• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Konsep Penilaian Portofolio

8. Pelaksanaan Penilaian Portofolio

Pelaksanaan penilaian portofolio mensyaratkan kejujuran siswa dalam melaporkan rekaman belajarnya dan kejujuran guru dalam menilai kemampuan siswa sesuai dengan kriteria yang yang telah disepakati. Guru harus mampu menunjukkan urgensi laporan yang jujur dari siswa. Hal ini terlihat jelas pada tahap pelaksanaan berikut ini:

a. Tahap Orientasi

Tahap orientasi ini pada dasarnya berupa pemberian informasi mengenai portofolio yang diharapkan untuk dihasilkan oleh siswa setelah selesai mengikuti pelajaran untuk jangka waktu satu semester, satu tahun atau tiga tahun. Informasi yang perlu disampaikan pada tahap orientasi ini adalah: (1) jadwal yang mencakup uraian tentang waktu pelaksanaan untuk setiap tugas, (2) beban tugas yang menggambarkan beberapa buah tugas yang harus diwujudkan dalam bentuk karya final oleh siswa, (3) tema untuk setiap tugas, (4) hasil kerja yang perlu tercakup pada portofolio. Termasuk di dalamnya adalah karya final beserta unsur-unsur pendukungnya seperti sket, komponen, bahan referensi, berbagai eksperimen media, catatan-catatan dan komentar sumber dan siswa mengenai karyanya.

b. Tahap Penilaian Formatif

Tahap penilaian formatif seiring dengan langkah-langkah siswa dalam memecahkan masalah artistik akan mengikuti tahap: (1) studi

pendahuluan untuk mendalami masalah, (2) pembuatan beberapa alternatif pemecahan masalah dalam bentuk sket kasar (3) pembuatan karya final berdasarkan salah satu karya yang terpilih.

Selama proses penciptaan karya ini berlangsung, guru memberikan umpan balik kepada siswa berdasarkan pengamatan terhadap apa yang dilakukan atau apa yang dibuatnya. Fokus pengamatan guru terarah pada dua hal yakni ide siswa dan bagaimana ide tersebut dinyatakan dalam kegiatan pencarian sumber-sumber nantinya. Dari kegiatan tersebut akan terjadi diskusi dalam proses pembelajaran dalam rangka menemukan tema atau topik apa yang hendak dijadikan hasil karya nanti, diskusi ini memungkinkan seorang guru untuk menilai tiga aspek kemampuan siswa yang saling berkaitan erat yakni: (1) kemampuan untuk berargumentasi tentang tema atau topik yang dipilihnya, (2) memberikan gambaran mengenai pemilihan tema tersebut, (3) mengambil keputusan bersama-sama untuk hasil karya yang akan dibuatnya.

c. Tahap Penilaian Sumatif

Tahap penilaian sumatif dilakukan pada akhir semester, tahun, atau program setelah portofolio sebagaimana yang telah ditugaskan pada orientasi telah dirampungkan oleh siswa. Penilaian sumatif diberikan untuk menenjukkan prestasi hasil belajar siswa yang tercermin pada portofolio yang dikembangkannya. Dalam pelaksanaannya, guru dapat memberikan penilaian terhadap prestasi belajar siswa dengan cara:

1) Membandingkan antara prestasi seorang siswa dengan siswa lainnya dengan pendekatan referensi.

2) Membandingkan antara prestasi siswa dengan standar kualitas artistik yang ditetapkan berdasarkan pendekatan referensi kriteria.

3) Membandingkan antara prestasi belajar siswa antara masa sebelum belajar dan masa sesudah belajar.

B. Kemampuan Keterampilan Proses sains 1. Pengertian Keterampilan Proses

Keterampilan proses adalah keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya. Ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi). Dengan kata lain keterampilan ini dapat digunakan sebagai wahana penemuan dan pengembangan konsep/prinsip/teori. Konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau dikembangkan ini akan memantapkan pemahaman tentang keterampilan proses tersebut.21

Keterampilan proses mewadahi kemampuan siswa untuk menggali makna yang terkandung dalam informasi, meliputi keterampilan

21

Conny Semiawan, dkk., Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), h. 16.

mendeskripsi, mencatat, mengklasifikasi, menilai, menafsirkan, inferensi, deduksi, prediksi, menganalisis, eksperimen, merencanakan dan menggeneralisasi. Keterampilan tersebut mengacu kepada keterampilan mengolah informasi (information processing).22

Keterampilan-keterampilan fisik dan mental pada dasarnya dimiliki anak meskipun dalam wujud potensi atau kemampuan yang belum terbentuk. Potensi itu dibawa anak sejak lahir. Potensi disebut juga dengan fitrah.

Dalam Alqur'an surat An-nahl ayat 78, Allah menegaskan

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur".23

Maka melalui pendidikan fitrah/potensi/kemampuan seorang anak dapat dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu menciptakan manusia yang berilmu pengetahuan yang tinggi dan juga berakhlaq mulia.

22

Khoirul Anam, Implementasi Cooperative Learning Dalam Pembelajaran Geografi, Adaptasi Model Jigsaw dan Field Study, (Jakarta: Buletin Pelangi Pendidikan volume 3, 2000), h. 1.

23

Departemen Agama Republik Indonesia,Alqur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: DEPAG), h. 413.

Dengan demikian guru dapat menumbuhkan, memproses dan mengarahkan serta mengembangkan fakta dan konsep menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan sikap dan nilai.

Pendekatan keterampilan proses diarahkan untuk mengembangkan kemampuan mendasar dalam diri peserta didik agar mampu menemukan perolehannya. Pembelajaran dilaksanakan melalui komunikasi timbale balik melalui tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran agar hasil yang diperoleh dapat diterapkan dalam kehidupan mereka di kemudian hari. Upaya melibatkan anak secara aktif dalam proses pendidikan disebut dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).24

Jadi, pendekatan keterampilan proses adalah suatu strategi pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan dan keterampilan fisik dan mental peserta didik menuju keaktifan melalui CBSA untuk menemukan dan mengembangkan fakta dan konsep serta pertumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai dalam diri peserta didik.

Dengan menggunakan keterampilan proses akhirnya akan terjadi interaksi antara konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau yang telah dikembangkan di sekolah. Keterampilan proses kebanyakan digunakan untuk menguji konsep yang telah ada atau verifikasi saja. Dengan adanya keterlibatan siswa secara aktif baik fisik, mental maupun sosialnya dalam proses belajar mengajar dapat menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri,

24

serta sikap inovatif dan kreatif dan mengembangkan keterampilan berpikir, sikap dan keterampilan lainnya.25

Dengan demikian pembelajaran dengan keterampilan proses menuntut keaktifan siswa, guru hanya berfungsi sebagai pembimbing dan fasilitator saja. Dengan menggunakan keterampilan proses siswa akan menemukan sendiri konsep melalui berbagai kegiatan sehingga pemahaman terhadap konsep itu lebih melekat dan bermakna. Siswa mampu memproses perolehan konsep dan sikapnya itu ke dalam kehidupan sehari-hari.