• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENYAJIAN DATA

C. Pelaksanaan Strategi Komunikasi Program CSR TPS Food

Tahap awal program CSR TPS Food SEHATI dilaksanakan sesuai rencana dengan mensosialisasikannya kepada seluruh stakeholders TPS Food tepat pada tanggal 8 Agustus 2008 melalui acara “Launching”. TPS Food mengundang seluruh lapisan stakeholders-nya, mulai dari tokoh masyarakat sekitar, ketua RT,

commit to user

Bidan, Dokter, sampai pada Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen. Dalam acara tersebut TPS Food menjelaskan secara detail program- program CSR TPS Food SEHATI beserta maksud dan tujuannya yang disampaikan langsung oleh PR TPS Food. Setelah launching, program-program CSR TPS Food SEHATI mulai dilaksanakan tahap demi tahap oleh masing- masing penanggungjawab kegiatan dan dibantu oleh pamong desa. PR TPS Food sendiri berperan sebagai perantara pelaksana, antara Tim CSR TPS Food SEHATI dengan pamong desa.Sebagaimana penuturan Rohmad selaku PR TPS Food hasil wawancara dengan peneliti (14/08/2010) berikut ini:

“Saya lebih pada bagaimana mensosialisaikan semua yang berkaitan dengan CSR. Jadi program CSR di perusahaan ini ada yang jemput bola secara door to door kalau memang yang sifatnya segera, ada yang tidak itu melalui pertemuan tiga bulanan dengan para ketua RT. Cara mensosialisakan yang door to door, langsung ke rumah-rumah ketua RT, tokoh masyarakat atau Pak Lurah dan juga sekolah-sekolah. Kadang dari bawah ke RT dulu, kadang dari atas ke Pak Lurah dulu. Termasuk juga nantinya dalam pengevaluasaian, kalau ada keluhan atau kekurangan dalam pelaksanaan CSR dari masyarakat ke perusahaan atau dari perusahaan ke masyarakat bisa dibicarakan sehingga ada keputusan bersama. Yaaa supaya tetap ada komunikasi yang baiklah dan tidak ada

miss comunication”.15

Jika digambarkan proses pelaksanaan program CSR TPS Food SEHATI, adalah sebagai berikut:

sebagai pembawa perantara konsep CSR agar penerima dan melaksanakan konsep CSR dapat terlaksanakan 100% CSR

Gambar 9. Para Pelaksana Program CSR TPS Food SEHATI

15 Kutipan wawancara peneliti dengan Rohmad selaku PR TPS Food (14/08/2010). Tim CSR

TPS Food

SEHATI PR TPS Food

Pamong Desa/ masyarakat

commit to user

1. Pelaksanaan Program Kegiatan Bapak Asuh Posyandu

Langkah awal TPS Food menjadi Bapak Asuh Posyandu adalah memfasilitasi sarana dan prasarana Posyandu Sepat, mulai dari timbangan bayi, timbangan balita, timbangan badan biasa, tikar, sampai peralatan untuk program makanan tambahan (PMT) seperti panci, mangkok, sendok, dan gelas. Semua fasilitas tersebut dikelola oleh ketua RT Sepat, tempat Posyandu berlangsung. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat bertanggungjawab pada pelaksanaan Posyandu agar lebih sistematis. Langkah selanjutnya adalah men- suplay PMT tiap bulannya sesuai dengan data jumlah balita, ibu hamil, dan menyusui yang diajukan oleh Bidan desa kepada TPS Food.

Dana pemberian PMT tiap bulannya diserahkan dari PR TPS Food langsung pada Bidan desa. Bidan bekerjasama dengan Kader membicarakan PMT yang akan dibuat, seperti sup, bubur, atau susu, bergantian tiap bulannya. Hal ini sebagai langkah awal TPS Food agar masyarakat aktif dalam program CSR TPS Food SEHATI dengan adanya Kader Posyandu yang diambil dari peserta Posyandu sendiri. Kader disini berperan membantu bidan mengelola Posyandu terutama untuk pembuatan PMT. Setiap Posyandu terdiri dari lima orang Kader yang bersedia meluangkan waktu, pikiran, tenaga untuk mengelola Posyandu. Sebagaimana penuturan Darsini selaku Kader Posyandu Gandu hasil wawancara dengan peneliti (16/09/2010) berikut ini:

