• Tidak ada hasil yang ditemukan

3

3..11.. PPeenneennttuuaannKKaawwaassaannPPeerreennccaannaaaann

Kawasan perencanaan merupakan kawasan yang terpilih dan berada dalam lingkup kawasan kajian kawasan rawan bencana longsor. Kawasan ini terpilih berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang dikeluarkan setelah dilakukannya analisis kawasan kajian kawasan rawan bencana longsor. Penentuan kawasan perencanaan mengacu pada tata ruang kawasan rawan bencana longsor yang telah disusun dan ditetapkan. TP-KK berkewajiban menyusun rekomendasi kawasan perencanaan yang kemudian ditetapkan sebagai kawasan perencanaan penataan kawasan rawan bencana longsor.

Penentuan kawasan perencanaan ini dimaksudkan untuk menentukan lingkup dan luas area perencanaan kawasan sehingga mempunyai batasan wilayah yang jelas dan terukur. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan atau pemilihan kawasan perencanaan di kawasan rawan bencana longsor adalah sebagai berikut:

(1) Luasan (delineasi) dan tingkat kerawanan bencana longsor (2) Vitalitas ekonomi masyarakat maupun kawasan

(3) Keamanan

(4) Kemasyarakatan (struktur, kohesivitas dan peran serta) (5) Tingkat kepadatan penduduk dan bangunan

(6) Peruntukan lahan

(7) Kondisi bangunan eksisting (8) Sistem sirkulasi dan aksesibilitas

(9) Kualitas dan kuantitas ruang publik dan ruang terbuka hijau (10) Kualitas lingkungan

(11) Komponen prasarana dasar dan sarana lingkungan permukiman (12) Kebijakan dan program pemerintah daerah

Tujuan

(1) Teridentifikasinya cakupan dan luasan area perencanaan kawasan (2) Disepakati dan ditetapkannya kawasan perencanaan kawasan Keluaran

(1) Cakupan dan luas area perencanaan kawasan yang definitif (2) Berita acara penentuan kawasan perencanaan kawasan

3

3..22.. PPeennyyuussuunnaannRReennccaannaaTTaattaaBBaanngguunnaannddaannLLiinnggkkuunnggaann

Sebelum memasuki langkah-langkah penyusunan tata bangunan dan lingkungan maka perlu dipahami bahwa terdapat beberapa bentuk intervensi penataan kawasan rawan bencana longsor. Bentuk intervensi ini sangat tergantung pada karakter, kekhususan dan kebutuhan penanganan kawasan. Beberapa bentuk intervensi yang cukup relevan dengan penataan kawasan rawan bencana longsor antara lain:

(

(11)) Preservasi dan konservasi

Adalah upaya pelestarian yang dilakukan pada seluruh kondisi struktur lingkungan dan ruang eksisting di kawasan rawan bencana longsor baik yang bersifat permanen maupun temporal. Pada lingkup kawasan rawan bencana longsor, preservasi dapat berupa proteksi terhadap kawasan yang memiliki potensi rawan bencana longsor guna meningkatkan kualitas lingkungan alami.

(2) Penguatan kawasan (Infill Development)

Adalah pembangunan sisipan, merupakan pembangunan suatu area dengan menyisipkan satu atau lebih komponen fisik sebagai fungsi-fungsi penunjang tertentu pada suatu kawasan/lingkungan rawan bencana longsor dengan mempertimbangkan kontekstualitasnya fungsi dan kualitas lingkungan eksisting, dengan maksud memperkuat/memperbaiki kualitas lingkungan dan kawasan yang bersangkutan sehingga aman dan layak bagi aktivitas di dalamnya.

(3) Relokasi

Adalah upaya pemindahan sebagian atau seluruh aktivitas berikut sarana dan prasarana penunjang aktivitas dari satu tempat ke tempat lain guna mempertinggi faktor keamanan, kelayakan, legalitas pemanfaatan dengan tetap memperhatikan keterkaitan antara yang dipindah dengan lingkungan alami dan binaan di tempat tujuan. Relokasi dilakukan dengan tetap mempertimbangkan tautan keseharian dan keberlanjutan yang dipindah dengan segala kondisi fisik dan non fisik serta penduduk di tempat tujuan kepindahan

Penentuan dan penetapan bentuk intervensi kawasan ini pada dasarnya tergantung dari arahan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan, pendataan dan analisis cermat serta visi dan misi penataan kawasan yang telah ditetapkan. Khusus pedoman fasilitasi pendampingan relokasi dapat dilihat pada lampiran dari pedoman ini.

