• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoretis

2.1.1. Teori Stakeholder

Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan (Hadi, 2011). Dengan demikian, stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal seperti pemerintah, perusahaan pesaing, masyarakat sekitar, lingkungan internasional, lembaga di luar perusahaan (LSM dan sejenisnya), lembaga pemerhati lingkungan, para pekerja perusahaan, kaum minoritas dan lain sebagainya yang keberadaannya sangat mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan (Hummels, 2011).

Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham, investor, kreditur, karyawan, supplier, masyarakat, pemerintah dan lain-lain).

Corporate Social Responsibility merupakan salah satu strategi dari perusahaan untuk memuaskan keinginan para stakeholder. semakin baik perusahaan mengungkapkan CSR, maka stakeholders akan merasa makin terpuaskan sehingga mereka akan mendukung secara full atas segala akivitas baik

(2)

yang dilakukan ataupun yang akan dilakukan oleh perusahaan dalam mencapai tujuan mereka yaitu meningkatkan laba perusahaan.

Menurut the Clarkson Centre for Business Ethics (dalam Faradilla, 2012) stakeholder perusahaan dibedakan ke dalam dua bentuk yaitu primary stakeholder dan secondary stakeholder. Primary stakeholder merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan secara ekonomi terhadap perusahaan dan menanggung risiko. Pihak-pihak yang termasuk dalam golongan ini adalah investor, kreditor, karyawan dan komunitas lokal. Namun di sisi lain pemerintah tergolong dalam primary stakeholder walaupun secara tidak langsung mempunyai hubungan secara ekonomi akan tetapi hubungan keduanya bersifat non-kontraktual. Sedangkan secondary stakeholder adalah pihak-pihak dimana sifat hubungannya saling mempengaruhi namun kelangsungan hidup perusahaan secara ekonomi tidak ditentukan oleh stakeholder bentuk ini. Pihak-pihak yang termasuk dalam golongan ini adalah media dan kelompok kepentingan seperti lembaga sosial masyarakat, serikat buruh, dan sebagainya.

2.1.2 Teori Legitimasi

Selain teori stakeholder yang mendasari terbentuknya corporate social responsibility yang telah dijelaskan sebelumnya, ada teori lain yang mendasari corporate social responsibility yaitu Teori Legitimasi.

Menurut Gray et al (dalam Hadi , 2011: 88) bahwa:

“legitimation is a system-oriented view of organization and society.. permits us to focus on teh role of information and disclosure in the relationship between organization, the state, individual and group”.

(3)

Definisi di atas mengisyaratkan bahwa legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat, pemerintah individu dan kelompok masyarakat. Untuk itu, sebagai suatu sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada masyarakat, operasi perusahaan harus kongruen dengan harapan masyarakat (Gray at el, 1996; dalam Hadi, 2011).

Praktek corporate social responsibility yang dilakukan perusahaan bertujuan untuk menyelaraskan diri dengan norma masyarakat. Dengan adanya pengungkapan Corporate Social Responsibility yang baik, maka diharapkan perusahaan akan mendapat legitimasi dari masyarakat sehingga dapat meningkatkan kinerja yang bertujuan untuk pencapaian keuntungan perusahaan.

Dowling dan Pfeffer (dalam Hadi, 2011: 91) menyatakan bahwa aktivitas organisasi perusahaan hendaknya sesuai dengan nilai sosial lingkungannya. Terdapat dua dimensi agar perusahaan memperoleh dukungan legitimasi, yaitu: aktivitas oganisasi perusahaan harus sesuai (congruence) dengan sistem nilai di masyarakat serta pelaporan aktivitas perusahaan juga hendaknya mencerminkan nilai sosial.

Pattern (dalam Hadi, 2011: 92) menyatakan bahwa upaya yang diperlukan oleh perusahaan dalam rangka mengelola legitimasi agar efektif, yaitu denga cara:

1. Melakukan identifikasi dan komunikasi dengan publik.

2. Melakukan komunikasi tentang masalah nilai sosial kemasyarakatan dan lingkungan serta membangun persepsinya tentang perusahaan.

