• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI ADIWIYATA DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP PADA SD NEGERI BARRANG LOMPO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI ADIWIYATA DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP PADA SD NEGERI BARRANG LOMPO"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

ADIWIYATA IMPLEMENTATION IN ATTEMPTS TO CREATE ENVIRONMENTAL EDUCATION AT BARRANG LOMPO ELEMENTARY

SCHOOL

TESIS NURAENI

Nomor Induk Mahasiswa : 105.06.02.036.17

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

(2)

IMPLEMENTASI ADIWIYATA DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP PADA

SD NEGERI BARRANG LOMPO

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister

Program Studi

Magister Pendidikan Dasar Disusun dan diajukan oleh

NURAENI

Nomor Induk Mahasiswa : 105.06.02.036.17

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

IMPLEMENTASI ADIWIYATA DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP PADA

SD NEGERI BARRANG LOMPO

Yang disusun dan diajukan oleh

NURAENI NIM. 105 06 02 036 17

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis pada tanggal 25 Februari 2021

Disetujui oleh: Pembimbing I Dr. H. Nursalam, M.Si. Pembimbing II Dr. Idawati, M.Pd. Mengetahui, Direktur Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Makassar

Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag. NBM: 483 523

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana

Sulfasyah, S.Pd., M.A., Ph.D. NBM : 970 635

(4)

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI

Judul Tesis : Implementasi Adiwiyata dalam Upaya Mewujudkan Pendidikan Lingkungan Hidup pada SD Negeri Barrang Lompo.

Nama : Nuraeni

NIM : 105.06.02.036.17

Program Studi : Magister Pendidikan Dasar

Telah diuji dan dipertahankan di depan panitia penguji tesis pada tanggal 25 Februari 2021 dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Dasar (M. Pd.) pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 8 Maret 2021 Dr. H. Nursalam, M. Si. ……… (Ketua/Pembimbing/Penguji) Dr. Idawati, M. Pd. ……… (Sekretaris/Penguji) Dr. H. M. Basri, M. Si. ……… (Penguji) Dr. A. Jam’an, M. Si. ……… (Penguji)

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Nuraeni

NIM : 105 06 02 036 17

Program Studi : Magister Pendidikan Dasar

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 8 Maret 2021 Penulis,

(6)

ABSTRAK

NURAENI, Implementasi Adiwiyata dalam Upaya Mewujudkan Pendidikan Lingkungan Hidup pada SD Negeri Barrang Lompo. (dibimbing oleh H. Nursalam dan Idawati).

Pendidikan lingkungan hidup merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup dan juga menjadi sarana yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang dapat melaksanakan prinsip peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Untuk menjadikan sekolah Adiwiyata yang berbudaya lingkungan, diperlukan beberapa aspek yaitu pengembangan kebijakan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan berbasis partisipatif, dan pengelolaan dan pengembangan sarana pendukung sekolah.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi dan pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui upaya dalam mewujudkan Pendidikan lingkungan hidup dan faktor yang mempengaruhi munculnya program Adiwiyata di SD Negeri Barrang Lompo. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisa data, yang terdiri dari tahap pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan.

Hasil penelitian terhadap implementasi Adiwiyata dalam upaya mewujudkan Pendidikan lingkungan hidup adalah dengan langkah pertama yaitu membuat tim di sekolah dan menyusun program-program untuk mencapai predikat sekolah Adiwiyata, setelah menyusun tim kepala sekolah dan guru melaksanakan program tersebut dengan melibatkan kerjasama dengan pemerintah setempat, seluruh warga sekolah dan para masyarakat disekitarnya. Guru dan peserta didik bekerja sama dalam mewujudkan tercapainya sekolah Adiwiyata. Adapun faktor yang mempengaruhi munculnya sekolah Adiwiyata adalah dengan adanya Pendidikan lingkungan hidup yang dapat membantu berlangsungnya peningkatan mutu Pendidikan. Kurikulum yang digunakan diintegrasikan dengan pembelajaran lingkungan hidup yang sangat membantu peserta didik dalam pengenalam teori lingkungan hidup sehingga dapat menjaga kebersihan pada umumnya sesuai dengan pentingnya kebersihan lingkungan hidup.

(7)

ABSTRACT

NURAENI, Implementation of Adiwiyata in the Ceremony of Realizing Environmental Education at Barrang Lompo State Elementary School. (dibimbing oleh H. Nursalam dan Idawati).

Environmental education is one the important factors in environmental management and is also a very important means of producing human resources who can implement the principles of improving education in school. To make an Adiwiyata school with an environmental culture, several aspects are needed, namely the development of a caring and environmentally cultured school policy, developing an environmentally based curriculum, developing participatory-based activities, and developing school support facilities.

This research is a qualitative descriptive study with a sociological approach and a descriptive approach that aims to be wise in realizing environmental education and the factors that influence the Adiwiyata program at Sd Negeri barrang Lompo. Intervie data, observation and documentation. The study used data analysis techniques, wich consisted of data stages, data reduction, data presentation and drawing conclusions. The results of research on the implementation of Adiwiyata in an effort to realize environmental education are the first steps, namely creating a team at school and compiling programs to achieve the title of Adiwiyata school, after compiling a team of principals and teachers to implement the program by involving collaboration with the local government, all residents. school and the surrounding community. Teachers and students work together to achieve the Adiwiyata school. The factors that influence the emergence of Adiwiyata schools are the existence of environmental education which can help improve the quality of education. The curriculum used is integrated with environmental learning which greatly helps students experience environmental theory so that they can maintain cleanliness in general according to the importance of environmental cleanliness.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat serta salam mudah-mudahan tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw., semoga dengan berkah dan rahmat-Nya kita dapat menjalankan kehidupan ini dengan penuh kedamaian.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, bantuan, dari berbagai pihak, oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penyusun mengucapkan ucapan terima kasih teriring do’a Jazaakumullahu Khaira

Jaza kepada kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan motivasi

dan memberikan doa sepanjang perjalananku, nasehat, cinta, perhatian dan kasih sayang yang tentu takkan bisa penulis balas. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis haturkan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan studi di Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag. Selaku Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan dukungan dan izinnya dalam penelitian ini.

(9)

3. Ibu Hj. Sulfasyah, S.Pd., M.A., Ph.D. Selaku Ketua Prodi Pascasarjana Pendidikan Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar, yang tanpa lelah dan henti memberikan arahan dan motivasi yang membangun untuk kami mahasiswa (si)nya.

4. Bapak Dr. H. Nursalam, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Pertama, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama ini dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

5. Ibu Dr. Idawati, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing Kedua, yang tanpa henti dan mengenal lelah dalam meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk membimbing, memotivasi dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Seluruh Dosen Program Studi Magister Pendidikan Dasar Universistas Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan ilmu selama mengikuti perkuliahan.

7. Seluruh staf Tata Usaha Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, yang banyak memberikan dukungan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

(10)

9. Saudara-saudaraku kakak dan adik-adikku, yang memberikan kasih sayang sehingga membuat penulis bersemangat dan termotivasi menyelesaikan tesis ini.

10. Bapak Kepala Sekolah, rekan-rekan guru dan staf SDN Barrang Lompo yang telah membantu penelitian ini terlaksana.

Kepada semua pihak tersebut, semoga amal baik yang telah diberikan dapat diterima di sisi Allah Swt, dan mendapat limpahan rahmat-Nya, Aamiin.

Makassar, 8 Maret 2021

Penyusun,

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN SAMPUL……… ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI………... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI……….. xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Tinjauan Hasil Penelitian ... 14

1. Pelaksanaan Adiwiyata dalam Mewujudkan Area Biotik pada Riset Sebelumnya ... 14

2. Edukasi Area Biotik pada Riset Sebelumnya ... 17

B. Tinjauan Teori serta Konsep ... 20

(12)

2. Konsep Edukasi Area Biotik ... 26

3. Pelaksanaan Program Adiwiyata ... 35

C. Kerangka Pikir ... 51

BAB III METODE RISET ... 54

A. Pendekatan Riset ... 54

B. Lokasi dan Waktu Riset ... 54

C. Unit Analisis dan Penentuan Informan ... 55

D. Teknik Pengumpulan Data ... 56

E. Teknik Analisis Data ... 58

F. Pengecekan Keabsahan Temuan ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 61

A. Sejarah Singkat SD Negeri Barrang Lompo ... 61

B. Pelaksanaan Adiwiyata dalam Upaya Mewujudkan Edukasi Area Biotik pada SD Negeri Barrang Lompo ... 62

C. Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Program Adiwiyata Di SD Negeri Barrang Lompo ... 85