“Awalnya Kader Posyandu Gandu ini sangat minim sekali hanya 1 – 2 orang saja yang seharusnya 5 orang. Lalu Ibu Bidan dengan perangkat desa pandang-pandang, siapa kira-kira yang mau dan mampu ditunjuk menjadi Kader untuk melaksanakan program CSR ini. Kader sebenarnya adalah orang yang berjiwa sosial, membantu mengurus Posyandu tapi tidak dibayar. Dengan adanya program CSR ini saya dan

commit to user

Kader lain sama-sama diberi motivasi, juga ada dana insentifnya, Alhamdulillah sekarang di Posyandu Gandu, Kadernya banyak yang baru”.16

Dana insentif untuk Kader tiap bulannya juga diserahkan langsung dari PR TPS Food kepada Bidan desa. Agar lebih bermanfaat, Bidan tidak menyampaikan dana tersebut kepada Kader setiap bulan tetapi diberikan satu tahun sekali.

Setelah kegiatan Posyandu ini berjalan, koordinasi antara pihak TPS Food khususnya PR dengan Bidan desa terus dibina tiap bulannya. Terutama untuk memantau pelaksanaan Posyandu, karena terkadang pihak TPS Food tidak selalu bisa hadir karena kesibukan kerja. Jika Bidan menemukan sesuatu hal yang dirasa perlu dibicarakan secara face to face, PR TPS Food selalu datang langsung ke rumah Bidan desa. Demikian juga sebaliknya, jika pihak TPS Food membutuhkan data-data dari Posyandu, PR TPS Food selalu menghubungi Bidan desa. Sebagaimana penuturan Sri Supadmi selaku Bidan desa Sepat hasil wawancara dengan peneliti (25/09/2010) berikut ini:

“Saya selalu menyampaikan keluh kesah masyarakat terkait Posyandu ke PR TPS Food. Misalnya saja, Posyandu Gandu itu kan susulan. Setelah Sepat, Tekik Rejo, dan Seketeng. Dulu tidak ada dana, yang datang sedikit. Kemudian saya usulkan untuk ikut dalam program CSR. Setelah ‘acc’ TPS Food lalu saya bentuk Kader. Jadi Posyandu Gandu itu benar-benar bentukan baru. Sekarang malah paling banyak pengunjungnya. Ibu-ibu Posyandu itu juga pengen piknik, saya juga beri tahu ke PR TPS Food supaya bisa bantu peminnjaman bis perusahaan, tapi karena pihak TPS Food masih sibuk, repot, jadi belum bisa memenuhi”.17

16

Kutipan wawancara peneliti dengan Darsini selaku Kader Posyandu Gandu (16/09/2010).

17

commit to user

Jumlah Posyandu di wilayah Ring I yang masuk dalam CSR TPS Food SEHATI sebanyak empat Posyandu yaitu Sepat, Tekik Rejo, Seketeng, dan Gandu. Posyandu-Posyandu tersebut dahulu keadaanya hampir “mati” tetapi sekarang sudah hidup kembali dengan jumlah pengunjung yang bertambah. Kegiatan dalam Posyandu kini pun sudah berkembang. Selain menimbang dan pencatatan berat badan Balita, pemeriksaan pada ibu hamil sekaligus penyuluhan kesehatan oleh Bidan, juga membentuk perkumpulan (arisan) disalah satu Posyandu. Sebagaimana dokumentasi hasil obsevasi peneliti di Posyandu Gandu (16/09/2010) berikut ini:

Gambar 10. Penimbangan Balita Posyandu Gandu

Gambar 11. Pencatatan berat badan Balita dan pemberian PMT di Posyandu Gandu

commit to user

Gambar 12. Penyuluhan kesehatan oleh Bidan desa Sepat

Gambar 13. Pemeriksaan kesehatan oleh Bidan desa Sepat

Jika memang diperlukan, secara insidental TPS Food juga menambahi fasilitas suntikan dan pemberian vitamin untuk balita serta ibu hamil.

