• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Manajemen Basis Data ini terdiri dari dua bagian yaitu Sistem Manajemen Basis Data Statis dan Sistem Manajemen Basis Data Dinamis. Sistem Manajemen Basis Data ini dirancang menggunakan Microsoft Access 2000 dengan tipe file Microsoft Database (*.MBD) versi 97 yang sesuai dengan Visual Basic 6.0 sebagai antar mukanya.

Sistem Manajemen Basis Data Statis terdiri dari beberapa informasi yaitu: (1) Informasi tentang pembiayaan Syariah; (2) informasi wilayah yaitu Kabupaten Bogor, meliputi letak geografis, luas wilayah dan daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor; (3) informasi budidaya ayam ras pedaging, meliputi deskripsi komoditi, cara persiapan kandang, tata laksana

brooding, pemilihan DOC, komposisi pakan, dan pengelolaan pasca panen; (4) informasi usaha pasca panen, meliputi istilah, lokasi dalam daging ayam, dan diagram alir pemotongan ayam; (5) informasi agroindustri produk olahan bakso ayam, meliputi komposisi bumbu yang digunakan, cara pengolahan, dan perbedaan dengan produk olahan bakso daging sapi.

Sistem Manajemen Basis Data Dinamis Syarment 2.6 terdiri dari enam data yaitu data analisis risiko, data lokasi, data permintaan pasar agroindustri, data kriteria dan bobot kriteria agroindustri, data struktur biaya budi daya, dan data struktur biaya usaha agroindustri.

a. Data Analsis risiko

Data ini berisi parameter-parameter yang digunakan dalam penentuan tingkat risiko yang akan menghasilkan bagi hasil berdasarkan tingkat risiko yang dihasilkan. Parameter masukan sub model analisis risiko dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Parameter masukan Sub Model Analisis Risiko

No Jenis Risiko

1 Kebakaran

2 Bencana alam

3 Kecelakaan kerja

4 Produk tidak laku dipasaran

5 Kesulitan akses perbaikan mesin

6 Pencurian

7 Pemadaman listrik

8 Kelangkaan BBM

9 Kasus flu burung

Parameter ini akan menghasilkan keluaran berupa nilai risiko yang digunakan untuk menentukan bagi hasil yang harus diberikan ke bank. Bagi hasil berdasarkan nilai risiko ini selanjutnya akan digunakan dalam perhitungan kelayakan finansial berdasarkan ekonomi syariah.

Tabel 8 Bagi hasil berdasarkan nilai risiko

Bobot Nilai Risiko Bagi Hasil Untuk Bank

<0,67 Tinggi 70% - 90%

0,33-0,67 Sedang 31% - 70%

>0,33 Kecil 0% - 30%

b. Data Lokasi

Data lokasi ini berisi tentang luas dari setiap Kecamatan yang termasuk dalam Kabupaten Bogor, jumlah populasi ayam ras pedaging, luas wilayah dan jumlah angkatan kerja di daerah tersebut. Data lokasi ini digunakan dalam penentuan lima lokasi unggulan yang selanjutnnya digunakan dalam alternatif lokasi pada lokasi unggulan usaha pasca panen.

c. Data Permintaan Pasar Agroindustri

Data ini berisi tentang jumlah permintaan ayam ras pedaging, daging ayam segar, dan produk bakso ayam dalam satuan waktu. Data ini merupakan masukan dalam proses perhitungan untuk Sub Model Tambahan Unit Satuan Terkecil.

d. Data Kriteria dan Bobot Kriteria Penilaian

Data ini berisi kriteria beserta bobot kriteria yang akan digunakan dalam proses penentuan lokasi unggulan dengan menggunakan MPE (Metode Perbandingan Eksponensial). Masukan data kriteria penilaian dapat dilihat pada lampiran 2.

