• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Prinsip Transparansi Oleh Perusahaan Jasa Penilai

BAB IV IMPLEMENTASI PRINSIP TRANSPARANSI OLEH

B. Pelaksanaan Prinsip Transparansi Oleh Perusahaan Jasa Penilai

Pada hakikatnya, Usaha Jasa Penilai adalah badan usaha yang berpredikat

sebagai lembaga kepercayaan, wajib memberikan penilaian yang independen.219

216 SPI 103 Pasal 5.3.1.11 217 SPI 103 Pasal 5.3.3 218 SPI 103 Pasal 8.0

219 Pasal 67 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64.

Perusahaan Penilai sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal mempunyai kedudukan yang cukup penting, karena lembaga ini berperan dalam menentukan nilai wajar dan harta milik perusahaan. Nilai ini diperlukan sebagai bahan informasi bagi para investor dalam mengambil keputusan investasi. Salah satu tolok ukur yang dipergunakan untuk menilai keadaan perusahaan go public adalah dengan mengetahui seberapa jauh nilai harta tetap perusahaan bersangkutan.

Peran penilai antara lain220

c. Penilai berperan menilai keberadaan suatu barang/benda secara fisik dan

non fisik. Secara fisik berarti menilai berapa nilai barang tersebut jika dirupiahkan.

:

d. Dalam bentuk fisiknya, harta kekayaan dapat berupa harta tetap, harta tidak

tetap maupun yang tidak berwujud. Semua itu menjadi tanggung jawab penilai.

Aset merupakan harta kekayaan dari emiten sehingga perlu diberikan penilaian yang objektif dan terbuka. Sebab bagian inilah yang dibeli dan dibayar oleh pemodal, atau yang dapat dijadikan agunan terhadap pinjaman dari pemodal. Dengan demikian, penilai bisa menentukan seberapa besar nilai kekayaan emiten. Selanjutnya nilai kekayaan ini akan menentukan harga saham atau obligasi.

Karena itu emiten sangat erat kaitannya dengan keberadaan penilai.221

Hasil dari penilaian tersebut akan dilampirkan dalam dokumen prospektus emiten, untuk selanjutnya dijadikan bahan informasi oleh calon investor. Oleh karena itulah profesi penilai diharapkan dapat bekerja secara transparan dan memberikan penilaian yang independen. Penilaian yang independen ini diperlukan untuk menghindari tindakan penipuan informasi bagi calon investor oleh perusahaan yang akan go public , karena umumnya dalam mekanisme penawaran umum perdana, emiten ingin menarik minat calon investor melalui nilai harta dan aset perusahaan yang besar. Padahal, pemodal menginginkan suatu penilaian yang independen dan objektif atas aset-aset perusahaan, sehingga

220 Sarwidji Widoatmodjo, (2), Loc.cit., hal. 79.

221

mereka merasa yakin bahwa mereka berinvestasi di perusahaan yang potensial. Karena apabila seorang pemodal berinvestasi di perusahaan yang laporan penilaian asetnya tidak dapat dijamin transparansi dan independensinya, maka hal ini akan menimbulkan kerugian yang besar dikemudian hari bagi pihak investor. Oleh karena itu sangat ditekankan penerapan prinsip transparansi oleh perusahaan jasa penilai dalam melaksanakan tugasnya.

Seorang Penilai tidak boleh dengan sengaja melakukan penilaian, membuat laporan, penilaian, membuat surat keterangan atau komunikasi lain tentang

penilaian apabila mengandung salah satu hal berikut:222

a. Berisi Pernyataan atau informasi yang secara material tidak benar atau

menyesatkan atau yang dibuat sembarangan; atau

b. Penghilangan atau pengaburan informasi penting yang harus disertakan,

sehingga dapat berakibat menyesatkan.

Apabila Penilai menyadari adanya informasi yang tidak benar, maka harus segera mengambil tindakan dengan cara melakukan koordinasi dengan Pemberi Tugas terkait dengan informasi tersebut, misalnya dengan melakukan revisi atas

laporan penilaian.223

Prinsip kerahasiaan mewajibkan semua Penilai untuk tidak melakukan:224

a. Pengungkapan di luar institusinya atau penggunaan informasi rahasia yang

diperoleh dari layanan jasa penilaian tanpa persetujuan kecuali memiliki hak secara legal atau hak profesi atau kewajiban untuk mengungkapkan; dan

222

Kode Etik Penilai Indonesia 2013 Pasal 4.1.2

223

Kode Etik Penilai Indonesia 2013 Pasal 4.1.3

224

b. Pengungkapan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.

