• Tidak ada hasil yang ditemukan

5

5..11.. OOrrggaanniissaassiiPPeellaakkssaannaaTTiinnggkkaattDDeessaa//KKeelluurraahhaann

Tata peran organisasi pelaksana tingkat desa/kelurahan dalam pelaksanaan penanganan kawasan rawan bencana longsor , baik dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan evaluasi adalah sebagai berikut:

(1). Pemerintah Desa/Kelurahan

a. Pemerintah desa/kelurahan berkewajiban memfasilitasi pelaksanaan kegiatan penanganan kawasan rawan bencana longsor di wilayahnya sesuai dengan peran, tugas dan fungsinya.

b. Pemerintah desa/kelurahan bersama dengan BKM/TPK melaksanakan konsultasi penanganan kawasan rawan bencana longsor kepada pemerintah daerah

c. Pemerintah desa/kelurahan bersama dengan BKM/TPK dan pemerintah daerah membentuk Tim Penyiapan Kajian Kawasan (TP-KK)

d. Bersama dengan BKM/TPK menjamin peran pemerintahan desa/kelurahan dalam memfasilitasi pelaksanaan penanganan kawasan rawan bencana longsor di desa/kelurahannya.

e. Bersama dengan BKM/TPK menjamin peran aktif TIP, PP, relawan serta warga dalam pelaksanaan review RPP

f. Bersama BKM/TPK memfasilitasi TP-KK dalam pelaksanaan sosialisasi dan rembug warga selama pelaksanaan kajian kawasan rawan bencana longsor g. Bersama BKM/TPK menjamin peran aktif TIP, PP, relawan serta warga dalam

pelaksanaan penyusunan rencana tindak penanganan kawasan atau rencana tata bangunan dan lingkungan kawasan rawan bencana longsor.

h. Bersama BKM/TPK menjamin bahwa peran serta aktif warga yang tinggal di kawasan rawan bencana longsor dalam setiap tahapan pelaksanaan penataan kawasan rawan bencana longsor

i. Bersama BKM/TPK menjamin bahwa warga kawasan rawan bencana longsor berhak atas bantuan BDL berdasarkan hasil perumusan kebutuhan penanganan kawasan rawan bencana longsor

j. Bersama BKM/TPK menjamin terlaksananya prinsip-prinsip demokratisasi, partisipatori, transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan penanganan kawasan rawan bencana longsor

k. Pemerintah desa berkewajiban menyampaikan laporan pelaksanaan fasilitasi penanganan kawasan rawan bencana kepada camat/bupati setempat.

(2). BKM/TPK

a. BKM/TPK bersama dengan pemerintahan desa melaksanakan konsultasi penanganan kawasan rawan bencana longsor kepada pemerintah daerah

b. BKM/TPK bersama dengan pemerintahan desa dan pemerintah daerah membentuk Tim Penyiapan Kajian Kawasan (TP-KK)

c. BKM/TPK menjamin peran aktif TIP, PP, relawan serta warga dalam pelaksanaan review RPP

d. BKM/TPK memfasilitasi TP-KK dalam pelaksanaan sosialisasi dan rembug warga selama pelaksanaan kajian kawasan rawan bencana longsor

e. BKM/TPK menjamin peran aktif TIP, PP, relawan serta warga dalam pelaksanaan penyusunan rencana tindak penanganan kawasan atau rencana tata bangunan dan lingkungan kawasan rawan bencana longsor.

f. BKM/TPK menjamin bahwa peran serta aktif warga yang tinggal di kawasan rawan bencana longsor dalam setiap tahapan pelaksanaan penataan kawasan rawan bencana longsor

g. BKM/TPK menjamin bahwa warga kawasan rawan bencana longsor berhak atas bantuan BDL berdasarkan hasil perumusan kebutuhan penanganan kawasan rawan bencana longsor

h. BKM/TPK berkewajiban membentuk PP dalam pelaksanaan kegiatan penanganan kawasan

i. BKM/TPK menjamin terlaksananya prinsip-prinsip demokratisasi, partisipatori, transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan penanganan kawasan rawan bencana longsor

j. BKM/TPK bertanggungjawab penuh terhadap pelaksanaan kegiatan pemanfaatan BDL dalam rangka penanganan kawasan rawan longsor

k. BKM/TPK berkewajiban menyampaikan laporan pelaksanaan penanganan kawasan rawan bencana sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan REKOMPAK-JRF.

