• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pekerjaan Tanah

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Jakarta, November Tim Penyusun (Halaman 159-163)

BAB XI STANDAR TEKNIS PEKERJAAN KONSTRUKSI

11.2 STANDAR TEKNIS PEKERJAAN SIPIL

5.2.1 Pekerjaan Tanah

Umum

1)

Pekerjaan tanah meliputi pekerjaan yang berhubungan dengan pengupasan

dan penimbunan atau pembuangan tanah, batu-batu atau material lain dari atau ke tempat proyek, atau pembongkaran dan pembersihan bekas-bekas saluran air, selokan parit dan pembuangan bekas-bekas tanah longsor dan yang berhubungan dengan pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan standar, menurut gambar pelaksanaan atau petunjuk project manager.

2)

Pada lokasi yang akan diurug, kontraktor harus melakukan stripping terlebih

dahulu, sehingga mendapatkan permukaan tanah asli yang bebas dari segala bentuk kotoran, humus, akar-akar atau sisa-sisa material lain yang dapat membusuk.

3)

Bila yang akan didirikan bangunan kontraktor harus melakukan pengupasan,

ketebalan pengupasan ini minimum 30 cm dari permukaan tanah asli untuk tanah yang cukup baik tetap memperhatikan syarat-syarat tersebut diatas.

Sumber Penggunaan Material

1)

Material untuk timbunan site/lokasi terdiri dari material-material yang

sesuai untuk keperluan itu dan disetujui oleh project manager.

2)

Apabila tanah untuk pengurugan harus diambil dari luar site, maka tanah

yang diambil harus dari satu sumber dan harus dilakukan test laboratorium meliputi: compactor (standar proctor) kandungan bahan-bahan organik, plastisitas dan harus mendapat persetujuan project manager.

3)

Material yang ada dalam keadaan basah, dimana dalam keadaan kering

dapat dipakai harus dikeringkan lebih dahulu/sampai mencapai kadar air optimum baru kemudian digunakan untuk timbunan.

4)

Material penimbunan dari tanah asli yang didatangkan dengan memenuhi

persyaratan material penimbunan jalan, standar Bina Marga antara lain:  Bukan termasuk tanah lempung (clay)

147

 Memenuhi persyaratan plastisitas  Bersih dari bahan-bahan organik

 CBR rendaman laboratorium minimal 4%.

5)

Kepadatan yang harus dicapai di lapangan

 CBR minimal 1-4 %

 Kepadatan lapangan 95% dari kepadatan standard proctor laboratorium pada kadar air yang optimum.

Tanah Dasar dari Material yang Kurang Baik

Bila project manager menghendaki, kontraktor harus menggali tanah yang kurang baik mutunya sampai kedalaman yang dianggap cukup oleh project

manager sebelum pekerjaan konstruksi timbunan maupun bangunan dimulai.

Sebelum pekerjaan pengurugan dimulai, project manager dapat memerintahkan untuk memadatkan permukaan tanah yang telah dibersihkan itu dengan kepadatan yang tercantum dalam RKS ini.

Penghamparan dan Pemadatan

1)

Material untuk pengurugan didapat dari jenis yang telah disetujui project

manager akan dihamparkan berlapis-lapis dengan ketebalan perlapis 20 cm

lalu dipadatkan.

2)

Untuk melaksanakan hamparan, maka kontraktor harus melindungi dari

curahan hujan, panas matahari yang mengakibatkan perubahan kadar air optimum. Bila hamparan ini kena hujan, maka kontraktor harus mengupas kembali hamparan tersebut.

3)

Dalam pekerjaan penghamparan dan pemadatan ini kontraktor harus

melaksanakannya dengan sistem pentahapan atau pembagian lokasi per zona.

4)

Pekerjaan Pemadatan "Fill":

a. Pelaksanaan pemadatan dilakukan lapis demi lapis. Tiap lapis tidak boleh dari 25 cm tebal sebelum dipadatkan atau 20 cm setelah dipadatkan.

b. Pemadatan tanah dan pembentukan permukaan (shaping) dilakukan dengan blade graders dan 3 wheel power roller yang beratnya 8 ton sampai 10 ton atau pneumatic roller lainnya dengan mendapatkan persetujuan dari perencanaan sebelum tanah harus dipadatkan dengan sheep foot roller.

