamaan dengan usia dapat disebabkan oleh akumulasi mutasi somatik yang berhubungan dengan kemunculan neoplasma ganas. Penurunan fungsi imun akibat usia yang makin tua juga dapat menjadi faktor (Kumar, et.al, 2012). Akan tetapi, usia tidak memiliki peran besar dalam menentukan prognosis pada pasien sarkoma jaringan lunak. Ketika prognosis pada kelompok usia anak-anak dibandingkan dengan kelompok usia diatas 20 tahun, dapat dilihat dengan jelas bahwa anak-anak dengan fibrosarkoma dan liposarkoma memiliki prognosis yang jauh lebih baik daripada kelompuk usia dewasa. Rhabdomyosarcoma pada anak-anak juga lebih responsif terhadap terapi dari pada rhabdomyosarcoma pada usia dewasa.

Sarkoma jaringan lunak lainnya memiliki prognosis yang kurang lebih sama terlepas dari usia penderita (Lawrence, et.al, 1983).

Dermatofibrosarcoma Protuberans merupakan tumor ganas jaringan lunak yang ditemukan paling banyak pada penelitian ini; penderita terbanyaknya berjenis kelamin laki-laki, kelompok usia distribusinya bifasik, dimana pada usia remaja awal (12-16 tahun) dan dewasa awal (26-35 tahun) sama banyak, dan frekuensi lokasi tertinggi terdapat pada ekstremitas superior.

Dermatofibrosarcoma Protuberans adalah tumor ganas jaringan lunak yang langka dan invasif secara lokal mencakup jaringan subkutan, otot, fasia, dan tulang. Tumor muncul tanpa rasa sakit dan dapat membesar dengan cepat sebelum mendapat perhatian klinis. DFSP memiliki tingkat kekambuhan lokal mencapai 60% yang untungnya metastasis jauh jarang dapat terjadi, antara 1 dan

4% (Winarta G. K., et.al, 2019). DFSP adalah tumor agresif lokal yang ditandai dengan tingkat metastasis yang rendah dan kapasitas tinggi untuk invasi lokal.

Akibatnya, pilihan pengobatan adalah reseksi dengan wide resection yang dapat menyebabkan peningkatan persentase kekambuhan. Dalam beberapa kasus yang diterapi kuratif dengan margin lebih dari 5cm, menghasilkan nilai kekambuhan kurang dari 5% (Yu W., et.al, 2008).

Penelitian ini dilakukan di rumah sakit tipe C, yaitu Rumah Sakit Umum Advent Medan pada periode tahun 2016-2017 dengan hasil terdapat 117 kasus tumor jaringan lunak dengan variasi diagnosis sebanyak 23 jenis tumor yang bersifat jinak maupun ganas. Hal ini menunjukkan bahwa kasus-kasus tumor jaringan lunak dapat ditangani di rumah sakit tipe C, dimana peranan rumah sakit tipe C sebagai rumah sakit rujukan daerah (faskes tingkat II BPJS) adalah sebagai lini pertama penanganan kasus-kasus tumor jinak jaringan lunak, dan bila kasus menunjukkan gambaran tumor ganas, pasien kemudian dirujuk ke rumah sakit tipe B atau A untuk melanjutkan pengobatan, seperti kemoterapi dan radioterapi.

Dalam penegakan diagnosis, tumor jaringan lunak menggunakan pemeriksaan histopatologi sebagai gold standard, dimana hal ini dapat dilakukan di rumah sakit tipe-C yang memiliki spesialis patologi anatomi. Pada kasus-kasus yang membutuhkan pemeriksaan penunjang yang lebih lanjut, yaitu tumor-tumor ganas jaringan lunak yang diferensiasinya sulit untuk diidentifikasi, maka pasien membutuhkan rujukan parsial ke rumah sakit tipe B maupun A untuk pemeriksaan lebih lanjut.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan data-data yang dikumpulkan pada penelitian ini, dari 117 sampel yang didiagnosis sebagai tumor jaringan lunak, maka dapat diambil kesimpulan:

1. Berdasarkan jenis kelamin, tumor jaringan lunak lebih banyak diderita oleh perempuan.

2. Berdasarkan usia, tumor jaringan lunak paling banyak ditemukan pada usia lansia awal (46-55 tahun).

3. Berdasarkan tipe histologinya, tumor jaringan lunak paling banyak ditemukan adalah Lipoma yang tergolong ke dalam tumor jinak jaringan lemak (adiposa).

