BAB VI PEMBAHASAN
6.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kematian Neonatal di
6.3.2 Pekerjaan Ibu
Ibu yang melakukan pekerjaan pada saat hamil memiliki
kemungkinan terkena pajanan zat fetotoksik, ketegangan fisik
berlebihan, kelelahan serta kesulitan yang berhubungan dengan
keseimbangan tubuh. Kondisi lain, seperti ibu sering berdiri di suatu
tempat dalam jangka waktu lama juga bisa berisiko terhadap varises
vena, flebitis dan edema yang bisa membahayakan ibu (Ladewig, dkk.,
2006).
Pada penelitian ini, status pekerjaan ibu dibedakan menjadi
bekerja dan tidak bekerja. Ibu dikatakan bekerja apabila ibu berprofesi
sebagai tenaga ahli/teknisi, pemimpin, pejabat, industri, jasa, pertanian
dan tenaga produksi. Sedangkan ibu dikatakan tidak bekerja apabila
ibu mengatakan tidak memiliki profesi-profesi tertentu.
Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah ibu yang bekerja
lebih banyak dibandingkan ibu yang tidak bekerja (54,7%). Ibu lebih
banyak bekerja pada bidang pertanian (19,5%), tenaga usaha jasa dan
penjualan (14%), dan pekerja industri (12,1%). Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan
kematian neonatal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
sebelumnya oleh Titaley, dkk (2008) bahwa status ibu bekerja
memiliki hubungan dengan kematian pada neonatal. Penelitian lainnya
yang dilakukan Faisal (2010) juga menunjukkan bahwa ibu yang
bekerja mempunyai kecenderungan untuk mengalami kejadian
kematian bayi 1,52 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak
bekerja. Penelitian lainnya di wilayah rural India menunjukkan terjadi
penurunan risiko kematian neonatal sebesar 10% pada neonatus yang
dilahirkan dari ibu yang tidak bekerja dibandingkan neonatus yang
dilahirkan dari ibu yang bekerja (Singh, dkk., 2013).
Penelitian di daerah rural Etiopia juga menunjukkan bahwa
kematian bayi lebih tinggi terjadi pada ibu yang bekerja yang
merupakan usaha miliki sendiri. Bayi dari ibu tersebut memiliki risiko
5,4 kali lebih besar untuk mengalami kematian dibandingkan bayi dari
ibu pada kelompok lainnya (petani, IRT) (Andargie, dkk., 2013).
Penelitian di daerah rural India juga menemukan bahwa anak dari ibu
yang tidak bekerja (tinggal di rumah) memiliki risiko lebih rendah
untuk meninggal selama periode neonatal dibandingkan anak dari ibu
yang bekerja (Singh, dkk., 2013).
Pada penelitian ini menunjukkan ibu sebagian besar bekerja
sebagai petani. Hasil penelitian kualitatif yang dilakukan Pusat
Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat,
Balitbangkes Kemenkes RI, di salah satu daerah rural Indonesia, Desa
Jrangoan (Suku Madura) Kecamatan Omben Kabupaten Sampang
Jawa Timur, menemukan bahwa remaja putri telah menikah umumnya
pada usia 17 tahun. Remaja putri tersebut yang kemudian menjadi
nyonya-nyonya kecil harus bisa membantu suami mengurus ladang
yang merupakan tempat mereka mencari nafkah. Ibu hamil tetap
bekerja ke sawah walaupun dalam kondisi hamil karena ingin
membantu suaminya mencari nafkah untuk keluarga. Kegiatan bertani
yang dilakukan oleh ibu hamil tersebut adalah menanam berbagai jenis
tanaman seperti padi, kacang-kacangan, singkong, ketela, cabai,
bawang dan tembakau (Kemenkes RI, 2012).
