• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SISTEM PASAR MODAL DI INDONESIA

2.5 Pelaku Pasar Modal

Pelaku pasar modal merupakan orang atau lembaga yang melakukan kegiatan secara kontinyu, dimana kegiatan para pelaku pasar modal itu tidak dapat dipisahkan dengan lembaga itu sendiri. Bahkan dapat dikatakan bahwa tanpa pelaku pasar modal, maka pasar modal tidak dapat hidup sebagaimana mestinya. Demikian sebaliknya, tanpa pasar modal para pelaku pasar modal tidak dapat mengembangkan usahanya dengan baik dan wajar. 43

Lembaga-lembaga yang berperan sebagai pelaku pasar modal adalah: perusahaan yang go public (emiten), pemodal (investor), penjamin emisi (underwriter), penanggung (guarantor), wali amanat (trustee), perantara pedagang efek (pialang, broker), pedagang efek (dealer), perusahaan sekuritas (securities

com-pany), perusahaan pengelola dana (investment company), perusahaan penilai (appraisal), dan biro administrasi efek.44

Berikut ini akan dijelaskan pengertian dan peranan dari

42 Sunariyah, op. cit., hlm. 235.

43 Marzuki Usman, op. cit., hlm. 41

lembaga-lembaga yang disebut sebagai pelaku utama dari pasar modal tersebut.

2.5.1 Emiten

Pasal 1 angka 6 UU PM menjelaskan bahwa emiten adalah “Pihak yang melakukan kegiatan penawaran umum”. Dengan demikian istilah emiten mengacu kepada kegiatan yang dilakukan perusahaan yang menjual sebagian sahamnya kepada masyarakat investor melalui penawaran umum (pasar perdana). Saham yang telah dijual kepada investor diperjualbelikan kembali antarinvestor melalui bursa efek (pasar sekunder). Dengan kata lain, emiten adalah pihak yang menawarkan atau menjual efek kepada masyarakat melalui pasar modal.45 Marzuki Usman mengatakan bahwa emiten adalah perusahaan-perusahaan yang memperoleh dana melalui pasar modal yang menerbitkan dan menjual saham kepada masyarakat.46

Perusahaan yang membutuhkan modal biasanya dapat menempuh berbagai jalan yaitu:47

1. mengeluarkan saham baru. 2. mengeluarkan obligasi. 3. mengadakan peminjaman.

Dalam hal penambahan modal perusahaan dengan menge-luarkan saham baru, hal ini berarti mengubah Modal Dasar Perseroan. Perubahan ini harus berdasar pada ketentuan dalam Pasal 34 ayat (1) UU PT 1995 yang menyatakan bahwa “Penambahan modal perseroan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS”. Dengan dikeluarkannya saham baru, artinya perusahaan tersebut harus mencatatkan sahamnya di pasar modal. Pendanaan melalui mekanisme pengeluaran saham baru atau menjual saham perusahaan kepada masyarakat sering dikenal dengan go public. 48

45 Ibid.

46 Marzuki Usman (et al), op. cit., hlm. 28-29.

47 Moch. Faisal Salam, op. cit., hlm. 61

Melalui pasar modal, perusahaan dapat memperoleh dana jangka panjang, baik berupa modal sendiri (equity) maupun modal pinjaman (bonds). Apabila ingin memperoleh modal sendiri, maka perusahaan yang bersangkutan dapat menjual saham, dan bila ingin memperoleh pinjaman, maka perusahaan menjual obligasi. Untuk mendapatkan modal dari penjualan saham atau pinjaman obligasi, maka perusahaan tersebut harus mencatatkan efeknya di pasar modal melalui go public. Dana tersebut bukan diperoleh dari Bapepam, melainkan dari masyarakat, baik perorangan (individu) atau lembaga (institusi). Masyarakat (individu atau lembaga) yang memberikan dananya kepada perusahaan dengan membeli saham atau obligasi yang diterbitkan selanjutnya disebut sebagai pemodal (investor).49

Adapun tujuan dari emiten menarik modal dari masyarakat adalah untuk: (a) perluasan usaha atau ekspansi; (b) memper-baiki struktur modal; dan (c) divestment atau pengalihan pemegang saham.50