4. Berdasarkan distribusi lokasi tumor, sampel tumor jaringan lunak menunjukkan distribusi hampir merata di seluruh bagian tubuh.

5. Berdasarkan tingkat keganasan, hampir 90% kasus menunjukkan sifat tumor yang jinak.

6. Kasus terbanyak tumor jaringan lunak yang didapatkan pada penelitian ini adalah Lipoma yang bersifat jinak, dengan penderita terbanyak berjenis kelamin perempuan dan kelompok usia terbanyak adalah lansia awal (46-55 tahun). Lokasi tumor Lipoma paling sering ditemukan pada daerah batang tubuh.

7. Tumor ganas jaringan lunak paling banyak pada penelitian ini adalah Dermatofibrosarcoma Protuberans, yang penderita terbanyaknya berjenis kelamin laki-laki. Kelompok usia distribusinya bifasik, dimana ditemukan pada usia remaja awal (12-16 tahun) dan dewasa awal (26-35 tahun) sama banyak. Frekuensi lokasi paling tinggi terdapat pada ekstremitas superior.

8. Peranan rumah sakit tipe C sebagai rumah sakit rujukan daerah adalah sebagai lini pertama dalam penanganan kasus-kasus tumor jinak jaringan lunak, dan bila kasus menunjukkan gambaran tumor ganas, pasien dirujuk ke rumah sakit tipe B atau A untuk melanjutkan pengobatan.

5.2 SARAN

Dari penelitian ini, didapatkan data-data karakteristik tumor jaringan lunak, sehingga peneliti mengharapkan adanya kegiatan edukasi atau penyuluhan kepada masyarakat untuk mengenali tumor-tumor jaringan lunak. Hal ini dikarenakan alasan sebagai berikut:

1. Tumor jaringan lunak umumnya dapat dikenali secara visual dengan mudah. Masyarakat yang diedukasi, bila menemukan benjolan pada tubuhnya, tidak akan menahan-nahan sakit atau merasa malu untuk segera memeriksakan benjolan pada tubuhnya.

Gambar 5.1 (a) Gambar Dermatofibrosarcoma Protuberans, (b) Rhabdomyosarcoma yang tumbuh di daerah pipi dan regio parotis, (c) Orbital rhabdomyosarcoma pada anak-anak.

Sumber: buku ajar Manual of Soft Tissue Tumor Surgery, hal. 6 dan 194, oleh Walter Lawrence Jr., et.al.

2. Pemeriksaan tumor jaringan lunak umumnya tidak memerlukan peralatan yang sangat canggih. Pengetahuan ini dapat membantu masyarakat yang khawatir akan biaya pengobatan yang terlalu mahal.

3. Penanganan tumor jaringan lunak dapat dilakukan di rumah sakit tipe C, tidak harus ke rumah sakit tipe B ataupun A.

4. Tumor jaringan lunak dapat dengan cepat ditangani, serta tindakannya juga tidak rumit.

a b c

DAFTAR PUSTAKA

Abilash, V. G., Banerjee, R., Bandopadhyay, D. 2013, ‘Epidemiology, Pathology, Types, and Diagnosis of Soft Tissue Sarcoma Research Review’, Asian adjuvant brachytherapy to intensity-modulated radiotherapy in primary high-grade sarcoma of the extremity, Cancer.

American Cancer Society, 2016, Soft Tissue Sarcoma Causes, Risk Factors, and Prevention, available from: www.cancer.org

Arfiana, W., Burhanuddin, L., Fidiawati, W.A. 2016, The distribution of soft tissue sarcoma based on histopathology check in Pekanbaru’s hospital between 2009-2013, Jom FK Volume 3.

Ashfar N., English D., Thursfield V. J., Mitchell P., te Marvelde L., Farrugia H., Giles G. G., Milne R. L., 2018, Differences in Cancer Survival by Sex: a Population-Based Study Using Cancer Registry Data, Springer, available from:https://www.researchgate.net/publication/327518370_Differences_i

n_cancer_survival_by_sex_a_population-based_study_using_cancer_registry_data

Breastcancer.org: Surgical Margins, 2018, available from:

https://www.breastcancer.org/symptoms/diagnosis/margins

Chou , Y. S., Liu, C. Y., Chen, W. M., Chen, T. H., Chen, P. C., Wu, H. T., et al.

