• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejak pertama kali dilaporkan tahun 1935, penemuan suatu strain

ayam sebagai cikal bakal ayam broiler (dikenal sebagai ayam ras pedaging), agaknya sudah menjadi trend yang saling mengungguli antara satu penemuan dan penemuan lainnya. Penemuan-penemuan itu merupakan hasil penelitian bertahun-tahun dari para ahli pemuliaan ternak dalam mencari dan menggabungkan beberapa keunggulan dari beberapa jenis ayam, seperti ayam hutan merah (Galus-galus, galus bankiva), ayam hutan ceton (Galus lafayetti), ayam hutan abu-abu (Galus soneratti), dan ayam hutan hijau (Galus Varius, galus javanicus) dengan perkawinan silang dan seleksi. Ayam hutan hijau (Galus javanicus) diduga merupakan cikal bakal ayam kedu yang sekarang. Setelah melalui berbagai perkawinan silang dan seleksi, pada tahun 1945 ditemukan strain ayam pedaging yang mencapai berat 1 kg dalam waktu 8 minggu (Abidin, 2002).

Perkembangan ayam ras di Indonesia dimulai tahun 1965, yaitu ketika pemerintah mencanangkan RKI (Rencana Ksejahteraan Istimewa) atau lazim disebut Plan Kasimo. Program ini diwujudkan dengan pembangunan taman-taman ternak (Folkstation) di setiap ibu kota propinsi dengan biaya dari pemerintah pusat (Suharno, 1995).

Ayam broiler baru dikenal menjelang periode 1980-an, sekalipun galur murninnya sudah diketahui sekitar tahun 1960-an ketika peternak mulai memeliharanya. Tidak heran bila pada saat itu banyak orang yang antipati terhadap daging ayam ras sebab ada perbedaan yang mencolok antara daging ras broiler dan ayam ras petelur, terutama pada struktur pelemakan di dalam serat-serat dagingnya (Rasyaf, 2002).

Pemeliharaan ayam broiler di daerah tropis membutuhkan perhatian yang cermat dan teliti agar diperoleh hasil yang optimal. Suhu dan kelembabpan yang cukup tinggi di daerah tropis memungkinkan ayam mudah stress sehingga mengakibatkan ayam mudah terserang penyakit, ganguan pertumbuhan, konversi pakan meningkat, dan kematian ayam meningkat (Arifien, 2002).

Ayam ras pedaging (broiler) adalah istilah yang dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi makanan irit, dan siap potong pada usia yang relatif muda. Pada umumnya ayam broiler siap dipanen pada usia 35 - 45 hari dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor (Priyatno, 2000).

Pada saat berusia tiga minggu, ayam broiler tubuhnya sudah gempal dan padat. Ayam broiler yang berusia enam minggu sama besarnya dengan ayam kampung dewasa dan bila dipelihara hingga berusia delapan bulan, bobotnya dapat mencapai 2 kg. Berat sebesar itu sulit dicapai oleh ayam kampung dewasa maupun ayam ras petelur apkir pada usia 1,5 tahun. Kelebihan ini yang mengakibatkan ayam broiler sebagai ayam ras pedaging (Rasyaf, 2002).

Menurut Rasyaf (2002), beberapa persyaratan penentuan lokasi peternakan adalah sebagai berikut :

1) jauh dari keramaian, jauh dari lokasi perumahan, atau dipilih tempat yang sunyi,

2) tidak jauh dari pusat pasokan bahan baku ayam ras pedaging dan lokasi pemasaran,

3) lokasi yang dipilih sebaiknya termasuk areal agribisnis agar terhindar dari penggusuran.

Temperatur secara tidak langsung berpengaruh terhadap kemampuan

ayam broiler. Ayam broiler akan tumbuh optimal pada temperatur 190-210C. Udara panas akan menyebabkan ayam mengurangi beban panas

yang dihadapinya dengan banyak minum dan tidak makan. Bila sudah demikian, sejumlah unsur nutrisi dan keperluan nutrisi utama bagi ayam tidak masuk sehingga kehebatan ayam tidak tampak (Rasyaf, 2002).

Bibit ayam atau Day Old Chicken (DOC), obat-obatan dan pakan merupakan tiga komponen usaha yang sangat menentukan suksesnya agribisnis ayam ras. Ketiganya sering disebut sarana produksi peternakan (sapronak). Produksi peternakan ayam ras dapat berjalan baik jika ketiga komponen sapronak tersebut memiliki kualitas yang baik pula (Suharno, 2002).

Beberapa pedoman dalam pemilihan DOC adalah sebagai berikut : 1) anak ayam berasal dari induk yang sehat agar tidak membawa

penyakit bawaan,

2) ukuran dan bobot ayam itu,

3) anak ayam itu memperhatikan mata yang cerah dan bercahaya,

4) anak ayam tidak memperlihatkan cacat fisik, kaki bengkok, mata buta atau kelainan fisik lainnya, bulunya halus dan kering,

5) tidak ada lekatan tinja di duburnya. (Rasyaf, 2002).

Menurut Rasyaf (2002), pertumbuhan yang sangat cepat pada ayam broiler tidak akan tampak bila tidak didukung dengan ransum yang mengandung asam amino dan protein yang seimbang sesuai kebutuhan ayam. Ransum juga harus memenuhi syarat kuantitas karena jumlah ransum yang dimakan bertalian dengan jumlah jumlah unsur nutrisi yang masuk kedalam tubuh ayam. Formulasi pakan ayam broiler dapat dilihat melalui Tabel 3.