(3). TP-KK

a. TP-KK bertanggungjawab kepada pemerintah daerah dalam melaksanakan peran, tugas dan fungsinya

b. TP-KK menjamin bahwa seluruh proses pelaksanaan peran, tugas dan fungsinya selalu bekerjasama dengan BKM/TPK/ TIP, PP dan pemerintahan desa/kelurahan

c. TP-KK menjamin bahwa seluruh rangkaian pelaksanaan kegiatan penanganan kawasan rawan bencana longsor berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip demokratisasi, partisipatori, transparansi dan akuntabilitas

d. TP-KK berkewajiban melaksanakan kajian kawasan rawan bencana longsor secara terbuka dan partisipatoris dengan keluaran berupa rencana tata ruang kawasan rawan bencana longsor sesuai dengan tahapan yang telah ditetapkan e. TP-KK berkewajiban melaksanakan review RPP bersama BKM/TPK, TIP, PP

dan relawan

f. TP-KK berkewajiban melaksanakan serangkaian sosialisasi hasil kajian kawasan rawan bencana longsor

g. TP-KK berkewajiban menyusun rencana penataan kawasan rawan bencana longsor desa/kelurahan secara terbuka dan partisipatoris dengan keluaran berupa rencana tindak penanganan kawasan atau rencana tata bangunan dan lingkungan kawasan rawan bencana longsor sesuai dengan tahapan yang telah ditetapkan h. TP-KK berkewajiban memfasilitasi pelaksanaan intervensi penanganan kawasan

rawan bencana longsor berdasarkan rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan kawasan.

i. TP-KK berkewajiban melaksanakan konsultasi publik bagi penyempurnaan rencana-rencana yang telah disusun.

j. TP-KK berkewajiban melaksanakan monitoring dan evaluasi intervensi penanganan kawasan rawan bencana longsor

k. Dalam melaksanakan peran, tugas dan fungsinya TP-KK wajib melakukan koordinasi dan konsultasi kepada pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya.

l. TP-KK berkewajiban menyusun dan menyampaikan laporan kepada pemerintah daerah dengan tembusan kepada BKM/TPK dan pemerintahan desa.

(4). Panitia Pembangunan (PP)

a. PP bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pemanfaatan BDL yang bersumber dari REKOMPAK-JRF.

b. PP wajib memastikan bahwa pemanfaatan BDL sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam REKOMPAK-JRF

c. PP mempertangungjawabkan pelaksanaan pemanfaatan BDL kepada BKM/TPK d. Dalam melaksanakan kewajibannya PP wajib membuat catatan pelaksanaan pekerjaan, mengerjakan surat menyurat, melaksanakan pembukuan atas dana yang dikelola (buku kas, buku belanja material dan upah, buku BOP) dan laporan keuangan bulanannya.

e. Dalam melaksanakan kewajibannya PP wajib membuat usulan rencana pembelanjaan kepada BKM/TPK sebagai pengelola dana, mengatur pertemuan warga dll.

f. Dalam melaksanakan kewajibannya PP melakukan survei harga barang dan sumber-sumbernya untuk efisiensi serta belanja barang sesuai kebutuhan.

g. PP wajib memastikan bahwa barang yang dibeli selain resmi dan berkualitas baik juga berkwitansi.

h. PP wajib melaksanakan koordinasi pelaksanaan desain perencanaan dengan berkonsultasi kepada pendamping dan memastikan bahwa proses desain berjalan sesuai rencana dengan menghasilkan hasil sesuai kaidah teknisnya.

i. PP berkewajiban menyusun laporan dan menyampaikan laporan tersebut kepada BKM.

j. PP wajib memastikan pelaksanaan pekerjaan fisik hasil desain, serta memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan akan susuai dengan desain dan aturan lainnya yang ada.

k. PP wajib mengatur penggunaan BDL sesuai ketentuan yang berlaku dan tidak melanggar negative list yang diberikan pada pedoman ini.

5

5..22.. OOrrggaanniissaassiiPPeemmeerriinnttaahhddaannNNoonnPPeemmeerriinnttaahh

Dalam rangka pelaksanaan penanganan kawasan rawan bencana longsor yang transparan, partisipatif dan akuntabel, dilibatkan beberapa organisasi (instansi) pemerintah dan non pemerintah untuk memberikan masukan bagi pelaksanaan penanganan kawasan rawan bencana longsor, baik dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan evaluasi.

(1) Organisasi Pemerintah.

a. Dinas Pekerjaan Umum (PU)

Memberikan arahan tentang perencanaan teknis bangunan rumah hunian dan prasarana lingkungan serta peningkatan kualitas lingkungan (pemukiman dengan bantuan rumah dari Rekompak JRF atau permukiman padat/kumuh);

b. Dinas Tata Kota/Perumahan

Memberikan arahan tentang peruntukan lahan penanganan kawasan rawan bencana longsor dan beberapa kebijakan yang berkaitan dengan penataan bangunan dan lingkungan peruntukan lahan yang diijinkan untuk perumahan; c. Dinas Perijinan

Memberikan arahan untuk pengurusan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan rekomendasi insentif;

d. Dinas Kesehatan

Memberikan arahan untuk aspek berkaitan dengan kualitas kesehatan masyarakat, contoh: Persampahan, MCK dan lain-lain;

e. Badan Pertanahan Nasional (BPN)

Memberikan arahan dalam rangka pengukuran kavling dan penerbitan sertifikat tanah dan bangunan di area penanganan kawasan rawan bencana longsor sebagai tempat hunian baru bagi warga yang di penanganan kawasan rawan bencana longsor dari kawasan rawan bencana;

f. Kecamatan

Memberikan arahan dan membantu dari sisi administrasi Pemerintahan yang terkait dengan program penanganan kawasan rawan bencana longsor ;

g. Program/Proyek Pendukung dnn Mitra bagi REKOMPAK-JRF:

Program-program pembangunan prasarana dan sarana dari program donor lainnya yang dapat diintegrasikan dan saling mendukung dalam rangka penanggulangan risiko rawan bencana.

