• Tidak ada hasil yang ditemukan

A

A.. LLaattaarrBBeellaakkaanngg

Sebagaimana yang tertuang dalam Pedoman Pendampingan Penanganan Kawasan Rawan Bencana Longsor, Bentuk intervensi bagi penanganan kawasan rawan bencana longsor sangat tergantung pada karakter, kekhususan dan kebutuhan penanganan kawasan. Beberapa bentuk intervensi yang cukup relevan dengan penataan kawasan rawan bencana longsor antara lain adalah:

(

(11)) Preservasi dan konservasi

(2) Penguatan kawasan (Infill Development) (3) Relokasi

Penentuan dan penetapan bentuk intervensi kawasan ini pada dasarnya tergantung dari arahan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan, pendataan dan analisis cermat serta visi dan misi penataan kawasan yang telah ditetapkan.

Mengingat bahwa beberapa desa/kelurahan sasaran REKOMPAK-JRF terletak di kawasan rawan bencana longsor yang membutuhkan penanganan segera, maka dalam rangka penanganan kawasan rawan bencana ini diperlukan pedoman pendampingan penanganan kawasan rawan bencana longsor khusus dengan intervensi penanganan berupa relokasi, yaitu pedoman pendampingan relokasi.

B

B.. PPeennggeerrttiiaann

Relokasi adalah upaya pemindahan sebagian atau seluruh aktivitas berikut sarana dan prasarana penunjang aktivitas dari satu tempat ke tempat lain guna mempertinggi faktor keamanan, kelayakan, legalitas pemanfaatan dengan tetap memperhatikan keterkaitan antara yang dipindah dengan lingkungan alami dan binaan di tempat tujuan. Relokasi dilakukan dengan tetap mempertimbangkan tautan keseharian dan keberlanjutan yang dipindah dengan segala kondisi fisik dan non fisik serta penduduk di tempat tujuan kepindahan

C

C.. MMaakkssuuddddaannTTuujjuuaann

Maksud dari disusunnya tata cara ini adalah:

(1) Memberikan panduan agar masyarakat dapat mengelaborasikan langkah-langkah persiapan dan pelaksanaan kegiatan pendampingan relokasi secara partisipatif;

(2) Memberikan arahan kepada masyarakat dalam menyusun rencana tindak penanganan relokasi sebagai bagian dari pengurangan risiko bencana;

(3) Memberikan panduan kepada konsultan pendamping, masyarakat dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan relokasi dari tahap persiapan hingga ke tahap pelaksanaan;

(4) Mendorong terwujudnya sinergi antar pemangku kepentingan setempat dalam penyusunan rencana tindak penanganan relokasi dan implementasinya.

Tujuan dari tata cara ini adalah:

(1) Mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran terhadap pentingnya relokasi sebagai bagian dari upaya pengurangan risiko bencana di wilayahnya;

(2) Mewujudkan masyarakat yang memiliki kapasitas dan kepedulian yang tinggi dalam melakukan perencanaan penataan permukimannya;

(3) Mewujudkan tata lingkungan permukiman yang sehat, aman dari risiko bencana dan dalam pelaksanaannya mengedepankan prinsip partisipasi, demokrasi, transparansi, akuntabilitas dan berkelanjutan, serta mengedepankan pendekatan pembangunan berbasis nilai dan komunitas;

(4) Meningkatkan kapasitas dan peran pemerintah daerah setempat dalam mengelola dan mensinergikan rencana aksi daerah serta implementasi program pengurangan risiko dan dampak bencana yang berbasis masyarakat.

D

D.. SSaassaarraann

Sasaran operasional

(1) Terlaksananya kegiatan pendampingan relokasi melalui perencanaan dan implementasi yang terorganisir berdasarkan aspirasi, cita-cita dan kebutuhan masyarakat serta didukung penuh oleh kemitraan dan kerjasama pemerintah dengan para pemangku kepentingan;

(2) Terumuskannya rencana kegiatan pendampingan relokasi dalam upaya penataan permukiman di lokasi-lokasi rawan bencana berdasarkan hasil kajian teknis, komitmen masyarakat dan dukungan penuh pemerintah daerah setempat;

(3) Terjadinya peningkatan kondisi kehidupan yang lebih layak;

(4) Adanya peningkatan kesehatan dan sanitasi lingkungan yang cukup;

(5) Terjadi peningkatan kondisi perekonomian pada satu tingkatan yang lebih baik dari sebelumnya, minimal sama dengan kondisi sebelumnya.

