• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I Pengenalan Tradisi Lisan Nusantara

Bagan 5.3 Pelaksanaan Program Agrowisata (Farmadeschool)

Keterangan: berarti alur reguler (idealis) Berarti alur nonreguler (praktis)

Berdasarkan bagan alur pelaksanaan program agrowisata (farmadeschool) di atas, deskripsi lebih lanjut tentang alur pelaksanaan teknis program agrowisata itu dapat dijelaskan melalui beberapa tahap berikut ini.

Pertama, dimulai dengan sambut kenal. Nuansa etnopedagogi pada sesi sambut kenal terasa pada kearifan proses sosial lokal, yakni berkaitan dengan cara masyarakat Made menjalankan sistem tindakan sosial, tata hubungan sosial, dan kontrol sosial yang dilakukan dalam menyambut tamu atau orang yang baru dikenal.

Sambut kenal yang dimaksud adalah berupa pertunjukan Tari Remo dan Uyon-uyon. Tari Remo merupakan tarian khas rakyat Jawa Timur dalam menyambut tamu sedangkan uyon-uyon adalah tarian interaktif yang mengajak pengunjung secara bergiliran menari dengan penari di atas panggung dengan diiringi alunan musik tradisional dan tembang tradisional yang mengandung makna persahabatan dan kedamaian. 5 Kelas Refleksi Pengetahuan Lokal Budaya Lokal Keterampilan Lokal Sumberdaya Lokal Proses Sosial Lokal 4 3 2 1 Sambut Kenal Urban Farming (Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Peternakan) Kelas Observasi Kelas Inspirasi

Setelah itu, para pengunjung mendapatkan satu paket tas perlengkapan agrowisata di antaranya adalah dawet oyen (es khas buatan masyarakat Made), satu botol air mineral sebagai bekal observasi lapangan, kaos lapangan berlabel farmadeschool, sandal berlabel

farmadeschool untuk terjun ke lapangan (sawah, kebun, ladang).

Kedua, memasuki kelas observasi. Pada sesi ini pengunjung diajak mengamati berbagai sumber daya lokal yang ada di Made meliputi potensi ekologis, ekonomis, sosial dan kultural. Sumber daya lokal itu dapat diobservasi secara indoor dan outdoor. Indoor berarti di dalam ruangan. Hal yang dapat diamati di dalam ruangan pusat kajian Made itu adalah artefak-artefak budaya berupa foto-foto tradisi budaya, dokumentasi aktivitas sosial kemasyarakatan, buku-buku hasil penelitian di Made, dan produk-produk olahan hasil bumi masyarakat Made seperti manisan

pencit, buah-buahan, sayuran, dan beras.

Sementara itu, outdoor adalah di luar ruangan. Hal yang dapat diamati di luar ruangan ialah potensi ekologi wilayah Made yang khas pedesaan, aneka tanaman holtikultura yang dibudidayakan secara masif, aktivitas sosial kemasyarakatan di persawahan, perkebunan, ladang, atau tempat peternakan.

Ketiga, pengunjung diajak secara langsung terlibat dalam praktik

urban farming yang mencakup bertani, berkebun, beternak, dan

memancing. Pada tahap inilah keterampilan lokal diajarkan secara langsung oleh Gapoktan dan/atau kader ekolokonomisosiokultur sesuai dengan keminatan pengunjung.

Pengunjung yang berminat belajar bertani di sawah akan dipandu teknik-teknik bertanam di sawah. Pada sesi ini pengunjung diberi bibit padi sebelum memasuki area sawah. Selain itu, pengunjung juga diajak menyiangi dan memanen padi atau aktivitas lainnya sesuai dengan tahapan bertani saat kunjungan berlangsung.

Pengunjung yang berminat belajar berkebun di ladang baik yang memiliki lahan pekarangan luas maupun sempit di rumahnya akan dipandu

memanfaatkan berbagai tipe lahan tersebut. Pengunjung yang ingin belajar beternak akan diajak berkunjung ke rumah Made Berkokok. Di rumah tersebut, pengunjung diajak langsung melihat tata cara masyarakat Made beternak ayam secara sederhana namun dapat menghasilkan kualitas ayam atau telur ayam yang bagus. Selain itu, ada pula wahana kolam pancing bagi pengunjung yang hobi memancing ikan. Kolam pancing itu berisi ikan lele dan sepat yang dibudidayakan masyarakat Made yang biasanya untuk konsumsi skala rumah tangga atau dijual secara murah meriah kepada sesama warga.