2. Pelaksanaan Program Kegiatan Khitanan Massal

Selain kegiatan Posyandu, TPS Food juga melaksanakan acara khitanan massal sebagai rangkaian dari CSR TPS Food bidang Kesehatan. Kegiatan tersebut merupakan usulan dari para orang tua di desa Sepat yang mengeluh anak-anak di desa Sepat banyak yang belum dikhitan karena tidak ada biaya. PR TPS Food menginformasikan acara khitanan massal secara door-to-door pada rumah para ketua RT. Karena sifatnya segera PR TPS Food juga

commit to user

membuat poster pengumuman yang ditempatkan pada sekolah-sekolah dan balai desa Sepat. Acara tersebut hasil kerjasama antara TPS Food dengan dokter-dokter Puskesmas di wilayah sekitar. Jika ada anak yang belum sempat mendaftar dapat segara disusulkan. Acara tersebut dilaksanakan saat libur sekolah, disertai juga dengan pembagian peralatan sekolah kepada tiap anak, seperti buku tulis, alat tulis dan tas sekolah. Bagi anak-anak yang dikhitan diberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas sampai dipastikan benar-benar sembuh. Program khitanan massal ini ditargetkan menjadi program yang continue setiap tahun.

3. Pelaksanaan Program Kegiatan Pengobatan Gratis

Kegiatan selanjutnya yang dilaksanakan Tim CSR TPS Food SEHATI adalah pengobatan gratis yang menjadi kegiatan tahunan. Sebelum launching CSR TPS Food SEHATI, TPS Food telah mengadakan kegitan ini dan ternyata mendapat apresiasi positif tersendiri dari masyarakat sekitar. Quota yang ditargetkan sudah terpenuhi bahkan melebihi. TPS Food melihat masyarakat Ring I – III tidak memiliki keberanian untuk memeriksakan diri ke Puskesmas karena kurang biaya, terutama masyarakat Lansia (lanjut usia). Sebagaimana penuturan Suyatno selaku Ketua RT 45 desa Sepat hasil wawancara dengan peneliti (25/09/2010) berikut ini:

“Setelah saya mendapat informasi dari PR TPS Food bahwa TPS Food akan mengadakan kegiatan pengobatan gratis, saya langsung mengumumkannya ke warga melalui rapat RT, yaa waktunya, tempatnya di balai desa, terus acaranya. Pas ada rapat RT 45, saya umumkan ke warga. Nanti kan warga sini langsung ngomong ke keluarganya atau ke tetangga. Pada hari pelaksanaannya, mereka seneng sekali, berbondong-bondong pergi ke balai desa terutama simbah- simbah itu. Banyak simbah-simbah yang sebenarnya tidak sakit, tetapi

commit to user

ingin diperiksa dokter karena merasa nyaman, pengen disuntik, mendapat vitamin. Warga yang sakit jadi tau sakitnya apa, obatnya apa. Pernah ada warga dari RT lain yang perlu penanganan khusus lalu dari TPS Food memberi rujukan mondok ke Puskesmas. Jadi saya kira pengobatan gratis ini memang perlu untuk dilanjutkan”.18

Program-program peningkatan SDM sudah hampir semua terlaksana. Namun, dampak dan hasilnya belum mulai nampak secara maksimal. Untuk mengetahui keberhasilan setiap program perlu adanya pengevaluasian. Hal ini bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan program dalam mencapai tujuan, serta untuk mengetahui kekurangan dalam pelaksanaan program.

D.Pengevaluasian Program CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan Program CSR TPS Food SEHATI yang telah dilaksanakan sejak launching, sudah mulai menampakkan hasilnya. Hasil ini diketahui oleh Tim CSR TPS Food SEHATI dengan melalukan review setiap bulannya, terutama untuk kegiatan yang sudah berjalan continue. Sebagaimana penuturan Rohmad selaku PR TPS Food hasil wawancara dengan peneliti (14/08/2010) berikut ini:

“Setelah program-program kita berikan, kita tidak melepaskan pandangan begitu saja. Kalau kita memberi tok tanpa tau kelanjutannya, kan juga tidak baik, bukan CSR namanya. Kita review tiap bulan. Untuk Posyandu kita lihat, apakah uang yang diberikan sudah jadi PMT atau belum, PMT- nya juga bervariasi. Anak-anak yang dikhitan juga kita pantau sampai sembuh, tentunya kerjasama dengan Puskesmas”.19

Program “Bapak Asuh Posyandu” berhasil meningkatkan fungsi Posyandu menjadi lebih aktif. Perkembangan pelaksanaan Posyandu semakin baik dan

