• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.4 Pelanggaran Maksim Cara

Para kandidat Cagub dan Cawagub melanggar maksim cara dengan memberikan tanggapan yang tidak jelas, bermakna ganda, panjang lebar dan tidak teratur.

Data 13

Panelis IV, Bambang Wijayanto: Pertanyaan pertama:

“Saya ingin mempersoalka isu soal orupsi tadi sudah dikemukakan. Bicara soal korupsi, itu adalah poinnya penyalahgunaan kewenangan. Jawaban dari kandidat selalu normatif dengan mengatakan perlu peningkatan insentif. Itu

bukan masalah yang bisa diselesaikan. Nah, sekarang pertanyaannya adalah ketika akan melakukan pemberantasan korupsi perlu dilakukan kontrol terhadap kekuasaan. Bagaimana sebenarnya kontrol itu bisa dilakukan?”

Fauzi Bowo:

“Dalam visi dan misi yang kami eh…tawarkan dan kami sampaikan kepada rakyat Jakarta, jelas tercantum keinginan kuat dari Priyanto dan Fauzi Bowo untuk membangun suatu, mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik, good governance. Diantara ciri-ciri good governance tersebut transparansi, accountabilitiy, partisipasi dan profesionalisme, ini akan kami jalankan secara konsekwen. Mulai hari pertama di setiap jajaran dan jenjang yang mengambil keputusan”.

Tanggapan Fauzi Bowo pada data (13) ini menggunakan istilah-istilah yang membuat audiens kurang mengerti dengan apa yang ingin disampaikannya. Audiens bukan hanya yang berada dalam acara debat tersebut saja, namun juga dilihat oleh masyarakat yang tidak terlibat dalam acara debat tersebut. Selanjutnya dia ingin menjelaskan suatu istilah dengan mengatakan ‘tata kelola pemerintahan yang baik’ lalu ditambahkannya dengan kata ‘good governance’. Padahal kedua istilah tersebut memiliki makna yang sama. Maka dengan demikian dia telah melanggar maksim cara.

Implikatur yang diperoleh adalah Fauzi ingin menunjukkan kepada pada audiens bahwa dia adalah orang yang pintar karena menguasai istilah-istilah asing.

Pelanggaran maksim cara ini dapat dihindarinya dengan mengatakan, ”Dalam visi dan misi kami, jelas tercantum keinginan kami untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dengan menjalankan pemerintahan secara profesionalisme, transparan, dan konsekwen”.

Data 14

Pertanyaan kedua:

“Apa sektor-sektor strategis yang mesti dikendalikan supaya korupsi di sektor revenue dan di sektor expendijer - expendijer bisa dikendalikan?”

Fauzi Bowo:

“Dalam visi dan misi yang kami eh…tawarkan dan kami sampaikan kepada rakyat Jakarta, jelas tercantum keinginan kuat dari Priyanto dan Fauzi Bowo untuk membangun suatu, mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik, good governance Diantara ciri-ciri good governance tersebut transparansi, accountabilitiy, partisipasi dan profesionalisme, ini akan kami jalankan secara konsekwen. Mulai hari pertama di setiap jajaran dan jenjang yang mengambil keputusan. Kemudian kami akan ikuti dengan keteladanan, ya…keteladanan dan kami akan laksanakan juga kiat-kiat yang diperlukan seperti electronic government, governance. Itu akan kami laksanakan. Sudah kami jalankan dalam bentuk e-probhuman, e-announcement. E-probhuman akan dilaksanakan dalam tiga bulan terakhir ini, dan kemudian e-government akan kita jadikan aturan main baru di DKI Jakarta ke depan”.

Dari data (14) ini Fauzi mencoba menjelaskan secara panjang lebar tentang strateginya untuk mengendalikan korupsi dengan menggunakan istilah-istilah asing. Namun dia tidak menjelaskan sektor-sektor mana saja yang harus dikendalikan. Disini dia melanggar maksim cara dengan menjelaskan secara panjang lebar pada hal- hal yang tidak ditanyakan oleh panelis.

Implikatur yang diperoleh dari pelanggaran maksim ini adalah Fauzi sudah memiliki strategi-strategi untuk mengendalikan korupsi.

Untuk mematuhi maksim ini sebaiknya Fauzi mengatakan,”Ada beberapa sektor strategis yang sebaiknya dikendalikan, contohnya mengenai perencanaan

daerah harus seperti apa pelaksanaannya, bagaimana pelaksanaan penegakan hukum. Dan untuk mendukung transparansi kami melaksanakan electronic governance”. Data 15

Panelis III, Aviliani:

“Kalau kita lihat Jakarta sama dengan masalah nasional kita adalah masalah pengangguran dan kemiskinan. Kita lihat angka pengangguran dan kemiskinan terutama di Jakarta itu mulai juga ada peningkatan. Karena banyak perusahaan yang tutup, ya…Bagaimana seharusnya Jakarta ini bisa meningkatkan investasinya, sehingga para penganggur ini bisa ehh..dioptimalkan?”