e. Data Struktur Biaya Budidaya

Data struktur biaya budidaya ini dibagi menjadi dua bagian yaitu data struktur biaya berdasarkan perhitungan ekonomi syariah dan data struktur biaya berdasarkan perhitungan ekonomi konvensional. Data ini terdiri dari biaya variabel, biaya tetap, penerimaan, dan pengeluaran dari umur proyek yang ditetapkan. Data Struktur Biaya Budidaya ini merupakan masukan yang selanjutnya digunakan dalam perhitungan kelayakan finansial pada Sub Model Kelayakan Finansial Budidaya. Data Struktur Biaya Budidaya ditampilkan dalam Microsoft Exel, yang selanjutnya dihubungkan dengan Visual Basic untuk mengetahui kelayakan agroindustri tersebut.

f. Data Struktur Biaya Usaha Agroindustri

Data struktur biaya agroindustri ini merupakan data yang berisi biaya yang digunakan dalam perhitungan kelayakan pada usaha pasca panen dan agroindustri bakso ayam. Komponen biaya yang mempengaruhi adalah biaya variabel, biaya tetap, penerimaan, dan pengeluaran dari umur proyek yang ditetapkan. Data ini digunakan sebagai masukan data dalam Sub Model Kelayakan Finansial

Agroindustri. Data Struktur Biaya Agroindustri ditampilkan dalam Microsoft Exel, yang selanjutnya dihubungkan dengan Visual Basic untuk mengetahui kelayakan agroindustri tersebut.

2. Sistem Manajemen Basis Model

a. Sub Model Tambahan Unit Satuan Terkecil Budidaya

Sub Model ini bertujuan untuk menentukan jumlah unit tambahan unit satuan terkecil yang dibutuhkan pada peternakan untuk memenuhi tingkat permintaan ayam ras pedaging di Tempat Pemotongan Ayam Pondok Rumput, Bogor. Nilai tingkat permintaan ini didapatkan dari data aktual selama 8 tahun di TPA Pondok Rumput, Bogor. Data aktual ini digunakan sebagai masukan dalam perhitungan prakiraan tingkat permintaan selama 10 tahun kedepan menggunakan metode matematis regresi linier, metode persamaan kuadrat, linier eksponensial Brown’s, rata-rata bergerak tunggal dan metode fourier analisis.

b. Sub Model Tambahan Unit Satuan Terkecil Usaha Agroindustri

Sub Model ini bertujuan untuk menentukan jumlah unit tambahan unit satuan terkecil yang dibutuhkan pada usaha pasca panen dan agroindustri bakso ayam untuk memenuhi tingkat permintaan daging ayam segar di Tempat Pemotongan Ayam Pondok Rumput, Bogor dan bakso ayam di Toserba Yogya, Bogor. Nilai tingkat permintaan ini didapatkan dari data aktual selama 8 tahun di TPA Pondok Rumput, Bogor dan Toserba Yogya, Bogor. Data aktual ini digunakan sebagai masukan dalam perhitungan prakiraan tingkat permintaan selama 10 tahun kedepan menggunakan metode matematis regresi linier, metode persamaan kuadrat, linier eksponensial Brown’s, rata-rata bergerak tunggal dan metode fourier analisis.

c. Sub Model Lokasi Unggulan Usaha Pasca Panen

Sub model analisis lokasi merupakan model yang digunakan untuk menentukan daerah (dalam hal ini Kabupaten Bogor) yang paling sesuai untuk dijadikan lokasi unggulan dalam pendirian usaha pasca panen. Model matematik yang digunakan untuk menentukan lokasi unggulan ini adalah MPE (Metode Perbandingan Eksponensial).