(4)

3. Melakukan strategi legitimasi dan pengungkapan terutama terkait dengan masalah social responsibility.

Berkembangnya tingkat kesadaran dan peradaban masyarakat membuka peluang meningkatnya tuntutan terhadap kesadaran kesehatan lingkungan. Wibisono (dalam Hadi, 2011:92) menyatakan bahwa social responsibility memiliki kemanfaatan untuk meningkatkan reputasi perusahan, menjaga image dan strategi perusahaan.

2.1.3 Corporate Social Responsibility

Kegiatan sosial perusahaan bukan hanya sekedar cara untuk mencapai hasil ekonomi, namun juga dapat mengembangkan hubungan baik dengan stakeholders. Dengan demikian secara tidak langsung dapat menciptakan citra positif bagi perusahaan.

Corporate Social Responsibilty merupakan elemen penting dalam keragka keberlanjutan perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial. Sebuah organisasi dunia World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) yang dikutip oleh Wibisono (dalam Hadi, 2011:47) yang menyatakan bahwa:

“Continuing commitment by business to behave ethically and contributed to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large.”

Definisi di atas menunjukkan bahwa corporate social responsibility merupakan suatu bentuk tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi bersamaan dengan

(5)

meningkatkan kualitas hidup bagi karyawan berikut keluarganya, serta sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan masyarakat secara lebih luas.

Selain pengertian corporate social responsibility yang telah dikemukakan oleh WBCSD, Badan Standarisasi Internasional yakni ISO 26000 (dalam Agustin, 2012) juga mengemukakan pernyataan mengenai definisi corporate social responsibility, yaitu:

“Responsibility of an organization for the impact of its decisions and activities and society and the environment, through transparent and ethical behaviour that contributes to sustainable development, health, and the welfare on society; takes into account the expectations of stakeholders; is in compliance with aplicable law and consistent with internasional norms of behaviour; and is integrated throughhout the organization and practiced in its relationship.”

Pernyataan di atas berarti bahwa corporate social responsibility adalah tanggug jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.

Pelaksanaan corporate social responsibility merupakan hal yang sangat penting karena berkaitan dengan pembentukan citra positif perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan seharusnya melihat corporate social responsibility bukan sebagai pusat biaya (cost center) melainkan sebagai pusat laba (profit center) di masa mendatang. Tanggung jawab sosial perusahaan memberikan keuntungan

(6)

bersama bagi semua pihak, baik perusahaan sendiri, karyawan, masyarakat, pemerintah maupun lingkungan.

Menurut Nugroho (dalam Iryanie, 2009) jika CSR dipahami dengan baik maka banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan CSR ini baik bagi perusahaan, masyarakat, lingkungan maupun negara, antara lain:

1. Bagi perusahaan, usahanya akan lebih sustainable atau berkesinambungan karena pekerjanya sejahtera dan merasa layak bekerja disana sehingga menjadi produktif, bahan bakunya terjamin karena lingkungannya terjaga, mempunyai nama baik karena dukungan sosial dari masyarakat sekitar. Maka pada akhirnya kinerja perusahaan baik dalam bidang keuangan dan dalam bidang pasar juga akan terjaga.

2. Bagi masyarakat, praktik CSR yang baik akan meningkatkan nilai tambah adanya perusahaan di suatu daerah karena akan menyerap tenaga kerja, serta meningkatkan kualitas sosial di daerah tersebut. Pekerja lokal yang diserap akan mendapatkan perlindungan akan hak-haknya sebagai sebagai pekerja. Jika ada masyarakat adat atau masyarakat lokal, praktik CSR akan menghargai keberadaan tradisi dan budaya lokal tersebut. 3. Bagi lingkungan praktik CSR akan mencegah eksploitasi berlebihan akan

penggunaan sumber daya alam, menjaga kualitas lingkungan dengan menekan tingkat polusi dan disini perusahaan terlibat dalam memperbaharui lingkungannya.

4. Bagi negara, praktik CSR yang baik akan mencegah apa yang disebut dengan ”corporate misconduct” atau malpraktik bisnis yang banyak

(7)

terjadi seperti penyuapan pada aparat Negara atau aparat hukum yang memicu tingginya memicu tingginya korupsi.

Menurut Crowther David (dalam Hadi, 2011) mengurai prinsip-prinsip tanggung jawab sosial menjadi tiga, yaitu:

1. Sustainability. Artinya bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitas tetap memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya di masa depan. Keberlanjutan juga memberikan arahan bagaimana penggunaan sumberdaya sekarang tetap memperhatikan dan memperhitungkan kemampuan generasi masa depan.

