• Tidak ada hasil yang ditemukan

No Posisi Masalah yang dijelaskan - dilakukan

3.4 PEKERJAAN TAMBAH / KURANG

3.4.1 PEKERJAAN TAMBAH KURANG

Pekerjaan tambah atau kurang adalah suatu perubahan volume pekerjaan terjadi sebagai akibat kondisi lapangan yang tidak dapat dielakkan dalam rangka penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan. Pengertian pekerjaan tambah / kurang dibedakan dalam 2 jenis yaitu:

Kenaikan atau penurunan volume pekerjaan pada item tertentu yang sudah ada harga satuannya di dalam kontrak.

Variation Order atau Change Order yang belum ada kesepakatan harga satuannya di

dalam kontrak.

Sesuai dokumen kontrak, Pinpro/Pinbagpro mempunyai kewenangan untuk melaksanakan perubahan pekerjaan di lapangan antara lain :

Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum di dalam kontrak. Menghapus atau mengadakan jenis pekerjaan baru.

Mengubah spesifikasi pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan.

Mengubah ketinggian, kedudukan dan ukuran dari bagian-bagian pekerjaan.

Melaksanakan pekerjaan tambah yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan.

Perubahan bisa diusulkan baik oleh Pinpro/Pinbagpro maupun Kontraktor dan ditindaklanjuti dengan negosiasi atas dasar kewajaran harga. Untuk menghindari terjadinya dispute di kemudian hari, segala perubahan (pekerjaan tambah / kurang) agar: Dibuat tertulis dan ditandatangani oleh Pinpro/Pinbagpro, Konsultan Supervisi dan

Kontraktor.

3.4.2 PERPANJANGAN WAKTU PELAKSANAAN

Perpanjangan waktu diberlakukan apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat hal-hal yang dinilai layak dijadikan penyebab perlunya perpanjangan waktu pelaksanaan. Pada kasus tersebut, tugas Pinpro/Pinbagpro untuk mempelajari permasalahannya dan memperhitungkan jumlah hari yang layak disepakati untuk perpanjangan waktu pelaksanaan. Penetapan perpanjangan waktu pelaksanaan tidak boleh menunggu sampai PHO (Provisional Hand Over).

Adapun yang dimaksud dengan hal-hal yang dinilai layak untuk pengusulan perpanjangan waktu pelaksanaan adalah sebagai berikut :

Pekerjaan tambah. Perubahan design

Bencana alam yang dinyatakan oleh Gubernur.

Keterlambatan pekerjaan yang disebabkan oleh Pihak Pinpro/Pinbagpro (misalnya pengiriman bangunan atas jembatan, pembebasan tanah dan sebagainya).

Masalah yang timbul di luar kewenangan kontraktor.

Force majeur ( antara lain : huru-hara, perang, bencana alam)

Keterlambatan pekerjaan karena alasan cuaca (hujan) hanya dapat dibenarkan apabila didukung dengan data curah hujan (sangat besar) pada saat pelaksanaan kontrak.

a. Prosedur permintaan perpanjangan waktu kontrak

Perpanjangan waktu diusulkan secara tertulis ditujukan kepada Pinpro/Pinbagpro dengan menjelaskan alasan-alasannya dan disertai data pendukung. Usulan tersebut diteliti dan dievaluasi oleh Pinpro/Pinbagpro. Hasil evaluasi (berupa persetujuan atau penolakan) segera disampaikan kepada kontraktor secara tertulis. Bila Pinpro/Pinbagpro dapat menyetujui usulan yang diajukan, maka proses adendum kontrak harus segera dilakukan. Proses adendum kontrak karena perpanjangan waktu tersebut harus diikuti dengan perpanjangan waktu semua jaminan (jaminan pelaksanaan, jaminan uang muka, jaminan pemeliharaan)

b. Revisi jadual pelaksanaan

Sebagai konsekwensi dari persetujuan perpanjangan waktu pelaksanaan, Financial

Progress Schedule - S Curve juga perlu direvisi. Revisi jadual pelaksanaan disiapkan

tidak lebih dari 1 (satu) minggu sejak persetujuan perpanjangan waktu diterbitkan. Revisi S Curve harus dibuat sejajar dengan original S Curve (sesuai kontrak), dimulai dari titik rencana pencapaian perpanjangan progress awal akibat dari persetujuan perpanjangan waktu. Posisi titik rencana progress ini lebih tinggi dari actual progress

kontraktor, dengan demikian kontraktor harus melakukan upaya khusus untuk mencapai progress yang dikehendaki dalam revisi jadual pelaksanaan.

3.4.3 Denda (Liquidated Damage)

Denda adalah bentuk sanksi yang dikenakan kepada Pihak Kontraktor karena keterlambatan penyelesaian pelaksanaan pekerjaan. Ketentuan besarnya denda tergantung pada klausul yang tercantum di dalam Syarat-syarat Kontrak. Sejak waktu pelaksanaan kontrak dilampaui, denda sudah harus diperhitungkan dan dibayar ke Kas Negara pada setiap terjadi transaksi pembayaran.

Jika sumber pembiayaan proyek berasal dari APBN Rupiah Murni, maka Pinpro/Pinbagpro akan memotong langsung dari tiap tagihan pembayaran yang diajukan oleh kontraktor. Sedangkan apabila sumber dananya berasal dari Dana Pinjaman Luar Negeri maka kontraktor harus terlebih dahulu menyetor pembayaran denda melalui Kas Negara sebelum aplikasi tagihan pembayaran dari kontraktor diajukan kepada Badan pemberi Pinjaman.

