• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Tinjauan Teori serta Konsep

3. Pelaksanaan Program Adiwiyata

Mewujudkan program Adiwiyata dibutuhkan 4 (empat) indikator yang harus dipenuhi oleh tempat berlatih yakni:

a. Penyusuna Program Berwawasan Area

Meter, dkk. Dalam Rohman (2009: 134) mengatakan kalau pelaksanaan kebijakan dimaksudkan sebagai keseluruhan tindakan yang dilakukan oleh individu-individu, pejabat atau kelompok pimpinan atau swasta yang diarahkan kepada pencapaian tujuan kebijakan yang telah ditentukan. Tindakan itu merupakan usaha sesaat yang bertujuan mentransformasikan keputusan kedalam istilah operasional, atau pun

usaha berkelanjutan agar mencapai perubahan-perubahan besar serta kecil yang diamanatkan pada keputusan –keputusan kebijakan.

Buku panduan Adiwiyata 2012 ada enam indikator kebijakan yang perlu terus menerus diusahakan. Pertama, pengembangan visi serta misi yang terdapat dalam dokumen yang tercermin sebagai upaya perlindungan serta penegelolaan area biotik. Kedua, visi misi diuraikan ke dalam program, kegiatan tempat berlatih serta dipahami oleh semua warga tempat berlatih. Ketiga, asertaya kebijakan dalam pengembangan materi pemberlatihan edukasi area biotik. Kriteria terakhir merupakan asertaya kebijakan alokasi rencana kegiatan serta anggaran tempat berlatih (RKAS) minimal 10% serta dialokasikan secara proporsional demi upaya pengelolaan area tempat berlatih.

1) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Kebijakan

Pelaksanaan suatu kebijakan menghasilkan keberhasilan yang diharapkan oleh pembuat kebijakan serta kelompok yang menjadi sasaran kebijakan itu. Rohman (2009:147) menyatakan, kalau ada tiga faktor yang dapat menentukan kegagalan serta keberhasilan dalam Pelaksanaan kebijakan yakni:

a) Faktor yang terletak pada rumusan kebijakan yang telah dibuat oleh para pengambil keputusan, menyangkut kalimatnya jelas atau tidak, sasarannya tepat atau tidak, mudah dipahami atau tidak, mudah diinterpretasikan atau tidak, serta terlalu sulit dilaksanakan atau tidak

b) Faktor yang terletak pada personil pelaksana, yakni yang menyangkut tingkat edukasi, pengalaman, motivasi, komitmen, kesetiaan, kinerja, kepercayaan diri, kebiasaan-kebiasaan, serta kemampuan kerja sama dari para pelaku pelaksana kebijakan. Termasuk dalam personil pelaksana merupakan latar belakang budaya, bahasa, serta ideologi kepartaian masing-masing. Semua itu akan sangat mempengaruhi cara kerja mereka secara kolektif dalam menjalankan misi pelaksanaan kebijakan.

c) Faktor yang terletak pada system organisasi pelaksana, yakni menyangkut jaringan sistem, hierarki kewenangan masing-masing peran, model distribusi pekerjaan, gaya kepemimpinan dari pemimpin organisasinya, aturan main organisasi, target masing-masing tahap yang ditetapkan, model monitoring yang biasa dipakai, serta evaluasi yang dipilih.

b. Program Kurikulum Berbasis Area

Suryobroto (2004:32) Kurikulum berbasis area merupakan kurikulum yang memuat tentang materi pengelolaan serta perlindungan terhadap area biotik yang disampaikan bersama beragam cara dalam upaya memberikan pemahaman tentang area biotik.

Kurikulum merupakan segala pengalaman edukasi yang diberikan oleh tempat berlatih pada seluruh anak didik, baik dilakukan dalam tempat berlatih maupun di luar tempat berlatih. Rusman (2009:3) menyatakan kalau kurikulum merupakan perangkat rencana serta pengaturan

mengenai tujuan, isi serta bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pemberlatihan demi mecapai tujuan edukasi tertentu. Pendapat lain dari Alberty ( Rusman, 2009:3) berpendapat kalau kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada murid di bawah tanggung jawab tempat berlatih.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan kalau kurikulum merupakan serangkaian aktivitas pengalaman edukasi agar murid yang diberikan kepada tempat berlatih demi mencapai tujuan edukasi yang telah ditentukan.

