• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2. Pedoman Umum P2KP

Penanggulangan kemiskinan didasarkan pada nilai-nilai universal kemanusiaan (moral) agar dapat menghasilkan kebijakan pembangunan berdasar prinsip kemasyarakatan (good governance) dan pembangunan berkelanjutan (sustainability development) yang dilaksanakan melalui kegiatan Tridaya, baik dalam bidang lingkungan, sosial dan ekonomi.

P2KP menggunakan pendekatan pembangunan yang bertumpu pada kelompok (dalam hal ini masyarakat kelurahan) untuk mendorong tumbuh berkembangnya modal sosial. Modal sosial dalam hal ini adalah nilai-nilai kemanusiaan dan nilai kemasyarakatan yang digunakan masyarakat untuk berinteraksi dalam menyelesaikan permasalahan kemiskinan secara mandiri.

Visi P2KP

Melalui implementasi P2KP dapat diwujudkan masyarakat madani, yang maju, mandiri dan sejahtera dalam lingkungan pemukiman sehat, produktif dan lestari.

Misi P2KP

Membangun masyarakat madani yang mampu menjalin kebersamaan dan sinergi dengan pemerintah maupun kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan secara efektif dan mampu mewujudkan terciptanya lingkungan pemukiman yang tertata, sehat, produktif dan berkelanjutan.

Nilai-Nilai P2KP

Nilai-nilai universal kemanusiaan yang harus dilaksanakan P2KP adalah jujur, dapat dipercaya, ikhlas/kerelawanan, adil, kesetaraan, kesatuan dalam keragaman.

P2KP memiliki langkah-langkah pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang dikenal dengan siklus P2KP. Siklus tersebut sebagai berikut :

1. Sosialisasi substansi P2KP dilakukan secara personal maupun melalui forum- forum pertemuan warga di tingkat kelurahan. Sosialisasi juga dilakukan melalui media komunikasi elektronik, diseminasi melalui poster, brosur spanduk maupun leaflet. Strategi sosialisasi dilaksanakan mengacu pada hasil pemetaan sosial (social mapping) tim fasilitator.

2. RKM (Rembug Kesiapan Masyarakat) untuk mengkonfirmasi kembali, apakah masyarakat kelurahan siap menerima atau menolak melaksanakan P2KP dengan segala konsekuensi partisipasi dan kontribusinya.

3. FGD (Focus Group Discussion) Refleksi Kemiskinan memiliki tujuan utama mengidentifikasi kriteria, karekteristik, faktor-faktor penyebab kemiskinan dan manggalang kepedulian untuk warga miskin.

4. Pemetaan Swadaya sebagai proses pemetaan dan analisis potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat (need assesment) diklasifikasikan dalam :

a. Prasarana Lingkungan (fisik), berkaitan dengan kebutuhan pembangunan prasarana pemukiman.

b. Ekonomi produktif, berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pengembangan usaha kecil ekonomi produktif sektor informal.

c. Pengembangan sosial dan peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan keterampilan dan kelompok potensial, disamping pemenuhan kebutuhan warga miskin terhadap bantuan maupun santunan sosial.

5. Pembentukan BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) sebagai proses pengorganisasian masyarakat dilaksanakan melalui Rembug Warga.

BKM dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, selanjutnya dipercaya untuk memfasilitasi kebijakan penanggulangan kemiskinan secara demokratis, partisipatif, transparan, dan akuntabel dalam proses penanggulangan kemiskinan partisipatif.

BKM diperankan sebagai motor penggerak dalam melembagakan dan membudayakan kembali modal sosial (social capital) berupa nilai-nilai sosial, kejujuran, solidaritas sosial, tanggung jawab sosial, yang berpotensi menjalin jaring sosial (sosial networking).

6. Perencanaan partisipatif diwujudkan dalam proses untuk menyusun PJM Pronangkis (Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan).