Ibu-ibu muda tersebut akan istirahat hanya saat menjelang
persalinan. Setelah melahirkan, ibu juga hanya diminta untuk duduk
sementara pekerjaan lain yang biasanya dikerjakan seperti memasak,
mencuci pakaian dan membersihkan rumah dilakukan oleh sang
suami. Namun, hal ini terjadi jika sang suami tidak pergi ke luar kota
untuk bekerja. Bagi ibu yang suaminya bekerja di luar kota, ibu tetap
harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti biasa. Selain itu,
mereka akan mulai bekerja setelah 35 hari dari persalinan dengan
alasan masa nifas telah selesai dan sudah mampu bekerja di ladang.
Pekerjaan di ladang yang dilakukan masyarakat suku madura ini
memang biasanya dilakukan oleh perempuan/ibu (Kemenkes RI,
2012). Kebiasaan ibu tetap bekerja juga ditemukan di Etnik Manggarai
Desa Waicodi Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa
Tenggara Timur, ibu hamil usia muda maupun usia kehamilan tujuh
bulan masih selalu bekerja membantu suaminya di ladang. Pada saat
menjelang persalinan, ibu juga dianjurkan untuk turut bekerja di kebun
agar janin dalam kandungan tidak diganggu roh jahat (Kemenkes RI,
2012).
Penelitian kualitatif lainnya pada masyarakat Etnik Ngalum
Distrik Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang Provinsi Papua
menemukan bahwa kebiasaan ibu saat hamil pada etnik ini yaitu dari
mulai menyiapkan sarapan untuk keluarga, memetik hasil kebun dan
kemudian menjualnya ke pasar, dimana jarak rumah ke pasar cukup
jauh. Ibu hamil dan ibu-ibu lainnya kemudian menggunakan hasil
penjualan dagangannya untuk membeli keperluan keluarga yang telah
habis. Selanjutnya ibu menyiapkan makanan siang untuk keluarganya
dan setelah semua selesai ibu melakukan pekerjaan lain, mencuci
pakaian, mencuci piring, mengangkat air dan bahkan kembali lagi ke
kebun mengangkat kayu bakar untuk memasak di rumah.
Kebiasaan-kebiasaan melakukan pekerjaan berat ini berlaku bagi seluruh ibu di
Etnik Ngalum baik ibu tidak hamil maupun tidak hamil (Kemenkes
RI, 2012).
Kebiasaan bekerja pada ibu hamil juga ditemukan pada Etnik
Dayak Siang Murung di Kalimantan Tengah, ibu hamil tetap memilih
bekerja walaupun keluarga dan suami menganjurkan tidak bekerja. Ibu
hamil tetap melakukan mantat (menyadap karet) sebagai mata
pencaharian mereka bersama suaminya di ladang (Kemenkes RI,
2012). Kebiasaan tetap bekerja juga ditemukan pada ibu hamil Etnik
Alifuru di Provinsi Maluku, ibu tidak pernah berhenti melakukan
kegiatan yang harus dilakukannya sehari-hari walaupun usia
kehamilannya sekitar enam bulan. Ibu tetap pergi ke hutan, mencari
air, serta mengurus rumah dan anak-anak seperti biasanya. Ibu
menganggap bahwa kehamilan tidak boleh menghalanginya dari tugas
dan kewajiban sehari-hari (Kemenkes RI, 2012).
Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitian ini dianjurkan
agar ibu hamil di daerah rural Indonesia menghindari pekerjaan yang
terlalu berat seperti melakukan pekerjaan tanpa jeda dari mulai pagi
sampai sore hari terutama pekerjaan berat seperti mengambil kayu di
hutan, menyadap getah karet dan membawa air dari hutan. Hal ini bisa
menyebabkan ibu hamil mengalami ketegangan atau kelelahan yang
bisa membahayakan kondisi kesehatannya serta janin yang
dikandungnya. Seperti diketahui hasil pada penelitian ini menunjukkan
bahwa ibu yang bekerja berhubungan dengan kejadian kematian
neonatal di daerah rural Indonesia.
Dalam dokumen
Determinan Kematian Neonatal di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012
(Halaman 135-139)