• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENYAJIAN DATA

1. Public Relations dan Community Relations TPS Food

Dalam rangka membina hubungan baik dengan masyarakat, PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. memerlukan satu bagian yang dianggap penting untuk melaksanakan tugas tersebut. Pihak yang ditunjuk TPS Food untuk

54

commit to user

melayani dan menjembatani berjalannya interaksi dengan masyarakat sekitar adalah Public Relations. Meskipun secara struktural tidak tertulis pada struktur organisasi, PR TPS Food ini berwujud PR Officer yang dijabat oleh satu orang. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk., mempunyai wacana untuk menambahkan divisi PR dalam struktur organisasinya. Sebagaimana penuturan Rohmad selaku PR TPS Food hasil wawancara dengan peneliti (14/08/2010) berikut ini:

“PR yang saya jalankan disini lebih kepada bagaimana kita (TPS Food) mengadakan komunikasi dengan masyarakat sekitar sehingga terjalin suatu hubungan yang baik. Tujuannya agar perusahaan dengan masyarakat ada komunikasi yang berkesinambungan. Karena dengan berkomunikasi, masyarakat merasa diperhatikan dan masalah dapat terselesaikan. Kalau orang desa sini ada istilah, wong ki yen diwongke yo genten ngewongke. Nha itu yang kita pakai terus. Yang jelas bagaimana kita membangun hubungan baik ini agar dapat terus berjalan”.2

Sebagai medium kegiatan komunikasi perusahaan, PR TPS Food tidak hanya berhubungan dengan masyarakat Sepat saja, tetapi sampai pada birokrasi pemerintahan, seperti; tokoh masyarakat, ketua RT, Lurah, Camat, dan Bupati, yang mana mereka mempunyai kepentingan, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap TPS Food atau disebut sebagai stakeholders (para pemangku kepentingan).

Kegiatan yang ditujukan untuk membina hubungan baik dengan masyarakat, diwujudkan TPS Food dengan bersosialisai dengan masyarakat Sepat dalam beberapa kegiatan sosial, yaitu:

1. Menghadiri undangan hajatan, seperti pernikahan, kelahiaran anak, yang disampaikan warga ke perusahaan. Dalam hali ini, TPS Food memberikan

commit to user

bantuan khusus, berupa dana sukacita dan juga bantuan berwujud produk TPS Food sendiri, berupa mie kering dan bihun.

2. Menghadiri surat lelayu yang disampaikan warga ke perusahaan. Perwakilan dari TPS Food hadir melayat serta memberikan bantuan dana dukacita. 3. Berpartisipasi dalam kegiatan “Bersih Desa”, yaitu kerja bakti dan

perbaikan jalan. Perwakilan TPS Food terjun langsung bersama masyarakat Sepat membersihkan lingkungan desa. Khusus untuk perbaikan jalan, TPS Food membantu secara materi untuk pengaspalan jalan dan juga membantu membangun jalan menuju makam desa agar akses menuju ke makam desa lebih dekat.

4. Ikut merayakan Idul Adha bersama masyarakat sekitar dengan memberikan hewan qurban, serta berpartisipasi mengikuti Tarling (tarweh keliling) di masjid masyarakat Sepat pada bulan Ramadhan.

Sepanjang masyarakat Sepat memberitahu TPS Food akan adanya kegiatan tersebut, pasti TPS Food akan mengirimkan perwakilannya untuk ikut berpartisipasi dan memberikan bantuan. Namun, jika tidak ada pemberitahuan dari masyarakat Sepat maka TPS Food tidak mengetahui keadaan yang sedang terjadi di masyarakat Sepat. Hal ini menjadi penghambat PR TPS Food dalam menjalin hubungan dengan masyarakat Sepat. Karena pertukaran informasi yang tidak berjalan lancar maka PR TPS Food merasa perlu membuat sebuah pertemuan rutin dengan masyarakat Sepat.

Pertemuan rutin yang diadakan oleh PR TPS Food ini berupa rapat RT yang berada di sekitar TPS Food setiap tiga bulan sekali. Dalam rapat tersebut

commit to user

terjadi proses komunikasi antar kedua belah pihak. Setiap ketua RT menyampaikan apa yang sedang terjadi di masyarakat, mulai dari kegiatan kemasyarakatan sampai keluh kesah masyarakat. PR TPS Food pun memberikan tanggapan, sejauh mana perusahaan dapat membantu. Demikian juga sebaliknya, PR TPS Food menyampaikan program apa yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat sehingga perusahaan dapat mengetahui tanggapan masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mencapai kesepahaman dan kesepakatan. Kesepakatan tersebut akan dibawa masing-masing pihak, ketua RT mengumumkannya kepada masyarakat dan PR TPS Food menyampaikannya kepada pimpinan perusahaan. Sebagaimana penuturan Sugianto selaku Ketua RT 37 desa Sepat hasil wawancara dengan peneliti (19/08/2010) berikut ini:

“Kami tidak mengundang warga dalam rapat tiga bulanan karena nanti pada complain, kadang warga taunya begini,, begini,, begini,, dikeluarkan semua malah tidak tercapai semua malah repot. Makanya sebelum mengadakan rapat rutin tiga bulanan dengan TPS, saya sebagai ketua RT mengadakan kumpulan dengan masyarakat sebulan sekali guna menampung keluhannya apa, sehingga saat rapat tiga bulanan nanti saya sudah membuat agenda rapat. Kalau ada keluhan sekecil apapun dari warga tetap kami sodorkan ke perusahaan. Contohnya, kalau sumur ada gangguan, atau limbahnya bau. Alhamdulillah wakil TPS yang datang, kadang diwakilii PR atau malah Managernya sendiri sangat mendukung positif. Keluhan-keluhan tersebut kita bahas bersama sampai ada solusinya”.3

Rapat rutin tersebut benar-benar dimanfaatkan PR Officer TPS Food untuk dapat memahami stakeholders-nya. Mulai dari karakteristik masyarakat Sepat sampai pada pemahaman akan permasalahannya. TPS Food memang

commit to user

harus hati-hati dalam menghadapi stakeholder dan permasalahnya, karena masyarakat Sepat tidak segan-segan untuk mengandalkan kekuatan otot dalam menyelesaikan masalah. Namun, sebenarnya masyarakat Sepat juga dapat diajak duduk bersama untuk menyelesaikan masalah. TPS Food memahami bahwa permasalahan yang paling vital pada masyarakat Sepat adalah air bersih yang merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa ditunda dan juga polusi pabrik yang dapat merugikan masyarakat. Jika kedua hal tersebut berjalan aman, antara masyarakat Sepat dengan TPS Food dapat hidup berdampingan dan saling memiliki satu sama lain. Sebagaimana penuturan Sahida Ahmad selaku Lurah desa Sepat hasil wawancara dengan peneliti (24/09/2010) berikut ini:

“Saya sebagai Lurah, mendukung sekali antara warga dengan TPS Food untuk saling memiliki. Mungkin ada keluhan langsung dari warga, saya tampung nanti saya sampaikan ke PR TPS Food saat rapat rutin tiga bulanan. Atau kalau memang urgent saya hubungi PR TPS Food langsung. Jangan terus moro-moro grudukan demo ke pabrik, seperti yang dulu pernah terjadi, itu yang sama-sama kita hindari agar tidak terjadi lagi. Kita tau sebenarnya niat TPS Food itu baik, sejak TPS Food berdiri masyarakat sudah di-suplay air bersih, masalah limbah juga cepat diatasi”.4

Dukungan masyarakat Sepat akan keberadaaan TPS Food, ditunjukkan dengan menjual tanah pertanian mereka kepada TPS Food yang sedang mengadakan perluasan pabrik. Penyebabnya adalah kondisi tanah pertanian yang mereka miliki tidak subur sehingga sulit untuk ditanami, hanya tanaman tertentu saja yang bisa hidup seperti singkong. Karena mata pencahariaan masyarakat Sepat sebagian besar bekerja sebagai petani, sehingga tidak sedikit

commit to user

pula masyarakat Sepat yang masih bekerja serabutan. Melihat keadaan ini, TPS Food berupaya membeli tanah tersebut dengan harga berlipat kemudian menukarnya juga dengan tanah yang produktif sehingga masyarakat dapat bertani dengan mudah.

Selain itu, untuk berusaha meningkatkan taraf hidup masyarakat Sepat, TPS Food mempekerjakan karyawan dari masyarakat sekitar. Awal tahun 2008, TPS Food mendapat order dari negara Kanada, berupa pesanan biskuit dalam jumlah besar sehingga TPS Food membutuhkan karyawan tambahan. Agar pesanan tersebut selesai tepat pada waktunya, TPS Food memanfaatkan masyarakat sekitar untuk direkrut menjadi karyawan outsourcing. Melalui serangkaian seleksi karyawan, TPS Food berhasil mendapatkan 300 karyawan outsourcing yang diambil dari masyarakat sekitar dan berhasil menyelesaikan order TPS Food tepat pada waktunya. Setelah order selesai, secara otomatis karyawan outsourcing tersebut diliburkan. Karena masyarakat kurang paham akan sistem tersebut, terjadi kesalahpahaman dalam hal meliburkan karyawan outsourcing bahkan sempat muncul ketegangan. Masyarakat Sepat menuntut untuk dipekerjakan kembali. Padahal TPS Food adalah perusahaan makanan yang mempunyai batas kadaluarsa sehingga jumlah produksi disesuaikan dengan jumlah pesanan yang ada. Oleh karena itu, TPS Food mengadakan sosialisasi ke masyarakat melalui kepala desa disetiap kelurahan, juga melalui rapat rutin tiga bulanan, bahwa di TPS Food terdapat karyawan tetap, kontrak, dan outsourcing. TPS Food akan kembali mempekerjakan karyawan outsourcing dari masyarakat Sepat jika mendapat order besar lagi.

commit to user

Sebagaimana penuturan Suyanto selaku Ketua RT 45 desa Sepat hasil wawancara dengan peneliti (25/09/2010) berikut ini:

“Alhamdulillah masyarakat sini sudah enak, sudah paham mengenai sistem kerja di TPS Food. Sekarang kan ada sistem kontrak kerja, kalau memang kerjaan di TPS Food sepi tetap dikurangi karyawayannya, kalau memang sedang ramai kerjaan tetap dipakai lagi. Jadi selama ini masyarakat yang bekerja disitu dipermudah semua”.5

2. Pemahaman TPS Food akan Permasalahan Kesehatan Masyarakat Sepat