Adapun langkah-langkah penyusunan tata bangunan dan lingkungan kawasan adalah sebagai berikut:

Langkah 1 Pendataan

Setelah ditentukan cakupan dan luas area kawasan perencanaan, maka selanjutnya TP-KK melakukan pendataan atas kawasan dan wilayah sekitarnya. Pendataan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan segala jenis informasi yang diperlukan untuk melakukan analisis kawasan dan wilayah sekitarnya. Acuan utama kegiatan pendataan ini adalah rencana tata ruang kawasan rawan bencana longsor yang telah disusun dan ditetapkan.

Tujuan

(1) Teridentifikasinya kawasan perencanaan dari segi-segi fisik, sosial, budaya, dan ekonomi

(2) Teridentifikasinya kondisi di wilayah sekitarnya yang berpengaruh pada kawasan perencanaan

Keluaran

Data terkait dengan kawasan dan wilayah sekitarnya yang antara lain mencakup: (1) Peta-peta

(2) Foto-foto

(3) Peraturan dan rencana-rencana terkait (4) Sejarah dan signifikansi historis kawasan (5) Kondisi sosial-budaya

(6) Kependudukan

(7) Pertumbuhan ekonomi (8) Kepemilikan lahan (9) Prasarana dan fasilitas (10) dll.

Langkah 2

Analisis Kawasan Perencanaan

Analisis adalah penguraian atau pengkajian atas data yang telah berhasil dikumpulkan. Analisis dilakukan secara berjenjang dari tingkat wilayah sekitar kawasan sampai pada tingkat kawasan. Dari hasil analisis ini akan diperoleh arahan solusi atau konsep perencanaan atas permasalahan yang telah diidentifikasikan pada tahap pendataan.

Komponen analisis kawasan perencanaan antara lain meliputi:

(1) Rencana-rencana di wilayah sekitar yang terkait dengan kawasan perencanaan (2) Kepadatan dan profil pendudukan

(3) Kehidupan sosial, ekonomi dan budaya (4) Penggunaan lahan dan aksesbilitas kawasan (5) Daya dukung fisik dan lingkungan

(6) Daya dukung prasarana dan fasilitas (7) Legalitas tanah dan konsolidasi lahan (8) Peran serta masyarakat

(9) Kebijakan dan program pemerintah daerah Keluaran

(1) Potensi dan kapasitas kawasan

Langkah 3

Perumusan Konsep dan Rancangan Penataan

Secara umum, tahap perumusan konsep ini diharapkan akan menghasilkan konsep dasar rancangan penataan kawasan sebagai visi pembangunan kawasan atau lokasi penanganan kawasan rawan bencana longsor .

Beberapa komponen dasar perancangan ini meliputi: (1) Perumusan visi pembangunan

Visi pembangunan adalah gambaran spesifik karakter lingkungan di masa mendatang yang akan dicapai sebagai akhir penataan suatu kawasan yang direncanakan sesuai dengan kebijakan dan rencana tata ruang setempat yang berlaku

(2) Perumusan konsep komponen rancangan

Konsep komponen rancangan kawasan adalah suatu gagasan perancangan dasar yang dapat merumuskan komponen-komponen perancangan kawasan (peruntukan, intensitas dan lain-lain). Komponen rancangan ini meliputi:

a. Struktur peruntukkan lahan

Dalam hirarki rencana tata ruang, peruntukan lahan penanganan kawasan rawan bencana longsor (mikro) merupakan penjabaran dari RTRW kabupaten/kota ke dalam rencana pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana longsor.

Pembuatan rencana peruntukan lahan mikro didahului oleh pembuatan rencana pemintakaan (zoning), yaitu pengelompokan fungsi-fungsi yang ada di kawasan perencanaan. Masing-masing mintakat (zone) kemudian dijabarkan dalam bentuk peruntukan lahan.