Kriteria yang digunakan dalam penentuan lokasi agroindustri unggulan usaha pasca panen adalah ketersediaan lahan, kemudahan akses dengan bahan baku, ketersediaan sarana transportasi, Ketersediaan sarana utulitas (sarana komunikasi, air, listrik), ketersediaan tenaga kerja, kemudahan akses dengan pemasaran, dan kondisi sosial budaya. Setiap parameter mempunyai nilai yang berbeda untuk kriteria yang berbeda. Nilai alternatif yang diperoleh ini yang kemudian dimasukan ke dalam rumus MPE. Hasil penjumlahan nilai alternatif dari setiap daerah kemudian akan dijadikan nilai akhir dari alternatif tersebut. Nilai alternatif dari setiap daerah ini akan diurutkan untuk melihat nilai yang tertinggi dan daerah yang memiliki nilai tertinggi ini yang dijadikan lokasi unggulan usaha pasca panen ini. Selanjutnya model ini akan memberikan hasil perhitungan berupa lokasi unggulan.

Tabel 9 Nilai kriteria ketersediaan lahan

Nilai Keterangan

9 Sangat tersedia

7 Tersedia

5 Kurang tersedia

Tabel 10 Nilai kriteria kemudahan akses dengan bahan baku Nilai Keterangan 9 Sangat baik 7 Tersedia 5 Kurang tersedia 3 Tidak tersedia

Tabel 11 Nilai kriteria ketersediaan sarana utilitas (transportasi, sarana komunikasi, ketersediaan air, ketersediaan listrik)

Nilai Keterangan

9 Sangat tersedia

7 Tersedia

5 Kurang tersedia

3 Tidak tersedia

Tabel 12 Nilai kriteria ketersediaan tenaga kerja

Nilai Keterangan

9 Sangat tersedia

7 Tersedia

5 Kurang tersedia

3 Tidak tersedia

Tabel 13 Nilai kemudahan akses dengan pemasaran

Nilai Keterangan

9 Sangat baik

7 Mudah 5 Sulit

Tabel 14 Nilai kriteria kondisi sosial budaya Nilai Keterangan 9 Sangat baik 7 Baik 5 Kurang baik 3 Tidak baik

e. Sub Model Kelayakan Finansial Usaha Budidaya

Sub model ini digunakan untuk menentukan kelayakan finansial budidaya ayam ras pedaging berdasarkan ekonomi syariah dan berdasarkan ekonomi konvensional. Penentuan kelayakan finansial berdasarkan investasi syariah terdiri dari keuntungan bersih, Benefit/Cost Ratio (B/C Rasio), BEP (Break Event Point), dan Pay Back Period (PBP). Kelayakan berdasarkan ekonomi konvensional terdiri dari keuntungan bersih, Benefit/Cost Ratio (B/C Rasio), Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return

(IRR), BEP (Break Event Point), dan Pay Back Period (PBP). Pada ekonomi syariah tingkat suku bunga digantikan oleh tingkat risiko sedangkan pada ekonomi konvensional menggunakan tingkat suku bunga. Perumusan tingkat risiko dapat dilihat dibawah ini:

Dimana :

Rf = Tingkat risiko (%) IR = Tingkat inflasi (%) MOG = Margin perusahaan (%) LA = Asuransi kegagalan usaha (%) AP = Biaya Administrasi (%)

Sistem yang digunakan dalam budidaya ayam ras pedaging ini menggunakan sistem plasma inti, dimana para peternak hanya menyediakan biaya investasi berupa tanah dan bangunan.

Kriteria kelayakan investasi dihitung berdasarkan parameter-parameter yang menyusun biaya budidaya. Parameter tersebut disajikan pada tabel 16. Parameter masukan untuk kelayakan berdasarkan ekonomi syariah pada model ini berasal dari keluaran model sebelumnya berupa jumlah cicilan yang harus dibayarkan ke bank dan kemampuan bayar nasabah (tahun).

Tabel 15 Parameter masukan Model Kelayakan Finansial Usaha Budidaya

No. Uraian Satuan

1 Produktifitas

Target Produksi ekor/tahun Tingkat keberhasilan produksi % FCR (Feed Cost Ratio) -

FCR Standar -

Harga Ayam Rp./ekor

Harga Jual Produk Rp./kg Harga Jual By Product Rp./kg Tahun Produksi bulan/tahun

Insentif Pasar Rp.