Sasaran kelompok

(1) Komunitas, yaitu BKM/TPK, Tim Inti Perencana (TIP) dan Panitia Pelaksana (PP); (2) Pemerintah desa/kelurahan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan

(LPMD/K), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kota dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD);

(3) Pemerintah Kecamatan, Penanggung Jawab Operasional Kecamatan (PJOK) dan lain-lain;

(4) Walikota/Bupati, Dinas/Badan Terkait, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten/Kota, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kabupaten/Kota dan lain-lain;

(5) Gubernur, Dinas/Badan Terkait, DPRD Provinsi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi, Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) provinsi dan lain-lain;

(6) Konsultan pendamping, mulai dari National Management Consultant (NMC), District

Management Consultant (DMC) sampai dengan fasilitator REKOMPAK-JRF.

E

E.. PPrriinnssiipp--PPrriinnssiipp

Mempertimbangkan bahwa penerima dampak relokasi merupakan pihak yang dinilai rentan (vulnerable person) maka dalam pelaksanaan relokasi harus mengikuti beberapa prinsip penting. Beberapa prinsip-prinsip yang perlu mendapatkan perhatian dan menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan relokasi antara lain adalah sebagai berikut:

(1). Pemindahan sukarela (voluntary relocating)

Kegiatan pemindahan atau relokasi ini merupakan kegiatan pemindahan sukarela berdasarkan kesadaran dan kesepakatan bersama untuk mengurangi risiko bencana, khususnya bencana tanah longsor.

(2). Penerima dampak mendapatkan penghidupan yang setara atau lebih baik dari sebelum relokasi.

Dalam hal ini penerima dampak relokasi harus mendapatkan akses sumber daya alam, lahan, rumah dan infrastruktur, paling tidak mempunyai kualitas yang sama sehingga mampu memulihkan, bahkan meningkatkan tingkat pendapatannya dalam periode waktu yang signifikan.

(3). Penerima dampak mendapatkan kompensasi penuh selama proses transisi

Penerima dampak relokasi harus mendapatkan kompensasi, termasuk sejumlah pendapatan yang hilang akibat pemindahan.

(4). Memimalisir kerusakan jaringan sosial dan peluang ekonomi

Sebaiknya lokasi relokasi tidak jauh dari lokasi asal sehingga tidak menimbulkan perubahan yang cukup signifikan bagi siklus kehidupan penerima dampak relokasi, termasuk diantaranya adalah jaringan sosial dan peluang ekonomi.

(5). Memberikan peluang pengembangan bagi penerima dampak

Penerima dampak harus menjadi pihak pertama yang mendapatkan manfaat dari setiap setiap kegiatan relokasi termasuk kegiatan pembangunan dalam rangka relokasi.

(6). Demokratis, partisipatoris, terbuka dan akuntabel serta berkelanjutan

Setiap pelaksanaan kegiatan relokasi dilaksanakan secara demokratis, partisipatoris, terbuka dan akuntabel serta memperhitungkan keberlanjutan kehidupan yang lebih baik.

F. LLookkaassiiSSaassaarraann

(1). Lokasi Sasaran REKOMPAK-JRF

Kriteria penetapan desa/kelurahan sasaran REKOMPAK-JRF adalah sebagai berikut : a. Desa/kelurahan rawan bencana

Desa/kelurahan rawan bencana adalah desa/kelurahan yang di dalamnya terdapat permukiman di lokasi-lokasi dengan karakter yang memenuhi syarat teknis sebagai lokasi rawan bencana longsor serta membutuhkan intervensi penanganan berupa relokasi.

b. Tingkat kerawanan bencana diukur dari:

1) Kondisi fisik lokasi dan tingkat kerawanannya, yang ditentukan dan ditetapkan berdasarkan kajian kawasan.