Prinsip struktur peruntukan lahan meliputi: 1. Secara Fungsional

a. Keragaman tata guna yang seimbang, saling menunjang dan terintegrasi b. Pola distribusi jenis peruntukan yang mendorong terciptanya interaksi

aktivitas

c. Pengaturan pengelolaan area peruntukan d. Pengaturan kepadatan kawasan

2. Secara Fisik

a. Estetika, karakter dan citra kawasan

b. Skala ruang yang manusiawi dan berorientasi pada pejalan kaki serta aktivitas yang diwadahi

3. Dari sisi Lingkungan

a. Keseimbangan kawasan perencanaan dengan lingkungan sekitar b. Kesesuaian dengan daya dukung lingkungan

b. Intensitas pemanfaatan lahan

Intensitas pemanfaatan lahan adalah tingkat alokasi dan distribusi luas lantai maksimum bangunan terhadap lahan/tapak peruntukannya. Komponen penataan antara lain meliputi :

1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) 3. Koefisien Daerah Hijau (KDH)

Prinsip intensitas pemanfaatan lahan meliputi: 1. Secara Fungsional

a. Kejelasan distribusi intensitas pemanfaatan lahan

b. Skala ruang yang manusiawi dan berorientasi pada pejalan kaki c. Kejelasan skala pengembangan

d. Kesesuaian kepadatan kawasan 2. Secara Fisik

Estetika, karakter, dan citra kawasan 3. Dari sisi Lingkungan

a. Keseimbangan kawasan perencanaan dengan lingkungan sekitar b. Kesesuaian dengan daya dukung lingkungan

c. Kelestarian ekologis kawasan 4. Dari sisi Pemangku Kepentingan

Keuntungan bersama c. Tata bangunan

Tata bangunan merupakan produk penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya sebagai wujud pemanfaatan ruang, meliputi aspek-aspek pembentukan citra/karakter fisik lingkungan, besaran dan konfigurasi dari elemen-elemen yang dapat menciptakan dan mendefinisikan berbagai kualitas ruang yang akomodatif terhadap keragaman kegiatan yang ada, terutama yang berlangsung dalam ruang-ruang publik.

Komponen penataan meliputi: 1. Pengaturan blok lingkungan; 2. Pengaturan kaveling/petak lahan 3. Pengaturan bangunan;

Prinsip tata bangunan meliputi: 1. Secara Fungsional

a. Optimalisasi dan efisiensi

b. Kejelasan pendefinisian ruang yang diciptakan c. Keragaman fungsi dan aktivitas yang diwadahi

d. Skala dan proporsi ruang yang berorientasi pada pejalan kaki e. Fleksibilitas

f. Pola hubungan/konektivitas

g. Kejelasan orientasi dan kontinuitas h. Kemudahan layanan

i. Menghindari eksklusivitas 2. Secara Fisik dan Non-Fisik

a. Pola, dimensi dan standar umum b. Estetika, karakter dan citra kawasan c. Kualitas fisik

d. Ekspresi bangunan dan lingkungan 3. Dari sisi Lingkungan

a. Keseimbangan kawasan perencanaan dengan lingkungan sekitar b. Kesesuian dengan daya dukung lingkungan

c. Kelestarian ekologis kawasan d. Pemberdayaan kawasan

d. Sistem sirkulasi dan jalur penghubung (aksesibilitas)

Sistem sirkulasi dan jalur penghubung terdiri dari jaringan jalan dan pergerakan, sirkulasi kendaraan umum, sirkulasi kendaraan pribadi, sirkulasi kendaraan informal setempat dan sepeda, sirkulasi pejalan kaki (termasuk masyarakat penyandang cacat dan lanjut usia), pelayanan lingkungan dan sistem jaringan penghubung.

Komponen penataan antara lain meliputi: 1. Sistem sirkulasi kendaraan umum

Yaitu rancangan sistem arus pergerakan kendaraan umum formal, yang dipetakan pada hirarki/kelas jalan yang ada pada kawasan perencanaan. 2. Sistem sirkulasi kendaraan pribadi

Yaitu rancangan sistem arus pergerakan bagi kendaraan pribadi sesuai dengan hirarki/kelas jalan pada kawasan perencanaan.