Tabel 3 Formulasi pakan ayam broiler Bahan Pakan % Jagung Kuning 50,0 Dedak Halus 12,5 Bungkil Kedelai 17,0 Bungkil Kelapa 5,0 Tepung Ikan 12,5 Minyak Kelapa 2,0 Pelengkap 0,5 Sumber : (Rasyaf, 2002).

Menurut Rasyaf (2002), suatu usaha peternakan ayam pedaging, hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1) Daging ayam

Peternak biasanya menjual ayam hidup atau dalam bentuk daging ayam siap masak. Banyaknya daging yang dihasilkan tergantung pada jumlah ayam yang dipelihara.

2) Tinja ayam

Tinja ayam bukan merupakan limbah atau buangan yang tidak berarti. Tinja yang merupakan hasil peternakan dapat mendatangkan uang karena dapat dijual sebagai pupuk, untuk biogas, dan untuk pakan ternak. Misalnya dapat sebagai bahan pencampur ransum ayam pedaging, kerbau, sapi, domba, kambing dan sebagainya.

3) Bulu ayam

Bulu ayam dapat dipergunakan untuk bahan lukisan bulu, isi bantal dan banyak kerajinan tangan yang memanfaatkan bulu ayam.

Menurut Rasyaf (2002) keunggulan ayam broiler akan terbentuk bila didukung oleh lingkungan karena sifat genetis saja tidak menjamin keunggulan itu akan terlihat. Hal yang mendukung keunggulan ayam broiler adalah seperti berikut:

1) Makanan

Makanan menyangkut kualitas dan kuantitasnya. Pertumbuhan yang sangat cepat tidak tampak bila tidak didukung dengan ransum yang

mengandung protein dan asam amino yang seimbang sesuai dengan kebutuhan ayam. Ransum juga harus memenuhi syarat kuantitas karena jumlah ransum yang dimakan bertalian dengan jumlah unsur nutrisi yang harus masuk sempurna kedalam tubuh ayam.

2) Tempratur Lingkungan

Ayam broiler akan tumbuh optimal pada temperatur lingkungan 19o-21oC. Temperatur lingkungan di Indonesia lebih panas, apalagi di daerah pantai sehingga ayam akan mengurangi beban panas dengan banyak minum dan tidak makan. Bila sudah demikian, sejumlah unsur nutrisi dan keperluan nutrisi bagi ayam tidak masuk sehingga kehebatan ayam tidak terlihat.

3) Pemeliharaan

Bibit yang baik memerlukan pemeliharaan yang baik pula. Apabila ayam broiler dipelihara secara “swalayan” bagaikan ayam kampung di desa-desa maka kehebatan tidak akan tampak karena kehebatan ayam memerlukan perawatan dan makanan yang baik. Perawatan ini termasuk vaksinasi yang baik dan benar. Sering kali peternak melakukan vaksinasi yang tidak benar atau vaksinnya telah mati akibatnya ayam terserang ND dan ini semua disebabkan oleh kesalahan manajemen di dalam peternakan tersebut.

Pada dasarnya ada dua pilihan bagi para peternak dalam usaha budi daya ayam pedaging yaitu dengan cara peternak mandiri atau dengan cara program kemitraan. Jika ingin memulai usaha sendiri, biasanya peternak plasma sudah fanatik terhadap produk intinya. Walaupun sudah tidak terikat untuk menggunakan produk perusahaan inti, biasanya peternak sudah familiar dan tetap menggunakan produk dari perusahaan intinya dahulu. Berikut ini adalah tabel perbandingan antara mengikuti program kemitraan dan menjadi peternak mandiri yang bisa dijadikan acuan atau pertimbangan bagi para peternak pemula.

Tabel 4 Perbedaan program kemitraan dan menjadi peternak mandiri

Faktor Pembanding Program Kemitraan Peternak Mandiri

Modal Relatif lebih sedikit

karena peternak hanya menyediakan kandang, peralatan, dan tenaga kerja, sedangkan saran produksi peternakan (Sapronak) ditanggung perusahaan inti.

Relatif lebih besar karena kandang, peralatan, tenaga kerja, dan Sapronak harus disediakan sendiri.

Bantuan Teknis Diberikan perusahaan inti secara terencana.

Tidak ada keterikatan untuk pemberian bantuan teknis, kecuali bertanya kepada technical service

dari tempat produk

yang dibeli peternak.

Aturan/kontrak tertentu Peternak terikat kontrak pada usaha inti untuk menggunakan produk tertentu. Bebas untuk menggunakan produk perusahaan mana pun.

Munculnya inovasi Tidak diizinkan bila tidak sesuai dengan kontrak.

Peternak bebas menerapkan dan mencoba inovasi sendiri.

Harga Sapronak Sudah diperhitungkan berdasarkan kontrak.

Sepenuhnya berdasarkan mekanisme pasar.

Harga produk Sudah diperhitungkan berdasarkan kontrak.

Sepenuhnya berdasarkan mekanisme pasar.

Bonus Ada perusahaan inti

yang memberikan bonus dengan nilai tertentu jika tercapai koversi pakan dan berat akhir yang baik.

Tabel 4 (Lanjutan)

Faktor Pembanding Program Kemitraan Peternak Mandiri

Risiko kerugian Ditanggung bersama antara perusahaan inti dan plasma.

Ditanggung sendiri.

Penjualan produk Tanggung jawab

perusahaan.

Diusahakan sendiri.

Margin usaha Kecil tetapi pasti karena seluruhnya sudah berdasarkan kontrak.

Keuntungan dan kerugian tidak dapat diprediksi.

Sumber: Ayam Ras Pedaging, Abidin (2002)

Dokumen terkait