2012, Follow up after primary treatment of soft tissue sarcoma of extremities: impact of frequency of follow up imaging on disease-specific survival, J Surg Oncol.

Clay, M. 2018, Soft Tissue Skeletal Muscle Embryonal Rhabdomyosarcoma, http://www.pathologyoutlines.com/topic/softtissueembryonalrhabdo.html

Cleveland Clinic: Benign Soft Tissue Tumours, 2018, available from:

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/16778-benign-soft-tissue-tumors

Dahlan, M. S. 2014, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, 6th edn, Epidemiologi Indonesia, Jakarta.

Dahlan, M. S. 2014, Besar Sampel dalam penelitian Kedokteran dan Kesehatan, 4th edn, Epidemiologi Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2015, Situasi penyakit kanker, Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI. Available from:

http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin Classification of Tumours, Volume 5: WHO Classification of Tumours of Soft Tissue and Bone, 4th edn, WHO Press, Geneva.

Fitrikalinda, 2019, Karakteristik Gambaran Histopatologi Liposarkoma di Laboratorium Patologi Anatomik FK USU/Unit Patologi Anatomik RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016-2018, Available From:

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/16979

Ghaneh, P., et al. 2019, The Impact of Positive Resection Margins on Survival and Recurrence Following Resection and Adjuvant Chemotherapy for Pancreatic Ductal Adenocarcinoma, Annals of Surgery, available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/29068800/

Hornick, JL. 2017, Practical Soft Tissue Pathology: A Diagnostic Approach E-Book: A Volume in the Pattern Recognition Series, 2nd ed., p. 3, Elsevier Health Sciences, Boston

Kumar V., Abbas A., Aster J., 2012, Robbins Basic Pathology, 9th ed., Saunders Elsevier, Philadelphia

Jernigan E. W., Esther R. J., 2015, Orthopedic Clinics of North America E-Book:

Soft Tissue Masses for The General Orthopedic Surgeon, Vol. 46, Issue 3, pp. 417-428, Elsevier Health Sciences

Lawrence Jr., W., Neifeld, J. P., Terz J. J. 1983, Manual of Soft Tissue Tumor Surgery, Springer Verlag Inc., New York.

Lindberg, M. R. 2019, Diagnostic Pathology: Soft Tissue Tumors, 3rd edn, Amirsys Publishing Inc., Salt Lake City, Utah.

Ludwig, J. A. 2008, Personalized therapy of sarcomas: integration of biomarkers for improved diagnosis, prognosis, and therapy selection, Curr Oncol.

Lukito, J. S, Intan, T. K., Trisna, C. 2014, Profil Penderita Fibrosarkoma Di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan

RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2008-2012, Available from:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/42716/Penelitian

%20dr.%20Joko.pdf?sequence=1&isAllowed=n

McGee, L., Indelicato, D. J., Dagan, R., Morris, C. G., Knapik, J. A., Reith, J. D.

et al. 2012, Long term results following postoperative radiotherapy for soft tissue sarcomas of the extremity, Int J Radiat Oncol Bio Phys.

Moleong, L. J. 1993, Metode Penelitian Kualitatif, h. 104-105, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Oemiati, R., Rahajeng, E., Kristanto, A. Y. 2011, ‘Prevalensi Tumor dan Beberapa Faktor yang Memengaruhinya’, Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 39, No.4, pp. 190-204

Ordonez, J. L., Martins A. S., Osuna, D., Madoz-Gurpide, J., de Alava, E. 2008, Targeting sarcomas: therapeutic targets and their rational, Semin Diagn Pathol.

Saudjana, N., Kusuma, A. 2002, Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi, h. 84, Sinar Baru Argasindo, Bandung.

