• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Perjanjian Tukar Guling ( Ruilslag ) Antara BULOG dan PT. Goro Batara Sakti

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGALIHAN HAK MILIK ATAS KEKAYAAN NEGARA

B. Pelaksanaan Perjanjian Tukar Guling ( Ruilslag ) Antara BULOG dan PT. Goro Batara Sakti

Pada tanggal 16 Februari 1995 Beddu Amang dilantik sebagai Kepala Badan Urusan Logistik (Kabulog) berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 61/ tahun 1995 tanggal 10 Februari 1995. Keesokan harinya yaitu pada tanggal 17 Februari 1995, di Kantor Badan Urusan Logistik (Bulog) Jalan Gatot Subroto No. 49 Jakarta Selatan Beddu Amang membuat Memorandum of Understanding (MOU) No. 001/Bulog-Sas/11/1995 dengan Hutomo Mandala Putra alias Tomi bin Soeharto selaku Direktur Utama PT. Sekar Artha Sentosa yang bermaksud akan meruilslag (tukar menukar barang milik atau kekayaan negara) lahan milik Badan Urusan Logistik (Bulog) berupa sebidang tanah, gedung kantor dan gudang yang terletak di Kelapa Gading Jakarta Utara seluas ± 50 ha dikenal umum sebagai komplek Pergudangan Bulog Jakarta Utara (untuk selanjutnya disebut sebagai lahan), sedangkan sebagai lahan pengganti saksi Hutomo Mandala Putra alias Tomi bin Soeharto menyediakan sebidang tanah seluas ± 125 ha, di kawasan dengan peruntukan pergudangan sesuai dengan lokasi yang diminta oleh Badan Urusan Logistik, pengurusan pembebesan tanah sampai keluar sertifikatnya akan dilakukan oleh Hutomo Mandala Putra alias Tomi bin Soeharto.

Ketika membuat MOU No. 001/Bulog-Sas/II/1995 tanggal 17 Februari 1995 tersebut, unit pemakai barang yaitu Kadolog Jaya belum mengajukan permohonan tukar menukar aset Bulog tersebut secara berjenjang kepada Beddu Amang selaku Kepala Badan Urusan Logistik disertai dengan data

lxvi

pendukung mengenai aset pengganti sebagaimana ditentukan dalam angka 2 sub (a) ayat (1), (2) lampiran Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 350/KMK.03/1994 tanggal 13 Juli 1994 tentang Tata Cara Tukar Menukar Barang Milik Kekayaan Negara.

Menindak lanjuti MOU No. 001/Bulog-Sas/11/1995 tanggal 17 Februari 1995 tersebut, atau setidak-tidaknya untuk tujuan tukar menukar barang atau milik kekayaan negara (Badan Urusan Logistik) dengan Hutomo Mandala Putra alias Tomi bin Soeharto, Beddu Amang membuat surat kepada Menteri Keuangan yaitu Surat No. B-628/UU/06/1995 tanggal 8 Juni dengan menunjuk Surat Menpangan No. B-87/Menpangan/Y/1994 tanggal 16 Mei 1994, perihal ruilslag Gudang Bulog Kelapa Gading Sunter Jakarta Timur dimana Beddu Amang mengajukan usulan tukar menukar barang atau milik kekayaan negara (ruilslag) tanah milik Badan Urusan Logistik berupa tanah seluas 48 ha dengan jumlah unit Gudang 76 unit @ 350 Ton dengan alasan:

b) Lingkungan komplek Gudang Bulog Kelapa Gading berkembang menjadi daerah pemukiman atau perumahan penduduk Real Estate Kelapa Gading yang cukup padat, sehingga sistem pengelolahan gudang yang erat hubungannya dengan Treatment Fumi Asi menjadi terhambat;

c) Warga sekitarnya sudah sering menyampaikan keberatannya, baik dilakukan melalui surat maupun Mas Media, dan terakhir pada tahun 1991 dan 1992 warga Kelapa Gading mengadukan masalah pencemaran lingkungan kepada Gubernur DKI Jakarta;

lxvii

d) Lalu lintas pada jalur Pelabuhan Tanjung Priok ke komplek Pergudangan Kelapa Gading melalui Jalan Laksamana Yos Sudarso Jalan Perintis Kemerdekaan Komplek Perumahan atau Pertokoan Kelapa Gading sangat padat, sehingga pada siang hari secara keseluruhan jalur tersebut tidak dapat dilalui kendaraan truk gandeng, hal tersebut mengakibatkan lamanya waktu bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Tanjung Priok, sehingga menimbulkan demurage dan tingginya ongkos angkut yang akhirnya secara langsung sangat merugikan Bulog, bahwa alasan yang diajukan Bedu Amang tersebut bertentangan dengan alasan tukar menukar barang milik kekayaan negara sebagaimana ditentukan secara limitatatif dalam lampiran Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 350/KMK/03/1994 tanggal 13 Juli 1994 butir (d) adalah :