Keempat, sesi berikutnya adalah kelas inspirasi. Di kelas inilah budaya lokal yang mencerminkan pola pikir didaktis yang selaras dengan prinsip pengembangan berkelanjutan (EfSD) tergambar. Secara konkret, sesi ini diadakan di dalam kelas dengan menyaksikan penampilan narasumber yang sukses dalam meniti karir dalam sektor agraris. Penampilan narasumber yang notabene merupakan tokoh-tokoh sukses bertani di masyarakat Made itulah yang diharapkan dapat menginspirasi pengunjung.

Kelima, sesi selanjutnya adalah kelas refleksi. Sesi ini mengupas tuntas pengetahuan lokal yang hidup dan berkembang di masyarakat Made secara turun menurun dilihat dari perspektif logika sains. Secara konkret, sesi ini dapat dideskripsikan berupa penjelasan tentang alasan-alasan ilmiah mengapa tradisi lokal masyarakat Made diwariskan dan terus dibudayakan di tengah perkembangan zaman era globalisasi yang pesat. Tidak hanya itu, pada sesi ini juga dikupas bagaimana cara sesuatu dikerjakan menurut tradisi lokal yang dinilai mengandung kearifan lokal. Penjelasan tersebut diadakan di pendopo kelurahan Made sekaligus sebagai akhir rangkaian alur kunjungan dalam program agrowisata

farmadeschool.

Berdasarkan deskripsi ancangan program agrowisata tersebut, diperlukan buku saku bagi pengunjung atau masyarakat yang mengikuti

nonformal itu dapat berjalan secara terarah, efektif, dan efisien sesuai dengan yang diharapkan. Berikut ini ancangan buku saku bagi masyarakat yang saat ini masih dalam bentuk butir-butir daftar isi dan sedang dalam proses penyelesaian pengerjaannya.

Judul Buku Saku

Ayo Sekolah Bertani di Made (Farmadeschool)”

Sekapur Sirih Daftar Isi

Sapaan Walikota Sapaan Lurah

----

Sekilas tentang Made

Letakku di ....

Gambaran Alamku .... Gambaran Sosialku .... Gambaran Budayaku ....

Alam Made Terkembang Jadi Guru

Maksud dan Tujuan Farmadeschool Peta Kegiatan Farmadeschool

Alur Paket Agrowisata Berbasis Etnopedagogi

(Dideskripsikan berdasarkan Waktu, Tempat, Perlengkapan, Kegiatan Detail) Proses Sosial Lokal (Sambut Kenal)

Sumberdaya Lokal (Kelas Observasi) Keterampilan Lokal (Kelas Terampil):

Belajar Bertani Belajar Berkebun Belajar Berikan Belajar Beternak

Budaya Lokal (Kelas Inspirasi) Pengetahuan Lokal (Kelas Refleksi)

Ruang Ekspresi Diri

----

Info Akomodasi

Tempat Wisata sekitar Made Bagaimana Menuju Made Hubungi Kami

Keterangan Gambar Glosarium

Catatan

Selain itu, untuk menambah referensi masyarakat tentang Made, diperlukan ancangan buku ilmiah-populer yang membahas kampung Made secara lebih utuh khususnya dari sudut pandang sosiokultural. Berikut ini ancangan buku referensi bagi masyarakat yang saat ini masih dalam bentuk butir-butir daftar isi dan sedang diselesaikan pengerjaannya.

Judul Buku

“Alam Made Terkembang Jadi Guru” (Catatan Penelitian Langka Kajian Tradisi Lisan)

Sekapur Sirih Daftar Isi

Kata Pengantar Walikota

Kata Pengantar Ketua ATL Pusat Sambutan Rektor Unesa

Sambutan Ditjen Dikti Daftar Endorsment

1. Yus Rusyana (Dewan Pembina ATL Nasional)

2. Iskandarwassid (Profesor Penguji Tesis Kajian Tradisi Lisan UPI) 3. Vismaia S. Damaianti (Doktor Pendidikan Bahasa UPI)

4. Sumiyadi (Anggota Konsorsium Kajian Langka Tradisi Lisan UPI) 5. Henricus Supriyanto (Wakil Ketua ATL Jawa Timur)

6. Supriyadi Rustad (Ditnaga Ditjen Dikti)

7. S. Hamid Hasan (Ketua Tim Perumus Nasional Kurikulum 2013) ----