PJM Pronangkis dirumuskan berdasarkan data-data tabulasi potensi dan masalah melalui kegiatan pemetaan swadaya (survei kampung sendiri). PJM Pronangkis selanjutnya dijadikan sebagai acuan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di kelurahan setempat. Permasalahan dan potensi yang telah diinventarisir dalam PJM Pronangkis diharapkan dapat mendorong pemecahan masalah berbasis kebutuhan masyarakat.

7. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) terbentuk dan tumbuh bersama masyarakat.

Pembentukannya berdasarkan pada data-data kebutuhan masyarakat di dalam PJM Pronangkis dilengkapi dengan usulan-usulan (proposal) kegiatan yang diajukan kepada BKM.

KSM mengakses dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) P2KP melalui kegiatan Tridaya. Rencana kegiatan KSM disesuaikan dengan daftar kebutuhan yang telah tertuang dalam PJM Pronangkis dan diseleksi berdasarkan skala prioritas. KSM dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan apabila termasuk dalam kualifikasi dan prioritas yang disetujui melalui rapat BKM.

Siklus ini dimaksudkan agar apa yang dilakukan masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan berjalan terarah dan bertahap serta tetap berada dalam koridor yang telah digariskan. Sejak sosialisasi awal pada tahap pemanfaatan BLM telah terjadi proses yang cukup panjang dan melelahkan, namun demikian pada awalnya memang agak sulit karena masyarakat belum terbiasa dengan kondisi atau proses pelaksanaan program seperti di P2KP, akan tetapi dengan berbagai upaya yang dilakukan salah satunya adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya rembug-rembug atau pertemuan untuk menggali informasi serta menanamkan kepada masyarakat bahwa program ini sifatnya bottom-up. Pada akhirnya masyarakat bisa menerima dan menjalankan program ini dengan antusias, walau seluruhnya belum terlibat secara langsung, akan tetapi minimal sudah muncul

kesadaran kritis masyarakat betapa pentingnya menanggulangi kemiskinan secara bersama-sama dan itu merupakan tanggung jawab bersama pula.

Pada siklus pemanfaatan BLM juga telah ditekankan bahwa dana yang ada sifatnya hanya stimulan atau rangsangan bagi masyarakat sebagai suatu proses pembelajaran dalam mengelola dana sendiri yang ditujukan untuk pelaksanaan Tridaya (Lingkungan, Sosial dan Ekonomi) yang kesemuanya diawali melalui rembug/pertemuan guna menemukenali persoalan yang ada di masyarakat, kemudian dirumuskan dan disepakati secara bersama-sama yang pada akhirnya menjadi sebuah program sesuai kebutuhan yang juga dilaksanakan oleh masyarakat sendiri dengan memanfaatkan BLM, swadaya dan bantuan dari pihak-pihak yang peduli terhadap penanggulangan kemiskinan.

Dalam implementasinya, P2KP berorientasi pada beberapa komponen yang direalisasikan ke dalam bentuk pelaksanaan pendampingan pada masyarakat, yaitu: A. Pengembangan Masyarakat dan Mengedepankan Peran Pemerintah

1. Pengembangan Masyarakat

Kegiatan-kegiatan dalam P2KP tidak berorientasi pada output/produk atau dilandasi prinsip sekedar terlaksana, namun justru memperlihatkan nuansa pembelajaran, dinamika proses, kesadaran kritis, pelembagaan nilai-nilai dan proses perubahan perilaku/sikap masyarakat.

2. Relawan-relawan masyarakat

Relawan adalah pribadi-pribadi dari warga masyarakat setempat yang bersedia secara ikhlas mengorbankan sebagian waktu, tenaga, pikiran, bahkan materi,

maupun bentuk pengorbanan lainnya untuk mengabdikan diri bagi perjuangan memperbaiki taraf hidup dan harkat serta martabat masyarakat miskin serta kelompok masyarakat rentan (anak yatim piatu, jompo, korban bencana).