2) Kondisi permukiman dan tingkat kepadatan penduduk serta ketersediaan prasarana dan sarana pengurangan risiko bencana.

c. Terdapat lembaga lokal masyarakat yang disaratkan oleh REKOMPAK-JRF yakni Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) untuk wilayah P2KP (PNPM Mandiri Perkotaan) atau Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) untuk wilayah PPK (PNPM Mandiri Pedesaan).

(2). Lokasi Sasaran Pendampingan Relokasi

Lokasi sasaran kegiatan pendampingan relokasi adalah seluruh desa/kelurahan sasaran REKOMPAK-JRF yang mempunyai potensi perlunya penanganan kawasan rawan bencana berupa intervensi relokasi.

G

G.. KKoommppoonneennBBaannttuuaann

Bantuan yang akan disiapkan oleh REKOMPAK-JRF dalam mendukung terlaksananya kegiatan pendampingan relokasi adalah sebagai berikut :

(1). Bantuan Dana Lingkungan (BDL)

Bantuan dana lingkungan dapat diperuntukan: a. Pembangunan Prasarana Dasar

REKOMPAK-JRF akan menyiapkan bantuan dana pembangunan infrastruktur di lokasi rawan bencana sesuai usulan masyarakat yang tertuang dalam dokumen RPP dengan mengacu pada hasil kajian serta telah dinyatakan lolos verifikasi yang dilakukan oleh REKOMPAK-JRF. Bantuan dana pembangunan infrastruktur dimaksud menjadi bagian integral dari BDL yang telah disiapkan untuk desa/kelurahan setempat.

b. Kegiatan Relokasi

1) Jika di desa/kelurahan setempat masyarakat bersepakat mengusulkan adanya relokasi maka REKOMPAK-JRF akan menyiapkan paket bantuan dana stimulan untuk pelaksanaan kegiatan relokasi. Mekanisme penyaluran, pengelolaan dan pertanggungjawaban dana bantuan ini mengikuti mekanisme yang diatur oleh REKOMPAK-JRF. Bantuan dana stimulan ini disiapkan di luar paket BDL yang diterima oleh desa setempat dan atau kebijakan yang akan diatur kemudian. Paket bantuan dana stimulan ini diprioritaskan untuk kegiatan pemindahan dan pembangunan rumah warga yang akan direlokasi dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Nilai bantuan stimulan adalah 15 juta per unit rumah dan atau ketetapan besaran nilai bantuan per unitnya tersebut diputuskan melalui mekanisme rembug warga dengan mempertimbangkan jenis rumah awal (permanen batu atau tidak permanen kayu/bambu).

b) Rumah yang akan dibangun di lokasi relokasi memenuhi syarat teknis struktur tahan gempa sebagaimana ketentuan yang berlaku.

c) Warga yang akan direlokasi adalah warga yang secara sukarela bersedia untuk direlokasi dan bersedia berswadaya dengan memanfaatkan material bangunan dari rumah sebelumnya dan atau berswadaya menyiapkan dana tambahan sesuai batas kemampuan masing-masing.

2) Untuk pembangunan sarana prasarana di lokasi relokasi, REKOMPAK-JRF akan menyiapkan bantuan dana sesuai dengan usulan masyarakat yang tertuang dalam dokumen RPP dan telah dinyatakan lolos verifikasi yang dilakukan oleh REKOMPAK-JRF. Bantuan dana pembangunan sarana prasarana di lokasi relokasi menjadi bagian integral dari BDL yang telah disiapkan untuk desa/kelurahan setempat.

(2). Bantuan Teknis

REKOMPAK-JRF akan menyiapkan bantuan pendampingan teknis dalam rangka pengorganisasian dan penguatan kapasitas warga. Kegiatan pendampingan akan dilakukan secara langsung oleh tim fasilitator dalam kendali DMC REKOMPAK-JRF. Tim Fasilitator akan mendampingi desa/kelurahan yang ruang lingkup dampingannya akan ditentukan sesuai kebutuhan.

