• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pekalongan sebagai Wilayah Penelitian dan Deskripsi

Pekalongan adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Timur yang berbatasan dengan Kota Metro. Pada awalnya, Pekalongan merupakan daerah kolonisasi masyarakat dari daerah Pekalongan Jawa Tengah yang datang pada tahun 1932. Saat itu Pekalongan memiliki tiga Pedukuhan (Desa) yaitu Rancang Purwo, Sri Lungguh, dan Pari Rejo. Masing-masing dari Pedukuhan tersebut memiliki Kadidat (Ketua Kelompok). Setelah beberapa tahun terbentuk, Pekalongan berkembang dengan cukup pesat yang ditandai dengan terbentuknya Pemerintahan kecil yang bernama Perwakilan Asisten Demang Pekalongan.63

Pada waktu itu Perwakilan Asisten Demang Pekalongan membawahi beberapa Pedukuhan yaitu Rancang Purwo, Pari Rejo, Sidodadi, dan Adirejo. Pada tahun 1937, Pekalongan menjadi Pusat Asisten Demang Pekalongan (bukan perwakilan lagi) hingga sampai tahun 1943 Asisten Demang Pekalongan masuk wilayah Manteri Kolonisasi Batanghari.Namun hal ini tidak bertahan lama. Kemudian Asisten Demang Pekalongan di ganti nama menjadi Maneteri Kolonisasi Pekalongan. Pada masa kemerdekaan RI, Manteri Kolonisasi Pekalongan

63 Dokumen Kecamatan Pekalongan tahun 2021

akhirnya diganti nama menjadi Asisten Wedana Pekalongan begitupun dengan Pedukuhan diganti juga dengan istilah Kampung.64

Kecamatn Pekalongan terletak pada 105º18’ 21’ BT dan 15º 06’

48’ LS dengan batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah utara : Berbatasan dengan Kecamatan Punggur dan Batanghari Nuban

2. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Metro Timur 3. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Batanghari Nuban 4. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Batanghari dan

Sekampung.

Sejak berdirinya Kecamatan Pekalongan hingga saat ini sudah mengalami banyak pergantian kepemimpinan dalam pemerintahan yakni sebagai berikut:

Tabel 1

Nama-nama yang Pernah Menjabat Menjadi Pemimpin/Camat di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur65

No Nama Tahun

1 Pemerintahan Hindia Belanda 1932-1936

2 Sastro Diharjo 1937-1938

3 Raden Syahri Jayawirya 1938-1941

4 Supardi 1942-1943

5 Raden Suroto 1943-1945

6 Suhadan 1945-1947

7 Suhaimi 1947-1949

8 Sukadar 1949-1951

9 Pagar Alam 1951-1952

10 Ria Sarbini 1952-1953

11 A Bakri Jauhari 1953-1958

No Nama Tahun

12 Budiman Sinaga 1958-1962

64Wawancara, Sekretaris Camat Pekalongan, 2 April 2021, Pukul 09.30-10.30.

65 Sumber: Dokumentasi Kecamatan Pekalongan, Tahun 2021.

13 Arli Rasyid 1962-1967

14 Abdul Muis 1967-1968

15 Hasanusi S.A 1969-1970

16 Hisom Atos. A 1970-1971

17 Sya’ari Permata Alam, BA 1971-1975

18 Taufik, BA 1975-1979

19 Agus Alfian Saleh, BA 1979-1982

20 Drs. Tjik Lasan 1982-1984

21 Drs. Hi. Alfian Ramli 1984-1986

22 Rustam Effendi, SH 1986-1987

23 Sofian Sanjaya, BA 1987-1990

24 Somad Muryadi, SH 1990-1993

25 Drs. Karyuari, SA 1993-1998

26 Hadi Fikri, SH 1998-2000

27 Muslim Choiri, S.Sos 2000-2001

28 Syahmin Saleh, SIP 2001

29 Budi Yul Hartono, SIP 2001-2002

30 Ahmad Nazali, BA 2002-2004

31 Suminto, BA 2004-2006

32 Yudinal, SH 2006-2007

33 Drs. Tarmizi 2007-2008

34 Sudirman Burlian, BA 2008-2009

35 Yudi Irawan, S.Sos., M.Si 2009-2017

36 Ery Rakhman, SE., MM 2017-2018

37 Purwadi, SIP 2018-2019

38 Nuryanto, SE 2019

Kecamatan Pekalongan mempunyai penduduk yang cukup heterogen dengan beberapa suku yaitu: Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur), Lampung, Palembang, Padang, Tapanuli, Sunda dan lain-lain.