2 Pendanaan

Apakah proyek didanai dari bank syariah? ya/tidak Bunga Pinjaman (jika bank konvensional) % Bagi Hasil (jika bank syariah) %

Modal Sendiri %

Jangka Waktu Pengembalian Modal tahun

Risk Rate %

3 Lain-Lain

Biaya Perawatan %

Nilai Sisa Modal %

Pajak %

Lahan Sewa? ya/tidak

Sewa Lahan (jika sewa) Rp./m2/th

Dari parameter diatas terlihat ada pilihan antara proyek didanai syariah atau tidak. Pengguna bisa melihat kelayakan proyek berdasarkan ekonomi syariah dengan memilih jenis pendanaannya dan bila pengguna memilih pendanaan syariah maka tidak ada tingkat bunga melainkan menggunakan tingkat risiko. Setelah peternak mendapatkan pendapatan bersih maka selanjutnya

ditentukan jumlah bagi hasil yang disepakati. Bila peternak rugi maka tidak ada bagi hasil dan peternak hanya membayarkan pembayaran cicilan.

f. Sub Model Kelayakan Finansial Usaha Pasca Panen

Sub model ini digunakan untuk menentukan kelayakan finansial usaha pasca panen berdasarkan ekonomi syariah dan berdasarkan ekonomi konvensional. Penentuan kelayakan finansial berdasarkan investasi syariah terdiri dari keuntungan bersih,

Benefit/Cost Ratio (B/C Rasio), BEP (Break Event Point), dan Pay Back Period (PBP). Kelayakan berdasarkan ekonomi konvensional terdiri dari keuntungan bersih, Benefit/Cost Ratio (B/C Rasio), Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), BEP (Break Event Point), dan Pay Back Period (PBP). Perumusan tingkat risiko dapat dilihat dibawah ini:

Dimana :

Rf = Tingkat risiko (%) IR = Tingkat inflasi (%) MOG = Margin perusahaan (%) LA = Asuransi kegagalan usaha (%) AP = Biaya Administrasi (%)

Parameter-parameter yang menyusun biaya usaha pasca panen disajikan pada Tabel 16. Masukan pada sub model ini berasal dari keluaran sub model sebelumnya yaitu Sub Model Struktur Biaya Usaha Pasca Panen.

Kriteria kelayakan investasi usaha pasca panen dihitung berdasarkan parameter-parameter yang berpengaruh usaha pasca panen. Parameter masukan untuk kelayakan berdasarkan ekonomi syariah pada model ini berasal dari keluaran model sebelumnya berupa jumlah cicilan yang harus dibayarkan ke bank dan kemampuan bayar nasabah (tahun). Parameter tersebut disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Parameter masukan Model Kelayakan Finansial Usaha Pasca Panen

No. Uraian Satuan

1 Produktifitas

Target Produksi kg/tahun Konversi Daging Bersih kg/ekor Tingkat keberhasilan produksi % Persentase produk terjual % Harga Bahan Baku Rp./ekor Harga Jual Produk Rp./butir Tahun Produksi bulan/tahun 2 By Product

a. Hati dan Ampela % b. Harga Hati dan Ampela Rp./kg

c. Usus % d. Harga Usus Rp./kg e. Kepala % f. Harga Kepala Rp./kg g. Kaki % f. Harga Kaki % 3 Pendanaan

Apakah proyek didanai dari bank syariah? ya/tidak Bunga Pinjaman (jika bank konvensional) % Bagi Hasil (jika bank syariah) %