Selain bantuan yang disiapkan oleh REKOMPAK-JRF sebagaimana di uraikan di atas, masyarakat juga akan mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah daerah dan pemerintah desa/kelurahan setempat berupa:

(3). Penyediaan Lahan Relokasi

Penyediaan lahan relokasi harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Lahan terletak di lokasi yang secara teknis aman dari ancaman bencana, memiliki aksesibilitas sosial, ekonomi dan budaya, memiliki akses terhadap sumber air bersih yang memadai, sehingga memberikan jaminan terhadap peningkatan kesejahteraan kehidupan masyarakat dari kondisi yang sebelum relokasi.

b. Lahan tidak sedang dalam sengketa dan atau berpotensi disengketakan. Memiliki dasar hukum yang jelas sesuai dengan ketentuan, peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

(4). Penyediaan Utilitas Lingkungan

Pemerintah kabupaten/kota setempat akan menyediakan jaringan listrik, air bersih dan telekomunikasi di lokasi permukiman relokasi bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan atau sumber lainnya.

(5). Penyediaan Payung Hukum

Dalam rangka mengatur berbagai ketentuan terkait kegiatan relokasi secara komprehensif, maka pemerintah akan menyiapkan seperangkat aturan yang dituangkan dan ditetapkan baik di dalam peraturan desa (perdes) dan/atau peraturan daerah (perda).

H

H.. LLaannggkkaahh--llaannggkkaahh

Langkah 1

Kajian Kawasan

Pelaksanaan rangkaian kegiatan dan pelaku kajian kawasan ini mengikuti sebagaimana yang tertuang dalam Bab III Pedoman Pendampingan Penanganan Kawasan Rawan Bencana

Longsor.

Adapun keluaran (output) akhir yang paling utama dari kegiatan ini adalah: (1). Rencana tata ruang kawasan rawan bencana longsor

(2). Rencana kerja tindak lanjut penanganan kawasan rawan bencana longsor berdasarkan kesepakatan bentuk intervensi penanganannya.

Langkah 2

Penyusunan Rencana Relokasi

Kegiatan penyusunan rencana relokasi terdiri dari beberapa kegiatan yaitu:

a. Pendataan

TP-KK bersama dengan BKM/TPK melaksanaan pendataan. Pendataan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan segala jenis informasi terkait dengan kegiatan relokasi yang diperlukan untuk menyusun gambaran yang akurat mengenai profil kehidupan penerima dampak relokasi. Data tersebut kemudian menjadi data dasar (baseline data) yang akan digunakan untuk melakukan analisis dan penentuan ukuran kompensasi, kebutuhan rehabilitasi, alokasi biaya dan waktu serta kegiatan monitoring dan evaluasi.

Tujuan

(1) Teridentifikasinya profil kehidupan dan penghidupan penerima dampak relokasi segi sosial, budaya, dan ekonomi

(2) Teridentifikasinya profil fisik dan status penguasaan tempat tinggal asal Keluaran

Data terkait dengan kawasan dan wilayah sekitarnya yang antara lain mencakup: (1) Kependudukan

Hal ini terkait dengan jumlah dan komposisi penerima dampak langsung maupun tidak langsung, termasuk mana yang dikategorikan kelompok rentan dan mana yang tidak rentan dll.

(2) Kondisi sosial, budaya dan ekonomi

Yang perlu didata antara lain terkait dengan mata pencaharian, aset yang dipunyai (yang bersifat produktif maupun tidak produktif), tingkat pendapatan dan pengeluaran (termasuk pengeluaran untuk pelayanan air bersih, listrik dan pajak), organisasi/kelompok sosial dan budaya yang relevan (formal maupun informal), peran

organisasi/kelompok sosial dan budaya, jaringan dan aksesbilitas sosial, budaya dan ekonomi dll.

(3) Kepemilikan lahan

Status kepemilikan lahan merupakan isu penting yang harus didata, khususnya terkait hak, pajak dan warisan. Oleh karena itu juga harus didata mengenai hubungan status kepemilikan dengan kepala keluarga dan gender.

(4) Prasarana dan fasilitas

Kondisi fisik yang dimaksud adalah kondisi rumah, prasarana dan sarana lingkungan permukiman.

(5) Peta-peta

Peta ini diperlukan sebagai peta dasar untuk mendata penggunaan lahan, jaringan pergerakan dan utilitas kawasan, menganalisis kecenderungan perubahan penggunaan lahan dan pola pergerakan. Peta ini paling tidak memiliki tingkat informasi pada skala 1 : 1.000 dan memperlihatkan kondisi topografi (garis-garis kontur). Apabila belum tersedia, harus dilakukan pengukuran dan pemetaan.