18

Kutipan wawancara peneliti dengan Suyatno selaku Ketua RT 45 desa Sepat (25/09/2010).

commit to user

pengunjungnya bertambah, berkat adanya PMT. Sebagaimana penuturan Giyarti selaku Kader Posyandu Gandu hasil wawancara peneliti (16/09/2010) berikut ini:

“Saya berterimakasih sekali karena Posyandu mendapat bantuan PMT yang menjadi daya tarik. Misalnya, kita masak sop. Setelah dibagikan ke Balita-balita, sopnya masih turah, saya lihat sendiri, ibu-ibu itu pada bawa mangkok, ada yang pulang ambil rantang, “bu, nyuwun jangan”. Berarti tidak Balita saja yang merasakan, ibu-ibu yang nganter juga seneng. Terutama yang nimbang bertambah, dadi sregep ke Posyandu.”20

Ibu-ibu peserta Posyandu juga merasakan dampak positif dalam pelaksanaan Posyandu. Sebagaimana penuturan Sulastri selaku pengunjung Posyandu Gandu hasil wawancara peneliti (16/09/2010) berikut ini: “Sekarang Posyandu lebih rame, dibanding dhisik. Kalau saya yang penting bisa kumpul bareng sama ibu- ibu, terus arisan bayi itu. Terus makan bareng, bayi-bayinya dapat gizi (PMT), kan jadi seneng”.21

Sedangkan untuk kegiatan pengobatan gratis, Tim CSR TPS Food SEHATI memantau ke Puskesmas, terutama bagi masyarakat yang masih membutuhkan perawatan. Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food hasil wawancara dengan peneliti (12/08/2010) berikut ini: “Masyarakat yang masih memerlukan controling kesehatan, kita pantau dan diberi pengobatan sampai tahap akhir. Sehingga semua clear, dipastikan sembuh dan tidak mengalami kecelakaan medis”.22

Selanjutnya Tim CSR TPS Food SEHATI melaporkan hasil yang didapat dari pelaksanaan program kepada Direktur HRD untuk mengadakan pengevaluasian. Selama proses pembuatan laporan, Tim CSR Food SEHATI

20

Kutipan wawancara peneliti dengan Giyarti selaku Kader Posyandu Gandu (16/09/2010).

21

Kutipan wawancara peneliti dengan Sulastri selaku peserta Posyandu Gandu (16/092010).

22

commit to user

bekerja sama dengan seluruh stakeholders yang terlibat. Setiap bulan Tim CSR TPS Food berkoordinasi dengan Bidan untuk membuat data pemberian PMT serta jumlah pengunjung Posyandu meliputi Balita, ibu hamil dan menyusui, serta jenis stimulan yang perlu diberikan, seperti vitamin dan imunisasi. Untuk kegiatan pengobatan gratis, perlu pendataan dari Puskesmas mengenai jumlah masyarakat yang berpartisipasi beserta kondisi kesehatan masing-masing, sampai pada persediaan obat, seperti obat yang perlu ditambah atau dikurangi.

Pembuatan laporan ini sangat berguna untuk menghindari kesalahpahaman yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan. Seperti dalam kegiatan Posyandu yang telah memunculkan Kader-Kader baru, terutama di Posyandu Gandu. PMT yang dibuat oleh Kader-Kader baru berupa telur rebus atau buah pisang yaitu berupa makanan yang siap makan. Namun, Kader-Kader lama menghendaki PMT berupa bubur atau sop dimana pembuatannya diperlukan proses pemasakan. Perbedaan pendapat ini jika dibiarkan berlarut-larut akan menimbulkan konflik dalam pelaksanaan Posyandu. Oleh karena itu, laporan pemberian PMT setiap bulan yang dilakukan oleh Kader kepada Bidan guna mengevaluasi pemberian PMT. Sehingga mendapatkan keputusan bersama mengenai variasi pemberian PMT.