Fauzi Bowo:

“Jakarta perlu menonjolkan segi-segi competitivenessnya. Ya…apakah itu? Banyak hal yang perlu kita tingkatkan efisiensinya. Rat thieves harus kita basmi, kemudian perizinan harus kita permudah, dan bench marking yang harus kita gunakan adalah bench marking internasional. Kalau tidak, Jakarta tidak akan bisa compete dengan kota-kota internasional lain di Asia Tenggara, di Asia, dan di dunia khususnya. Segi-segi competitiveness itu harus diawali dari upaya pemerintah daerah menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk itu. Ya…sehingga dengan demikian, sekali lagi tanpa bench marking kita tidak akan berhasil Ya…bukan hanya dengan menggerakkan APBD, tapi kita harus punya political will yang kuat dan harus punya program yang jelas untuk mengundang investasi yang sebagian juga ditentukan oleh iklim investasi nasional yang ada di negara kita ini.”

Pada data (15) di atas Fauzi Bowo berusaha menjelaskan bagaimana investasi itu ditingkatkan sehingga pengangguran dapat berkurang. Namun dalam penjelasannya, beliau tidak menjelaskan secara urut dan teratur sehingga dapat menimbulkan salah persepsi para pemirsa mengenai topik ini. Dengan demikian Fauzi Bowo melanggar maksim cara karena tidak memberikan penjelasan secara urut dan teratur.

Implikatur yang diperoleh dalam pelanggaran maksim ini adalah pemerintah belum menerapkan iklim usaha yang kondusif karena belum menerapkan bench marking.

Untuk menghindari pelanggaran maksim cara ini Fauzi dapat mengatakan, “Untuk meningkatkan investasi di Ibukota Jakarta ini, Pemerintah harus menciptakan iklim usaha yang kondusif. Iklim usaha yang kondusif ini dapat terjadi jika kita membasmi rat thieves, mempermudah perizinan usaha, dan menggunakan bench marking internasional. Dengan demikian Jakarta dapat bersaing dengan kota-kota internasional lainnya di Asia Tenggara”.

Data 16

Selain kandidat cagub dan cawagub yang melanggar prinsip percakapan, para panelis juga melakukan hal yang sama.

Panelis I, Azumardi Azra :

“Dengan melihat masalah Jakarta yang begitu kompleks dan rumit, sangat rumit dan begitu kompleks seperti masyarakatnya, ada kesenjangan sosial yang semakin mencolok di Jakarta, ada rumah-rumah mewah tapi juga semakin banyak eh…komplek atau perumahan-perumahan kumuh, juga ada mall-mall yang semakin luas, semakin gagah, dan pasar-pasar tradisional yang semakin tersisih, dan juga ada mobil-mobil mewah yang seliweran di jalanan, sementara banyak juga kita lihat bajaj yang banyak mengeluarkan asap, emisi. Nah, kira- kira apa yang akan saudara-saudara lakukan, pasangan baik yang pertama maupun yang kedua, untuk mengatasi masalah ini?”

Uraian yang dikemukakan oleh Azumardi Azra pada data (16) sebelum beliau memberikan pertanyaan kepada kandidat cagub dan cawagub sangat panjang dan tidak teratur. Dengan demikian beliau melanggar maksim cara karena

memberikan uraian panjang lebar dan tidak teratur sehingga para kandidat cagub memberikan jawaban yang tidak fokus terhadap inti pertanyaan yang diajukan oleh panelis itu sendiri.

Implikatur yang diperoleh dari pelanggaran maksim cara ini adalah panelis tidak memiliki pertanyaan spesifik untuk diajukan kepada para kandidat calon cagub dan cawagub.

Untuk menghindari terjadinya pelanggaran maksim cara ini sebaiknya panelis Azumardi mengatakan,”Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Jakarta memiliki permasalahan yang begitu kompleks dan rumit, baik itu dari segi sosial masyarakatnya, perekonomian, polusi dan lain sebagainya. Nah, apa yang akan saudara-saudara lakukan untuk mengatasi masalah ini?”

4.1.5 Implikatur Berskala

Implikatur Berskala merupakan skala yang menunjukkan nilai satu layanan barang atau jasa. Suatu informasi selalu disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai. Pada penelitian ini juga terdapat beberapa implikatur berskala pada saat memberikan tanggapan. Pilihan atau pernyataan skala tertentu terhadap suatu fenomena merupakan nilai negatif atau pengingkaran terhadap nilai tinggi atau rendah dalam debat ini. Dengan demikian berimplikasi pengingkaran atau tandingan negatif terhadap nilai itu. Seperti dalam data berikut.

A. Skala Kuantitas

Dokumen terkait