D. Pembahasan... 93 E. Keterbatasan Peneliti ... 104 BAB V PENUTUP ... 106 A. Kesimpulan ... 106 B. Saran ... 107 DAFTAR PUSTAKA ... 108 RIWAYAT HIDUP……… 112 LAMPIRAN ………... 109

(13)

DAFTAR TABEL

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Izin Penelitian ... 110

Validitas Isi ... 117

Format Validitas Isi soal ... 118

Lembar Penilaian Kisi-kisi Pedoman wawancara ... 119

Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 122

Pedoman Wawancara Guru ... 127

Instrumen Pedoman Observasi ... 133

Pedoman Dokumentasi ... 135

Daftar Pedoman Observasi ... 137

Data Informan ... 143

Dokumentasi Profil SDN Barrang Lompo ... 145

Dokumentasi Kegiatan Ekstra Kurikuler ... 152

Dokumentasi Pembiasaan Peserta Didik ... 154

Dokumentasi Kegiatan Dokcil ... 155

Dokumentasi Kegiatan Adiwiyata ... 156

Dokumentasi Pelatihan Adiwiyata ... 163

(16)

A. Latar Belakang Masalah

Edukasi dalam area biotik merupakan faktor penting pada keberhasilan pengelolaan area biotik serta merupakan sarana yang begitu penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang dapat mengembang prinsip pembangunan yang berkelanjutan (Yustina, 2006: 55). Edukasi ini, diharapkan asertaya respons (tanggapan) dari semua pihak khususnya ruang lingkup tempat berlatih yang merupakan garda terdepan dalam menyikapi isu sosial itu.

Mewujudkan terciptanya pengelolaan area biotik, pimpinan meluncurkan tempat berlatih Adiwiyata pada tahun 2010. Tempat berlatih Adiwiyata merupakan salah satu program Kementerian Negara Area Biotik yang di canangkan pada tahun 2006 serta pada tahun 2010 Program Tempat Berlatih Berbudaya Area diubah menjadi tempat berlatih Adiwiyata. Program itu bertujuan mendorong serta membimbing tempat berlatih-tempat berlatih di Indonesia aktif berperan melaksanakan pelestarian serta pembangunan area berkelanjutan bagi kepentingan generasi mendatang.

Undang-Undang Perlindungan serta Pengelolaan Area Biotik Nomor 32 Tahun 2009 dijelaskan kalau area biotik merupakan kesatuan ruang bersama semua benda, daya keadaan serta makhluk biotik, termasuk manusia serta perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,

(17)

kelangsungan perikebiotikan, serta kesejahteraan manusia serta makhluk biotik lain. Permasalahan area biotik tidak dapat dipisahkan secara teknis semata, namun yang lebih penting merupakan pemecahan yang dapat mengubah mental serta kesadaran akan pengelolaan area.

Firman Allah dalam QS. Ar-Rum /30:41 sebagai berikut:

ِرْحَبْلٱ َو ِّرَبْلٱ ىِف ُداَسَفْلٱ َرَهَظ

ِساَّنلٱ ىِدْيَأ ْتَبَسَك اَمِب

َنوُع ِج ْرَي ْمُهَّلَعَل ۟اوُلِمَع ىِذَّلٱ َضْعَب مُهَقيِذُيِل

Terjemahnya:

Telah nampak kerusakan di darat serta di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami kalau selain beribadah kepada Allah Swt, manusia juga diciptakan sebagai khalifah dimuka bumi. Sebagai khalifah manusia mempunyai tugas agar mengelola serta memelihara alam semesta. Allah telah menciptakan alam semesta agar kepentingan serta kesejahteraan semua makhluk-Nya, khususnya manusia. Keserakahan serta perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam dapat menyengsarakan manusia itu sendiri. Islam mengajarkan agar umat manusia senantiasa menjaga area. Tindakan merusak area biotik merupakan salah satu sifat fasik. Sifat fasik lainnya, melanggar perjanjian

(18)

Allah sesudah perjanjian itu teguh, serta memutuskan apa yang diperintahkan Allah kepasertaya. Kerusakan karena ulah manusia ini terjadi darat serta laut. Betapa banyak wilayah pantai, sungai serta darat yang rusak serta hilang keindahan alamnya oleh kerakusan manusia. Sudah menjadi kewajiban kita sebagai manusia agar berikhtiar menjaga, melindungi, serta melestarikan seluruh ekosistem baik di darat maupun laut.

Firman Allah dalam QS. Qaaf/50:11

Terjemahnya:

Agar menjadi rezeki bagi hamba-hamba (Kami), serta Kami biotikkan bersama air itu tanah yang mati (kering). seperti Itulah terjadinya kebangkitan.

Firman Allah dalam QS. Al-Mu’minuun: 23/18 menjelasakan kalau:

Terjemahnya: Terjemahnya:

Serta Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, serta sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.

(19)

Berdasarkan ayat di atas menunjukkan kalau Allah Ta’ala menyebutkan berbagai macam nikmat-Nya yang dilimpahkan kepada hamba-Nya yang tiada terhingga jumlahnya serta tidak juga dapat dihitung tetesan air yang diturunkan dari langit; biqadarin (“Menurut suatu ukuran.”) Yakni, sesuai bersama kebutuhan, tidak berlebihan yang hanya akan merusak bumi serta pembangunan, serta tidak juga terlalu sedikit sehingga tidak cukup agar mengairi tanaman serta buah-buahan, tetapi sesuai bersama apa yang dibutuhkan.

` Program Adiwiyata merupakan program pengelolaan area biotik di tempat berlatih. Program ini merupakan sebuah penghargaan bagi tempat berlatih yang telah menerapkan edukasi area biotik. Penghargaan Adiwiyata diberikan sebagai apresiasi kepada tempat berlatih yang mampu melaksanakan upaya peningkatan edukasi area biotik secara benar, sesuai bersama kriteria yang telah ditetapkan. Penghargaan diberikan pada tahap pemberdayaan selama kurun waktu kurang dari 3 tahun serta tahap kemandirian selama kurun waktu lebuh dari 3 tahun . Pada tahap awal, penghargaan Adiwiyata dibedakan atas 2 (dua) kategori, yakni:

1. Tempat berlatih Adiwiyata merupakan tempat berlatih yang dinilai telah berhasil dalam melaksanakan Edukasi Area Biotik.

2. Calon Tempat berlatih Adiwiyata merupakan tempat berlatih yang dinilai telah berhasil dalam Pengembangan Edukasi Area Biotik.

(20)

1. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Area Biotik (PLH).

2. Surat Kesepakatan bersama antara Menteri Negara Area Biotik bersama Menteri Edukasi Nasional Nomor Kep.07/MENLH/06/2005 serta Nomor 05/VI/KB/2005 tentang Pembinaan serta Pengembangan Area Biotik.

3. Peraturan Menteri Negara Area Biotik No. 2 pada Tahun 2009 mengenai program Adiwiyata.

4. Peraturan Menteri Area Biotik Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata.

Tempat berlatih Adiwiyata bukan hanya dilihat dari tampilan fisik tempat berlatih yang hijau, tetapi tempat berlatih yang mempunyai program serta aktivitas edukasi yang mengarah kepada kesadaran dari warga tempat berlatih terhadap area. Tempat berlatih Adiwiyata merupakan salah satu program Kementerian Area Biotik dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan serta kesadaran warga tempat berlatih dalam upaya pelestarian area biotik atau Tempat berlatih Adiwiyata merupakan tempat berlatih yang mempunyai area biotik serta melakukan pengelolaan area biotik ditempat berlatih itu sendiri.

Seperti halnya yang dijelasnya dalam Hadits berikut:

ا ىَيْحَا ْنَم

)الله دبع نب رباج نع ىذمرتلا هاور( ُهَل َيِهَف ًةَتِّيَم اًض ْر ََ

(21)

Terjemahnya:

Barang siapa mengbiotikkan suatu bumi yang mati, maka bumi itu baginya (miliknya). (H.R. at-Tarmizi dari Jabir bin Abdullah No. 1300).

Hadits di atas menjelaskan kalau, siapa saja yang mengbiotikkan bumi yang mati maka dia berhak atas bumi itu. Artinya yang dimaksud bumi yang mati. Pertama, bumi itu kering (tidak berair) sehingga tidak dapat menumbuhkan tanaman. Kedua, bumi itu tidak terawat sehingga tidak memberi manfaat atau bisa berarti sebenarnya tanah itu subur, namun tidak terawat bersama baik, bahkan manusia justru merusaknya.

Manusia mempunyai tanggung jawab dalam menjaga kelestarian area karena ketika area yang kita tempati dipelihara bersama baik maka akan memberikan manfaat yang baik agar kita, akan tetapi ketika kita merusak area yang kita tempati maka bencanapun akan menghampiri kita.

