• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Pelaksanaan Outsourcing antara PT. Mahkota Group dengan

Pasal 59 ayat (1) Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan merumuskan bahwa: perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu:

1. Pekerja yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;

2. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama tiga tahun;

3. Pekerjaan yang bersifat musiman, atau;

4. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

Pada awal berdirinya pihak manajemen PT. Mahkota Group merencanakan mengenai status pekerja, selain pekerja dengan status pekerja tetap pada level managerial juga akan direkrut pekerja/buruh kontrak untuk pekerjaan pendukung seperti cleaning service dan security,59

59

Wawancara dengan Julia (HCM Coordinator PT. Mahkota Group) pada tanggal 2 Maret 2012.

namun setelah mengetahui adanya pengaturan yang melarang memperkerjakan pekerja kontrak lebih dari tiga tahun untuk pekerjaan yang dilakukan terus menerus maka perekrutan pekerja/buruh kontrak dibatalkan, pihak manajemen memilih menyerahkan sebagian dari pekerjaan tersebut kepada pihak ketiga dengan menggunakan jasa perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh.

Faktor lain yang mendorong pihak manajemen PT. Mahkota Group melakukan penyerahan sebagian pekerjaan melalui perusahaan penyediaan jasa pekerja/buruh adalah PT. Mahkota Group menyadari dari sudut pandang ekonomi penyerahan sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain membawa dampak yang positif bagi efisiensi dan efektifitas dalam hal biaya dan resiko ketenagakerjaan.60

Keuntungan yang diperoleh dari PT. Mahkota Group dengan menyerahkan sebagian pekerjaan melalui perusahaan penyediaan jasa pekerja/buruh adalah PT. Mahkota Group dapat membagi resiko dengan pihak lain, dengan diserahkan beberapa aktivitas perusahaan kepada pihak ketiga maka resiko akan ditanggung bersama misalnya ketika perusahaan harus melakukan pemutusan hubungan kerja dimana hal tersebut menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh. Selain itu, dengan outsourcing, perusahaan dapat mengurangi dan mengendalikan biaya operasional seperti biaya pengawasan dan pelatihan pekerja/buruh, Pengurangan biaya ini dapat dimungkinkan dengan bekerjasama dengan mitra

outsourcing yang memberikan penawaran jasa penyedia pekerja/buruh yang

kompeten dibidangnya dengan harga yang kompetitif.

61

Penggunaan pekerja/buruh outsourcing membuat perusahaan dapat memusatkan diri pada masalah dan strategi utama, karena pelaksanaan tugas sehari-hari yang kecil-kecil, seperti cleaning service diserahkan kepada pihak ketiga. Pelaksanaan tugas sehari-hari yang kecil-kecil seringkali menghabiskan waktu dan

60

Ibid

61

tenaga para manajer tengah yang sering kali bersifat counter productive terhadap pencapaian tujuan utama perusahaan, dengan mengalihkan non core business, para manajer perusahaan dapat lebih mengkonsentrasikan diri pada bisnis utama atau core businessnya sehingga akan dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik dan mempercepat perkembangan perusahaan.

Umumnya jenis pekerjaan yang diserahkan kepada pihak melalui pekerjaan pemborongan atau penyediaan jasa pekerja/buruh adalah sebagai berikut:

1. Outsourcing Pekerjaan, seperti: jasa pemeliharaan jalan untuk perkebunan kelapa sawit, dan jasa pembukaan lahan (land clearing).

2. Outsourcing Pekerja, seperti: Cleaning Service dan Security.

Berdasarkan uraian tersebut terlihat bahwa tidak semua pekerjaan diserahkan kepada pihak lain yang dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh. Hanya pekerjaan yang bersifat penunjang yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi atau core business yang diserahkan kepada perusahaan lain.

PT. Mahkota Group tidak memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas cleaning service dan security secara baik dan memadai, oleh sebab beberapa hal yang telah diuraikan diatas, PT. Mahkota Group menyerahkan kepada pihak ketiga melalui perjanjian kerjasama penyediaan jasa pekerja/buruh. Penyerahan kepada pihak ketiga telah dilakukan sejak perusahaan ini berdiri sampai

dengan sekarang. Mitra kerja perusahaan dalam jasa cleaning service adalah PT. ISS Indonesia.62

Penyerahan sebagian pekerjaan dari PT. Mahkota Group kepada PT. ISS Indonesia dilaksanakan melalui Perjanjian kerjasama penyediaan jasa cleaning sercive No. 073/MRS/2010/IV/M328. Perjanjian kerjasama tersebut bila dinalisa dari perspektif KUH perdata yaitu Pasal 1338 KUH Perdata (asas kebebasan berkontrak), “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Dengan demikian suatu kontrak yang telah memenuhi syarat menurut undang-undang sebagaimana diatur dalam Pasal 1338, diakui oleh hukum pelaksanaannya.