1) Latar Belakang Edukasi Area Biotik

UU Pasal 65 ayat 2 tentang Perlindungan serta Pengelolaan Area Biotik (PPLH) menyebutkan “setiap orang berhak mendapatkan edukasi area biotik, akses informasi, serta hak atas area yang baik serta sehat keadilan dalam memenuhi hak atas area biotik yang baik serta sehat”. Amanat Undang-Undang itu telah dinyatakan bersama jelas kalau setiap Warga Negara mempunyai hak agar mendapatkan edukasi area biotik selain juga akses partisipasi serta akses keadilan dalam memenuhi hak atas area yang baik serta sehat. Menurut buku Panduan Pelatihan serta Penilaian Pelaksanaan Program Adiwiyata Tahun 2012. Edukasi Area Biotik (PLH) merupakan :

“Upaya mengubah perilaku serta sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen penduduk yang bertujuan agar meningkatkan pengetahuan keterampilan serta kesadaran penduduk tentang nilai – nilai area serta isu permasalahan area yang pada akhirnya dapat menggerakkan penduduk agar berperan

aktif dalam upaya pelestarian serta keselamatan area agar kepentingan generasi sekarang serta yang akan datang”

1) Tujuan Edukasi Area Biotik

Menurut buku Panduan Pelatihan serta Penilaian Pelaksanaan Program Adiwiyata Tahun 2012, Edukasi Area Biotik (PLH) merupakan agar mendorong seseorang memberikan penduduk kesempatan agar memperoleh beragam keterampilan serta pengetahuan bersama harapan kalau penduduk mempunyai kesadaran agar melindungi, memperbaiki serta memanfaatkan area biotik secara bijaksana agar kepentingan jangka pendek serta jangka panjang. Yusuf (Hamzah: 2013) menambahkan kalau tujuan pokok yang hendak dicapai dalam edukasi area biotik merupakan (1) membantu anak didik memahami area biotik bersama tujuan akhir agar mereka mempunyai kepedulian dalam menjaga serta melestarikan area biotik serta sikap yang bertanggung jawab, serta (2) memupuk keinginan serta mempunyai keterampilan agar melestarikan area biotik dapat melestarikan area biotik dalam sistem kebiotikan bersama bersama bekerja secara rukun serta aman.

Konferensi Tbilisi 1977 (Hamzah, 2013) lebih lanjut merinci tujuan yang ingin dicapai dalam edukasi area biotik merupakan (1) agar membantu menjelaskan masalah kepedulian serta perhatian tentang saling keterkaitan antara ekonomi. Sosial, politik serta ekologi di kota maupun di wilayah pedesaan. (2) agar memberikan kesempatan pada setiap orang agar mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, komitmen,

serta kemampuan yang dibutuhkan agar melindungi serta memperbaiki area biotik, serta (3) agar menciptakan pola perilaku yang berupa serta individu, kelompok, serta penduduk sebagai suatu keseluruhan terhadap area biotik.

2) Penyusunan Kurikulum Berbasis Area

Fajarisma (2014:167) kurikulum berbasis area secara sederhana dapat dipelaksanaankan bersama cara penyampaian materi area biotik melalui kurikulum yang beragam variasi agar memberikan pemahaman tentang area biotik yang dikaitkan dalam kebiotikan sehari-hari. Panduan Adiwiyata (2012:20) dijelaskan kalau, indikator yang harus dikembangkan bersama pengembangan kurikulum berbasis area yakni mengintgrasikan edukasi area biotik pada mata pelajaran serta monolitik sebagai mata pelajaran tersendiri atau muatan lokal bersama menyusun kurikulum, silabus edukasi area biotik yang monolitik serta terintegrasi.