3. Sistem sirkulasi kendaraan umum informal setempat

Yaitu rancangan sistem arus pergerakan bagi kendaraan umum dari sektor informal, seperti ojek, becak, andong dan sejenisnya yang dipetakan pada hirarki/ kelas jalan yang ada pada kawasan perencanaan.

4. Sistem jalur pelayanan lingkungan

Yaitu rancangan sistem arus pergerakan dari kendaraan servis (seperti pengangkut sampah, pengangkut barang dan kendaraan pemadam kebakaran)

dari suatu kaveling atau blok lingkungan tertentu, yang dipetakan pada hirarki/kelas jalan yang ada pada kawasan perencanaan.

5. Sistem sirkulasi pejalan kaki

Yaitu rancangan sistem arus pejalan kaki (termasuk penyandang cacat dan lanjut usia) dan pemakai sepeda yang khusus di sediakan pada kawasan perencanaan.

e. Sistem tata ruang terbuka dan tata ruang hijau

Sistem ruang terbuka dan tata hijau merupakan komponen rancang kawasan, yang tidak sekedar terbentuk sebagai elemen tambahan atau pun elemen sisa setelah proses rancang arsitektur diselesaikan, melainkan juga diciptakan sebagai bagian integral dari suatu lingkungan yang lebih luas.

f. Tata kualitas lingkungan

Penataan kualitas lingkungan merujuk pada upaya rekayasa elemen-elemen kawasan yang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan dengan sistem lingkungan yang informatif, berkarakter khas dan memiliki orientasi tertentu. g. Sistem prasarana dan utilitas lingkungan

Sistem prasarana dan utilitas lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana semestinya.

Komponen penataan antara lain meliputi: 1. Sistem jaringan air bersih

2. Sistem air limbah dan air kotor 3. Sistem jaringan drainase 4. Sistem jaringan persampahan 5. Sistem jaringan listrik

6. Sistem jaringan telepon

7. Sistem jaringan pengamanan kebakaran

8. Sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi Keluaran

Konsep dan rencana umum tata bangunan dan lingkungan permukiman kawasan penanganan kawasan rawan bencana longsor yang memenuhi kaidah dan persyaratan tata bangunan dan lingkungan kawasan rawan bencana yang berorientasi PRB.

Langkah 4

Perumusan Panduan Rancangan

Panduan rancangan merupakan penjelasan lebih rinci atas rencana umum yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk penjabaran materi utama melalui pengembangan komponen rancangan kawasan pada bangunan, kelompok bangunan, elemen prasarana kawasan, kaveling dan blok, termasuk panduan ketentuan detil visual kualitas minimal tata bangunan dan lingkungan.

Ketentuan dasar implementasi rancangan terhadap kawasan berupa ketentuan tata bangunan dan lingkungan yang bersifat lebih detil, memudahkan dan memandu penerapan dan pengembangan rencana umum, baik pada bangunan, kelompok bangunan, elemen prasarana kawasan, kaveling, maupun blok. Panduan Rancangan bersifat mengaktualisasikan tujuan penataan lingkungan/kawasan yang layak huni, berjati diri, produktif, dan berkelanjutan secara lebih terstruktur dan mudah dilaksanakan (design guidelines).

Prinsip-prinsip pengembangan panduan rancangan ini antara lain mencakup: (1) Panduan rancangan dari masing-masing aspek rencana umum

Prinsip-prinsip pengembangan Panduan Rancangan dari masing–masing materi Rencana Umum dengan mempertimbangkan aspek:

a. Deskriptif

1. Terukur dan rinci

Bertujuan untuk memudahkan implementasi secara nyata pada pengembangan desain.

2. Spesifik

Panduan detil perancangan tiap blok pengembangan yang spesifik dan tepat sesuai dengan permasalahan dan potensi tiap blok yang telah dianalisis sebelumnya.