Keberadaan relawan untuk membantu masyarakat, terutama warga miskin, agar mampu melakukan proses pembelajaran dan menjadi motor penggerak bagi tercapainya kemandirian masyarakat. Relawan mendapatkan pendampingan serta penguatan kapasitas melalui berbagai kegiatan yang diselenggarakan tim fasilitator.

3. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

BKM adalah lembaga pimpinan kolektif representasi masyarakat kelurahan, wadah masyarakat untuk bersinergi dan menjadi lembaga kepercayaan milik masyarakat berlandaskan nilai-nilai universal (value based).

Setiap keputusan BKM dilakukan secara kolektif melalui mekanisme rapat anggota BKM dengan menjunjung tinggi musyawarah mufakat sebagai norma utama dalam seluruh proses pengambilan keputusan.

a. Proses Pembentukan BKM

Pembentukan BKM didahului FGD refleksi lembaga masyarakat berbasis nilai dan identifikasi profil lembaga-lembaga yang ada melalui rembug warga untuk merefleksikan dan mengevaluasi lembaga-lembaga yang telah ada di kelurahan.

Rembug warga tingkat kelurahan mengandung dua opsi keputusan :

a) Merevitalisasi dan memampukan lembaga masyarakat yang telah ada sebagai BKM.

b) Membentuk lembaga baru sebagai BKM. b. Keanggotaan BKM

Anggota-anggota pimpinan kolektif BKM tidak digaji atau menerima imbalan secara rutin. Kesempatan dan kepercayaan dari masyarakat merupakan imbalan yang tidak ternilai harganya untuk dapat berbuat baik terhadap sesama khususnya kaum miskin dan tertinggal/marjinal.

Anggota-anggota BKM dipilih oleh seluruh utusan-utusan warga setempat dengan kriteria kualitas sifat kemanusiaan atau track record perbuatan baiknya. Mekanisme pemilihan tanpa kampanye, tanpa pencalonan, dan dilakukan secara tertulis serta rahasia.

c. Struktur Organisasi BKM

BKM memiliki alat kelengkapan organisasi sebagai pelaksana keputusan BKM yang terdiri dari kesekretariatan (sekretariat) yang mengkoordinir Unit Pengelola Keuangan (UPK) yang menangani kegiatan pengembangan ekonomi produktif, Unit Pengelola Lingkungan (UPL) yang mengkoordinasikan pembangunan prasarana lingkungan, dan Unit Pengelola Sosial (UPS) yang mengkoordinasikan para relawan dalam Kelompok Belajar Kelurahan (KBK) selain mengkoordinasikan kegiatan sosial.

Peran BKM adalah mewadahi aspirasi masyarakat dengan cara melibatkan masyarakat agar proaktif dalam proses pengambilan keputusan dalam program pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan di

wilayahnya dan memperjuangkan dipenuhinya kebutuhan dasar, sosial, ekonomi dan sarana prasarana dasar serta lingkungan bagi masyarakat miskin.

Fungsi BKM adalah :

1. Pusat penggerak dan pertumbuhan kembali nilai-nilai kemanusiaan, kemasyarakatan, demokrasi dalam kehidupan nyata masyarakat setempat; 2. Pusat pengembangan aturan (kode etik, kode tata laku, dan sebagainya);

3. Pusat pengambilan keputusan yang adil dan demokratis kegiatan

penanggulangan kemiskinan serta pembangunan;

4. Pusat pengendalian dan kontrol sosial terhadap proses pembangunan, utamanya penanggulangan kemiskinan;

5. Pusat pembangkit dan mediasi aspirasi dan partisipasi masyarakat; 6. Pusat informasi dan komunikasi bagi warga masyarakat kelurahan; serta 7. Pusat advokasi integrasi kebutuhan dan program masyarakat dengan

kebijakan dan program pemerintah. Tugas BKM adalah :

1. Merumuskan kebijakan serta aturan main secara demokratis mengenai hal- hal yang berhubungan dengan penanggulangan kemiskinan.