Penilai harus menjaga kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan sosial, bersikap waspada terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak disengaja, terutama untuk rakan bisnis yang dekat atau keluarga yang dekat. Penilai harus menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh Pemberi Tugas, menjaga

kerahasiaan informasi dalan institusinya ataupun tim kerjanya.225 Penilai harus

mematuhi prinsip kerahasiaan, bahkan setelah berakhirnya hubungan kerja dengan Pemberi Tugas, tetapi terdapat beberapa pengecualian terhadap pengungkapan informasi rahasia atau dituasi dimana pengungkapan tersbut diperlukan, yakni Pertama, apabila pengungkapan diperbolehkan oleh hukum dan diberi wewenang oleh Pemberi Tugas. Kedua, pengungkapan yang diharuskan oleh hukum, misalnya penyediaan dokumen atau bukti lainnya dalam proses hukum atau pengungkapan kepada otoritas yang berwenang karena adanya pelanggaran hukum. Ketiga, kewajiban atau hak profesi untuk mengungkapkan yang tidak dilarang oleh hukum, yaitu untuk memenuhi review kualitas dari Asosiasi Profesi Penilai, untuk menanggapi pemeriksaan oleh organisasi Pembina profesi,, untuk melindungi kepentinagn profesi dari Penilai dalam proses hukum, dan untuk

memenuhi standar teknis dan persyaratan etik.226

Tanggung jawab utama Penilai terhadap Pemberi Tugas adalah memberikan penilaian yang lengkap dan teliti tanpa menghiraukan atau memperhatikan keinginan dan instruksi-instruksi atau permintaan pihak Pemberi Tugas yang

225

Kode Etik Penilai Indonesia 2013 Pasal 4.4.2 - 4.4.4

226

sifatnya dapat memengaruhi kemandirian atau untuk mengubah hasil penilaian yang obyektif dan tidak memihak sebagaimana ditetapkan dalam SPI. Namun demikian, dalam hal Pemberi Tugas tidak memberikan data dan informasi yang benar, termasuk antara lain identifikasi jenis properti dan oenunjukan lokasi yang salah, maka Penilai dibebaskan dari tanggung jawab atas hasil penilaian yang tidak tepat dikarenakan kesalahan tersebut. Hubungan kerja antara Penilai dengan Pemberi Tugas wajib dituangkan dalam perjanjian tertulis yang akan menjadi dasar hukum penugasan dan hubungan kerja kedua belah pihak yang isinya antara lain menyebutkan jenis kegiatan atau penugasan, jangka waktu penugasan dan imbalan jasa yang telah disepakati kedua belah pihak sesuai dengan standar yang

berlaku.227 Penilai wajib bertindak dengan cara yang profesional dalam hubungan

kerja dengan Pemberi Tugas dan wajib merahasiakan sebagian atau seluruh data dan hasil perhitungan serta Laporan Penilaian kepada pihak yang tidak berhak,

kecuali Penilai mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas.228

Apabila Pemberi Tugas menggunakan laporan penilaian untuk tujuan yang berbeda dari yang disepakati, maka Penilai tidak wajib bertanggung jawab atas

laporan yang digunakan untuk tujuan berbeda tersebut.229 Penilai wajib menaati

hukum serta perundang-undangan yang berlaku berkaitan dengan profesinya sebagai Penilai maupun kegiatan lainnya yang terkait dengan penilaian dalam

rangka memberikan kepastian hukum kepada pengguna jasa Penilai.230

227

Kode Etik Penilai Indonesia 2013 Pasal 7.2.1-7.2.2

228

Kode Etik Penilai Indonesia 2013 Pasal 7.2.4

229

Kode Etik Penilai Indonesia 2013 Pasal 7.4.3

230

C. Tanggung Jawab Hukum Penilai Terhadap Pelaksanaan Kegiatannya