• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3. CRM Analitis

2.8 Konsep Dasar Pegadaian Syariah .1 Pengertian Pegadaian Syariah .1 Pengertian Pegadaian Syariah

Gadai merupakan suatu hak, yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak yang dijadikan sebagai jaminan pelunasan atas hutang (Ari, 2009). Sedangkan pegadaian adalah sebuah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) di Indonesia yang usaha intinya adalah bidang jasa penyaluran kredit/pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai (Tri, 2008).

51

Pegadaian syariah dalam menjalankan operasionalnya berpegang kepada prinsip syariah. Pada dasarnya, produk-produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atas jasa dan/atau bagi hasil (Soemitra, 2009).

Pegadaian Syariah dan Pegadaian memiliki perbedaan yang terletak pada sistem biaya, kalau Pegadaian Syariah melalui biaya titipan dan Pegadaian melalui biaya bunga. "Perbedaannya adalah kalau Pegadaian melalui KCA (Kredit Cepat Aman) biayanya dihitung dari uang pinjaman aman dan Pegadaian Syariah dari tafsiran Pegadaian (Irianto, 2010). Belakangan, bersamaan dengan perkembangan produk-produk berbasis syariah yang kian marak di Indonesia, sektor pegadaian juga ikut mengalaminya. Pegadaian syariah hadir di Indonesia dalam bentuk kerja sama bank syariah dengan Perum Pegadaian. Contohnya adalah dengan adanya produk gadai pada bank syariah. Pegadaian syariah dalam menjalankan operasionalnya berpegang pada prinsip syariah (Andri, 2009). Target omzet Perum Pegadaian Syariah 2010 mencapai Rp 3,3 triliun, meningkat dibanding tahun sebelumnya sekitar Rp 2 triliun (Irianto, 2010).

2.8.2 Landasan Syariah

2.8.2.1 Landasan Al-Qur’an dan Hadits

 Firman Allah SWT

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang.

52 (QS Al Baqarah 2: 283)

 Dari Aisyah r.a

“Sesungguhnya Rasullullah SAW pernah membeli makanan dari seorang

Yahudi dengan menjadikan baju besinya sebagai barang jaminan”.

(HR Al Bukhari dan Muslim)

 Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda

“Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang

menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung resikonya. (HR Asy-Syafi‟I, al-Daraquthni dan Ibnu Majah)

2.8.2.2 Landasan Fatwa

Fatwa DSN – MUI No : 25/DSN-MUI/III/2002 tentang RAHN

Pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan hutang dalam bentuk Rahn dibolehkan dengan ketentuan sebagai berikut:

2.8.2.2.1 Ketentuan Umum

1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhun

(barang) sampai dengan hutang rahin (yg menyerahkan barang) dilunasi

2. Marhun (barang) tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin tanpa seizin rahin

3. Ongkos dan biaya penyimpanan marhun (barang) ditanggung oleh penggadai (rahin).

4. Biaya penyimpanan sebagaimana dimaksud ayat diatas besarnya tidak boleh didasarkan pada besarnya pinjaman.

53

5. Apabila jatuh tempo Murtahin harus memperingatkan Rahin, apabila tidak dapat melunasi hutang maka marhun dijual untuk melunasi hutang dan biaya. Kelebihan/kekurangannya menjadi hak/kewajiban Rahin.

2.8.2.2.2 Ketentuan Penutup

1. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak dan tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah, maka penyelesaian melalui Badan Arbitrase Syariah. (TMT 2004, melalui Pengadilan Agama)

2. Fatwa berlaku sejak tanggal penerbitan (26 Juni 2002) dan jika terdapat kekeliruan dikemudian hari, dapat diubah / disempurnakan sebagaimana mestinya.

2.8.3 Peluang dan Keunggulan Pegadaian Syariah

 Potensi Pasar yang besar

 Tidak memerlukan investasi yang besar,

 Sangat profitable karena memiliki margin keuntungan yang relative tinggi

 Kemungkinan macet kecil

 Proses pencairan mudah dan cepat

 Seluruh lapisan masyarakat dapat memanfaatkan produk Rahn

 Resiko kecil, jika dikelola dengan benar.

2.9 Produk Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi “MULIA”

54

“MULIA” merupakan sebuah investasi jangka panjang logam mulia.

“MULIA” dapat memfasilitasi kepemilikan emas batangan melalui penjualan

logam mulia oleh pegadaian kepada masyarakat secara tunai dan/atau dengan pola angsuran dengan proses cepat dalam jangka waktu tertentu yang fleksibel (PPS, 2010). Apalagi di tengah situasi ekonomi yang kian tak menentu dan inflasi yang sering kali terjadi. Salah satu cara yang dianjurkan adalah dengan berinvestasi, dan investasi emas merupakan pilihan yang sangat baik. Kelebihan investasi emas

“MULIA” dibanding investasi lainnya, termasuk properti, adalah Anda tidak perlu

memiliki modal yang besar dan nilai inflasinya nol. Emas menyediakan ukuran dari yang terkecil yaitu 1 gram hingga yang terbesar sesuai dengan kemampuan pembelinya (Fitriastuti, 2010).

2.9.2 Produk Mulia berdasarkan Regulasi – Regulasi Syariah Berikut dalil-dalil yang diambil dari Al-Qur‟an dan Hadist:

1. Firman Allah, QS. An-Nisa‟ [4]: 29:

“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan

(mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu.. “

2. Firman Allah, QS. Al-Baqarah [2]: 275:

“... Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...”

55

“ Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu... “

4. Firman Allah, QS. Al-Baqarah [2]: 280:

“ Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh

sampai ia berkelapangan..”

2.9.3 Fatwa DSN NO : 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang MURABAHAH Ketentuan Umum :

• Pegadaian dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.

• Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah islam

• Pegadaian mempunyai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

• Pegadaian membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama Pegadaian sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

• Pegadaian harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang

• Pegadaian kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Pegadaian harus memberitahu secara jujur harga pokok barang tersebut kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

56

• Nasabah membayar harga barang yang telah di sepakati tesebut pada jangka waktu yang telah disepakati.

• Untuk mencegah penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak Pegadaian Pegadaian dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

• Jika Pegadaian hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik Pegadaian.

2.9.4 Fatwa DSN NO : 13/DSN-MUI/IV/2000 tentang Uang Muka dalam MURABAHAH

Ketentuan Umum :

• Dalam akad pembiayaan murabahah, lembaga keuangan syariah (LKS) dibolehkan meminta uang muka apabila kedua belah pihak sepakat.

• Besar jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan.

• Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberikan ganti rugi kepada LKS (Lembaga Keuangan Syariah) dari uang muka tersebut.

• Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS (Lembaga Keuangan Syariah) dapat meminta tambahan kepada nasabah.

• Jika uang muka lebih besar dari kerugian, LKS (Lembaga Keuangan Syariah) harus mengembalikan kelebihannya kepada nasabah.

2.10 Database dan Database Management System (DBMS)

Dokumen terkait