3. Menyeluruh, yang mencakup seluruh komponen rancangan kawasan yang meliputi:

a. Peruntukan lahan.

b. Intensitas pemanfaatan lahan. c. Tata bangunan;

d. Sistem sirkulasi dan jalur penghubung. e. Sistem ruang terbuka dan tata hijau.

f. Tata kualitas lingkungan, meliputi: tata identitas lingkungan dan tata orientasi lingkungan.

g. Sistem prasarana dan utilitas lingkungan. h. Pengelolaan pengurangan risiko bencana.

b. Substantif, adalah:

1. Berkelanjutan (sustainable),

Penetapan panduan detil yang dapat mendorong perwujudan kawasan yang berlangsung secara berkelanjutan (sustainable).

2. Membentuk/memperkuat karakter dan identitas suatu tempat

Penetapan elemen-elemen rancang kawasan yang memfasilitasi interaksi ruang sosial sebagai identitas satuan ruang/bangunan berskala mikro secara terukur. 3. Mengaitkan dengan struktur ruang makro

Penetapan panduan detil materi rencana umum secara integral dengan lingkungan sekitarnya pada skala yang lebih luas.

4. Kemudahan pengendalian dan pengelolaan

Penetapan panduan detil yang memudahkan pengelolaan dan pengendalian pelaksanaan rencana umum serta mengarahkan pihak-pihak yang berkepentingan.

c. Normatif, adalah:

Mengacu pada peraturan ketatalingkungan permukiman: penetapan panduan detil yang selalu merujuk pada aturan tata ruang dan bangunan gedung yang berlaku. (2) Aturan-aturan Dasar

Pentingnya panduan dalam rencana tata bangunan dan lingkungan dipertegas dengan pemberlakuan aturan dasar yang meliputi aturan wajib, aturan anjuran utama dan aturan anjuran, beserta pendelegasian kewenangan untuk memutuskan keterlibatan desain dalam konsep penataan kawasan, serta mengontrol implementasi atas aturan dasar tersebut.

a. Aturan Wajib

Merupakan aturan yang disusun menurut peraturan tata kota dan bangunan gedung setempat atau pun aturan spesifik pengembangan kawasan yang mengikat sesuai dengan visi pembangunan yang ditetapkan. Aturan ini bersifat mengikat dan wajib untuk ditaati/diikuti. Kewenangan atas pemberlakuan aturan wajib ini dapat dilakukan sebagian pada jenjang tertinggi di tingkat desa, yaitu kepala desa sebagai pemerintah desa setempat.

Seluruh aturan yang wajib diikuti antara lain mencakup: 1. Peruntukan lahan.

2. Luas lahan dan batas lahan.

3. Koefisien Dasar Bangunan (KDB). 4. Koefisien Lantai Bangunan (KLB). 5. Ketinggian Maksimum Bangunan. 6. Garis Sempadan Bangunan (GSB).

Prinsip-prinsip penetapan Aturan Wajib adalah:

1. Berorientasi pada aturan ketatakotaan yang berlaku.

2. Mendukung pencapaian Visi Pembangunan yang ditetapkan. b. Aturan Anjuran Utama

Merupakan aturan yang disusun menurut kaidah umum pengaturan teknis bangunan dan lingkungan dengan sasaran terciptanya desain kawasan dengan arahan tampilan bangunan dan lingkungan yang berkualitas. Aturan ini bersifat mengikat dan dianjurkan untuk ditaati/diikuti.

Aturan ini antara lain meliputi: 1. Komposisi peruntukan lahan

2. Arahan bentuk, dimensi, gubahan dan perletakan dari suatu bangunan serta komposisi bangunan.

3. Sirkulasi kendaraan. 4. Sirkulasi pejalan kaki.

5. Ruang terbuka dan tata hijau.

6. Perletakan dan rencana papan informasi pertandaan (signage), pagar dan pembatas.

7. Utilitas bangunan dan lingkungan.

Prinsip-prinsip penetapan aturan anjuran utama adalah:

1. Berorientasi pada pengaturan teknis bangunan dan lingkungan demi tercapainya integrasi keseluruhan bagian kawasan perencanaan;

2. Berorientasi pada aspek kemampuan daya dukung dari lokasi setempat, bukan pada aspek tuntutan kebutuhan;

3. Berorientasi pada efektivitas pemanfaatan ruang yang ada, prediksi kontinuitas pelaksanaan program, kemungkinan fleksibilitas perancangan serta peluang 4. manfaat yang akan dicapai (opportunity).

c. Aturan Anjuran

Merupakan aturan yang disusun menurut kesepakatan desain yang disesuaikan dengan visi kawasan dan para pemangku kepentingan terkait sehingga bersifat mengikat serta dianjurkan untuk ditaati atau diikuti.