Hal ini bisa dibuktikan bersama jumlah pengajar yang mengampu edukasi area biotik baik monolitik maupun terintegrasi bersama mempunyai edukasi area biotik sesuai beban materi yang diajarkan. Pengembangan kurikulum berbasis area juga ditandai bersama tersedianya bahan ajar literatur/referensi sekurang – kurangnya 10 judul yang relevan bersama isu area, yang tidak kalah pentingnya merupakan asertaya dokumentasi hasil berlatih edukasi area biotik setiap murid. Pengembangan Kurikulum berbasis area juga harus ditandai bersama

teridentifikasinya isu area lokal yang dapat mendukung perlindungan serta pengelolaan area biotik.

Kriteria yang ketiga merupakan pengembangan metode berlatih berbasis area serta budaya ditandai bersama asertaya aksi provokatif yang mendorong terciptanya karakter peduli serta berbudaya area, dilakukannya edukasi area biotik secara proporsional antara teori serta praktik, penerapan secara variatif metode pemberlatihan yang berfokus pada murid sesuai bersama kebutuhan antara lain FGD (Focus Group

Discussion), penugasan, observasi, project work, dll. Pemanfaatan nara

sumber antara lain tokoh penduduk, pakar area biotik, orang tua murid secara terencana, serta terkait bersama mata pelajaran, pemanfaatan nilai kearifan serta budaya lokal dalam pemberlatihan area biotik, pemanfaatan area sekitar dalam pengembangan metoda berlatih baik biotik maupun abiotik.

Kriteria yang terakhir merupakan pengembangan kegiatan kurikuler agar meningkatkan pengetahuan serta kesadaran murid tentang area biotik yang ditandai bersama terlaksananya kegiatan perlindungan serta pengelolaan edukasi area biotik yang terkait bersama pelaksanaan kurikulum, serta hasil kegiatannya yang mendukung peningkatan pengetahuan serta kesadaran tentang edukasi area biotik sesuai bersama 50% dari jumlah mata pelajaran yang diintegrasikan serta monolitik, mengpelaksanaankan hasil pemberlatihan edukasi area biotik secara terbuka bagi penduduk melalui pameran, seminar atau workshop minimal

dua (2) kegiatan per tahun, dapat disimpulkan kalau pelaksanaan kurikulum berbasis area dapat dilakukan bersama penerapan metode berlatih bersama mengaitkan nilai nilai pengelolaan area biotik, pengembangan isu pemberlatihan area biotik serta asertaya literatur atau

referensi yang mendukung pengelolaan area biotik.

c. Program Kegiatan Area Berbasis Partisipatif

Kegiatan area berbasis partisipasif merupakan kegiatan yang melibatkan warga tempat berlatih serta penduduk di sekitarnya dalam melakukan berbagai kegiatan bersama bentuk kerja sama yang memberikan manfaat baik bagi warga tempat berlatih, penduduk maupun areanya dalam rangka kegiatan pengelolaan area biotik.

1) Dasar Kerja sama Kegiatan

Bentuk-bentuk kerja sama Lembaga Edukasi bersama Penduduk seperti yang telah disebutkan kalau kegiatan area berbasis partisipatif bertujuan menjalin kerja sama bersama penduduk. Bentuk kerja sama antara tempat berlatih bersama penduduk dapat dilakukan dalam berbagai bisertag. Suryosubroto (1998:63) menyebutkan bisertag kerja sama itu contohnya: bisertag edukasi moral, bisertag edukasi olah raga, bisertag pendidiikan kesenian, bisertag anak berkebutuhan khusus, serta bisertag keterampilan, bersama beragamnya kemungkinan bisertag kerja sama yang dapat dijalin, tentunya dalam setiap bisertag menggunakan teknik kerja sama yang berbeda. Tim Dosen AP (2010:108) teknik kerja sama bersama penduduk dapat dilakukan bersama berbagai cara, antara lain:

1. Penyuluhan :

a) Melalui Komite Tempat berlatih b) Melalui Konsultasi

c) Melalui Surat Menyurat d) Melalui Rapat bersama

e) Melalui Bazar Tempat berlatih

f) Melalui Penyusunan Program Bersama g) Melalui kegiatan ilmiah, serta

h) Melalui radio. 2.Pembinaan Murid : a) Pengertian Murid

Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendikan Nasional, murid merupakan anggota penduduk yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pemberlatihan yang tersedia pada jalur, jenjang, serta jenis edukasi tertentu. Murid merupakan individu yang mempunyai keperibadian, tujuan, cita-cita biotik serta potensi diri (Prihatin, 2011:3). Hamalik (Tim Dosen AP UPI, 2013:205) berpendapat kalau murid sebagai suatu komponen masukan dalam sistem edukasi,yang selanjutnya diproses dalam proses edukasi, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai bersama tujuan edukasi nasional. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan kalau murid merupakan individu yang mempunyai kepribadian, tujuan serta cita-cita yang sesertag

mengembangkan potensi diri melalui proses edukasi sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai bersama tujuan edukasi nasional.

b) Manajemen Murid

Manajemen murid dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap murid mulai dari murid itu masuk tempat berlatih sampai bersama mereka lulus tempat berlatih. (Knezevich, 2011). Sementara menurut Prihatin (2011:4) manajemen murid dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap murid mulai dari murid itu masuk tempat berlatih sampai bersama mereka lulus tempat berlatih. Menurut Tim Dosen UPI (2013:205), manajemen murid atau Pupil Personnel

Administration merupakan layanan yang memusatkan perhatian pada

pengaturan, pengawasan, serta layanan murid di level serta di luar level seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang, sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan kalau manajemen murid merupakan usaha pengaturan murid agar membantu kelancaran dalam upaya perkembangan melalui proses edukasi.

c) Tujuan Manajemen Murid

Beberapa ahli berpendapat kalau tujuan manajemen murid merupakan agar menciptakan kondisi area tempat berlatih yang baik serta agar murid dapat berlatih bersama tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran yang efektif serta efisien. Pendapat itu senada bersama Prihatin (2011:9) kalau tujuan umum dari manajemen murid merupakan

mengatur kegiatan-kegiatan murid agar kegiatan-kegiatan itu menunjang proses berlatih mengajar ditempat berlatih; lebih lanjut, proses berlatih mengajar di tempat berlatih dapat berjalan lancar, tertib serta teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan tempat berlatih serta tujuan edukasi secara keseluruhan”.

2) Pembinaan serta Pengembangan Murid

Semua kegiatan ditempat berlatih pada akhirnya ditujukan agar membantu murid mengembangkan potensi diri. Upaya itu akan optimal apabila murid secara sendiri berupaya aktif mengembangkan diri sesuai bersama program-program yang dilakukan tempat berlatih. Program yang dimaksud merupakan kegiatan yang disebut kegiatan ekstra kurikuler. Menurut Tim Dosen AP UPI (2013:212) kegiatan ekstra kulikuler merupakan semua kegiatan yang telah ditentukan di dalam kurikulum yang pelaksanaannya dilakukan pada luar jam-jam pelajaran.

Kegiatan kurikuler dalam bentuk proses berlatih mengajar di level bersama nama mata pelajaran atau bisertag studi yang ada di tempat berlatih. Kegiatan ekstrakurikuler biasanya terbentuk berdasarkan bakat serta minat yang dimiliki oleh murid, sehingga tidak harus mengikuti kegiatan. Bagi murid yang mempunyai bakat serta minat dapat mengikuti serta memilih kegiatan mana yang dapat mengembangkan potensi didalam dirinya. Contoh kegiatan kurikuler itu merupakan: OSIS, Kelompok Basket, Pramuka, PMR serta lain-lain.