(6) Foto-foto

Foto-foto kawasan perencanaan diperlukan untuk memberikan gambaran (ilustrasi) tentang kondisi saat ini yang ada di kawasan perencanaan.

b. Penyusunan Kriteria Penerima Bantuan

Yang dimaksud dengan kriteria penerima bantuan di sini adalah kriteria penerima dampak yang layak (eligible beneficiaries) mendapatkan bantuan. Penyusunan kriteria penerima bantuan ini sangat penting untuk perencanaan kegiatan lebih lanjut, termasuk perhitungan kompensasi dan rehabilitasi kehidupan dan penghidupan serta rentang waktu pemberian bantuan atau kompensasi. Sebelum itu, sebaiknya harus ditetapkan terlebih dahulu mengenai definisi kepala keluarga untuk menghindari perbedaan pendapat dan pemahaman mengenai kepala keluarga.

Dalam melaksanakan kegiatan ini, TP-KK dan BKM/TPK wajib memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan penyusunan kriteria ini dilaksanakan secara demokratis, partispatoris, transparan dan akuntabel.

Tujuan

(1) Warga bersama pemerintah desa/kelurahan dan pemerintah daerah menyepakati definisi mengenai kepala keluarga

(2) Warga bersama pemerintah desa/kelurahan dan pemerintah daerah menyepakati kriteria penerima bantuan

Keluaran

(1). Berita acara kesepakatan definisi kepala keluarga (2). Berita acara kriteria penerima bantuan

c. Penilaian dan Penetapan Calon Penerima Bantuan

Setelah penyusunan kriteria penerima bantuan dilaksanakan maka selanjutnya dilakukan penilaian/verifikasi kelayakan calon penerima bantuan. Penilaian ini dilaksanakan berdasarkan kriteria yang telah disusun, disepakati dan ditetapkan. Dalam melaksanakan kegiatan ini, TP-KK dan BKM/TPK wajib memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan secara demokratis, partisipatoris, transparan dan akuntabel.

Tujuan

(1). Warga bersama pemerintah desa/kelurahan melaksanakan penilaian/verifikasi terhadap calon penerima bantuan berdasarkan kriteria yang telah disepakati

(2). Warga bersama pemerintah desa/kelurahan menyepakati jumlah dan daftar penerima bantuan

Keluaran

(1) Berita acara kesepakatan mengenai jumlah dan daftar penerima bantuan

(2) Surat keputusan mengenai jumlah dan daftar penerima bantuan (jika memungkinkan penetapan ini menggunakan surat keputusan bupati)

d. Penyiapan Kelembagaan dan Payung Hukum

Penyiapan kelembagaan dan payung hukum bagi kegiatan relokasi ini sangatlah penting untuk menjamin pelaksanaan kegiatan relokasi berjalan dengan baik, khususnya pemenuhan prosedur administrasi resmi dan dukungan pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan relokasi. Prosedur administrasi resmi ini antara lain terkait dengan kepemilikan tanah, kepemilikan rumah/hunian, status sosial dll.

Penyiapan kelembagaan dan payung hukum ini diantaranya adalah untuk menjamin hal-hal sebagai berikut:

(1). Terlaksananya penyusunan rencana dan pelaksanaan relokasi (2). Tersedianya biaya kegiatan relokasi

(3). Adanya penilaian, negosiasi dan pembayaran kompensasi

(4). Adanya pemecahan masalah status kepemilikan lahan dan rumah (5). Adanya prosedur yang jelas terkait persetujuan dan perijinan (6). Tersedianya mekanisme dan prosedur koordinasi dan komunikasi (7). Tersedianya prosedur pengaduan masyarakat dan advokasi (8). Tersedianya bantuan teknis

(9). Tersedianya jaminan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana yang akan dibangun

Tujuan

(1) Tersedianya prosedur legal dalam penanganan relokasi

(2) Tersedianya kerangka pembagian peran dan tanggungjawab antar pemangku kepentingan, khususnya warga, pemerintah desa/kelurahan, pemerintah daerah, pemerintah pusat (Kementerian PU), JRF serta pemangku kepentingan lainnya.