2. Accountability. Artinya perusahaan terbuka dan bertanggungjawab atas akivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dapat dijadikan sebagai media bagi perusahaan membangun image dan network terhadap para pemangku kepentingan. Tingkat akuntabilitas dan tanggung jawab perusahaan menentukan legitimasi stakeholder eksternal, serta meningkatkan transaksi saham perusahaan.

3. Transparancy. Merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal. Transparansi bersinggungan dengan pelaporan aktivitas perusahaan. Transparansi merupakan satu hal yang amat penting bagi pihak eksternal, berperan untuk mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan.

Setelah penerapan corporate social responsibility, perusahaan juga hendaknya melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang

(8)

lebih dikenal dengan istilah corporate social disclosure index (CSDI) . CSDI merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (Sembiring, 2005). Pratiwi dan Djamhuri (2004) mengartikan pengungkapan sosial sebagai suatu pelaporan atau penyampaian informasi kepada stakeholders mengenai segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Hasil penelitian di berbagai negara membuktikan, bahwa laporan tahunan (annual report) merupakan media yang tepat untuk menyampaikan tanggung jawab sosial perusahaan.

Perusahaan umumnya menggunakan konsep Global Reporting Initiative (GRI) sebagai acuan dalam penyusunan pelaporan CSR mereka. Konsep pelaporan CSR yang digagas oleh GRI adalah konsep sustainability report yang muncul sebagai akibat adanya konsep sustainability development. Dalam sustainability report digunakan metode triple bottom line. Konsep triple bottom line didasari tiga prinsip dasar yang terdiri dari profit, artinya perusahaan tetap haru berorientasi untuk mencari keuntungan secara ekonomi yang memungkinkan agar dapat beroperasi lebih lanjut dan berkembang. Yang kedua adalah people, artinya perusahaan harus mempunyai rasa kepedulian dan terhadap kesejahteraan manusia. Prinsip dasar yang terakhir adalah planet, artinya perusahaan peduli dengan lingkungan hidup dan keberlanjutan keanekaragaman hayati. Dengan berpedoman tiga prinsip dasar tersebut maka seharusnya perusahaan tidak hanya melaporkan sesuatu yang diukur dari sudut pandang ekonomi saja, melainkan dari sudut pandang ekonomi, sosial dan lingkungan. Gagasan ini merupakan akibat

(9)

dari adanya 3 dampak operasi perusahaan yang dilihat dari dimensi economy, dimensi environment dan dimensi social. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 79 item pengungkapan yang terdiri dari dimensi economy (9 item), lingkungan (30 item), dan dimensi sosial (40 item) yang dibagi lagi menjadi dimensi praktek tenaga kerja (14 item), hak asasi manusia (9 item), sosial (8 item), dan tanggungjawab produk (9 item).

2.1.4 Corporate Social Responsibiliy Dimensi Economy

Corporate social Responsibility dimensi economy adalah pengukuran corporate social responsibility secara spesifik yang berdasarkan atas aspek ekonomi dari keberlanjutan yang terjadi akibat dampak organisasi terhadap kondisi perekonomian stakeholders di tingkat sistem ekonomi lokal, nasional dan global. Indikator kinerja ekonomi ini sendiri menunjukkan aliran dana di antara stakeholders serta dampak ekonomi utama terhadap masyarakat sekitar. Dimensi economy menurut global reporting initiative guide versi 3 mempunyai tiga aspek yang terdiri dari kinerja ekonomi, presensi pasar serta dampak ekonomi tidak langsung. Dimensi economy menurut GRI guide mempunyi 9 item pengungkapan. 2.1.5 Corporate Social Responsibiliy Dimensi Environment

Corporate social Responsibility dimensi environment adalah pengukuran corporate social responsibility secara spesifik yang berdasarkan atas dimensi lingkungan dari keberlanjutan yang mempengaruhi dampak organisasi terhadap sistem alami hidup termasuk ekosistem, tanah, air dan udara. Dimensi environment menurut global reporting initiative guide versi 3 mempunyai sembilan aspek yang terdiri dari bahan; energi; air; keanekaragaman hayati; emisi,

(10)

limbah dan sampah; produk dan jasa; kepatuhan; transportasi dan keseluruhan. Dimensi lingkungan ini menurut GRI mempunyai 30 item pengungkapan.