Area tempat berlatih dikatakan baik jika didukung terciptanya situasi berlatih yang kondusif. Area yang kondusif itu apabila di tempat berlatih serta sekitarnya terdapat sejumlah hal yang dibutuhkan oleh tempat berlatih. Area tempat berlatih yang kondusif itu merupakan kalau tempat berlatih yang sesuai bersama peragarannya sebagai lokasi tempat berlatih. Fasilitas transportasi yang lancar, saluran air memadai, serta pepohonan sesuai bersama aturan area biotik. Area yang berada dalam lokasi tempat berlatih yakni ruang level, halaman, kantin, tempat sampah, WC, tempat parkir, serta taman atau kebun.

(22)

Unsur utama serta penunjang mempunyai keterkaitan serta ketergantungan, artinya murid, pengajar serta materi pelajaran akan berarti sesuai bersama yang diharapkan apabila di dalamnya terdapat unsur seperti kelancaran transportasi, ruangan level yang memadai, halaman tempat berlatih yang luas, kantin yang sesuai bersama standar yang telah ditetapkan pihak berwenang, WC yang memenuhi syarat kesehatan, tempat parkir yang sesuai bersama kebutuhan, serta tanaman yang hijau serta indah.

Berdasarkan uraian di atas, edukasi dapat memberikan kontribusi, bersama banyaknya tempat berlatih di Makassar khususnya pulau Barrang Lompo yang kini menaruh perhatiannya terhadap masalah area (Tempat berlatih Adiwiyata). Tempat berlatih Adiwiyata tidak lain agar menanamkan nilai kesadaran area terhadap semua warga tempat berlatih, termasuk murid. Kantor Area Biotik (KLH) “gencar” bekerjasama bersama tempat berlatih mengembangkan empat prinsip tempat berlatih berwawasan area, seperti: kebijakan berwawasan area, pelaksanaan kurikulum berbasis area, kegiatan area berbasis partisipatif serta pengelolaan sarana ramah area.

Adiwiyata yakni sebuah program yang bertujuan agar menciptakan kondisi yang baik bagi tempat berlatih agar menjadi tempat pemberlatihan serta penyadaran warga tempat berlatih (pengajar, murid, serta pekerja lainnya), agar mendorong upaya upaya penyelamatan area serta pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang pada

(23)

akhirnya dapat mewujudkan kelembagaan tempat berlatih yang peduli serta berbudaya area berdasarkan norma kebersamaan, keterbukaan, kejujuran, keadilan, serta kelestarian area biotik serta sumber daya alam. Mewujudkan tempat berlatih berwawasan area biotik merupakan komitmen tempat berlatih secara sistematis yang mengembangkan program-program agar menginternalisasikan nilai-nilai area ke dalam seluruh aktivitas tempat berlatih. Tampilan fisik tempat berlatih ditata secara rapi sehingga menjadi wahana pemberlatihan bagi seluruh warga tempat berlatih agar bersikap arif serta berprilaku ramah area. Area Tempat berlatih yang kondusif sangat diperlukan agar tercipta proses pemberlatihan yang bermutu.

Pelaksanaan Program Adiwiyata diletakkan pada dua prinsip dasar (Basri, 2017: 107) sebagai berikut :

a. Partisipatif: Komunitas tempat berlatih terlibat dalam manajemen tempat berlatih yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi sesuai tanggung jawab serta peran.

b. Berkelanjutan: Seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana serta terus menerus secara komprehensif.

Program Adiwiyata mempunyai tujuan, agar mencapai tujuan itu, maka ditetapkan 4 (empat) komponen program yang menjadi satu kesatuan utuh dalam mencapai tempat berlatih Adiwiyata. Keempat komponen itu merupakan:

(24)

2. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Area. 3. Kegiatan Area Berbasis Partisipatif.

4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Area.

Tempat berlatih yang peduli akan areanya perlu mendapat perhatian kita semua, alasannya sederhana, “Bumi kita semakin rusak” area tempat kita berada sudah tidak lagi memberikan rasa nyaman. Siapakah yang merusak bumi ini? jangan sepenuhnya menyalahkan pihak lain atau orang lain. Siapa yang harus memperbaiki area?. Memahami makna tempat berlatih yang peduli area seharusnya berbuat agar menciptakan kualitas area tempat berlatih yang kondusif, ekologis, lestari secara nyata serta berkelanjutan, tentunya bersama cara-cara yang simpatik, kreatif, inovatif bersama menganut nilai-nilai serta kearifan budaya lokal.

Tempat berlatih yang peduli area merupakan salah satu program Kementrian Negara Area Biotik dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan serta kesadaran warga tempat berlatih dalam upaya pelestarian area biotik. Program ini diharapkan setiap warga tempat berlatih di SD Negeri di Barrang ikut serat berkontribusi dalam kegiatan tempat berlatih menuju area yang sehat agar menghindari dampak area negatif.

Hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri di Barrang Lompo diperoleh data peneliti melaksanakan pra riset di SD Negeri di Barang Lompo dari tanggal 4-6 Maret 2019, bersama menggunakan alat pengumpul data awal berupa observasi serta wawancara. Pra riset itu

(25)

dilaksanakan oleh peneliti bersama maksud agar mengetahui lebih mendalam tentang pelaksanaan program Adiwiyata di SD Negeri Barrang Lompo pada hari Senin, 4 Maret 2019 pukul 09.02-09.21 wita, peneliti mewawancarai Kepala tempat berlatih di SD Negeri Barrang Lompo, yakni MD Beliau menuturkan kalau Program Adiwiyata yang dilakukan oleh warga SD Negeri Barrang Lompo tahun 2018 merupakan berupa kegiatan tahunan yang dicanangkan serta dipelaksanaankan melalui upaya perlindungan serta pengelolaan area biotik yang terencana bagi warga tempat berlatih.

Berdasarkan penuturan Kepala tempat berlatih, Kegiatan Adiwiyata dimulai dari tahun 2018 sebagai wujud dari pencapaian Visi yakni “ Mewujudkan murid yang kreatif berbudi pekerti luhur, cinta serta peduli area berlandaskan iman serta takwa.” serta Misi yakni “1) Meningkatkan kualitas murid yang beriman serta bertaqwa, 2) Meningkatkan prestasi, keterampilan, serta pelestarian alam murid dalam berkarya, 3) Meningkatkan perilaku berbudi pekerti luhur serta rasa cinta terhadap alam, 4) Meningkatkan kesadaran warga tempat berlatih dalam program MTR (Makassar Tidak Rantasa) serta LISA (Lihat Sampah Ambil), serta 5) Meningkatkan kedisiplinan pendidik serta murid”. Berdasarkan Visi serta Misi itu warga tempat berlatih mempunyai tanggung jawab dalam mewujudkan tempat berlatih Adiwiyata agar mewujudkan Edukasi Area biotik di SD Negeri di Barrang Lompo.

(26)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menemukan kalau SD Negeri Barrang Lompo merupakan salah satu tempat berlatih yang menerapkan program Adiwiyata serta menemukan permasalahan seperti kurangnya kesadaran murid tentang pentingnya menjaga kebersihan area, serta besarnya sertaa/anggaran yang digunakan di dalam mengelola pemberdayaan area, serta partisipasi murid dalam program Adiwiyata masih dalam batas mengikuti kegiatan seminar pengelolaan area biotik.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan riset lebih dalam terkait“Pelaksanaan Adiwiyata dalam Upaya Mewujudkan Pendidikan Lingkungan Hidup pada SD Negeri Barrang Lompo”.

B. Fokus serta Deskripsi Fokus Riset

Fokus riset ini merupakan batasan penulis agar jelas ruang lingkup yang akan diteliti. Riset ini berjudul “Pelaksanaan Adiwiyata dalam Upaya Mewujudkan Pendidikan Lingkungan Hidup pada SD Negeri Barrang Lompo”, maka riset ini akan difokuskan pada pelaksanaan Adiwiyata dalam upaya mewujudkan edukasi Area Biotik pada SD Negeri Barrang Lompo.

Fokus riset ini merupakan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Adiwiyata dalam Upaya Mewujudkan Edukasi Area Biotik pada SD Negeri Barrang Lompo.

2. Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Program Adiwiyata di SD Negeri Barrang Lompo.