(3) Tersedianya perangkat hukum terkait dengan penanganan relokasi Keluaran

(1). Prosedur legal penanganan relokasi (2). Tata peran pelaku

(3). Payung hukum

e. Penyusunan Rencana Pemberian Kompensasi dan Rehabilitasi

Pada dasarnya kegiatan relokasi harus mampu menawarkan rencana detil prosedur dan pengukuran kompensasi, termasuk kompensasi untuk setiap kepala keluarga, komunitas/masyarakat dan pemangku kepentingan lain yang terkena dampak relokasi.

Kompensasi dan rehabilitasi ini dimaksudkan untuk memberikan penggantian dengan nilai yang adil atas hilangnya aset dll sebagai sarana (antara lain) untuk merestorasi kehidupan dan penghidupan, merekonstruksi jaringan sosial dan kompensasi masa transisi. Kegiatan ini juga mencakup pelaksanaan program-program yang mendukung peningkatan standar hidup penerima dampak.

Pelaksanaan pemberian kompensasi dan rehabilitasi ini paling tidak mencakup: (1). Kompensasi atas hilangnya tanah/lahan

(2). Kompensasi atas hilangnya rumah/perumahan (3). Kompensasi atas kehilangan pendapatan

(4). Kompensasi atas hilangnya prasarana dan sarana lingkungan

(5). Program pelatihan-pelatihan (misalnya income generating) dan pengembangan kelembagaan

(6). Prosedur penilaian kompensasi (metodologi, tipe dan tingkat kompensasi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku)

(7). Prosedur negosiasi, penyelesaian sengketa dan arbitrasi

(8). Pilihan-pilihan rencana relokasi berikut dengan rincian risiko yang akan diterima (9). Ukuran-ukuran pencegahan spekulasi tanah

(10). Prosedur identifikasi dan penyiapan tapak relokasi untuk memastikan bahwa rencana lokasi relokasi setara atau lebih baik dari tempat asal

(11). Pengaturan kelembagaan dan payung hukum untuk pengaturan kegiatan sewa menyewa (jika ada), balik nama dan rencana pembiayaanya sehingga penerima bantuan mampu membayar.

(12). Detil rinci dan pilihan-pilihan mengenai perumahan, prasarana dan sarana, pembiayan serta rencana pelaksanaan pembangunan perumahan.

(13). Kerangka pengelolaan hubungan sosial dengan penduduk setempat serta kerangka prosedur pengelolaan konflik yang timbul

Tujuan

(1). Tersedianya instrumen penilaian dan rencana kompensasi.

(2). Tersedianya rencana rehabilitasi (termasuk pilihan-pilihan rancangan site plan, rumah, prasarana dan sarana lingkungan, kerangka kelembagaan dan payung hukum, pembiayaan, pelatihan dll)

(3). Tersedianya prosedur pengelolaan konflik (conflict managament) Keluaran

(1). Instrumen penilaian dan kompensasi (2). Rencana rehabilitasi

(3). Prosedur pengelolaan konflik

Catatan: Pelaksanaan rehabilitasi, khususnya terkait dengan penyusunan rencana penataan

kawasan relokasi, mengikuti rangkaian kegiatan sebagaimana yang tertuang dalam Bab III

Pedoman Pendampingan Penataan Kawasan Rawan Bencana Longsor. f. Penyusunan Dampak Lingkungan dan Sosial

Dampak lingkungan dan sosial yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah dampak lingkungan dan sosial yang muncul karena pelaksanaan kegiatan relokasi itu sendiri.

Lingkup kajian dampak ini mencakup:

(1) Dampak dari program pembangunan perumahan, termasuk dampak kegiatan konstruksi dan dampak jangka panjang dari kegiatan konstruksi, khususnya terkait dengan sumber dan penggunaaan air bersih, sistem jaringan air limbah, drainase dan pengelolaan limbah padat.

(2) Dampak yang timbul terkait dengan penghuni relokasi dan ketersediaan sarana lingkungan setempat (yang sudah ada sebelumnya)

(3) Dampak yang timbul terkait dengan penghuni relokasi dengan penghuni setempat, khususnya bagi yang dikategorikan rentan.