Aturan ini meliputi:

1. Kualitas lingkungan, meliputi organisasi fungsi, kaitan fungsi, sirkulasi pejalan kaki mikro dan sirkulasi moda transportasi.

2. Kualitas visual, meliputi estetika, gubahan bentuk, kinerja arsitektural, tata informasi (signage), bahan/material dan warna bangunan.

3. Kualitas lingkungan, meliputi pencahayaan, sirkulasi udara, tata hijau dan ruang terbuka,kepentingan umum dan aspek sosial-budaya.

Prinsip-prinsip penetapan Aturan Anjuran adalah:

1. Berorientasi pada hasil kesepakatan bersama seluruh pemilik dan pemegang hak atas tanah

2. Melibatkan pertimbangan peran masyarakat dan mengakomodasikan aspirasi berbagai pihak termasuk masyarakat pengguna dan pemangku kepentingan, yang dijaring dari mekanisme berbagai partisipasi masyarakat untuk mendapatkan keputusan terbaik, seperti melalui uji publik, kesepakatan desain secara publik, review desain secara publik dan pendapat tim ahli.

3. Berorientasi pada efektivitas pemanfaatan ruang yang ada, prediksi kontinuitas pelaksanaan program, kemungkinan fleksibilitas perancangan serta peluang manfaat yang akan dicapai (opportunity).

Keluaran

Panduan rancangan tata bangunan dan lingkungan rawan bencana longsor yang memenuhi kaidah dan persyaratan tata bangunan lingkungan kawasan rawan bencana.

Langkah 5

Perumusan Rencana Investasi

Rencana Investasi disusun berdasarkan dokumen rencana tata bangunan dan lingkungan yang memperhitungkan kebutuhan nyata para pemangku kepentingan dalam proses pengendalian investasi dan pembiayaan dalam penataan lingkungan/kawasan. Rencana ini menjadi rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk menghitung kelayakan investasi dan besaran biaya suatu program penataan ataupun sekaligus menjadi tolak ukur keberhasilan investasi.

Secara umum rencana investasi mengatur tentang besaran biaya yang dikeluarkan dalam suatu program penataan kawasan dalam suatu kurun waktu tertentu, tahapan pengembangan serta peran dari masing-masing pemangku kepentingan

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan investasi adalah sebagai berikut:

(1) Program bersifat jangka menengah, minimal untuk kurun waktu 5 (lima) tahun, serta mengindikasikan investasi untuk berbagai macam kegiatan, yang meliputi: tolok ukur/kuantitas pekerjaan, besaran rencana pembiayaan, perkiraan waktu pelaksanaan dan kesepakatan sumber pendanaannya.

(2) Meliputi investasi pembangunan yang dibiayai oleh pemerintah daerah/pusat (dari berbagai sektor), dunia usaha/swasta dan masyarakat.

(3) Menjelaskan pola-pola penggalangan pendanaan, kegiatan yang perlu dilakukan khususnya oleh pemerintah daerah setempat, sekaligus saran/alternatif waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut.

(4) Menjelaskan tata cara penyiapan dan penyepakatan investasi dan pembiayaan, termasuk menjelaskan langkah, pelaku dan perhitungan teknisnya.

(5) Menuntun para pemangku kepentingan dalam memperoleh justifikasi kelayakan ekonomi dan usulan perencanaan lingkungan dengan memisahkan jenis paket berjenis

cost recovery, non cost recovery dan pelayanan publik.

Keluaran

Rencana investasi penanganan penanganan kawasan rawan bencana longsor .

Langkah 6

Perumusan Rencana Pengendalian

Ketentuan pengendalian rencana bertujuan:

(1) Mengendalikan berbagai rencana kerja, program kerja maupun kelembagaan kerja pada masa pemberlakuan aturan dalam rencana tata bangunan dan lingkungan serta pelaksanaan penataan suatu kawasan.

(2) Mengatur pertanggungjawaban semua pihak yang terlibat dalam mewujudkan rencana tata bangunan dan lingkungan pada tahap pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan.