Sun T., Warrington N. M., Luo J., Brooks M., Dahiya S., Snyder S. C., Sengupta R., Rubin J.B., 2014, Sexually Dimorphic RB Inactivation Underlies Mesenchymal Glioblastoma Prevalence in Males, The Journal of Clinical Investigation, available from: https://www.jci.org/articles/view/71048

Underwood, J. C. E. 1999, Patologi Umum dan Sistematik, edisi kedua, Penerbit EGC, Jakarta.

Utami, H. S., 2012, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Dalam Praktek Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah, Jakarta: Universitas Indonesia.

Waldermann, E., Chemnitz, J. M., Wendtner C. M. 2012, Targeted therapy of soft tissue sarcomas, Onkologie.

WHO Classifications of Soft Tissue Tumours, 2017, WHO Press, Geneva.

Winarta G. K., Suryawisesa I. B. M., 2019, Pitfall Management of Dermatofibrosarcoma Protuberans on right leg, International Journal of Research in Medical Sciences, Vol. 7, Issue.9: pp. 3580-90.

Yu W., Tsoukas M. M., Chapman S. M., Rosen J. M., 2008, Surgical Treatment for Dermatofibrosarcoma Protuberans: The Dartmouth Experience and Literature Review, Annals of Plastic Surgery, Vol. 60, Issue.3: pp.288-93.

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ruth Olivia Elisabeth Ritonga

NIM : 130100341

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 30 Juli 1996

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Ir. Novian Charles Ritonga Nama Ibu : Dr. Rouli M. Sri Bulan

Alamat : Jl. Taman Tenera Indah Blok A No. 10, Medan Johor, Sumatera Utara

Riwayat Pendidikan : 1. SD Methodist I Medan (lulus tahun 2007) 2. SMP Sutomo 1 Medan (2007 ─ 2010) 3. SMA Sutomo 1 Medan (2010 ─ 2013) 4. Pendidikan Dokter FK USU (2013 ─ 2020)

Riwayat Pelatihan :

1. Peserta PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru) FK USU 2013

2. Peserta MMB (Manajemen Mahasiswa Baru) FK USU 2013

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Paduan Suara FK USU

FotoBerwarn aUkuran3x4c m

LAMPIRAN 2

LAMPIRAN 3

1 Perempuan 35 Lipoma Benign Ekstremitas Inferior:

Subcutis regio femoralis

2 Perempuan 17 Hemangioma Benign Eksteremitas Superior:

Cutis regio carpalis

3 Perempuan 31 Lipoma Benign Batang Tubuh:

Subcutis regio thoracal anterior

4 Perempuan 46 Lipoma Benign Batang Tubuh:

Subcutis dari daerah punggung 5 Laki-Laki 25 Dermatofibrosarcoma

Protuberans

Malignant Ekstremitas Superior:

Jaringan dari regio antebrachii

6 Perempuan 33 Lipoma Benign Batang Tubuh:

Subcutis dari daerah punggung

7 Laki-Laki 13 Neurofibroma Benign Kepala & Leher:

Subcutis dari mandibula dan auricula 8 Perempuan 22 Dermatofibrosarcoma

Protuberans

Malignant Batang Tubuh:

Jaringan berasal dari regio thoracal

9 Perempuan 45 Lipoma Benign Ekstremitas Superior:

Subcutis regio brachialis

10 Laki-Laki 6 Hemangioma Benign Ekstremitas Superior:

Cutis regio brachialis dextra 14 Laki-Laki 48 Undifferentiated

Pleomorphic Sarcoma

Malignant Kepala & Leher:

Jaringan berasal dari leher

15 Perempuan 37 Angiofibroma Benign Kepala & Leher:

Jaringan berasal dari nasofaring

16 Perempuan 11 Neurofibroma Benign Kepala & Leher:

Jaringan berasal dari bibir bawah lateral kanan

17 Perempuan 28 Lipoma Benign Batang Tubuh:

Jaringan berasal dari punggung

18 Perempuan 46 Lipoma Benign Batang Tubuh:

Jaringan berasal dari regio abdominal

19 Laki-Laki 13 Neurofibroma Benign Kepala & Leher:

Jaringan berasal dari regio orbitalis

20 Perempuan 14 Fibroma Benign Ekstremitas Inferior:

Cutis digiti pedis 21 Laki-Laki 14 Dermatofibrosarcoma

Protuberans

Malignant Ekstremitas Inferior:

Subcutis regio femoralis

22 Perempuan 16 Fibromatosis Benign Ekstremitas Inferior:

Cutis daerah plantar pedis

23 Perempuan 51 Neurofibroma Benign Batang Tubuh:

Cutis daerah punggung

24 Laki-Laki 31 Lipoma Benign Batang Tubuh:

Jaringan berasal dari punggung

25 Laki-Laki 50 Lipoma Benign Ekstremitas Inferior:

Jaringan berasal dari regio femoralis

26 Perempuan 47 Fibrolipoma Benign Ekstremitas Inferior:

Subcutis dari regio plantar pedis

27 Perempuan 42 Lipoma Benign Batang Tubuh:

Jaringan berasal dari regio abdominal

28 Perempuan 36 Lipoma Benign Kepala & Leher:

Subcutis dari daerah leher

29 Perempuan 40 Hemangioma Benign Ekstremitas Inferior:

Jaringan dari regio femoralis sinistra

30 Perempuan 66 Lipoma Benign Ekstremitas Superior:

Subcutis regio brachialis

31 Laki-Laki 67 Lipoma Benign Kepala & Leher:

Subcutis dari daerah leher

32 Laki-Laki 35 Lipoma Benign Kepala & Leher:

Subcutis dari daerah leher

33 Laki-Laki 25 Hemangioma Benign Kepala & Leher:

Cutis dari daerah leher

34 Laki-Laki 50 Fibroma Benign Ekstremitas Inferior:

Cutis dari regio crurallis

35 Perempuan 35 Dermatofibrosarcoma

37 Perempuan 67 Lipoma Benign Ekstremitas Inferior:

Subcutis dari regio femoralis

38 Laki-Laki 17 Fibrolipoma Benign Batang Tubuh:

Jaringan berasal dari regio coccygeal

39 Laki-Laki 3 Hemangioma Benign Batang Tubuh:

Jaringan dari regio abdominalis

40 Perempuan 45 Hemangioma Benign Kepala & Leher:

Subcutis daerah leher

41 Perempuan 49 Fibrolipoma Benign Ekstremitas Inferior:

Subcutis regio crurallis 42 Perempuan 53 Myxofibrosarcoma Malignant Ekstremitas Inferior:

Jaringan berasal dari regio patella

43 Perempuan 62 Neurofibroma Benign Ekstremitas Inferior:

Cutis daerah ankle joint

44 Laki-Laki 51 Lipoma Benign Kepala & Leher:

Subcutis dari regio frontalis

45 Perempuan 48 Lipoma Benign Ekstremitas Superior:

Jaringan dari regio deltoid 46 Laki-Laki 35 Undifferentiated

Sarcoma

Malignant Ekstremitas Superior:

Subcutis daerah antebrachii 47 Perempuan 27 Tenosynovial G-Cell

Tumor Diffuse Type

50 Perempuan 45 Echondromatosis Benign Batang Tubuh:

Jaringan berasal dari bone marrow

51 Laki-Laki 18 Schwannoma Tumor Benign Kepala & Leher:

Subcutis dari regio frontalis

52 Perempuan 2 Fibrosis Keloidal Benign Kepala & Leher:

Subcutis dari regio frontalis

53 Perempuan 50 Ganglioma Benign Ekstremitas Inferior:

Cutis daerah pedis dextra

54 Perempuan 41 Fibrolipoma Benign Kepala & Leher:

Jaringan dari regio oralis

55 Laki-Laki 62 Angiolipoma Benign Ekstremitas Superior:

Subcutis regio manus

59 Laki-Laki 22 Fibrolipoma Benign Ekstremitas Superior:

Subcutis plantar manus

60 Perempuan 29 Lipoma Benign Batang Tubuh:

Jaringan berasal dari punggung

61 Perempuan 13 Fibroma Benign Batang Tubuh:

Jaringan berasal dari daerah payudara

62 Laki-Laki 53 Fibrolipoma Benign Kepala & Leher:

Cutis dari regio mentalis

63 Perempuan 32 Lipoma Benign Ekstremitas Superior:

Jaringan dari regio manus

64 Laki-Laki 58 Lipoma Benign Kepala & Leher:

Cutis dari daerah leher

65 Laki-Laki 74 Hemangioma Benign Ekstremitas Inferior:

Cutis daerah poplitea

66 Laki-Laki 78 Hibernoma Benign Batang Tubuh:

Jaringan berasal dari regio inguinal

67 Perempuan 23 Lipoma Benign Ekstremitas Superior:

Subcutis regio deltoid

68 Laki-Laki 68 Lipoma Benign Ekstremitas Superior:

Subcutis regio manus

69 Perempuan 43 Lipoma Benign Batang Tubuh:

Jaringan berasal dari daerah thorax

70 Perempuan 55 Fibrolipoma Benign Kepala & Leher:

Subcutis regio buccalis sinistra

71 Perempuan 15 Lipoma Benign Kepala & Leher:

Subcutis dari daerah leher

72 Perempuan 20 Fibrolipoma Benign Ekstremitas Inferior:

Subcutis pedis

73 Laki-Laki 29 Hibernoma Benign Ekstremitas Superior:

Subcutis digiti II manus

74 Perempuan 40 Lipoma Benign Ekstremitas Inferior:

Jaringan berasal dari regio femoralis

75 Laki-Laki 47 Lipoma Benign Batang Tubuh:

Jaringan berasal dari regio abdominal

76 Laki-Laki 34 Lipoma Benign Batang Tubuh:

Jaringan berasal dari punggung

77 Laki-Laki 46 Lipoma Benign Ekstremitas Inferior:

Cutis dari penis

78 Perempuan 50 Lipoma Benign Ekstremitas Inferior:

Subcutis dari regio pedis 79 Laki-Laki 39 Dedifferentiated

Liposarcoma

Malignant Batang Tubuh:

Jaringan dari regio abdominalis

80 Perempuan 42 Lipoma Benign Ekstremitas Inferior:

Jaringan berasal dari perianal

81 Perempuan 54 Lipoma Benign Kepala & Leher:

Subcutis dari daerah leher

82 Perempuan 52 Lipoma Benign Ekstremitas Superior:

Subcutis dari regio deltoid

83 Perempuan 43 Lipoma Benign Ekstremitas Inferior:

Subcutis dari regio femoralis

84 Perempuan 38 Fibrolipoma Benign Batang Tubuh:

Jaringan berasal dari payudara

85 Laki-Laki 44 Lipoma Benign Ekstremitas Superior:

Jaringan dari regio deltoid dextra

86 Perempuan 34 Lipoma Benign Ekstremitas Superior:

Jaringan dari regio deltoid

87 Perempuan 51 Lipoma Benign Batang Tubuh:

Jaringan berasal dari punggung

88 Laki-Laki 77 Fibrolipoma Benign Ekstremitas Superior:

Jaringan dari regio deltoid

89 Laki-Laki 53 Lipoma Benign Ekstremitas Superior:

Subcutis regio deltoid

90 Laki-Laki 45 Hemangioma Benign Kepala & Leher:

Subcutis regio buccalis

91 Laki-Laki 22 Lipoma Benign Kepala & Leher:

Jaringan berasal dari regio frontalis 92 Laki-Laki 65 Lobular Capillary

Hemangioma

Benign Kepala & Leher:

Jaringan berasal dari regio parietal

93 Perempuan 36 Hemangioma Benign Ekstremitas Superior:

Jaringan berasal dari digiti IV manus

94 Perempuan 52 Lipoma Benign Kepala & Leher:

Subcutis dari daerah leher 95 Laki-Laki 17 Fibromatosis Multiple Benign Ekstremitas Inferior:

Jaringan berasal dari plantar pedis 96 Laki-Laki 14 Dermatofibrosarcoma

Protuberans

Malignant Ekstremitas Superior:

Cutis regio brachialis 97 Laki-Laki 30 Dermatofibrosarcoma

Protuberans

Malignant Ekstremitas Superior:

Subcutis regio antebrachialis

98 Perempuan 54 Neurofibroma Benign Ekstremitas Inferior:

Subcutis regio pedis

99 Laki-Laki 12 Fibrosis Keloidal Benign Kepala & Leher:

Subcutis regio mentalis

100 Perempuan 33 Fibroma Benign Ekstremitas Superior:

100 Perempuan 33 Fibroma Benign Ekstremitas Superior:

Dokumen terkait