2.1.6 Corporate Social Responsibiliy Dimensi Social

Corporate social responsibility dimensi social adalah pengukuran corporate social responsibility secara spesifik berdasarkan atas dimensi sosial. Dimensi social ini berasal dari keberlanjutan membahas sistem sosial organisasi dimana dia beroperasi. Menurut global reporting initiative, indikator kinerja sosial mengidentifikasi kunci aspek kinerja yang meliputi praktek tenaga kerja; hak asasi manusia; masyarakat atau sosial; dan tanggung jawab produk. Sehingga corporate social responsibility dimensi social ini mempunyai 40 item pengungkapan.

2.1.7 Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan adalah suatu prestasi kerja yang dicapai oleh perusahaan dalam periode tertentu yang merupakan hasil dari proses kerja yang terjadi dalam periode tersebut. Menurut Febryani dan Zulfadin (dalam Indrawan, 2011) kinerja perusahaan merupakan hal yang penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan karena kinerja merupakan cerminan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya perusahaan tersebut. Untuk mengetahui kinerja yang telah dicapai maka perlu dilakukan penilaian kinerja. Penilaian kinerja perusahaan dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan dan dari segi perubahan harga saham.

Laporan tahunan (annual report) merupakan salah satu sumber informasi guna mendapatkan gambaran kinerja perusahaan. Informasi yang diberikan oleh

(11)

pihak manajemen perusahaan merupakan salah satu cara untuk memberikan gambaran tentang kinerja perusahaan mereka kepada para stakeholder.

Menurut penelitian Almilia dan Wijayanto (dalam Dahlia dan Siregar, 2008), perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik akan direspon positif oleh para investor melalui fluktuasi harga saham yang semakin naik dari periode ke periode dan sebaliknya jika perusahaan memiliki kinerja lingkungan yang buruk maka akan muncul keraguan dari para investor terhadap perusahaan tersebut dan direspon negatif dengan fluktuasi harga saham perusahaan yang semakin menurun dari tahun ke tahun.

Motivasi para investor melakukan investasi adalah harapan untuk memperoleh return yang sesuai. Tanpa adanya return, tentunya para investor tidak akan bersedia melakukan investasi. Jadi, dalam hal ini tujuan utama seseorang melakukan investasi adalah untuk memperoleh return baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan return merupakan imbalan yang diharapkan investor akan diperoleh atas investasi yang dilakukan di suatu perusahaan.

Penilaian kinerja perusahaan dalam penelitian ini menggunakan Cummulative Abnormal Return yang merupaakan proksi dari stock return. Stock return adalah tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor atas investasi yang mereka lakukan di pasar modal berupa real return dan expectation return. Abnornal return adalah selisih antara perhitungan dari real return dengan expectation return pada periode yang sama. Return disebut normal jika actual return sama atau mendekati expectation return. Abnormal return dapat dikatakan

(12)

positif bila selisih antara real return dengan expectation return hasilnya positif. Dan abnormal return dapat dikatakan negatif jika sebaliknya.

2.1.8 Hubungan Variabel Kontrol dengan Corporate Social Responsibiity dan

Kinerja Perusahaan

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak dikacaukan oleh pengaruh faktor luar yang tidak diteliti. Jadi variabel lain yang dapat mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dikontrol. Dengan demikian diharapkan bahwa variabel yang memberi keragaman terhadap variabel dependen hanyalah variabel independen yang ingin dipelajari pengaruhnya. Dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah kinerja perusahaan yang diproksikan oleh stock return yang tercermin dalam abnormal return. Abnormal return memiliki kemungkinan dipengaruhi oleh variabel spesifik perusahaan yang lainnya seperti ukuran perusahaan (size), pertumbuhan perusahaan (growth) dan risiko (risk) (Jogiyanto, 2010:617).

Dalam penelitian ini, variabel kontrol yang digunakan adalah price book to value (PBV) dan leverage atau debt equity ratio (DER). Price book to value merupakan proksi dari growth. Perusahaan yang memiliki kesempatan tumbuh yang tinggi diharapkan akan memberikan profitabilitas yang tinggi di masa depan. Dengan demikian kinerja pasar akan lebih tinggi untuk perusahaan yang memiliki growth (Dahlia dan Siregar, 2008:16). PBV yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang baik sehingga mampu meningkatkan laba, harga saham dan lain-lain serta akan direspon positif oleh investor. Perusahaan yang berjalan baik,

(13)

umumnya rasio PBVnya mencapai di atas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar sahamnya lebih besar daripada nilai bukunya.