1. Lahan tersebut terkena Planologi;

2. Lahan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal;

3. Menyatukan aset yang lokasinya terpencar untuk memudahkan koordinasi dan dalam rangka efisiensi;

4. Memenuhi kebutuhan operasional pemerintah sebgai akibat perkembangan organisasi;

5. Pertimbangan khusus dalam rangka pelaksanaan rancang strategi Hankam;

tukar menukar dengan alasan tersebut di atas dilaksanakan karena dana untuk keperluan memenuhi kebutuhan Depatemen, atau lembaga tidak tersedia dalam APBN;

lxviii

Melengkapi Surat No. B-628/II/06/1995 tanggal 8 Juni 1995, Beddu Amang membuat memorandum tanggal 25 Juli 1995 dan mengirimkannya kepada menteri Keuangan RI di mana Beddu Amang menyatakan bahwa menurut Presiden RI saat itu, H.M. Soeharto, rencana ruislag tersebut dapat diteruskan dengan bekerja sama dengan PT. Goro Batara Sakti, Menteri Keuangan Ri membuat surat kepada Presiden RI yaitu surat No.S-464/MK.03/1995 tanggal 31 Juli yang isinya meneruskan alasan-alasan

ruilslag yang diajukan oleh Beddu Amang, yang kemudian dijawab oleh

Presiden RI melalui Menteri Sekretaris Negara Moerdiono dengan surat No. B-230/M.Segneg/10/1995 tanggal 11 Oktober 1995 yang ditujukan kepada Menteri Keuangan RI yang isinya menyatakan pada prinsipnya Bapak Presiden RI menyetujui usul Menteri Keuangan mengenai rencana tukar menukar tanah seluas 502.315 meter persegi sertifikat No. 5 beserta bangunan gudang di atasnya milik Bulog di Kelapa Gading Barat Jakarta Utara dan sebagai pelaksana ditunjuk PT. Goro Batara Sakti. Namun pada tanggal 11 Agustus 1995 sebelum Surat Presiden RI melalui Surat Menteri Sekretaris Negara No. B-230/M.Sekneg/10/1995 tanggal 11 Oktober 1995 dikeluarkan, Beddu Amang telah terlebih dahulu membuat MOU dengan Hutomo Mandala Putra alias Tomi bin Soeharto selaku Komisaris Utama PT. Goro Batara Sakti dan terdakwa selaku Direktur Utama PT. Goro Batara Sakti, padahal pada saat itu H. M. Ricardo Gelael bin Dick Gelael telah mengetahui bahwa Bulog masih terikat masalah ruilslag dengan PT. Sekar Artha Sentosa sesuai dengan MOU No. 001/Bulog-Sas/II/95 tanggal 17 Februari 1995.

lxix

Dalam MOU tanggal 11 Agustus 1995 tersebut dinyatakan bahwa Beddu Amang selaku Kabulog pemilik atas sebidang tanah yang terletak di Jakarta Utara seluas ± 50 ha, sedangkan Hutomo Mandala Putra alias Tomi bin Soeharto dan H. M. Ricardo Galael akan menyediakan sebidang tanah yang terletak dikawasan Marunda seluas ± 150 ha sesuai dengan peruntukan pergudangan di lokasi yang diminta oleh Bulog pengurusan pembebasan tanah sampai keluar sertifikatnya akan dilakukan oleh H. M. Ricardo Galael dan Hutomo Mandala Putra alias Tomi bin Soeharto, sedangkan untuk perkantoran pengganti kantor Dolog Jaya disediakan tanah di Jalan Achmad Yani seluas ± 3 ha untuk menindaklanjuti kesepakatan yang tertuang di dalam MOU 11 Agustus 1995. Beddu Amang membentuk tim Bulog dan H. M. Ricardo Galael dan Hutomo Mandala Putra bin Soeharto membentuk tim Counter Part PT. Goro Batara Sakti untuk menuntaskan dan merealisasikan rencana MOU ini dalam waktu sesingkat-singkatnya.

C. Indikasi Tindak Pidana Korupsi dalam Perjanjian Tukar Guling