2.5.2 Investor

Investor adalah masyarakat (lembaga atau individu) yang ikut menanamkan modalnya dalam suatu perusahaan. Mereka ini kemudian ikut membeli dan menjual saham yang diterbitkan oleh perusahaan. Dengan sendirinya yang bersangkutan menjadi pemilik dan pemegang saham perusahaan itu.51 Pada dasarnya investor adalah pihak yang memiliki kelebihan dana, akan tetapi hanya sedikit di antara mereka yang mampu melakukan alokasi investasi secara lebih menguntungkan. Perbedaan pengelolaan kelebihan dana ini disebabkan perbedaan dalam tingkat pendidikan, akses terhadap informasi dan berbagai kebijakan pemerintah yang mengatur mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan investasi.52

49 Marzuki Usman (et al), op. cit., hlm. 42.

50 Ibid.

51 Ibid.

52 Thomas C. Newkirk & Melissa A. Robertson, dapat ditemukan pada alamat: http:// www.sec.gov/news/speech/speecharchive/1998/spch221.htm

Dilihat dari motivasi investor dalam memasukkan modalnya dalam perusahaan, investor ini dapat dikategorikan dalam empat kelompok, yakni: a) untuk memperoleh dividen, b) untuk berdagang, c) untuk memiliki perusahaan, dan d) untuk berspekulasi.53

2.5.3 Penjamin Emisi Efek (Underwriter).

Pasal 1 angka 17 UU PM menyatakan bahwa penjamin emisi efek adalah “Pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual”.

Setiap perusahaan yang menjual efek pada dasarnya menginginkan agar efek yang dikeluarkannya terjamin laku penjualannya. Namun demikian, tidak selamanya hal tersebut dapat terpenuhi disebabkan adanya risiko penurunan harga atau risiko lain yang bisa terjadi setiap saat. Untuk menjamin lakunya penjualan efek tersebut, maka dalam proses penjualan efek biasanya dimanfaatkan jasa penjamin emisi. Penjamin emisi inilah yang akan membeli semua efek yang yang dijual emiten dan menanggung risikonya dengan konsekuensi memperoleh imbalan.54

Mengingat risiko yang dihadapi oleh penjamin emisi cukup besar, biasanya penjamin emisi akan menentukan secara bersama-sama dengan emiten dalam menentukan harga jual efek dalam upaya mengurangi risiko tidak lakunya efek yang akan ditawarkan. Jika harga efek ditawarkan terlalu tinggi, maka hal ini akan menguntungkan pihak emiten. Sementara di pihak lain, penjamin emisi akan kesulitan untuk menjual efek tersebut yang bisa saja disebabkan keterbatasan modal dari investor.55

Pasal 39 UU PM dalam penjelasannya memberikan beberapa bentuk penjaminan emisi yang didasarkan pada bentuk kontrak yang diperjanjikan. Hal ini didasarkan pada bentuk tanggung

53 Marzuki Usman (et al), op. cit., hlm. 48.

54 Ibid., hlm. 73.

jawab penjamin emisi terhadap kerugian yang menimpa inves-tor dalam penjualan sahamnya apabila terdapat kesalahan dalam proses penawaran umumnya. Bentuk tanggung jawab penjamin emisi dibedakan dalam dua bentuk, yaitu penjaminan emisi dengan kesanggupan penuh (full of commitment underwriting), dan penjaminan emisi dengan kesanggupan terbaik (best effort

underwriting).

Dalam jenis penjaminan emisi dengan kesanggupan penuh atau sering disebut dengan firm commitment underwriting, penjamin emisi mengikatkan diri untuk menawarkan efek kepada publik dan membeli sisa efek yang tidak laku terjual. Di sini, terlihat bahwa penjamin emisi tidak membeli efek terlebih dahulu baru kemudian menjualnya kepada publik. Akan tetapi penjamin emisi menawarkan efek tersebut terlebih dahulu kepada publik, kemudian baru membelinya jika ada sisa efek yang tidak laku terjual.

Suatu variasi dari bentuk full commitment underwring adalah adanya bentuk penjaminan dengan kesanggupan siaga (standby underwriting). Penjamin emisi jenis ini mengikatkan diri untuk membeli sisa efek yang tidak laku terjual pada suatu tingkat harga tertentu berdasarkan syarat-syarat yang telah diperjanjikan. Biasanya efek yang tidak laku terjual tersebut dibeli dengan harga yang lebih rendah dibandingkan harga pada waktu efek tersebut ditawarkan pada masyarakat dalam pasar perdana.56

Dalam bentuk best effort underwriting, penjamin emisi hanya bertindak sebagai agen dari emiten, dimana ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjual efek tersebut tanpa dikenakan risiko tanggung jawab untuk membelinya jika ada sisa efek yang tidak laku terjual.