Variabel kontrol kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah leverage atau debt equity ratio. Debt equity ratio merupakan proksi dari risk. Menurut Endrian (dalam Retno, 2012) Debt equity ratio ini menunjukkan kemampuan perusahaan atas proposri dalam penggunaan utang dalam membiayai investasi. Tingginya tingkat DER suatu perusahaan menunjukkan bahwa hutang perusahaan lebih tinggi daripada ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Semakin tinggi tingkat DER suatu perusahaan maka semakin tinggi pula tingkat risiko yang dihadapi perusahaan, sehingga akan mempengaruhi kinerja perusahaan yaitu berpengaruh negatif terhadap return (Dahlia dan Siregar, 2008:15).

2.1.9 Penelitian Terdahulu

Pada tabel 1 (halaman 22) akan disajikan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian sebelumnya mengenai pengaruh corporate social responsibility terhadap kinerja perusahaan.

Penelitian ini berpedoman kepada penelitian Muid (2011). Kesamaan penelitian ini dengan Muid terletak pada variabel dependennya yaitu stock return serta variabel kontrolnya yaitu debt equity ratio dan price to book value. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel independennya. Dalam penelitian ini, variabel independennya terdiri dari CSR dimensi economy, CSR dimensi environment dan CSR dimensi social. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Muid, hanya mempunyai dua variabel independen yaitu CSR dimensi sosial dan

(14)

CSR dimensi lingkungan. Selain itu, penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama rentang waktu tiga tahun dari taun 2009-2011 sedangkan penelitian Muid hanya dua tahun dari tahun 2008-2009.

Tabel 1

Penelitian Terdahulu

Nama

Penulis Brammeri et al (2007) Dahlia Siregar (2008) dan Titisari et al (2010) Dul (2011) Muid Penulis (2012)

Judul Corporate Social Performance and stock Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan Corporate Social Responsibility dan Kinerja Perusahaan Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Stock Return Peengaruh Corporate Social Ressponsibility terhadap Kinerja Perusahaan Variabel

penelitian Variabel dependen : return saham Variabel independen : CSR (environmen) CSR (employment) CSR (community) Variabel dependen : ROE CAR Variabel independen : Corporate social disclosure index Variabel dependen : return saham diproksi dengan CAR Variabel independen : CSR CSR (environmen) CSR (employment) CSR (community Variabel dependen : return saham diproksi dengan CAR Variabel independen : CSR (environment) CSR (social) Variabel dependen : return saham diproksi dengan CAR Variabel independen : CSR dimensi economy CSR dimensi environment CSR dimensi social Metode

Statistik Analisis regresi linear berganda

Analisis regresi

linear berganda Analisis regresi linear berganda Analisis regresi linear berganda Analisis regresi linear berganda

Hasil

Penelitian CSR dimensi (environment, employment berpengaruh negatif sedangkan community berpengaruh positif . Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap ROEt+1 sedangkan tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap CAR Variabel environment & community berkorelasi positif dengan CAR sedangkan employment berkorelasi negatif dengan CAR Variabel social berpengaruh positif terhadap stock return sedangkan variabel environment tidak berpengaruuh terhadap stock return Sedang dalam proses

(15)

2.2 Rerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian-uraian di atas sebelumnya dan permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka rerangka pemikiran penelitian ini adalah:

Gambar 1

Rerangka Pemikiran Pengaruh Coporate Social Responsibility

Terhadap Kinerja Perusahaan 2.3 Perumusan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh CSR Dimensi Economy terhadap stock return

Penelitian Gao (dalam William, 2011) membuktikan bahwa komponen ekonomi di dalam pelaksanaan CSR merupakan komponen yang paling penting di di dalam perusahaan-perusahaan yang beroperasi di China, sementara komponen legal dan etichal issues kurang menjadi bahan perhatian dari perusahaan-perusahaan di China. Menurut penelitian William (20011) pengungkapan CSR dimensi economy terbukti dapat meningkatkan nilai perusahaan. Para investor maupun stakeholders melihat adanya pengungkapan CSR dimensi economy di dalam laporan tahunan perusahaan dapat membantu meningkatkan nilai