2. Mengorganisasi masyarakat untuk memutuskan visi, misi, rencana strategis dan pronangkis.

3. Memonitor, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan keputusan- keputusan yang diambil.

5. Membuka akses dan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap kebijakan, dan kegiatan UP-UP.

6. Memfasilitasi usulan program penanggulangan kemiskinan untuk

diintegrasikan dengan kebijakan pemerintah kelurahan, kecamatan dan kota/kabupaten.

7. Mengawal penerapan nilai-nilai kemanusiaan dan prinsip kemasyarakatan. 8. Memfasilitasi jaringan dengan pihak lain.

9. Memverifikasi penilaian yang telah dilaksanakan oleh UP-UP.

10. Memonitor, memberikan masukan untuk berbagai kebijakan maupun program pemerintah lokal.

11. Menjamin dan mendorong peran serta berbagai unsur masyarakat. 12. Membangun transparansi.

13. Membangun akuntabilitas.

14. Melaksanakan rapat anggota tahunan.

Sekretariat merupakan unsur pelaksana administrasi kegiatan sehari-hari BKM, baik dalam hal administrasi organisasi maupun administrasi keuangan. Kesekretariatan dibentuk oleh BKM sesuai dengan kebutuhan. Kesekretariatan mempertanggungjawabkan kegiatan dan hasil kegiatannya kepada BKM.

Tugas sekretariat adalah :

1. Menyusun agenda rapat/pertemuan BKM. 2. Membuat dan menyampaikan surat undangan.

4. Memberikan laporan hasil notulensi kepada seluruh anggota BKM atau pihak lain yang berkepentingan.

5. Mencatat administrasi keuangan BKM, secara : a. Kronologis (menurut urutan waktu)

b. Sistematis (menurut cara-cara tertentu) c. Informatif (dapat dimengerti/dipahami/logis)

d. Auditable (dapat di audit/diperiksa oleh pihak manapun yang terkait) 6. Melapor administrasi keuangan kepada BKM secara berkala.

Unit Pengelola Sosial (UPS) adalah salah satu gugus tugas yang dibentuk oleh BKM sebagai unit mandiri untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh BKM mengenai kegiatan-kegiatan di bidang sosial.

Peran UPS adalah mengimplementasikan tugas BKM dalam meningkatkan peran sosial bagi masyarakat miskin, menggalang kepedulian, kerelawanan dan solidaritas sosial serta melembagakan nuansa pembelajaran melalui Komunitas Belajar Kelurahan (KBK).

Tugas UPS adalah :

1. Melakukan pendampingan penyusunan usulan kegiatan KSM/panitia.

2. Mengendalikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh KSM/panitia bidang sosial.

3. Membangun/mengembangkan kontrol sosial masyarakat melalui media warga/infokom.

5. Mendorong kepedulian warga dalam kegiatan sosial seperti santunan, beasiswa, sunatan massal, dan lain-lain

6. Menjalin kemitraan (channeling) dengan pihak-pihak lain yang mendukung program sosial UPS.

Unit Pengelola Lingkungan (UPL) adalah salah satu gugus tugas yang dibentuk oleh BKM sebagai unit mandiri untuk mengelola kegiatan di bidang pembangunan lingkungan perumahan dan permukiman di wilayahnya. UPL bertanggung jawab dalam penanganan rencana perbaikan kampung, penataan dan pemeliharaan prasarana dasar lingkungan perumahan dan permukiman, tata kelola yang baik (good goverance) di bidang permukiman, dan lain-lain.

Tugas UPL adalah :

1. Melakukan pendampingan penyusunan usulan kegiatan KSM/panitia.

2. Mengendalikan kegiatan-kegiatan pembangunan prasarana dasar

lingkungan perumahan dan permukiman yang dilaksanakan oleh KSM/panitia pembangunan

3. Motor penggerak masyarakat dalam membangun kepedulian bersama dan gerakan masyarakat untuk penataan lingkungan perumahan dan permukiman yang lestari, sehat dan terpadu.