148

c. Tanah yang dipadatkan harus mencapai 90% kepadatan maksimum yang dapat dicapai pada keadaan kadar air optimum yang ditentukan dengan modified AASTHO T-99.

d. Selama pemadatan harus dikontrol terus kadar airnya, sebelum pemadatan kadar air dari fill material harus sama dengan kadar air optimum dari hasil test compaction modified proctor dari contoh fill material.

e. Apabila kadar air bahan timbunan/fill material lebih kecil dari kadar air optimum, maka fill material harus diberi air sehingga menyamai kadar optimum. Sebaliknya apabila kadar air bahan timbunan/fill material lebih besar dari kadar air optimum maka fill material harus dikeringkan terlebih dahulu atau ditambah dengan bahan timbunan yang lebih kering.

f. Apabila tanah yang dipadatkan telah mencapai nilai 100% compacted dari modified proctor (untuk lapisan sub grade setebal 30 cm di bawah sub base) tetapi tidak mencapai nilai soaked CBR=4, maka tanah (sub grade) tersebut harus diganti dengan fill material yang fill 100%

compacted mencapai nilai soaked CBR minimum = 5.

g. Setiap lapisan dari daerah yang dipadatkan harus ditest dengan field density test untuk mengetahui kepadatan tanah yang dicapai serta moisture content. Dapat dilakukan satu test untuk setiap 1500 m2 per

lapis field density test dengan cara sand cone.

h. Apabila tanah yang telah dipadatkan tidak mencapai 1,6 ton/m, maka

tanah tersebut harus diganti dengan tanah lain atau dicampur pasir, sehingga tanah tersebut menjadi 1,6 ton/m.

5)

Pemadatan tanah pada daerah "Cut"

Untuk daerah cut, maka tanah digaru/digali lagi minimum sedalam 30 cm kemudian dipadatkan hingga mencapai 100% compacted dari modified

proctor. Syarat pemadatan dengan daerah fill.

6)

Khusus untuk pemadatan pada daerah jalan

a. Kontraktor harus melakukan pemadatan daerah cut/fill pada badan jalan sampai dengan peil permukaan sub base.

b. Harus selalu dihindarkan terjadinya genangan-genangan air pada daerah badan jalan selama lapisan-lapisan konstruksi jalan tersebut dikerjakan.

149

1)

Sebelum dimulai pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya, diadakan test di

laboratorium untuk mendapatkan nilai kadar air optimum dan standar penggilasan dengan road roller/walls yang akan digunakan.

2)

Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kadar air optimum yang

akan dipakai dan hubungan antara jumlah penggilasan dengan kepadatan yang dapat dicapai contoh material urugan tersebut.

3)

Kontraktor wajib melaksanakan field density test sesuai dengan ASTM D

1556 (sand cone method) di lokasi pemadatan yang dilaksanakan. Lokasi tempat test ini akan ditentukan oleh project manager. Lapisan pemadatan berikutnya belum dapat dilaksanakan sebelum field density test dilakukan.

Kepadatan yang Harus Dicapai Untuk Konstruksi Urugan

Kepadatan yang dicapai untuk konstruksi urugan adalah sebagai berikut: Tiap lapisan tanah setinggi 20 cm harus dipadatkan sampai 95% dari kepadatan (kering) maximum yang dipakai test ASTM D 1556 (san cone method).

Kadar Air

1)

Material urugan yang tidak mengandung air yang cukup untuk dapat

mencapai kepadatan yang dikehendaki, harus ditambah air dengan alat penyemprot (sprinkler) dan dicampur sampai kadar air lebih tinggi dari seharusnya, tidak boleh dipadatkan sebelum cukup dikeringkan dan disetujui project manager untuk dipakai. Cara-cara mengeringkan tanah basah tersebut dapat dengan cara digelar/dihampar atau cara-cara lain yang umum dipakai.

2)

Test kadar air di lapangan dilakukan dengan alat pengetes yang cepat dan

disediakan oleh kontraktor.

3)

Pekerjaan pemadatan urugan tanah tadi harus dilaksanakan pada kadar air

optimum sesuai dengan sifat-sifat dan alat-alat pemadat yang tersedia.

Urugan Pasir

1)

Urugan pasir harus disirami semua lantai atau plat dasar dengan stemper

hingga padat.

2)

Urugan pasir dilakukan di bawah semua lantai atau plat dasar dengan tebal

urugan sesuai dengan gambar, termasuk lantai rabat, sehingga diperoleh peil-peil yang dikehendaki.

3)

Urugan pasir dilakukan juga pada bekas galian pondasi sebelah dalam

bangun dengan ketebalan sesuai dengan gambar rencana, dan di bawah pondasi, pipa dan lain-lain sesuai dengan gambar.

150

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Jakarta, November Tim Penyusun (Halaman 159-163)

Dokumen terkait