(27)

C. Tujuan Penelitiaan

Berdasarkan fokus riset di atas, tujuan riset yang diharapkan merupakan:

1. Agar mengetahui pelaksanaan Adiwiyata dalam Upaya Mewujudkan Edukasi Area Biotik pada SD Negeri Barrang Lompo.

2. Agar mengetahui faktor yang Mempengaruhi Munculnya Program Adiwiyata di SD Negeri Barrang Lompo.

D. Manfaat Riset

Berangkat dari kedua tujuan itu serta keyakinan kalau segala sesuatu mempunyai manfaat, penulis berharap riset ini berguna. Di antara manfaat itu ialah:

1. Manfaat Teoretis

a) Menjadi bahan masukan bagi pengajar agar mejadikan agar proses pemberlatihan lebih baik .

b) Hasil riset dapat menjadikan bahan bacaan perpustakaan di Fakultas Ilmu Agama Islam serta Kepengajaran Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Manfaat Praktis

a) Kontribusi positif bagi pendidik dalam upaya mewujudkan asertaya edukasi area biotik, maka pentingnya bagi pendidik pelaksanaan Adwiyata pada SD Negeri di Barrang Lompo.

(28)

b) Sebagai referensi dalam pelaksanaan Adiwiyata dalam Upaya Mewujudkan Edukasi Area Biotik pada SD Negeri Barrang Lompo. c) Sebagai bahan atau referensi penambah wawasan tempat berlatih

dalam menciptakan tempat berlatih Adiwiyata dalam Upaya Mewujudkan Edukasi Area Biotik pada SD Negeri Barrang Lompo.

(29)

A. Tinjauan Hasil Riset

1. Pelaksanaan Adiwiyata dalam Mewujudkan Area Biotik pada Riset Sebelumnya.

Penulis akan melakukan penelusuran berbagai sumber yang mempunyai relevansi pada pokok permasalahan dalam riset ini bersama tujuan, riset ini bukan merupakan pengulangan riset-riset sebelumnya, melainkan mencari sisi lain yang signifikan agar diteliti serta dikembangkan demi meningkatkan mutu secara umum serta khususnya mutu akademik.

Riset ini pada dasarnya bukan riset yang benar-benar baru, sebelumnya sudah ada yang mengkaji objek riset tentang tempat berlatih Adiwiyata. Berdasarkan penelusuran penulis berkaitan topik yang akan diteliti, terdapat literatur yang membahas, pelaksanaan Adiwiyata termasuk beberapa karya tulis ilmiah yang relevan bersama judul tesis ini, antara lain:

Riset itu yang dilakukan oleh Adisendjaja (2014 : 23-24), didalam risetnya yang berjudul “Pemberlatihan Edukasi Area Biotik Berlatih Dari Pengalaman Serta Berlatih Dari Alam”, (Jurnal Pemberlatihan Edukasi Area Biotik Berlatih Dari Alam). Riset ini mengemukakan kalau masalah area merupakan masalah nyata yang dihadapi manusia serta disebabkan pola perilaku manusia yang tidak selaras bersama area, bersama berlatih

(30)

dari alam dalam memelihara areanya yakni bersama prinsip keberlanjutan serta menerapkan beberapa pendekatan pemberlatihan yang melibatkan murid aktif secara mental sesuai bersama filsafat kontruktivis seperti pemberlatihan berbasis masalah, pemecahan masalah, inkuiri,

pemberlatihan kontekstual serta klarifikasi nilai diharapkan pemberlatihan PLH menjadi lebih efektif. Selain filosofi serta pendekatan yang sesuai juga diperlukan pengajar yang tidak hanya menguasai konsep dasar pengetahuan area tetapi juga menguasai konsep dasar manusia.

Landriany (2014). Pelaksanaan Kebijakan Adiwiyata Dalam Upaya Mewujudkan Edukasi Area Biotik di SMA Kota Malang, Dalam penellitiannya membuktikan tentang asertaya kebijakan yang tertuang dalam surat keputusan serta juga sudat terintegrasi pada setiap mata pelajaran. Selanjutnya, ada proses sosialisasi agar beberapa kegiatan utama bersama pendekatan terhadap murid bertujuan agar menuai dukungan yang utuh demi menciptakan hasil kesepakatan yang mutlak, kalau tempat edukasi yang dimaksud benar-benar tempat berlatih yang berwawasan area.

Ardiayanto (2017). Pelaksanaan Program Adiwiyata Terhadap Sikap Peduli Murid pada Area di SMA Negeri 1 Bandar Kabupaten Batang. Pelaksanaan program Adiwiyata di SMA Negeri 1 Bandar sudah terlaksana bersama baik. Seluruh komponen Adiwiyata yakni : 1) kebijakan berwawasan area, 2) pelaksanaan kurikulum berbasis area, 3)

(31)

kegiatan area berbasis partisipatif, serta 4) pengelolaan sarana pendukung ramah area dapat terlaksana bersama baik.

Rotari serta Komalasari (2017). Peran Program Adiwiyata Mandiri Dalam Meningkatkan Kepedulian Area Murid. Peran program Adiwiyata mandiri dalam meningkatkan kepedulian area murid (Studi Kasus Di SMP Negeri 13 Kota Palembang) dapat meningkatkan kepedulian area murid. Adapun temuan yang ditunjukkan dilapangan kalau program Adiwiyata mandiri telah menjadi suatu program yang bermanfaat bagi seluruh murid di SMP Negeri 13 kota Palembang, dimana program Adiwiyata mandiri, merupakan program yang berwawasan area sesuai bersama visi SMP Negeri 13 kota Palembang dapat mengajarkan murid agar turut serta peduli terhadap area baik itu area disekitar level, tempat berlatih ataupun diarea sekitar mereka atau penduduk .

Paparang, Peran Serta Warga Tempat berlatih dalam Melaksanakan Program Adiwiyata di SMA Negeri 9 Lepake Samarinda. Hasil riset menunjukkan kalau upaya tempat berlatih dalam melaksanakan program Adiwiyata mendapat respon positif dari warga tempat berlatih, peran serta warga tempat berlatih dalam mewujudkan program Adiwiyata dilaksanakan dalam pengelolaan sampah, kegiatan jumat bersih, serta penghijauan. Pelaksanaan berwawasan area sudah terlaksana bersama merubah visi misi yang mendukung pengelolaan serta perlindungan area biotik, kurikulum bersama berwawasan area bersama mengintegrasikan materi wawasan area kedalam mata pelajaran, kegiatan area berbasis

(32)

partisipatif dilaksanakan melalui aksi area, seperti kegiatan rutin jumat

bersih, serta mengelola sarana area bersama memanfaatkan Green

House serta kebun tempat berlatih.

Perbedaan serta kesamaan antara riset diatas bersama riset yang akan dilakukan oleh peneliti. Persamannya terletak pada model risetnya yang bersifat kualitatif kemudian membahas tentang Adiwiyata sesertagkan agar perbedaannya sendiri terletak pada pada objek riset. Objek riset yang akan diteliti nantinya lebih kepada pelaksanaan Adiwiyata yang sifatnya ke lembaga edukasi khususnya SD, sesertagkan riset sebelumnya ada yang membahas tentang peran program Adiwiyata mandiri, program Adiwiyata dalam membentuk kemandirian murid, olehnya itu bersama asertaya perbedaan itu peneliti menganggap kalau riset yang akan dilakukan terkait pelaksanaan Adiwiyata dalam Upaya Mewujudkan Edukasi Area Biotik merupakan riset yang masih sangat jarang yang melakukan riset, sehingga peneliti menganggap kalau judul riset ini perlu agar diteliti lebih jauh.

2. Edukasi Area Biotik pada Riset Sebelumnya

Riset ini pada dasarnya bukan riset yang benar-benar baru, sebelumnya sudah ada yang mengkaji objek riset tentang tempat berlatih Adiwiyata berdasarkan penelusuran penulis berkaitan topik yang akan diteliti, terdapat literatur yang membahas, pelakasanaan Adiwiyata termasuk beberapa karya tulis ilmiah yang relevan bersama judul tesis ini, antara lain:

(33)

Riset yang dilakukan oleh Nasution serta Syahrin (2010). Studi kasus Provinsi Sumatera Utara yang berjudul Model Pengelolaan Perilaku Area Biotik Komunitas Tempat berlatih sebagai Upaya Mempersiapkan Generasi Berwawasan Pembangunan Berkelanjutan. Ia mengemukakan kalau Peranan kepala tempat berlatih, pengajar, komite tempat berlatih, orang tua, pengetahuan murid, serta sikap murid berpengaruh dalam pengelolaan area biotik di tempat berlatih.