Variabel Independen CSR dimensi economy CSR dimensi environment

CSR dimensi social Variabel Dependen

Stock Return Variabel Kontrol

Price to Book Value Debt-Equity Ratio

(16)

perusahaan dan menjadi bahan pertimbangan di dalam proses pengambilan keputusan investasi. Dengan demikian, hipotesis yang dapat dirumuskan adalah :

H1 : CSR dimensi economy berpengaruh terhadap stock return. 2.3.2 Pengaruh CSR dimensi environment terhadap stock return

Suratno, dkk (2006) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki environmental performance yang baik merupakan good news bagi investor dan calon investor . Oleh karena itu perusahaan cenderung akan meningkatkan CSR dimensi environment dalam laporan tahunannya. Semakin tinggi tingkat CSR dimensi environment maka akan semakin tinggi pula respon positif oleh investor yang dapat dilihat melalui fluktuasi harga saham perusahaan. Menurut penelitian Almilia dan Wijayanto (2007), perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang bagus akan direspon positif oleh para investor melalui fluktuasi harga saham yang semakin naik dari periode ke periode dan sebaliknya jika perusahaan memiliki kinerja lingkungan yang buruk maka akan muncul keraguan dari para investor terhadap perusahaan tersebut dan direspon negatif dengan fluktuasi harga saham perusahaan di pasar yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Dengan demikian, hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:

H2 : CSR dimensi environment berpengaruh terhadap stock return. 2.3.3 Pengaruh CSR Dimensi Social terhadap Stock Return

Lingkup sosial merupakan indikator yang erat kaitannya dengan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Indikator kinerja sosial menurut GRI terdiri dari tenaga kerja, hak asasi manusia, masyarakat/sosial, dan tanggung jawab produk. Keberadaan perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat

(17)

sebagai lingkungan eksternalnya. Dilihat dari aspek sosial, perusahaan harus memberikan kontribusi positif secara langsung kepada masyarakat yaitu dengan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Selain itu perusahaan juga harus memperhatikan kesejahteraan dan keselamatan karyawannya. Sehingga perusahaan mempunyai reputasi yang baik dan direspon positif sehingga akan meningkatkan kinerja perusahaan tersebut. Hal tersebut dikarenakan masyarakat dan karyawan merupakan bagian dari stakeholders. Penelitian Anggraini (2006) menemukan bahwa pengungkapan tertinggi pada tanggung jawab ke masyarakat (community). Tanggung jawab ke masyarakat merupakan bagian dari indikator social. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian dari Titisari, dkk (2010) serta penelitian dari Muid (2011) yang menyebutkan bahwa CSR (community) berpengaruh positif terhadap stock return yang diproksi oleh CAR. Dengan demikian, hipotesis yang dirumuskan adalah :

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian diatas terlihat bahwa skor rata-rata untuk dimensi desire sebesar 3,12 yang berarti iklan XL membuat mahasiswa FKIP UKSW tahun 2013/2014

Karena Perusahaan tidak dapat mengontrol metode, volume, atau kondisi aktual penggunaan, Perusahaan tidak bertanggung jawab atas bahaya atau kehilangan yang disebabkan dari

Pola asuh yang indulgent yaitu bila orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak, namun hanya memberikan kontrol dan tuntutan yang sangat minim (selalu

Etimologi Pemerintahan bukan hanya pengetahuan belaka yang dipelajari untuk dijadikan pengetahuan tentang asal-muasal kata tetapi lebih dari itu, pelajaran tentang

MFX Group adalah perusahaan investasi pertama dengan bidang bisnis brokerage Mata Uang Asing yang menawarkan suku bunga tetap pada deposit dalam jumlah 36% per tahun , tanpa resiko

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat dibuat kesimpulan yaitu ikan tilan merah dapat didomestikasi di luar habitatnya dengan memelihara di dalam wadah

Tesis ini meneliti meneiliti pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai, pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Pegawai, pengaruh Kompensasi

untuk berkembangHanya dengan pendidikan, manusia dapat menghadapi dan menjawab tantangan-tantangan baik dari dalam maupun dari luar manusianya itu