Pengevaluasian laporan dilakukan oleh Tim CSR Food SEHATI untuk mengatasi hambatan yang muncul serta solusi untuk pelaksanaan berikutnya. Seperti hambatan yang terjadi pada kegiatan Posyandu adalah timbulnya kecemburuan masyarakat Ring II – III mengenai pelaksanaan Posyandu mereka yang ingin seperti Ring I. Sehingga menimbulkan ketidaknyamanan antar

commit to user

masyarakat Ring I dengan Ring II – III. Sedangkan TPS Food benar-benar memprioritaskan program ini untuk Ring I. Melalui pertemuan antara Bidan denang Kader-Kader Ring I – III yang diadakan setiap bulan, pihak TPS Food SEHATI hadir memberikan pengertian dan solusi, bahwa TPS Food tetap mengadakan koordinasi dengan Posyandu Ring II – III terkait informasi kesehatan. Jika Posyandu Ring II – III mengalami masalah dan memerlukan bantuan, Bidan yang akan menghubungi TPS Food untuk berkoordinasi.

Hasil dari pengevaluasian bukan hanya sekedar menganalisa laporan- laporan yang diterima dari stakeholders. TPS Food lebih memandang ke arah tujuan utama CSR TPS Food SEHATI bahwa masyarakat dapat menjadi mandiri dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan ekonomi. Bukan hanya sekedar merasakan manfaat dari adanya CSR TPS Food SEHATI. Sebagaimana penuturan Mujiono selaku warga Sepat hasil wawancara peneliti (24/09/2010) berikut ini:

“Alhamdulillah dari hasil jual tanah ke TPS Food, terus dapat tanah yang bisa digarap, saya bisa beli motor. Teman-teman saya juga senang bisa kerja di TPS Food, merasa nyaman karena kerjanya deket rumah. Masyarakat sini banyak yang sudah punya HP, motor, dulu jarang yang punya. Air juga sudah mengalir”.23

TPS Food berupaya untuk menjadi pelopor perusahaan di Sragen dalam hal kesehatan masyarakat. Sebagaimana penuturan Sahida Ahmad selaku Lurah Sepat hasil wawancara dengan peneliti (24/09/2010) berikut ini:

“Saya bandingkan dengan pabrik-pabrik lain, saya tanya-tanya Lurah lain, tidak ada yang yang perhatian terhadap masyarakatnya sebagus TPS Food, terutama untuk mendukung kesehatan masyarakat. CSR TPS Food

commit to user

memang bertujuan untuk saling memiliki diantara masyarakat dengan perusahaan. Jadi keluhan-keluhan apa saja, sekecil apapun ditanggapi oleh TPS Food”.24

Upaya tersebut mendapat perhatian dari Bupati Sragen dengan menganugrahkan penghargaan terkait CSR TPS Food SEHATI. TPS Food semakin termotivasi untuk terus mengembangkan program CSR TPS Food SEHATI agar tidak hanya memenuhi janji-janji atas permintaan masyarakat Sepat saja tetapi mampu membuat masyarakat Sepat menjadi semakin mandiri. Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD hasil wawancara peneliti (12/08/2010) berikut ini: “Masalah apa yang bisa diberikan masyarakat ke TPS Food, kita mengupayakan supaya yang menjadi keinginan masyarakat, sepanjang TPS Food bisa memenuhi, akan diupayakan. Dan kita berupaya menuntun masyarakat agar selalu bekerjasama untuk mencari solusi setiap terjadi masalah dengan melalui rapat rutin tiga bulanan”.25

Melihat keberhasilan program CSR TPS Food SEHATI, PR TPS Food perlu terus memaksimalkan komunikasi dua arah, dalam hal ini strategi komunikasi yang dilakukan PR, memegang peranan yang penting. Cara ini dapat ditempuh dengan melibatkan masyarakat dalam pengevaluasian program, agar masyarakat lebih mengerti dan memahami program CSR TPS Food SEHATI sehingga masyarakat tidak hanya merasakan manfaat tetapi juga dapat memberikan masukan dan solusi atas permasalahan bersama.

24

Kutipan wawancara peneliti dengan Sahida Ahmad selaku Lurah Sepat (24/09/2010).

25

commit to user

BAB IV

ANALISIS DATA

Pada bab ini peneliti akan melaksanakan analisis data terhadap data-data yang berkaitan dengan CSR TPS Food SEHATI bidang Kesehatan. Namun, karena keterbatasan akses dalam mengikuti kegiatan, peneliti hanya dapat melalukan observasi pada kegiatan Posyandu sehingga lebih mendominasi analisis data pada bab ini. Sedangkan untuk kegiatan Khitanan Massal dan Pengobatan Gratis, peneliti tidak dapat melalukan analisis pada tahap evaluasi kegiatan.