Purnaweni (2014). Kebijakan Pengelolaan Area Di Kawasan Kedeng Utara Provinsi Jawa Tengah. (Jurnal Ilmu Area). Hasil risetnya merupakan: (1) Kebijakan pengelolaan kawasan karst di Kecamatan Sukolilo terwujud dalam Peraturan Menteri serta Keputusan Gubernur Jawa Tengah, terkait bersama karakteristik geografis. (2) Pengelolaan area memenuhi tiga unsur POAC (Planning, Organizing ,Actuating) yang menjadi fokus riset ini. Rekomendasinya merupakan: (1) Kebijakan kawasan karst sebaiknya mempertimbangkan keunikan-keunikan kawasan karst, kondisi social ekonomi sebagian penduduk yang masih bersifat tradisional, serta dukungan publik perlu digalang oleh pimpinan agar dilakukannya pembangunan yang seharusnya menguntungkan semua pihak, serta mengacu pada pembangunan berkelanjutan; (2) Pengelolaan area: (a) Planning/Perencanaan: pembangunan berkelanjutan seharusnya dikedepankan, bersama menekankan pada terwujudnya pembangunan sosial dimana peran serta serta keadilan menjadi bagian penting dalam pembangunan; (b)

(34)

Organizing/Pengorganisasian: kepentingan yang bersinggungan dalam

pengelolaan kawasan karst antara pimpinan, swasta, serta penduduk, yang seharusnya dilakukan bersama mengedepankan win-win solution, misalnya bersama pelaksanaan zonasi; (c) Actuating/Pelaksanaan: harus dimunculkan pelaksanaan optimatisasi pemanfaatan sumber daya alam secara efisien, bersama memanfaatkan teknologi yang ramah area, sekiranya pabrik semen jadi didirikan di wilayah Sukolilo.

Riset yang dilakukan oleh Tamara (2016), bersama Judul Peranan Area Sosial Terhadap Pembentukan sikap Peduli Area Murid di SMA Negeri Kabupaten Cianjur. Hasil risetnya yakni kalau area sosial, baik itu dalam area keluarga, tempat berlatih maupun area penduduk, sama-sama mempunyai peranan penting serta tanggung jawab terhadap pembentukan karakter sikap peduli area murid. Area sosial murid yang menerapkan sikap cinta area dalam kebiotikan sehari-hari, baik disadari ataupun tidak, dapat membentuk murid menjadi pribadi yang mempunyai kecintaan terhadap area sekitarnya.

Riset yang dilakukan oleh Mulyana (2009) bersama Judul Penanaman Etika Area Melalui Tempat berlatih Peduli serta Berbudaya Area, Ia menemukan kalau edukasi area biotik yang dilakukan di tempat berlatih peduli serta bebudaya area dinilai efektif dalam menanamkan kepedulian terhadap kelestarian sumber daya alam serta area. Penanaman nilai-nilai peduli area itu dapat dilakukan melalui proses

(35)

berlatih mengajar formal, penyediaan area tempat berlatih yang asri serta di tunjang oleh fasilitas tempat berlatih yang mendukung.

Terdapat perbedaan serta kesamaan antara riset diatas bersama riset yang dilakukan oleh peneliti. Persamannya terletak pada model risetnya yang bersifat kualitatif kemudian membahas tentang area biotik sesertagkan agar perbedaannya sendiri terletak pada pada objek riset. Objek riset yang diteliti lebih kepada area biotik dalam menciptakan tempat berlatih Adiwiyata, sesertagkan riset sebelumnya membahas tentang area sosial serta bentuk-bentuk kebijakan terkait area biotik, olehnya itu bersama asertaya perbedaan itu peneliti menganggap kalau riset yang dilakukan terkait pelaksanaan Adiwiyata dalam Upaya Mewujudkan Edukasi Area Biotik merupakan riset yang masih sangat jarang yang melakukan riset, sehingga peneliti menganggap kalau judul riset ini perlu agar diteliti lebih jauh.

B. Tinjauan Teori serta Konsep

1. Konsep Tempat berlatih Adiwiyata

Program Adiwiyata merupakan salah satu penerapan edukasi area biotik dalam tempat berlatih. Sebagaimana diungkapkan oleh Kementerian Negara Area Biotik (2010: 2) “Program Adiwiyata merupakan salah satu program Kementerian Negara Area Biotik dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan serta kesadaran warga tempat berlatih dalam upaya pelestarian area biotik”.

(36)

Program ini menjelaskan setiap warga tempat berlatih diharapkan agar ikuit serta terlibat dalam aktifitas serta kegiatan tempat berlatih menuju area yang sehat serta terhindar dari dampak yang negatif. Adwiyata berasal dari kata atau bahasa Sansekerta yakni adi serta wiyata. Adi berarti agung, besar, ideal, baik atau sempurna sesertagkan “Wiyata” merupakan tempat seseorang menimba ilmu serta pengetahuan serta berlatih etika serta norma. Bila disatukan menjadi Adiwiyata mempunyai arti yakni tempat ideal yang baik agar memperoleh ilmu serta pengetahuan serta norma serta etika. Program Adiwiyata bertujuan menciptakan kondisi yang ideal serta baik bagi tempat berlatih agar menjadi tempat proses berlatih mengajar serta proses penyadaran agar warga tempat berlatih.

Adiwiyata mempunyai pengertian atau makna sebagai tempat yang baik serta ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan serta berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan biotik kita serta menuju kepada cita‐cita pembangunan berkelanjutan (Basri, 2017: 107). Tujuan program Adiwiyata merupakan mewujudkan warga tempat berlatih yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan serta pengelolaan area biotik melalui tata kelola tempat berlatih yang baik agar mendukung pembangunan berkelanjutan.

(Susy, 2011:3) sebagai “ Tempat yang baik serta ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan serta berbagai norma serta etika yang

(37)

dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan biotik kita serta menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan”. Adiwiyata atau area biotik merupakan suatu ruang atau tempat yang ideal serta strategis, karena di dalamnya terjadi interaksi secara kondusif agar mencapai kebiotikan yang lebih baik, selain itu tujuan program Adiwiyata juga “mewujudkan warga tempat berlatih yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan serta pengelolaan area biotik melalui tata kelola tempat berlatih yang baik agar mendukung pembangunan yang berkelanjutan”. Terciptanya kondisi kondusif dalam area merupakan tanggung jawab semua warga yang ada dalam tempat berlatih itu.

Adiwiyata merupakan program pengelolaan area biotik, maka dari itu setiap tempat berlatih yang ingin menjadi tempat berlatih Adiwiyata harus mempunyai beberapa persyaratan yakni :

a. Mempunyai wawasan yang tinggi terhadap area sekitar. b. Mempunyai tempat berlatih yang bersih.

c. Mempunyai pepohonan yang rinsertag disekitar. d. Menyelenggarakan sarana ramah area.

e. Mengikuti standar Adiwiyata.

Program Adiwiyata merupakan program pengelolaan area biotik di tempat berlatih. Program ini merupakan sebuah penghargaan bagi tempat berlatih yang telah menerapkan edukasi area biotik. Penghargaan Adiwiyata diberikan sebagai apresiasi kepada tempat berlatih yang mampu melaksanakan upaya peningkatan edukasi area biotik secara

(38)

benar, sesuai bersama kriteria yang telah ditetapkan. Penghargaan diberikan pada tahap pemberdayaan selama kurun waktu kurang dari 3 tahun serta tahap kemandirian selama kurun waktu lebih dari 3 tahun . Pada tahap awal, penghargaan Adiwiyata dibedakan atas 2 (dua) kategori, yakni:

1. Tempat berlatih Adiwiyata merupakan tempat berlatih yang dinilai telah berhasil dalam melaksanakan Edukasi Area Biotik.

2. Calon Tempat berlatih Adiwiyata merupakan tempat berlatih yang dinilai telah berhasil dalam Pengembangan Edukasi Area Biotik.

Setiap tempat berlatih dapat diajukan oleh Pimpinan Daerah sebagai calon Tempat berlatih Adiwiyata sesuai bersama kuota yang telah ditetapkan oleh Kantor Kementerian Negara Area Biotik. Pengajuan calon sebagaimana yang dimaksud diatas dilakukan bersama mengisi kusioner serta menyertai lampiran yang diperlukan sesuai bersama formulir yang telah disediakan oleh Kantor Negara Area Biotik. Calon Tempat berlatih Adiwiyata serta Tempat berlatih Adiwiyata akan diteliti lebih lanjut oleh Dewan Pertimbangan Adiwiyata.