(2) Organisasi Non Pemerintah.

a. Akademisi/Perguruan Tinggi

Memberikan arahan didalam pelaksanaan kajian pada kawasan rawan bencana maupun rencana kawasan area penanganan kawasan rawan bencana longsor, menjadi pendamping, narasumber dan peneliti untuk kegiatan program penanganan kawasan rawan bencana longsor .

b. LSM/Organisasi Peduli Lingkungan

Memberikan arahan tentang pelestarian lingkungan pada kawasan rawan bencana maupun kawasan tujuan penanganan kawasan rawan bencana longsor, menjadi pendamping, advokasi, pendukung, narasumber untuk berbagai kegiatan dalam rangka pelaksanaan penanganan kawasan rawan bencana longsor pada kawasan rawan bencana.

c. Sponsor/Donor

Memberikan dukungan pendanaan bagi upaya pengkajian, penelitian, pembangunan rumah hunian dan prasarana lingkungan.

d. Perorangan dan Lainnya

Memberikan dukungan dan bantuan khusus. penanganan kawasan rawan bencana banyak menarik perhatian pihak-pihak dan kelompok peduli dari berbagai profesi dan disiplin ilmu.

5

5..33.. OOrrggaanniissaassiiPPeemmaannttaauuaannddaannEEvvaalluuaassii

Pelaksanaan pemantauan terhadap proses penanganan kawasan rawan bencana longsor selain dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat juga dilakukan pemantauan sesuai prosedur proyek yang dilakukan oleh organisasi dan instansi yang mempunyai wewenang melakukan pemantauan dan evaluasi atas proses pelaksanaan penanganan kawasan rawan bencana longsor.

Adapun organisasi yang melakukan pemantauan sebagai berikut: a. Bappeda dan Dinas Tata Kota/Perumahan

Melakukan pemantauan terhadap tata guna lahan untuk kawasan penanganan kawasan rawan bencana longsor, apakah masih sesuai dengan ketentuan dengan tata guna lahan pada Rencana Tata Ruang yang sudah ditetapkan melalui perda atau diperlukan adanya arahan perencanaan untuk dilakukan penyesuaian-penyesuaian namun yang tidak substansial sehingga tidak bertentangan dengan peraturan yang ada;

b. Dinas Lingkungan Hidup

Melakukan pemantauan terhadap pelestarian lingkungan untuk kawasan rawan bencana yang mendapatkan program penanganan kawasan rawan bencana longsor, termasuk penanganan yang dilakukan untuk penyelamatan lingkungan diantaranya dengan penanaman vegetasi dan beberapa alternatif pelestarian lingkungan.

Pemantauan pelestarian lingkungan dilakukan juga pada kawasan yang menjadi tujuan area penanganan kawasan rawan bencana longsor.

c. Dengan dibukanya lahan baru untuk rumah hunian dan pengembangan prasarana lingkungan diharapkan tidak banyak berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan utamanya pengendalian terhadap pemakaian air tanah, pencemaran limbah rumah tangga, dsb. Diharapkan dengan pemantauan yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang akan didapat satu pola pengelolaan lingkungan yang memadai dan dapat meminimalisasi permasalahan-permasalahan lingkungan yang selalu ada pada setiap pembukaan lahan baru untuk permukiman.

d. Dinas Kesehatan

Pemantauan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan lebih kepada hal-hal yang bersifat preventif untuk peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Pola pemantauannya lebih kepada Pola Hidup Bersih dan Sehat yang dilakukan masyarakat utamanya untuk pemanfaatan sanitasi dan drainase lingkungan.

e. Dinas Perijinan

Dinas Perijinan melakukan pemantauan terhadap persyaratan-persyaratan yang diperlukan didalam penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Dinas Perijinan didalam melakukan pemantauan bekerjasama dengan Dinas Tata Kota dan Badan Pertanahan Nasional.

f. Badan Pertanahan Nasional (BPN)

Badan Pertanahan Nasional melakukan pemantauan khusus untuk pasca pemindahan penduduk ke area penanganan kawasan rawan bencana longsor , yaitu pada proses penerbitan sertifikat tanah untuk area penanganan kawasan rawan bencana longsor sebagai tempat hunian baru bagi penduduk yang di penanganan kawasan rawan bencana longsor dari kawasan rawan bencana.

Dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi selain dilakukan oleh organisasi dan instansi seperti tersebut diatas, masyarakat juga dapat ikut serta secara aktif berpatisipasi sehingga dengan adanya partisipasi masyarakat didalam pemantauan akan didapat hasil pemantauan yang transparan dan akuntabel.

Dokumen hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penanganan kawasan rawan bencana longsor akan dipertanggungjawabkan kepada publik, pemerintah dan donor lainnya yang terlibat didalam pelaksanaan dan pembiayaan penanganan kawasan rawan bencana longsor.

BAB VI

Dokumen terkait