Jumlah penduduk keseluruhan dari duabelas Desa di tahun 2021 yakni sekitar 52.491 Jiwa. Berdasarkan data sosial ekonomi dan pendapatan hasil tanaman dapat dipahami bahwa penduduk Pekalongan mayoritas adalah petani.

2. Deskripsi Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. Penelitian ini membahas mengenai upaya dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah bagi pasangan suami istri yang tidak memiliki anak. Adapun subyek penelitian ini terdiri dari tiga keluarga yang peneliti temukan di Desa yang berbeda.

Adapun gambaran ketiga subyek penelitian di dapatkan data berdasarkan hasil wawancara bahwa ketiga subjek penelitian memiliki latar pendidikan yang berbeda yakni sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Ketiganya tidak ada yang memiliki latar pendidikan tinggi.

Berdasarkan keterangan yang di dapatkan bahwa hal tersebut dikarenakan keadaan ekonomi orangtuanya yang belum stabil. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh infoman 1 yaitu Ibu KTM:

“Saya cuma lulusan SMP. Ya dulu karena keadaan ekonomi orangtua belum stabil jadi ya terpaksa hanya tamat SMP terus gak lanjut lagi”.66

Latar belakang pendidikan merupakan landasan dasar yang dapat membangun sikap ataupun perilaku seseorang dalam membangun rumah tangga. Selain itu, pendidikan juga menjadi acuan dalam memahami dan menyampaikan persepsi mengenai keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah. Seperti yang kita pahami bersama bahwa subyek memiliki latar pendidikan sekolah dalam kategori rendah, namun rata-rata usia pernikahan pasangan keluarga infertil yang telah diteliti yaitu antara 25

66 Wawancara dengan Ibu KTM (Keluarga Infertil), 5 April 2021

sampai 30 tahun. Hal ini diutarakan secara langsung oleh subjek penelitian:

“Saya nikah tahun 1988 akhir. Mungkin sudah sekitar 32 sampai 33 tahun”.67

Perihal usia pernikahan juga disampaikan oleh Ibu SHT yaitu sebagai berikut:

“Menjalani hidup berumah tangga kurang lebih 27 tahun”.68 Usia pernikahan tersebut bukanlah usia yang sebentar. Bagaimana caranya keluarga dapat bertahan tanpa adanya seorang anak. Padahal anak merupakan dambaan dan idaman bagi setiap keluarga. Dinamika keharmonisan keluarga dapat dibangun ketika adanya seorang anak.

Meskipun keluarga ini belum memiliki anak, namun beliau sendiri mengatakan bahwa salah satu tujuan pernikahan adalah agar memiliki generasi penerus.

Selain informasi terkait latar belakang pendidikan dan usia penikahan, yang menjadi dasar keberlangsungan dalam hubungan berumah tangga adalah masalah ekonomi. Pada dasarnya pekerjaan dari subjek penelitian adalah ibu rumah tangga. Namun selain mengurusi urusan pekerjaan rumah sebagai pekerjaan wajib, ketiga subjek penelitian juga terkadang membantu suaminya di sawah dan salah satu subjek penelitian memiliki usaha ternak sapi dan budi daya ikan lele. Seperti yang disampaikan oleh Ibu SM:

67 Wawancara dengan Ibu KTM (Keluarga Infertil), 5 April 2021

68 Wawancara dengan Ibu SHT (Keluarga Infertil), 8 April 2021

“Saya ibu rumah tangga mba. Tapi kadang ya bantu suami di sawah sama di ladang. Selain itu ya punya usaha kolam lele, ternak sapi juga”.69

Mengenai pekerjaan subjek penelitian yang berstatus sebagai ibu rumah tangga juga disampaikan oleh Ibu SHT yakni:

“Saya ibu rumah tangga mba. Kalau suami ngampas pakaian”. 70 Ketiga subjek mengatakan bahwa pekerjaannya adalah ibu rumah tangga. Namun, mereka juga sering membantu pekerjaan suaminya.

Subjek 1 yakni ibu KTM seringkali membantu suaminya di sawah, sedangkan ibu SHT sering membantu suaminya untuk mempersiapkan pakaian yang akan dijual. Sedangkan ibu SM membantu merawat kolam ikan lelenya. Melihat dari faktor ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga yang berkecukupan, meskipun termasuk pada kategori keluarga menengah ke bawah. Sehingga untuk mewujudkan keluarga sakinah memiliki potensi yang cukup besar.

B. Persepsi Keluarga yang tidak Memiliki Anak tentang Keluarga Sakinah,