Upaya pelestarian area biotik program Adiwiyata merupakan merupakan program yang tepat agar warga tempat berlatih dalam menciptakan serta mendorong warga tempat berlatih agar mempunyai kesadaran serta pengetahuan. Tempat berlatih yang menerapkan program Adiwiyata akan menuai keuntungan yakni:

(39)

a. Efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan operasional tempat berlatih akan meningkat serta asertaya pemanfaatan secara maksimal sumber daya, fasilitas, sarana serta prasarana yang ada di tempat berlatih.

b. Penghematan sumber sertaa bersama pengurangan konsumsi pada sumber daya serta energi akan meningkat, sebab, Adwiyata juga program yang mengedepankan penghematan serta memanfaatkan SDA secara bijak.

c. Program Adiwiyata dapat meningkatkan kenyamanan dalam proses berlatih mengajar.

d. Program Adiwiyata dapat memberikan kondisi kebersamaan yang baik bagi semua warga tempat berlatih, sebab dalam program Adiwiyata kerjasama serta keterlibatan seluruh warga tempat berlatih sangat dibutuhkan.

e. Meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai resiko serta dampak area negatif di masa yang akan datang.

f. Melalui program Adiwiyata memberikan pengetahuan mengenai area biotik karena disampaikan secara komprehensif serta praktis, sehingga tempat berlatih akan menjadi tempat bagi generasi muda tentang nilai-nilai pemeliharaan serta area biotik yang kondusif.

g. Melalui program Adiwiyata tempat berlatih akan mendapatkan penghargaan dari pimpinan sebagai bukti keberhasilan tercapainya

(40)

tempat berlatih yang mempunyai area yang berbudaya serta baik serta mempunyai kepedulian sebagai tempat berlatih Adiwiyata.

Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan kalau, Adiwiyata merupakan program yang diciptakan agar meningkatkan sumber daya manusia serta mendorong terciptanya pengetahuan serta kesadaran warga tempat berlatih dalam upaya pelestarian area biotik yang mampu menciptakan peningkatan efisiensi kegiatan operasional tempat berlatih, meningkatkan penghematan sumber sertaa melalui pengurangan konsumsi berbagai sumber daya serta energi, meningkatkan kondisi berlatih mengajar yang lebih nyaman serta kondusif bagi semua warga tempat berlatih, menciptakan kondisi kebersamaan bagi semua warga tempat berlatih, meningkatkan upaya menghindari berbagai resiko dampak area negatif di masa yang akan datang, menjadi tempat pemberlatihan bagi generasi muda tentang nilai-nilai pemeliharaan serta pengelolaan area biotik yang baik serta benar.

Adiwiyata merupakan program yang dilaksanakan serta diletakkan pada dua prinsip dasar yakni:

a. Partisipatif: Komunitas tempat berlatih terlibat dalam manajemen tempat berlatih yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi sesuai tanggung jawab serta peran.

b. Berkelanjutan: Seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana serta terus menerus secara komprehensif.

(41)

4 (empat) komponen program yang menjadi satu kesatuan utuh dalam mencapai tujuan tempat berlatih Adiwiyata. Keempat komponen itu merupakan:

1. Kebijakan Berwawasan Area.

2. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Area. 3. Kegiatan Area Berbasis Partisipatif.

4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Area.

Program Adiwiyata mencakup program utama yakni mewujudkan kelembagaan tempat berlatih yang mempunyai kepedulian serta budaya area yang baik bagi tempat berlatih, baik tempat berlatih dasar atau pun menengah di indonesia. Mengembangkan program Adiwiyata harus berdasarkan norma-norma dasar serta berkebiotikan yang meliputi kebersamaan, kejujuran, keterbukaan, adil serta kelestarian fungsi area biotik serta sumber daya alam. Prinsip yang harus diperhatikan dalam program Adiwiyata merupakan partisipatif serta berkelanjutan.

2. Konsep Edukasi Area Biotik a. Ruang Lingkup Edukasi Biotik

Edukasi area biotik dapat ditempuh melalui dua jalur yakni jalur edukasi non formal maupun melalui jalur edukasi formal (Trivedi P.R, 2004: 8-9). Pada jalur edukasi formal edukasi area biotik dapat ditempuh bersama dua pendekatan yakni, pendekatan monolitik serta integratif. Pendekatan monolitik merupakan pendekatan yang didasarkan pada suatu pemikiran kalau setiap mata pelajaran merupakan komponen yang

(42)

berdiri sendiri dalam kurikulum serta mempunyai tujuan tertentu dalam suatu sistem. Pendekatan ini dapat ditempuh melalui dua cara yakni, membangun satu disiplin ilmu baru yang diberi nama Edukasi Area Biotik (PLH) yang nantinya dijadikan mata pelajaran yang terpisah dari ilmu-ilmu lain serta membangun paket PLH yang merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri. Pendekatan integratif merupakan pendekatan yang didasarkan pada pemikiran kalau suatu mata pelajaran itu dapat diintegrasikan ke dalam pelajaran lain yang sesuai.

(Daryanto, 2013: 1) Edukasi area biotik (PLH) merupakan edukasi tentang area biotik dalam konteks internalisasi secara langsung maupun tidak langsung dalam membentuk kepribadian mandiri serta pola tindak serta pola pikir murid /peserta diklat sehingga dapat merefleksikan dalam kebiotikan sehari hari.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan kalau Edukasi area biotik merupakan upaya pimpinan Indonesia dalam menjaga serta melestarikan area demi menghindari kerusakan area yang lebih parah di kemudian hari. Tidak hanya pimpinan Indonesia yang bergerak agar peduli akan edukasi area biotik tetapi berbagai pihak di dunia juga berupaya melakukan program peduli terhadap kelestarian area. Kementerian Negara Area Biotik pada tahun 2006 mencanangkan program Adiwiyata, dalam hal ini penjelasan mengenai Adiwiyata mengacu atau yang berlandaskan pada Peraturan Menteri Nomor 05 Tahun 2013 serta buku panduan Adiwiyata.

(43)

b. Tujuan Edukasi Area Biotik

Permasalahan utama dari area merupakan ketidak mampuan mengembangkan sistem nilai sosial, gaya biotik yang tidak mampu membuat biotik kita selaras bersama area. Membangun gaya biotik serta sikap terhadap area agar biotik selaras bersama area bukan pekerjaan mudah serta bisa dilakukan dalam waktu singkat.

Jalur edukasi merupakan sarana yang tepat agar membangun penduduk yang menerapkan prinsip keberlanjutan serta etika area. Jalur edukasi yang bisa ditempuh mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak sampai bersama Perpengajaran Tinggi (Daryanto, 2013: 1). Tujuan jangka panjang PLH merupakan mengembangkan warga negara yang mempunyai pengetahuan tentang area biofisik serta masalahnya yang berkaitan, menumbuhkan kesadaran agar terlibat secara efektik dalam tindakan menuju pembangunan masa depan yang lebih baik, dapat dihuni serta membangkitkan motivasi agar mengerjakannya.

Tujuan edukasi area itu dapat dijabarkan menjadi enam kelompok, yakni (a) Kesadaran, yakni memberi dorongan kepada setiap individu agar memperoleh kesadaran serta kepekaan terhadap area serta masalahnya; (b) Pengetahuan, yakni membantu setiap individu agar memperoleh berbagai pengalaman serta pemahaman dasar tentang area serta masalahnya; (c) Sikap, yakni membantu setiap individu agar memperoleh seperangkat nilai serta kemampuan mendapatkan pilihan yang tepat serta mengembangkan perasaan yang peka terhadap area serta memberikan

(44)

motivasi agar berperan serta secara aktif didalam peningkatan serta perlindungan area; (d) Keterampilan, yakni membantu setiap individu agar memperoleh keterampilan dalam mengidentifikasi serta memecahkan masalah area; (e) Partisipasi, yakni memberikan motivasi kepada setiap individu agar berperan serta secara aktif dalam pemecahan masalah area; (f) Evaluasi, yakni mendorong setiap individu agar mempunyai kemampuan mengevaluasi pengetahuan area ditinjau dari segi ekologi, sosial, ekonomi, politik, serta faktor-faktor edukasi. (Daryanto, 2013: 12-13).

Berdasarkan tujuan di atas, tersirat kalau masalah area biotik terutama berkaitan bersama manusia bukan hanya area, oleh karena itu dalam pengembangan program PLH harus ditujukan pada aspek tingkah laku manusia, terutama interaksi manusia bersama area biotiknya serta kemampuan memecahkan masalah area, tetapi juga harus mempunyai pemahaman mendasar tentang manusia.

c. Peran Warga Tempat berlatih dalam Edukasi Area Biotik

Warga tempat berlatih merupakan anggota tempat berlatih berupa komponen biotik yang terdiri dari masukan sumber daya manusia (human

resources input), masukan area (environmental input), serta masukan

mentah (raw input). Warga tempat berlatih meliputi kepala tempat berlatih, pengajar, tenaga tata usaha, pesuruh atau tukang kebun, komite tempat berlatih serta murid. Pengertian peranan dalam KBBI yakni tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. Berdasarkan kedua

(45)

pengertian itu disimpulkan kalau peranan warga tempat berlatih yakni tindakan yang dilakukan anggota tempat berlatih yang meliputi kepala tempat berlatih, pengajar, tenaga tata usaha, wali level, pesuruh, komite tempat berlatih serta murid dalam peristiwa tertentu.