A.Analisis Pemahaman PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. akan Permasalahan Kesehatan Masyarakat Desa Sepat

Masyarakat Sepat sebagai salah satu publik eksternal PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. telah berperan penting dalam pengembangan perusahaan. Belajar dari pengalaman selama lebih dari setengah abad, TPS Food selalu menjaga hubungan baik dengan masyarakat Sepat. Untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat Sepat, PR TPS Food hadir melaksanakan tugas tersebut. Pada awalnya PR TPS Food menjalin komunikasi dengan masyarakat Sepat melalui kegiatan sosial kemasyarakatan. Dalam hal ini, PR TPS Food melaksanakan fungsi komunikasi, yaitu sebagai pelaksana komunikasi perusahaan dengan masyarakat Sepat secara berkesinambungan agar menciptakan sebuah hubungan yang baik.

commit to user

Mengingat bahwa setiap kegiatan operasional TPS Food tidak dapat dipisahkan dari permasalahan, seperti masalah air dan limbah yang sewaktu- waktu dapat muncul, maka fungsi PR TPS Food disini me-manage hubungan baik tersebut agar tidak terjadi ketegangan. PR TPS Food melibatkan fungsi manajemen dalam setiap permasalahan yang muncul dengan masyarakat Sepat sehingga hubungan baik dengan masyarakat Sepat tetap terjaga. Sebagaimana penuturan Rohmad selaku PR TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa PR TPS Food mengadakan komunikasi dengan masyarakat sekitar sehingga terjalin suatu hubungan yang baik. Tujuannya agar perusahaan dengan masyarakat ada komunikasi yang berkesinambungan. Karena dengan berkomunikasi, masyarakat merasa diperhatikan sehingga masalah dapat terselesaikan. …. dan hubungan yang baik ini dapat terus berjalan. Dengan demikian PR TPS Food menurut Morissan merupakan fungsi manajemen membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut.

External relations yang terjalin antara PR TPS Food dengan masyarakat Sepat diwujudkan dengan membentuk community relations (CR). Sebagaimana devinisi CR menurut DeMartinis adalah sebagai cara berinteraksi dengan berbagai publik yang saling terkait dengan operasi perusahaan maka TPS Food membentuk rapat tiga bulanan yang diikuti oleh stakeholders mulai dari tokoh masyarakat, Ketua RT, sampai Lurah desa. Sedangkan pihak TPS Food diwakili oleh PR. Dalam rapat tersebut terjadi komunikasi timbal balik antar kedua belah pihak.

commit to user

Sebagai pelaksana komunikasi, PR TPS Food berperan sebagai komunikator dengan menyampaikan program apa yang akan dilaksanakan perusahaan dalam waktu dekat sehingga dapat mengetahui tanggapan masyarakat. PR TPS Food melakukan bentuk komunikasi berefek psikomotorik, yaitu menginginkan supaya komunikan (masyarakat) berbuat seperti apa yang disarankan komunikator (PR).

Selain itu PR TPS Food dituntut untuk menjadi komunikan, yaitu mampu mendengar keluh kesah masyarakat dan memberikan tanggapan, sejauh mana perusahaan dapat membantu.Melalui model komunikasi dua arah yang seimbang (Two Way Symmetrical Communication), rapat tiga bulanan ini dapat menciptakan kesepahaman dan pengertian antar kedua belah pihak sehingga tercipta keuntungan timbal balik guna mendukung tujuan perusahaan. Dukungan serta partisipasi stakeholders dalam setiap kegiatan perusahaan merupakan salah satu kunci sukses TPS Food dalam mencapai visi misinya.

Komunikasi timbal balik antara TPS Food dengan masyarakat Sepat yang terus-menerus berlangsung menimbulkan pemahaman perusahaan terhadap karakteristik publik eksternalnya. Pemahaman TPS Food terhadap karakteristik masyarakat Sepat adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat Sepat dapat diajak duduk bersama dalam menyelesaikan masalah tanpa harus menggunakan kekerasan. Karena melalui komunikasi dua arah, masyarakat Sepat merasa diperhatikan.

2. Permasalahan yang paling vital pada masyarakat Sepat adalah air bersih yang