Berdasarkan pasal 1320 KUH Perdata untuk sahnya suatu perjanjian harus memenuhi empat syarat merupakan syarat pokok, yang dapat dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu:

1. Syarat subyektif,63

a) Kesepakatan

yaitu syarat-syarat yang berhubungan dengan subyek kontrak, terdiri:

62

Ibid

63

Suatu kontrak yang tidak dapat memenuhi syarat-syarat subyektif dapat dimintakan pembatalannya. Dengan kata lain, kontrak ini dari semula sudah dilaksanakan atau berlaku bagi para pihak, tetapi karena tidak terpenuhinya syarat subyektifnya, yaitu adanya kesepakatan dan kecakapan dari para pihak, atas permintaan dari pihak yang meminta pembatalan dapat dinyatakan batal oleh hakim, jika tidak kontrak itu selamanya sah dan berlaku

b) Kecakapan 2. Syarat obyektif,64

a) Hal tertentu

yaitu syarat-syarat mengenai obyek dari kontrak, yaitu:

b) Sebab yang halal

Perjanjian kerjasama penyediaan jasa pekerja/buruh antara PT. Mahkota Group dan PT. ISS Indonesia telah memenuhi persyaratan subjektif yaitu para pihak sepakat untuk mengadakan perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh, dimana pihak yang mengadakan kesepakatan memiliki kecakapan untuk mewakili PT. Mahkota Group dan PT. ISS Indonesia dan persyaratan objektif dalam kontrak tersebut terdapat hal tertentu yaitu penyediaan jasa pekerja/buruh untuk cleaning service dan dilakukan dengan sebab yang halal dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada didalam masyarakat.

Dari perspektif hukum ketenagakerjaan, dalam perjanjian kerjasama penyediaan jasa pekerja/buruh antara PT. Mahkota Group dengan PT. ISS Indonesia No. 073/MRS/2010/IV/M328 ada 4 (empat) hal yang dapat dianalisa antara lain :

1. Pekerjaan yang diberikan kepada pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh merupakan pekerjaan yang bersifat penunjang yaitu cleaning service dan bukan pekerjaan pokok yang berhubungan langsung dengan kegiatan produksi hal ini sesuai dengan Pasal 66 ayat (1) Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dimana dalam penjelasannya

64

Suatu kontrak adalah batal demi hukum katena tidak terpenuhinya syarat objektif dari kontrak sehingga dari semula sudah batal.

disebutkan yang dimaksud kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi adalah kegiatan yang berhubungan di luar usaha pokok (core business) suatu perusahaan. Kegiatan tersebut antara lain: usaha pelayanan kebersihan (cleaning service), usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh (catering), usaha tenaga pengaman (security/satuan pengamanan), usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan, serta usaha penyediaan angkutan pekerja/buruh. Pertanyaan yang kemudian muncul apakah yang termasuk pekerjaan pendukung terbatas pada pekerjaan yang terdapat dalam penjelasan pasal 66 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pengaturan mengenai jenis pekerjaan pokok dan penunjang (support) kurang lengkap karena tidak mendefinisikan secara jelas dan lengkap kategori pekerjaan–pekerjaan mana saja yang termasuk pekerjaan pokok dan pekerjaan penunjang (support) yang pada prakteknya akan menimbulkan perdebatan dan celah hukum untuk penyalahgunaan pekerja/buruh outsourcing;

2. Perjanjian kerjasama penyediaan jasa pekerja/buruh dibuat secara tertulis dan PT. ISS Indonesia yang merupakan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh memiliki badan hukum dan izin dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan sesuai Pasal 66 ayat (3) Undang–Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan hal ini dilakukan untuk menjamin pertanggung jawaban hukum perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh atas

perlindungan upah, kesejahteraan, syarat–syarat kerja dan penyelesaian jika terjadi perselisihan timbul yang berkaitan dengan pekerja/buruh outsourcing; 3. Dalam perjanjian tersebut tidak terdapat pasal–pasal yang berisikan penegasan

tentang hubungan kerja yang terjadi antara perusahaan penyedia jasa dengan pekerja/buruh yang dipekerjakan perusahaan penyedia jasa sehingga perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat–syarat kerja serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh hal ini tidak sesuai dengan Pasal 4 huruf b Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep.101/MEN/VI/2004 tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh;

4. Dalam perjanjian tersebut tidak terdapat pasal-pasal yang berisikan penegasan bahwa perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh bersedia menerima pekerja/buruh di perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh sebelumnya untuk jenis-jenis pekerjaan yang terus menerus ada diperusahaan pemberi pekerjaan dalam hal terjadi penggantian perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh hal ini tidak sesuai dengan Pasal 4 huruf c Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep.101/MEN/VI/2004 tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh.

Perjanjian ini butuh penambahan pasal – pasal yang belum mengakomodasi hal – hal yang diatur oleh peraturan yang berlaku dibidang ketenagakerjaan namun sangat disayangkan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP.101/MEN/VI/2004 tidak memuat sanksi apabila perjanjian penyerahan sebagian pekerjaaan melalui

perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh tidak sesuai Pasal 4 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP.101/MEN/VI/2004 sehingga tidak ada konsekuensi hukum bagi para pihak dalam perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh yang tidak merevisi perjanjian tersebut.

Ketidakjelasan mengenai rumusan hubungan kerja serta tidak adanya perjanjian tertulis yang menegaskan perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dan tidak adanya penegasan bahwa perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh bersedia menerima pekerja/buruh di perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh sebelumnya untuk jenis-jenis pekeraan yang terus menerus ada diperusahaan pemberi pekerjaan dalam hal terjadi penggantian perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh menimbulkan ketidakjelasan dalam perlindungan buruh/pekerja outsourcing PT. ISS Indonesia yang dipekerjakan di PT. Mahkota Group.

C. Hak dan Kewajiban Pekerja