Peranan warga tempat berlatih dalam pelaksanaan edukasi area biotik dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan anggota tempat berlatih yang meliputi kepala tempat berlatih, pengajar, tenaga tata usaha, wali level, pesuruh, komite tempat berlatih serta murid dalam menerapkan edukasi area biotik.

1) Peran Kepala Tempat berlatih

Kemampuan kepala tempat berlatih dalam menjalankan roda kepemimpinan sangat penting agar menggapai visi serta misi edukasi. Visi serta misi harus diamalkan oleh kepala tempat berlatih dalam bentuk tindakan. Tempat berlatih yang peduli serta berbudaya harus terwujud mejadi kenyataan. Menurut (Mulyasa, 2007: 98) dinas edukasi telah menetapkan kalau kepala tempat berlatih harus mampu menerapkan perannya sebagai educator, manager, administrator, serta supervisor. Bahkan seiring bersama perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi peran kepala tempat berlatih menjadi bertambah yakni sebagai leader,

innovator, motivator, figure, serta mediator. Peran, tugas serta fungi

kepala tempat berlatih dapat menjadikan visi agar jadi aksi: a) Kepala tempat berlatih sebagai educator (pendidik)

(46)

Kepala tempat berlatih berperan sebagai pendidik yang harus mempunyai kemampuan agar menjadi pembimbing bagi pendidik, tenaga pendidik yang bukan pengajar, pendidik bagi murid, mengembangkan tenaga edukasi, serta mengikuti bimbingan tekhnologi serta memberikan contoh mengajar (Mulyasa,2007: 101), agar dapat berbudaya area sebelum mengajarkan kepada anak didik, kepala tempat berlatih harus mempunyai strategi yang baik serta tepat dalam meningkatkan profesionalisme tenaga edukasi.

b) Kepala tempat berlatih sebagai manajer

Kepala tempat berlatih merupakan pemegang kebijakan dalam segala hal, termasuk edukasi area biotik. Tempat berlatih Adiwiyata dibentuk tim Adiwiyata , kepala tempat berlatih merupakan penanggung jawabnya, tidak ada kegiatan atau aksi area apapun tanpa melalui keputusan dari kepala tempat berlatih.

Pelaksanaan kegiatan edukasi area biotik oleh warga tempat berlatih maka harus didukung oleh kebijakan tempat berlatih, dalam mewujudkan tempat berlatih yang berbudaya serta peduli dibutuhkan beberapa kebijakan yang tidak lepas dari prinsip dasar program Adiwiyata yakni partisipatif serta berkelanjutan.

c) Kepala tempat berlatih Sebagai Administrator

Kepala tempat berlatih sebagai administrator menurut (Mulyasa,2002: 44). Menunjang produktifitas tempat berlatih, kepala tempat berlatih harus mampu melakukan aktifitas pengelolaan

(47)

administrasi yang sifatnya pencatatan, penyusunan, serta pendokumenan seluruh program tempat berlatih secara efektif serta efisien. Kepala tempat berlatih harus mempunyai kemampuan agar megelola kurikulum, administrasi sarana serta prasarana, administrasi arsip serta administrasi keuangan.

d) Kepala tempat berlatih sebagai supervisor

Kepala tempat berlatih .harus berperan sebagai supervisor yang dapat mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenapa pendidik. Kepala tempat berlatih harus melakukan pengawasan, pengendalian serta peningkatan kinerja tenaga pendidik.

Program Adiwiyata kepala tempat berlatih harus memperhatikan prinsip-prinsip hubungan konsultatif, kolegial bukan hierarkis. Edukasi area biotik, kepala tempat berlatih mempunyai kewajiban menyusun, melaksanakan sekaligus memantau program edukasi edukasi area biotik. e) Kepala tempat berlatih sebaga leader

Kepala tempat berlatih sebagai leader harus bisa memberikan petunjuk serta pengawasan, meningkatkan minat tenapa pendidik, membuka komunitas dua arah, serta mendelegasikan tugas. Kemampuan kepala tempat berlatih sebagai leader dapat dilihat dari kepribadian, pengetahuan, visi misi tempat berlatih, kemampuan mengambil keputusan serta berkomunikasi.

(48)

Kepala tempat berlatih juga berperan sebagai motor penggerak pelaksanaan edukasi area biotik mempunyai pengetahuan serta kemampuan yang cukup dalam mengambil keputusan.

f) Kepala tempat berlatih sebagai innovator

Sebagai innovator kepala tempat berlatih harus mempunyai strategi tepat dalam menjalin hubungan harmonis dalam area, harus mencari gagasan baru, merelevansikan setiap kegiatan, memberikan contoh taulaserta yang baik, serta mengembangkan model-model pemberlatihan, sebagai kepala tempat berlatih ia harus menjadi pencetus utama, pembuat kebijakan yang pro dalam area.

g) Kepala tempat berlatih sebagai motivator

Sebagai motivator kepala tempat berlatih perlu mempunyai strategi yang baik serta tepat dalam memberikan motivasi kepada para pendidik agar melakukan berbagai tugas serta fungsinya. Motivasi dalam pelaksanaan edukasi area biotik dapat ditumbuhkan melalui pengaturan area fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, serta penyediaan berbagai sumber berlatih melalui pelatihan.

2) Peran Pengajar

Menurut (Wijaya, 1992: 107-108) Peran pengajar sangat beragam sekali diantaranya merupakan.

(49)

a) Pengajar sebagai Pembimbing

Seorang pengajar bukan satu-satunya penyampai informasi serta satu-satunya sumber pengetahuan bagi murid, pengajar hanya bertugas sebagai pembangkit motivasi berlatih murid. Program Adiwiyata merupakan cara menumbuhkan karakter tempat berlatih yang peduli serta berbudaya area. Pengajar dalam hal ini memberikan bimbingan serta

konseling harus bisa menjadi pioner serta kordinator pada program

Adiwiyata.

b) Pengajar sebagai Pengatur Area.

Pada hakikatnya mengajar itu merupakan mengatur area agar terjadi proses berlatih mengajar yang baik. Seorang pengajar harus bisa menciptakan suasana level yang efektif sehingga murid dapat berlatih bersama nyaman.

b) Pengajar sebagai Konselor

Pengajar sebagai konselor harus menyampaikan nilai-nilai edukasi karakter peduli serta berbudaya area dimanapun serta kapan pun melaksanakan tugasnya. Konselor tempat berlatih secara sadar mempunyai kewajiban agar melaksanakan edukasi karakter peduli serta berbudaya area dalam menunaikan tugasnya. Dukungan sistem pengajar pembimbing memahami program Adiwiyata secara luas serta mendalam. Memahami program Adiwiyata diharapkan pembimbing dapat memahami serta mengembangkan program bimbingan serta konseling sesuai bersama apa yang diharapkan oleh tempat berlatih yang peduli serta

(50)

berbudaya area sehingga dapat membantu kesulitan yang dihadapi murid serta meningkatkan profesionalisme pengajar bimbingan serta konseling agar lebih sensitif terhadap isu-isu baru.

c) Pengajar sebagai Motivator

Melalui dukungan sistem pengajar pembimbing memahami program Adiwiyata secara luas serta mendalam. Memahami program Adiwiyata diharapkan pembimbing dapat memahami serta mengembangkan program bimbingan serta konseling sesuai bersama apa yang diharapkan oleh tempat berlatih yang peduli serta berbudaya area sehingga dapat membantu kesulitan yang dihadapi murid serta meningkatkan

profesionalisme pengajar bimbingan serta konseling agar lebih sensitif

terhadap isu-isu baru.

3. Pelaksanaan Program Adiwiyata

Mewujudkan program Adiwiyata dibutuhkan 4 (empat) indikator yang harus dipenuhi oleh tempat berlatih yakni:

a. Penyusuna Program Berwawasan Area

Meter, dkk. Dalam Rohman (2009: 134) mengatakan kalau pelaksanaan kebijakan dimaksudkan sebagai keseluruhan tindakan yang dilakukan oleh individu-individu, pejabat atau kelompok pimpinan atau swasta yang diarahkan kepada pencapaian tujuan kebijakan yang telah ditentukan. Tindakan itu merupakan usaha sesaat yang bertujuan mentransformasikan keputusan kedalam istilah operasional, atau pun

(51)

usaha berkelanjutan agar mencapai perubahan-perubahan besar serta kecil yang diamanatkan pada keputusan –keputusan kebijakan.