Kegiatan pembinaan serta pengembangan inilah murid diproses agar menjadi manusia yang diharapkan sesuai bersama tujuan edukasi. Bakat, minat serta kemampuan murid harus ditumbuh kembangkan secara optimal melalui kegiatan yang positif seperti kegiatan ekstrakurikuler. Manajemen murid, tidak boleh ada anggapan kalau kegiatan ekstrakurikuler lebih penting dari pada kegiatan kurikuler. Kedua kegiatan ini harus dilaksanakan karena saling menunjang dalam proses pembinaan serta pengembangan kemampuan murid.

d. Penyusunan Kegiatan Area Berbasis Partisipasif

Mengikuti kegiatan aksi area yang dilakukan oleh pihak luar serta membangun kegiatan kemitraan atau memprakarsai pengembangan edukasi area biotik di tempat berlatih. Menurut Pedoman Adiwayata (2012:42) dijelaskan kalau pengembangan kegiatan berbasis partisipatif ditandai bersama menciptakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler dalam pemberlatihan persoalan area biotik bagi warga tempat berlatih minimal 1 kegiatan secara rutin yang bertema area biotik pada setiap program ekstra kurikuler/kokurikuler serta terlaksananya kegiatan area berbasis partisipasi yang diprakarsai oleh tempat berlatih bersama melibatkan penduduk sekitar lebih dari 4 kegiatan pertahun.

Mengikuti kegiatan aksi area biotik yang dilakukan oleh pihak luar bersama telah mengikuti lebih dari empat (4) kegiatan aksi area biotik yang diprakarsai oleh pihak luar sebagai kegiatan ekstrakurikuler murid. Kriteria yang terakhir merupakan membangun kegiatan kemitraan atau

memprakasai pengembangan edukasi area biotik bersama melakukan lebih dari lima (5) kegiatan kemitraan serta memprakarsai berbagai kegiatan aksi area biotik serta senantiasa membangun kerja sama jangka panjang serta berkelanjutan agar pengembangan program area biotik bersama berbagai pihak.

Berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan kalau kegiatan berbasis partisipasi dapat dilaksanakan melalui pengembangan kegiatan ekstrakurikuler bersama tema pengelolaan area biotik yang diprakarsai oleh mitra maupun penduduk sekitar bersama tujuan menambah wawasan mengenai pengelolaan area biotik Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Area. Menurut Juhairyah (Tim Dosen AP, 2011:79), manajemen sarana serta prasarana merupakan semua komponen yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses edukasi agar mencapai tujuan edukasi itu sendiri.

Suharno (2008:30) manajemen sarana serta prasarana edukasi bertugas mengatur serta menjaga sarana serta prasarana edukasi agar dapat memberikan kontribusi secara optimal serta berarti pada jalannya proses edukasi. Ibrahim (2008:2) mengatakan kalau manajemen perlengkapan tempat berlatih merupakan proses kerja sama pendayagunaan semua perlengkapan edukasi secara efektif serta efisien. Prihatin (2011: 57) mendefinisikan manajemen sarana serta prasarana edukasi merupakan sebagai proses kerjasama pendayagunaan semua sarana serta prasarana edukasi secara efektif serta efisien. Manajemen

sarana serta prasarana dapat diartikan sebagai kegiatan menata, mulai dari merencanakan kebutuhan, pengadaan, inventarisasi, penyimpanan, pemeliharaan, penggunaan, serta penghapusan serta penataan lahan, bangunan, perlengkapan, serta perabot tempat berlatih secara tepat guna serta tepat sasaran.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan kalau manajemen sarana prasarana merupakan pendaya gunaan seluruh kegiatan edukasi agar tujuan edukasi dapat tercapai. Proses pendayagunaan itu meliputi pengadaan pendistribusian, penggunaan serta pemanfaatan, pemeliharaan, inventarisasi, serta penghapusan.

1) Tujuan Pengelolaan Sarana serta Prasarana Edukasi

Prihatin (2011: 57) menyebutkan kalau tujuan manajemen sarana serta prasarana edukasi ditempat berlatih merupakan agar memberikan layananan secara profesional di bisertag sarana serta prasarana edukasi dalam rangka terselenggaranya proses edukasi secara efektif serta efisien. Tujuan manajemen sarana serta prsasarana edukasi di tempat berlatih sebagai berikut:

a) Mengupayakan pengadaan sarana serta prasarana tempat berlatih melalui sistem perencanaan serta pengadaan yang hati-hati serta saksama, sehingga tempat berlatih mempunyai sarana serta prasarana yang baik, yang sesuai bersama kebutuhan tempat berlatih, serta bersama sertaa yang efisien.

b) Mengupayakan pemakaian sarana serta prasarana tempat berlatih secara tepat serta efisien.

c) Mengupayakan pemeliharaan sarana serta prasarana edukasi sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh semua personel tempat berlatih.

Berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan kalau tujuan dari pengelolaan saran serta prasarana tempat berlatih merupakan agar mengupayakan sarana serta prasarana tempat berlatih yang disesuaikan bersama serta asertaya kebutuhan tempat berlatih, mengupayakan ketersediaan serta pemeliharaan sarana serta prasarana sehingga keberadaan sarana serta prasarana selalu dalam siap kondisi dipakai.

2) Pengelolaan Sarana serta Prasarana

Sarana serta prasarana tempat berlatih dalam program Adiwiyata mempunyai fungsi sebagai media pemberlatihan area biotik, bersama demikian diperlukan kegiatan pengelolaan saran serta prasarana. Menurut Prihatin (2011:57) pengelolaan sarana serta prasarana edukasi meliputi: perencanaan, pengadaan, inventarisasi, penyimpanan, penataan, penggunaan, pemeliharaan, serta penghapusan. Sementara Suharno (2008: 30) menambahkan dalam kegiatan pengelolaan sarana serta prasarana edukasi meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan, inventarisasi, serta penghapusan serta penataan.

Tim Dosen AP (2011:79-87) mengatakan kalau pengelolaan sarana serta prasarana meliput pengadaan, pendistribusian, penggunaan serta pemanfaatan, pemeliharaan, inventarisasi serta penghapusan. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan kalau kegiatan umum dalam pengelolaan sarana serta prasarana merupakan pengadaan, pendistribusian, penggunaan serta pemanfaatan, pemeliharaan, inventarisasi serta penghapusan pengadaan.

Menurut Tim Dosen AP (2011:80) mengatakan kalau pengadaan merupakan menghadirkan alat atau media dalam menunjang pelaksanaan proses pemberlatihan. Pengadaan dapat dilakukan dalam berbagai cara. Suryosubroto (2004:116) mengemukakan beberapa cara yang dapat di tempuh dalam pengadaan sarana serta prasarana edukasi, yakni:

a) pembelian bersama biaya pimpinan, b) pembelian bersama biaya dari SPP, c) bantuan dari BP3 serta,

d) bantuan dari penduduk lainnya.

Pendapat itu hampir sama bersama pendapat Gunawan (Tim Dosen AP, 1982:23), kalau pengadaan sarana serta prasarana dapat dilakukan bersama cara: 1) Pembelian tanpa lelang atau bersama dellang, 2) membuat sendiri, 3) menerima bantuan atau hibah, serta 4) bersama cara menukar. Prihatin (2011: 59) mengemukakan hal yang sama mengenai cara-cara pengadaan yakni misalnya agar pengadaan tanah bisa dilakukan bersama cara membeli, menerima hibah, menerima hak pakai,

menukar serta sebagainya. Pengadaan gedung/bangunan dapat dilakukan bersama cara membangun baru, membeli, menyewa, menerima hibah serta menukar bangunan.

Pengadaan perlengkapan atau perabot dapat dilakukan bersama jalan membeli. Perabot yang akan dibeli dapat berbentuk yang sudah jadi, atau yang belum jadi. Pengadaan perlengkapan ini juga dapat dilakukan bersama jalan membuat sendiri atau menerima bantuan dari instansi pimpinan, baserta-baserta swasta, penduduk, perorangan, serta sebagainya. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan kalau kegiatan pengadaan dapat dilakukakan bersama berbagai cara, antara lain: pembelian (baik dari sertaa pimpinan atau SPP), membuat sendiri, hibah, menyewa serta menukar.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan kalau sarana serta prasarana yang berasal dari barang milik negara hendaknya dilakukan inventarisasi berdasarkan ketentuan-ketentuan serta pedoman yang berlaku.