Pengendalian rencana disusun sebagai bagian proses penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan yang partisipatif. Pengendalian Rencana menjadi alat mobilisasi peran masing-masing pemangku kepentingan pada masa pelaksanaan atau masa pemberlakuan rencana tata bangunan dan lingkungan sesuai dengan kapasitasnya dalam suatu sistem yang disepakati bersama dan berlaku sebagai rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk mengukur tingkat keberhasilan kesinambungan pentahapan pelaksanaan pembangunan.

Arahan pengendalian meliputi:

(1) Penetapan rencana dan indikasi program pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan, termasuk kesepakatan wewenang dan kelembagaan.

(2) Penetapan paket kegiatan pelaksanaan dan pengendalian jangka menengah.

(3) Penyiapan pelibatan dan pemasaran paket pembangunan untuk setiap pemangku kepentingan.

(4) Identifikasi dan penyesuaian aspek fisik, sosial, dan ekonomi terhadap kepentingan dan tanggung jawab para pemangku kepentingan.

(5) Penetapan persyaratan teknis masing-masing aspek (fisik, sosial dan ekonomi), perencanaan pelaksanaan dan pengendalian di lapangan.

Keluaran

Rencana pengendalian tata bangunan dan lingkungan kawasan rawan bencana longsor yang memenuhi kaidah dan persyaratan tata bangunan lingkungan kawasan rawan bencana.

3

3..33.. KKoonnssuullttaassiiPPuubblliikk

Maksud dari kegiatan konsultasi publik ini adalah untuk menyampaikan informasi mengenai rencana tata bangunan dan lingkungan kawasan rawan longsor yang telah disusun TP-KK kepada khalayak umum, khususnya kepada seluruh warga desa/kelurahan, unsur pemerintahan desa/kelurahan, unsur pemerintahan daerah dan pemangku kepentingan lainnya dan lain-lainnya untuk mendapatkan masukan-masukan bagi penyempurnaan rencana, integrasi rencana serta menggalang komitmen pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam penanganan kawasan rawan bencana longsor. Tujuan dari kegiatan konsultasi publik adalah sebagai berikut:

(1) Mendapatkan masukan dari berbagai pemangku kepentingan terkait

(2) Menyempurnakan rumusan rencana tata bangunan dan lingkungan mencerminkan kearifan lokal

(3) Sinkronisasi dan channeling

(4) Menyepakati rencana tata bangunan dan lingkungan kawasan rawan bencana longsor sebagai rencana tindak penanganan kawasan

(5) Mendorong terusunnya rancangan peraturan daerah tentang rencana tata bangunan dan lingkungan kawasan rawan bencana longsor

Sasaran

(1) Pemerintah kabupaten/kota (termasuk dinas terkait) (2) Pemerintah kecamatan

(3) Pemerintahan desa (pemdes dan BPD) (4) Warga desa setempat

(5) Warga desa lain terkait

(6) BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten/Kota (7) Lembaga/unsur perwakilan pelaksana program desa setempat (8) Kelompok peduli kebencanaan

Keluaran

(1) Masukan dari pemangku kepentingan (2) Keterpaduan dan channeling kegiatan

(3) Penyepakatan rencana tata bangunan dan lingkungan kawasan rawan bencana longsor (4) Komitmen/pernyataan penyusunan peraturan daerah tentang tata bangunan dan

lingkungan kawasan rawan bencana longsor

3

3..44.. PPeennyyeemmppuurrnnaaaannRReennccaannaa

Penyempurnaan rencana tindak penanganan atau rencana tata bangunan dan lingkungan kawasan rawan bencana longsor merujuk pada hasil konsultasi publik.

Tujuan

(1). Menyempurnakan rencana tindak berdasarkan hasil konsultasi publik

(2). Tersedianya rencana tindak yang disepakati dan disahkan oleh seluruh pemangku kepentingan setempat

Langkah

(1). Konsolidasi rumusan rencana tindak dan hasil konsultasi publik (2). Rembug pengesahan rencana tindak

(3). Penandatanganan rencana tindak oleh masyarakat dan pemerintah daerah Keluaran

BAB IV

Dokumen terkait