Buku panduan Adiwiyata 2012 ada enam indikator kebijakan yang perlu terus menerus diusahakan. Pertama, pengembangan visi serta misi yang terdapat dalam dokumen yang tercermin sebagai upaya perlindungan serta penegelolaan area biotik. Kedua, visi misi diuraikan ke dalam program, kegiatan tempat berlatih serta dipahami oleh semua warga tempat berlatih. Ketiga, asertaya kebijakan dalam pengembangan materi pemberlatihan edukasi area biotik. Kriteria terakhir merupakan asertaya kebijakan alokasi rencana kegiatan serta anggaran tempat berlatih (RKAS) minimal 10% serta dialokasikan secara proporsional demi upaya pengelolaan area tempat berlatih.

1) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Kebijakan

Pelaksanaan suatu kebijakan menghasilkan keberhasilan yang diharapkan oleh pembuat kebijakan serta kelompok yang menjadi sasaran kebijakan itu. Rohman (2009:147) menyatakan, kalau ada tiga faktor yang dapat menentukan kegagalan serta keberhasilan dalam Pelaksanaan kebijakan yakni:

a) Faktor yang terletak pada rumusan kebijakan yang telah dibuat oleh para pengambil keputusan, menyangkut kalimatnya jelas atau tidak, sasarannya tepat atau tidak, mudah dipahami atau tidak, mudah diinterpretasikan atau tidak, serta terlalu sulit dilaksanakan atau tidak

(52)

b) Faktor yang terletak pada personil pelaksana, yakni yang menyangkut tingkat edukasi, pengalaman, motivasi, komitmen, kesetiaan, kinerja, kepercayaan diri, kebiasaan-kebiasaan, serta kemampuan kerja sama dari para pelaku pelaksana kebijakan. Termasuk dalam personil pelaksana merupakan latar belakang budaya, bahasa, serta ideologi kepartaian masing-masing. Semua itu akan sangat mempengaruhi cara kerja mereka secara kolektif dalam menjalankan misi pelaksanaan kebijakan.

c) Faktor yang terletak pada system organisasi pelaksana, yakni menyangkut jaringan sistem, hierarki kewenangan masing-masing peran, model distribusi pekerjaan, gaya kepemimpinan dari pemimpin organisasinya, aturan main organisasi, target masing-masing tahap yang ditetapkan, model monitoring yang biasa dipakai, serta evaluasi yang dipilih.

b. Program Kurikulum Berbasis Area

Suryobroto (2004:32) Kurikulum berbasis area merupakan kurikulum yang memuat tentang materi pengelolaan serta perlindungan terhadap area biotik yang disampaikan bersama beragam cara dalam upaya memberikan pemahaman tentang area biotik.

Kurikulum merupakan segala pengalaman edukasi yang diberikan oleh tempat berlatih pada seluruh anak didik, baik dilakukan dalam tempat berlatih maupun di luar tempat berlatih. Rusman (2009:3) menyatakan kalau kurikulum merupakan perangkat rencana serta pengaturan

(53)

mengenai tujuan, isi serta bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pemberlatihan demi mecapai tujuan edukasi tertentu. Pendapat lain dari Alberty ( Rusman, 2009:3) berpendapat kalau kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada murid di bawah tanggung jawab tempat berlatih.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan kalau kurikulum merupakan serangkaian aktivitas pengalaman edukasi agar murid yang diberikan kepada tempat berlatih demi mencapai tujuan edukasi yang telah ditentukan.

1) Latar Belakang Edukasi Area Biotik

UU Pasal 65 ayat 2 tentang Perlindungan serta Pengelolaan Area Biotik (PPLH) menyebutkan “setiap orang berhak mendapatkan edukasi area biotik, akses informasi, serta hak atas area yang baik serta sehat keadilan dalam memenuhi hak atas area biotik yang baik serta sehat”. Amanat Undang-Undang itu telah dinyatakan bersama jelas kalau setiap Warga Negara mempunyai hak agar mendapatkan edukasi area biotik selain juga akses partisipasi serta akses keadilan dalam memenuhi hak atas area yang baik serta sehat. Menurut buku Panduan Pelatihan serta Penilaian Pelaksanaan Program Adiwiyata Tahun 2012. Edukasi Area Biotik (PLH) merupakan :

“Upaya mengubah perilaku serta sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen penduduk yang bertujuan agar meningkatkan pengetahuan keterampilan serta kesadaran penduduk tentang nilai – nilai area serta isu permasalahan area yang pada akhirnya dapat menggerakkan penduduk agar berperan

(54)

aktif dalam upaya pelestarian serta keselamatan area agar kepentingan generasi sekarang serta yang akan datang”

1) Tujuan Edukasi Area Biotik

Menurut buku Panduan Pelatihan serta Penilaian Pelaksanaan Program Adiwiyata Tahun 2012, Edukasi Area Biotik (PLH) merupakan agar mendorong seseorang memberikan penduduk kesempatan agar memperoleh beragam keterampilan serta pengetahuan bersama harapan kalau penduduk mempunyai kesadaran agar melindungi, memperbaiki serta memanfaatkan area biotik secara bijaksana agar kepentingan jangka pendek serta jangka panjang. Yusuf (Hamzah: 2013) menambahkan kalau tujuan pokok yang hendak dicapai dalam edukasi area biotik merupakan (1) membantu anak didik memahami area biotik bersama tujuan akhir agar mereka mempunyai kepedulian dalam menjaga serta melestarikan area biotik serta sikap yang bertanggung jawab, serta (2) memupuk keinginan serta mempunyai keterampilan agar melestarikan area biotik dapat melestarikan area biotik dalam sistem kebiotikan bersama bersama bekerja secara rukun serta aman.

Konferensi Tbilisi 1977 (Hamzah, 2013) lebih lanjut merinci tujuan yang ingin dicapai dalam edukasi area biotik merupakan (1) agar membantu menjelaskan masalah kepedulian serta perhatian tentang saling keterkaitan antara ekonomi. Sosial, politik serta ekologi di kota maupun di wilayah pedesaan. (2) agar memberikan kesempatan pada setiap orang agar mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, komitmen,

(55)

serta kemampuan yang dibutuhkan agar melindungi serta memperbaiki area biotik, serta (3) agar menciptakan pola perilaku yang berupa serta individu, kelompok, serta penduduk sebagai suatu keseluruhan terhadap area biotik.

2) Penyusunan Kurikulum Berbasis Area

Fajarisma (2014:167) kurikulum berbasis area secara sederhana dapat dipelaksanaankan bersama cara penyampaian materi area biotik melalui kurikulum yang beragam variasi agar memberikan pemahaman tentang area biotik yang dikaitkan dalam kebiotikan sehari-hari. Panduan Adiwiyata (2012:20) dijelaskan kalau, indikator yang harus dikembangkan bersama pengembangan kurikulum berbasis area yakni mengintgrasikan edukasi area biotik pada mata pelajaran serta monolitik sebagai mata pelajaran tersendiri atau muatan lokal bersama menyusun kurikulum, silabus edukasi area biotik yang monolitik serta terintegrasi.

Hal ini bisa dibuktikan bersama jumlah pengajar yang mengampu edukasi area biotik baik monolitik maupun terintegrasi bersama mempunyai edukasi area biotik sesuai beban materi yang diajarkan. Pengembangan kurikulum berbasis area juga ditandai bersama tersedianya bahan ajar literatur/referensi sekurang – kurangnya 10 judul yang relevan bersama isu area, yang tidak kalah pentingnya merupakan asertaya dokumentasi hasil berlatih edukasi area biotik setiap murid. Pengembangan Kurikulum berbasis area juga harus ditandai bersama

Gambar

Tabel 3.1. Daftar Informan…………………………………………………  55
Gambar 2.1. Skema Kerangka Konseptual…… ................................   53
Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual
Tabel 3.1. Daftar Informan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Satu hal penting yang tidak boleh terlewatkan adalah partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 53

Perbedaan batas aurat yakni muka dan telapak tangan itu termasuk aurat yang wajib ditutup atau tidak, sedangkan pendapat mengenai hukum ber-jilba<b itu

pula instrument retaliasi berarti adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu. Negara dimana ekspor dari negara tersebut terkena imbas kenaikan tarif

Menurut penelitian Almilia dan Wijayanto (dalam Dahlia dan Siregar, 2008), perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik akan direspon positif oleh

Dari hasil output SPSS diperoleh besarnya probabilitas 0.013 dengan demikian probabilitas 0.013 < 0.05 sehingga H 1 diterima artinya ada perbedaan hasil belajar

Results obtained are shown in Figures 5: a) Frames per second (FPS), b) Batches per second (BPS) and c) Triangles per second (TPS). a) Frames per second for the different strategies

Dari rutinitas tersebut dapat dikatakan bahwa sirkulasi utama desa merupakan ruang terbuka yang berfungsi sebagai “pusat” kegiatan yang mewadahi aktivitas sosial masyarakat

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian obesitas pada anak SD di kota Manado kesimpulanProporsi keluarga