4. Menggali potensi lokal yang ada di wilayahnya.

5. Menjalin kemitraan (channeling) dengan pihak-pihak lain yang mendukung program lingkungan UPL.

Unit Pengelola Keuangan (UPK) adalah salah satu gugus tugas yang dibentuk oleh BKM sebagai unit mandiri untuk melaksanakan kebijakan- kebijakan yang ditetapkan oleh BKM mengenai pengelolaan dana pinjaman bergulir dan administrasi keuangan, baik yang berasal dari dana stimulan BLM P2KP maupun dari pihak-pihak lainnya yang bersifat hibah.

Tugas UPK adalah :

1. Melakukan pendampingan penyusunan usulan kegiatan KSM/panitia. 2. Mengendalikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh KSM/panitia

3. Melakukan pengelolaan keuangan pinjaman bergulir untuk KSM,

mengadministrasikan keuangan

4. Menjalin kemitraan (channeling) dengan pihak-pihak lain yang mendukung program ekonomi UPK.

KSM/panitia adalah sekumpulan warga, baik laki-laki maupun perempuan yang menyatukan diri secara sukarela dalam kelompok dikarenakan adanya ikatan pemersatu, yaitu adanya kepentingan dan kebutuhan yang sama sehingga dalam kelompok tersebut memiliki kesamaan tujuan yang ingin dicapai bersama dalam mengatasi berbagi permasalahan kemiskinan yang menyangkut sarana dan prasarana dasar, pengembangan sumber daya manusia serta pengembangan ekonomi.

Tugas KSM/panitia adalah :

1. Membentuk KSM

2. Membuat kesepakatan/aturan main yang menjadi acuan KSM termasuk susunan kepengurusan

3. Menyusun usulan kegiatan/proposal KSM secara rinci dan masuk akal sesuai dengan aturan

4. Melaksanakan kegiatan yang sudah diverifikasi oleh BKM

5. Menggalang kepedulian dengan menumbuhkembangkan swadaya

masyarakat

6. Membuat laporan pertanggung jawaban kegiatan 7. Menjaga dan memelihara keberlangsungan kegiatan.

Unit-Unit Pengelola Masyarakat Kelurahan Lurah BKM Sekretariat Unit Pengelola Sosial Unit Pengelola Lingkungan Unit Pengelola Keuangan LKM KSM/Panitia Relawan-relawan kelurahan, media infokom warga, santunan sosial, beasiswa, KBK, dll KSM/Panitia KSM Perbaikan sarana dan prasarana, permukiman, neighbourhood development, dll Pinjaman bergulir, usaha produktif, modal ventura, channeling ekonomi, dll GarisPerintah GarisFasilitasi GarisKoordinasi Gambar 3. Struktur BKM

4. Perencanaan Partisipatif Menyusun PJM Pronangkis

Penyusunan PJM Pronangkis adalah substansi utama dalam perencanaan partisipatif. Perencanaan partisipatif dibuat dengan mempertimbangkan hasil-hasil pemetaan swadaya yang telah dilakukan masyarakat, keterpaduan dengan rencana dan program kelurahan maupun kebijakan Pemda setempat.

a. Dokumen strategi penanggulangan kemiskinan, yaitu visi, misi dan strategi penanggulangan kemiskinan di kelurahan setempat.

b. Rencana Jangka Menengah penanggulangan, yaitu dalam jangka waktu 3 tahun.

c. Rencana Tahunan (Renta) yang berisi rencana detail investasi tahunan. PJM dan Renta Pronangkis tidak boleh sebagai prasyarat untuk memperoleh dana bantuan P2KP, namun sebagai media pembelajaran masyarakat untuk menyusun program bersama. Muatan PJM dan Renta Pronangkis bukan hanya berisikan daftar kegiatan yang didanai sumber dana BLM P2KP, melainkan program masyarakat menyeluruh, termasuk dengan sumber dana swadaya masyarakat, APBD, ataupun

channeling dengan perbankan.