(4) Dampak ketersediaan sumber alam setempat

(5) Isu-isu kesehatan dan keselamatan yang muncul dalam rangka restorasi kehidupan dan penghidupan

Tujuan

(1) Teridentifikasinya kemungkinan dampak-dampak yang timbul selama proses relokasi. (2) Tersedianya skenario pengurangan risiko yang muncul akibat munculnya dampak Keluaran

(1) Dokumen kajian dampak lingkungan dan sosial (2) Rencana pengurangan risiko akibat dampak

Langkah 3 Konsultasi Publik

Maksud dari kegiatan konsultasi publik ini adalah untuk menyampaikan informasi mengenai rencana relokasi yang telah disusun TP-KK kepada khalayak umum, khususnya kepada seluruh warga desa/kelurahan, unsur pemerintahan desa/kelurahan, unsur pemerintahan daerah dan pemangku kepentingan lainnya dan lain-lainnya untuk mendapatkan masukan-masukan bagi penyempurnaan rencana, integrasi rencana serta menggalang komitmen pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam pelaksanaan relokasi.

Tujuan dari kegiatan konsultasi publik adalah sebagai berikut:

(1) Mendapatkan masukan dari berbagai pemangku kepentingan terkait (2) Menyempurnakan rumusan rencana relokasi

(3) Sinkronisasi dan channeling

(4) Menyepakati rencana relokasi sebagai bagian dari rencana tindak pengurangan risiko bencana

(5) Mendorong tersusunnya rancangan peraturan daerah tentang rencana relokasi Sasaran

(1) Pemerintah kabupaten/kota (termasuk dinas terkait) (2) Pemerintah kecamatan

(3) Pemerintahan desa (pemdes dan BPD)

(4) Warga desa setempat, khususnya penerima bantuan (5) Warga desa lain terkait

(6) BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten/Kota (7) Lembaga/unsur perwakilan pelaksana program desa setempat (8) Kelompok peduli kebencanaan

Keluaran

(1) Masukan dari pemangku kepentingan (2) Keterpaduan dan channeling kegiatan (3) Penyepakatan rencana relokasi

(4) Komitmen/pernyataan penyusunan peraturan daerah relokasi

Langkah 4

Penyempurnaan Rencana

Penyempurnaan rencana relokasi merujuk pada hasil konsultasi publik. Tujuan

(1). Menyempurnakan rencana relokasi berdasarkan hasil konsultasi publik

(2). Tersedianya rencana relokasi yang disepakati dan disahkan oleh seluruh pemangku kepentingan setempat

Langkah

(1). Konsolidasi rumusan rencana relokasi dan hasil konsultasi publik (2). Rembug pengesahan rencana relokasi

(3). Penandatanganan rencana oleh masyarakat dan pemerintah daerah Keluaran

Rencana relokasi yang disahkan oleh BKM, Pemdes, BPBD dan Bappeda Kabupaten/kota

Langkah 5

Pelaksanaan Pembangunan

Pembangunan yang dimaksud di sini adalah pelaksanaan pembangunan perumahan dan kawasan/lokasi relokasi. Prosedur pelaksanaan pembangunan ini mengikuti tahapan

sebagaimana yang tertuang dalam Bab IV Pedoman Pendampingan Penanganan Kawasan Rawan Bencana Longsor.

Langkah 6

Monitoring dan Evaluasi

BKM/TPK bersama pemerintah desa/kelurahan dan TP-KK berkewajiban melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan relokasi. TP-KK sebagai penanggung jawab pelaksanaan relokasi berkewajiban melaksanakan monitoring dan evaluasi secara intensif.

Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini TP-KK berkewajiban menyusun laporan secara berkala dan menyampaikannya kepada pemerintah daerah, pemerintah desa dan BKM/TPK.

Tujuan

(1) Tersedia laporan berkala.

(2) Terlaksananya kegiatan relokasi sesuai rencana Keluaran

(1) Laporan Mingguan (2) Laporan Bulanan (3) Laporan Akhir

Lampiran - 2

Dokumen terkait