2.5.4 Biro Administrasi Efek;

Pasal 1 angka 3 UU PM menyatakan bahwa Biro Adminis-trasi Efek adalah “Pihak yang berdasarkan kontrak dengan

Emiten melaksanakan pencatatan pemilikan Efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan Efek.” Biro Administrasi Efek (BAE) merupakan lembaga penunjang pasar modal yang berperan dalam administrasi efek, baik pada saat pasar perdana maupun pada pasar sekunder. BAE menyediakan jasa untuk emiten dalam bentuk pencatatan dan pemindahan kepemilikan efek-efek emiten.57

Penyerahan efek kepada yang berhak dan menerima efek untuk disimpan, merupakan aktivitas rutin yang dilakukan oleh BAE, selain juga menyampaikan laporan tahunan kepada emiten tentang posisi efek-efek yang ditanganinya. Dalam persiapan penawaran umum di pasar perdana, BAE juga membantu emiten dalam pencatatan efek.58

2.5.5 Bank Kustodian (Tempat Penitipan Harta);

Pasal 1 angka 8 UU PM menjelaskan bahwa Kustodian adalah “Pihak yang memberikan jasa penitipan Efek dan harta lain yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi Efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.” Berdasarkan UU PM tersebut, pihak yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai kustodian adalah Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP), perusahaan efek atau bank umum yang telah disetujui oleh Bapepam.59

Adapun jasa-jasa yang diberikan kustodian sebagai lembaga penunjang pasar modal, antara lain:

a. Menyediakan tempat penitipan harta yang aman bagi surat-surat berharga (efek).

b. Mencatat/membukukan semua titipan pihak lain secara cermat.

c. Mengamankan semua penerimaan dan penyerahan efek untuk kepentingan pihak yang diwakilinya.

57 Op. cit., hlm. 52.

58 Tjiptono Darmadji & Hendy M. Fakhruddin, op. cit., hlm. 24.

d. Menagih dividen saham, bunga obligasi dan hak-hak lain yang berkaitan dengan surat berharga yang dititipkan. Kehadiran tempat penitipan harta ini sangat berguna bagi reksa dana, karena dana yang dihimpun reksa dana dari para pemodal (investor) tidak disimpan oleh reksa dana maupun manajer investasi, melainkan disimpan oleh tempat penitipan harta. Baik uang maupun harta berupa surat-surat berharga milik reksa dana harus dititipkan kepada tempat penitipan harta dengan perjanjian kontrak antara reksa dana dengan tempat penitipan harta.

2.5.6 Wali Amanat (Trustee)

Pasal 1 angka 30 UU PM menyatakan bahwa wali amanat adalah “Pihak yang mewakili kepentingan pemegang Efek yang bersifat utang.” Wali amanat (trustee atau trust agent) adalah lembaga yang dipercaya untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau sekuritas kredit. Peranan wali amanat sangat diperlukan dalam emisi obligasi. Selain peranan tersebut, wali amanat juga berperan sebagai pemimpin dalam Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO).60

Kewajiban wali amanat adalah mewakili para pemegang obligasi dan sekuritas kredit, baik di dalam maupun di luar pengadilan mengenai pelaksanaan hak-hak pemegang obligasi atau sekuritas kredit sesuai dengan syarat-syarat emisi, kontrak perwaliamanatan, atau berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Wali amanat juga wajib melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam kewajiban di atas dengan penuh tanggung jawab dan wajib bertindak secara bijaksana, semata-mata demi kepentingan para pemegang obligasi atau sekuritas kredit. Wali amanat bertanggung jawab kepada para pemegang obligasi atau sekuritas kredit untuk setiap kerugian yang diderita akibat kelalaian, kecerobohan atau tindakan-tindakan yang disebabkan karena adanya

tentangan kepentingan dengan tugas-tugas wali amanat sebagaimana tercantum dalam kontrak perwaliamanatan.

Di dalam melaksanakan peranannya, wali amanat melaku-kan kegiatan antara lain meliputi: (i) menganalisa kemampuan dan kredibilitas emiten; (ii) melakukan penilaian terhadap harta kekayaan emiten yang dijadikan jaminan; (iii) memberikan nasehat kepada emiten; (iv) melakukan pengawasan terhadap pembayaran pokok pinjaman tepat pada waktunya; (v) melaksanakan tugas selaku agen utama pembayaran; (vi) mengikuti secara terus menerus perkembangan pengelolaan perusahaan emiten; dan (vii) mempersiapkan dokumen yang diperlukan bersama pihak emiten dan penjamin emisi.61

Dokumen terkait