Pemerintah

Swasta dan Kel. Peduli Koperasi LKMD, LPMK,dll Masy. Madani BKM

Gambar 4. Kedudukan dan Posisi BKM 5. Komunitas Belajar Kelurahan (KBK)

BKM menjadi motor penggerak dalam membangun forum pembelajaran dalam bentuk Komunitas Belajar Kelurahan (KBK), yang dipelopori para relawan setempat.

Sebagai wadah melembagakan dan menumbuh kembangkan proses pembelajaran masyarakat, melalui diskusi-diskusi, kajian-kajian refleksi, best practice dan tukar pikiran mengenai berbagai persoalan kemiskinan dan upaya penanggulangannya agar lebih efektif dan berbasis nilai-nilai universal.

Hasi-hasil kajian dari KBK menjadi masukan bagi BKM untuk meningkatkan kinerjanya dan juga menjadi masukan bagi pemerintah kelurahan hingga pemerintah kota/kabupaten.

6. Forum Komunikasi Antar BKM (FKA BKM)

Untuk saling menunjang proses balajar dan fungsi kontrol sosial, BKM juga membangun forum pembelajaran di tingkat Kecamatan dan Kota/Kabupaten dalam bentuk FKA BKM. BKM memegang peranan strategi sebagai media perencanaan dari bawah (bottom up planning). FKA BKM tingkat Kabupaten berfungsi penting dalam bersinergi dengan Pemda dan KBP dalam menyusun SPKD (Strategi Penanggulangan Kemiskinanan Daerah).

B. Komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)

Makna dana Stimulan BLM sebagai media pembelajaran masyarakat untuk membangun kapital sosial dan menumbuhkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal akses bagi masyarakat miskin ke sumber dana yang dapat langsung digunakan oleh masyarakat miskin untuk upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

Masyarakat miskin mempunyai kesempatan yang sama untuk belajar bersama dalam melakukan kegiatan di bidang lingkungan, sosial dan ekonomi sesuai kebutuhan wilayah masing-masing.

1. Alokasi Dana BLM

Besarnya dana BLM ditentukan berdasarkan jumlah penduduk dan jumlah keluarga miskin (Pra KS dan KS1) di kelurahan penerima program. Jumlah alokasi dana BLM untuk masing-masing kelurahan sasaran diinformasikan secara terbuka. Sumber dana P2KP adalah hutang luar negeri yang harus dibayar kembali oleh seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali di kemudian hari.

2. Penyaluran dan pencairan dana BLM ke BKM

Pencairan dana BLM ke BKM/masyarakat dilakukan secara bertahap, yaitu : Tahap I sebesar 20%, Tahap II sebesar 50%, dan Tahap III sebesar 30% dari total alokasi dana BLM untuk kelurahan sasaran melalui rekening bank yang ditunjuk oleh BKM.

Pencairan dana BLM tahap I merupakan insentif terhadap proses pembelajaran masyarakat dalam menyusun PJM dan rencana tahunan Pronangkis.

Pencairan dana BLM tahap II adalah insentif untuk proses pembelajaran masyarakat dalam menyusun usulan-usulan kegiatan sesuai Pronangkis yang telah disepakati bersama.

Pencairan dana BLM tahap III merupakan insentif untuk proses pembelajaran masyarakat dalam memperkuat potensi keberlanjutan kegiatan, kelembagaan, dana serta penerapan prinsip dan nilai yang dijunjung P2KP, khususnya pada penyiapan fase terminasi.

C. Komponen Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET)

Komponen PAKET adalah salah satu komponen program P2KP yang dimaksudkan sebagai suatu upaya proses pembelajaran untuk membangun dan melembagakan “kemitraan” antara masyarakat dengan pemerintah kota/kabupaten dan kelompok peduli setempat (LSM, perguruan tinggi, pihak swasta, perbankan dan lain-lain) dalam rangka terwujudnya sinergi upaya penanggulangan kemiskinan.

PAKET dilaksanakan di beberapa kota/kabupaten sasaran P2KP yang dipilih dengan cara kompetisi sehat melalui mekanisme seleksi partisipatif dengan melibatkan pemerintah pusat, provinsi dan pemerintah kota/kabupaten.