3.4.4 Eskalasi / De-Eskalasi Harga

Rumus yang digunakan untuk menghitung eskalasi harga adalah sebagai berikut :

di mana,

E = Nilai eskalasi harga atau de-eskalasi harga (price adjustment)

Q = Kuantitas pekerjaan pada item pekerjaan yang mendapatkan eskalasi UPo = Harga Satuan Kontrak Asal (Original Unit Price Contract)

K = Faktor Eskalasi Harga

O = Koefisien atau faktor yang tidak disesuaikan (merupakan fixed factor untuk biaya kantor; misalnya : O = 10%, 15% atau 20% tergantung pertimbangan yang diambil pada waktu menyusun dokumen lelang).

l, m, f, e, dan t : komponen cost factor masing-masing untuk labour (l), material (m), fuel (f), equipment (e) dan transportation (t), nilainya ditetapkan oleh Employer untuk masing-masing item pekerjaan, dicantumkan di dalam Syarat-syarat Kontrak. Sebagai cross check, perlu diketahui bahwa O + l +

E = Q

x

Upo

x

(K-1)

m + f + e + t = 1,00 (jika tidak ada komponen cost factor selain l, m, f, e, dan t)

Catatan : Contoh yang pernah ada, O = 15%, t = tidak diperhitungkan, sehingga l + m +

f + e = 100% -15% = 85%.

Lo, Mo, Fo, Eo, To: angka index dasar (zero index) untuk Labour, Material, Fuel, Equipment dan Transport yang berlaku pada 30 hari sebelum pembukaan penawaran (bid opening), diambil dari data resmi yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik (bisa Pusat bisa Daerah, tergantung data mana yang dapat diperoleh)

Ln, Mn, Fn, En, Tn: angka index harga untuk Labour, Material, Fuel, Equipment dan Transport yang berlaku pada suatu bulan selama construction period, data pendukung diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik (Pusat atau Daerah) pada bulan yang bersangkutan. Jika data yang tersedia di Biro Pusat Statistik tidak lengkap perlu dibuat interpolasi dengan memperhitungkan trend perkembangan angka index yang bersangkutan.

Jika didalam dokumen kontrak terdapat klausul mengenai eskalasi (de-eskalasi), maka

Engineer, Engineer's Representative atau kontraktor perlu memberikan perhatian

terhadap masalah berikut ini:

Pembayaran kontrak akibat eskalasi harga hanya dapat dilakukan untuk item pekerjaan yang dicantumkan di dalam Syarat-Syarat Khusus Kontrak.

Perhitungan kuantitas item pekerjaan yang dibayar dengan eskalasi :

▪ Kuantitas yang dibayar eskalasinya diperoleh dari selisih kumulatif kuantitas tahun ke (i) yang dipilih dengan kumulatif kuantitas tahun ke (i-1) yang dipilih.

▪ Jika kemajuan pelaksanaan terlambat, maka kumulatif kuantitas yang dipilih adalah kumulatif kuantitas rencana.

▪ Jika kemajuan pelaksanaan ahead schedule, maka kumulatif kuantitas yang dipilih adalah kumulatif kuantitas actual.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mempercepat pembayaran eskalasi : ▪ Perhitungan faktor eskalasi per bulan dibuat dengan menggunakan trend line

perubahan Ln, Mn, Fn, En, Tn (regressi linear), diperhitungkan berdasarkan data yang tersedia di Biro Pusat Statistik.

▪ Hasil perhitungan tersebut diajukan kepada instansi yang berwenang untuk mendapatkan persetujuan.

▪ Berdasarkan persetujuan tersebut, tiap bulan dapat dibayarkan 70% dari perhitungan di atas.

▪ Setelah angka index diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik, perhitungan secara bertahap dapat disesuaikan dan pembayaran dapat dilakukan secara final setelah dipersiapkan Adendum Kontrak yang diperlukan.

Jika nilai kontrak disusun berdasarkan Harga Satuan berupa Rupiah saja, maka angka index untuk Lo, Mo, Fo, Eo, To dan Ln, Mn, Fn, En, Tn dapat didasarkan atas data yang secara resmi diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik. Jika nilai kontrak disusun berdasarkan Harga Satuan berupa Rupiah Currency + Foreign Currency, maka angka index untuk Lo, Mo, Fo, Eo, To dan Ln, Mn, Fn, En, Tn juga dapat didasarkan atas data yang secara resmi diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik, namun untuk porsi Harga Satuan Foreign Currency terlebih dahulu diekivalenkan ke dalam Rupiah dengan kurs pada saat 30 hari sebelum bid opening. Dengan demikian akan diperoleh Harga Satuan dalam Rupiah yang terdiri dari ex Rupiah Currency dan ex Foreign Currency yang dirupiahkan. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung eskalasi harga bagian mata uang asing menjadi sebagai berikut :

di mana,

Upo = Nilai Harga Satuan Kontrak Semula UPn = Nilai Harga Satuan Kontrak Tereskalasi

Eo = Kurs pada saat 30 hari sebelum pembukaan penawaran

Et = Kurs pada saat bulan perhitungan eskalasi untuk mata uang asing.

Dokumen terkait