Modal Sendiri %

Jangka Waktu Pengembalian Modal tahun

Risk Rate %

4 Lain-Lain

Biaya Perawatan %

Nilai Sisa Modal %

Pajak %

Lahan Sewa? ya/tidak

Sewa Lahan (jika sewa) Rp./m2/th

Dari parameter diatas terlihat ada pilihan antara proyek didanai syariah atau tidak. Pengguna bisa melihat kelayakan proyek berdasarkan ekonomi syariah dengan memilih jenis pendanaannya

dan bila pengguna memilih pendanaan syariah maka tidak ada tingkat bunga melainkan menggunakan tingkat risiko. Setelah peternak mendapatkan pendapatan bersih maka selanjutnya ditentukan jumlah bagi hasil yang disepakati. Bila pelaku usaha pasca panen rugi maka tidak ada bagi hasil dan hanya membayarkan pembayaran cicilan.

g. Model Kelayakan Finansial Agroindustri Bakso ayam

Sub model ini digunakan untuk menentukan agroindustri bakso ayam berdasarkan ekonomi syariah dan berdasarkan ekonomi konvensional. Penentuan kelayakan finansial berdasarkan investasi syariah terdiri dari keuntungan bersih, Benefit/Cost Ratio (B/C Rasio), BEP (Break Event Point), dan Pay Back Period (PBP). Kelayakan berdasarkan ekonomi konvensional terdiri dari keuntungan bersih, Benefit/Cost Ratio (B/C Rasio), Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), BEP (Break Event Point), dan Pay Back Period (PBP). Pada ekonomi syariah tingkat suku bunga digantikan oleh tingkat risiko sedangkan pada ekonomi konvensional menggunakan tingkat suku bunga. Perumusan tingkat risiko dapat dilihat dibawah ini:

Dimana :

Rf = Tingkat risiko (%) IR = Tingkat inflasi (%) MOG = Margin perusahaan (%) LA = Asuransi kegagalan usaha (%)

Sub model ini dapat digunakan untuk berbagai kapasitas produksi dan parameter-parameter yang menyusun biaya agroindustri bakso ayam dapat dilihat pada Tabel 17. Parameter masukan untuk kelayakan berdasarkan ekonomi syariah pada model ini berasal dari keluaran model sebelumnya berupa jumlah cicilan yang harus dibayarkan ke bank dan kemampuan bayar nasabah (tahun).

Tabel 17 Parameter masukan Model Kelayakan Finansial Agroindustri Bakso Ayam

No. Uraian Satuan

1 Produktifitas

Target Produksi butir/tahun Rendemen Daging Giling % Konversi Daging Giling butir/kg Tingkat keberhasilan produksi % Persentase produk terjual % Harga Bahan Baku Rp./kg Harga Jual Produk Rp./butir Tahun Produksi bulan/tahun

2 Kebutuhan Bahan Penunjang a. Tepung tapioka % b. Garam dapur % c. Merica % d. Bawang putih % e. es batu % f. Plastik pengemas % 3 Pendanaan

Apakah proyek didanai dari bank syariah? ya/tidak Bunga Pinjaman (jika bank konvensional) % Bagi Hasil (jika bank syariah) %

Modal Sendiri %

Jangka Waktu Pengembalian Modal tahun

Risk Rate %

4 Lain-Lain

Biaya Perawatan %

Nilai Sisa Modal %

Pajak %

Lahan Sewa? ya/tidak

Sewa Lahan (jika sewa) Rp./m2/th

Dari parameter diatas terlihat ada pilihan antara proyek didanai syariah atau tidak. Pengguna bisa melihat kelayakan proyek berdasarkan ekonomi syariah dengan memilih jenis pendanaannya dan bila pengguna memilih pendanaan syariah maka tidak ada

tingkat bunga melainkan menggunakan tingkat risiko. Setelah peternak mendapatkan pendapatan bersih maka selanjutnya ditentukan jumlah bagi hasil yang disepakati. Bila peternak rugi maka tidak ada bagi hasil dan peternak hanya membayarkan pembayaran cicilan.

Dokumen terkait