Kriteria seleksi lokal pelaksanaan PAKET sebagai berikut :

a. Kinerja pemerintah kota/kabupaten dalam mendukung pelaksanaan P2KP di wilayah kerjanya dalam memfasilitasi siklus maupun Komunitas Belajar Perkotaan (KBP).

b. Kinerja pemerintah kota/kabupaten dalam penguatan peran dan fungsi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) di wilayahnya.

c. Kinerja TKPK Daerah setempat serta kualitas dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan (SPK) setempat.

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Kota Medan, dibentuklah Pembina Kecamatan, Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dan Pembina Kelurahan sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 411.4/1092/K/2006 tanggal 22 November 2006.

Tugas Pembina Kecamatan adalah :

1. Melakukan pemasyarakatan program P2KP kepada Lurah dan Perangkat

Kelurahan di wilayah kerjanya.

2. Memfasilitasi berlangsungnya koordinasi dan konsolidasi dalam pelaksanaan P2KP di wilayah kerjanya.

3. Melakukan pemantauan pelaksanaan P2KP di wilayah kerjanya dan menerima serta memverifikasi laporan pada Lurah.

4. Bersama-sama dengan PJOK BLM membuat laporan pertanggung jawaban

penggunaan dana BOP Kecamatan.

Tugas Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) BLM adalah :

1. Memantau proses pelaksanaan P2KP di wilayah kerjanya sesuai dengan

pentahapan yang sudah ditentukan.

2. Melaksanakan pengadministrasian program yang meliputi menandatangani Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan (SPPB), memproses SPP ke KPPN, dan lain-lain. 3. Membuat laporan bulanan pelaksanaan tugas setiap bulan. Laporan bulanan

Walikota c/q Bappeda Kota Medan. Laporan tersebut dikirim sebagai tembusan kepada Camat, Lurah, dan BKM-BKM di wilayah kerjanya.

4. Membuat laporan pertanggung jawaban pada akhir masa jabatannya dan

menyerahkan kepada Walikota c/q Bappeda Kota Medan paling lambat 1 (satu) bulan setelah masa tugasnya sebagai PJOK berakhir. Jika terjadi pergantian PJOK antar waktu, maka PJOK sebelumnya harus menyerahkan satu copy laporan kepada PJOK penggantinya. Laporan pertanggung jawaban PJOK memuat pelaksanaan tugas, hasil-hasil kegiatan, hasil monitoring dan evaluasi serta dilengkapi dengan uraian dan penjelasan penggunaan BOP-PJOK.

5. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan P2KP dengan Konsultan dan/atau Tim Fasilitator (Faskel) serta bersama-sama menangani penyelesaian persoalan/konflik dan pengaduan mengenai pelaksanaan P2KP di wilayah kerjanya.

6. Melakukan pengecekan terhadap penggunaan dana yang telah disalurkan kepada BKM/UP maupun KSM dan masyarakat agar sesuai dengan usulan yang diajukan.

Tugas Pembina Kelurahan adalah :

1. Membantu sosialisasi awal P2KP ke seluruh masyarakat di wilayahnya.

2. Memfasilitasi proses pemahaman masyarakat mengenai P2KP, dan atas nama warga mengajukan surat ke KMW dan Bappeda, yang menyatakan kesiapan warga masyarakat melaksanakan P2KP.

3. Memfasilitasi pendaftaran dan pengusulan relawan-relawan masyarakat secara demokratis, transparansi dan akuntabel.

4. Memfasilitasi terselenggaranya FGD, rembug warga atau jenis pertemuan lainnya yang melibatkan perangkat Pemerintah Kelurahan (termasuk Lingkungan), masyarakat, dan relawan masyarakat dalam upaya penyebarluasan informasi maupun pelaksanaan tahapan kegiatan P2KP.

5. Membuat laporan pertanggung jawaban penggunaan BOP Kelurahan, dan

menyampaikannya kepada Walikota c/q Bappeda Kota Medan.

Dokumen terkait