• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Pelanggaran Maksim Kualitas

Maksim kualitas menyatakan cobalah untuk membuat suatu informasi yang benar, yaitu (1) jangan mengatakan sesuatu yang Anda yakini salah, (2) jangan mengatakan sesuatu jika Anda tidak memiliki bukti yang memadai. Pada acara debat kandidat calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta pelanggaran maksim kualitas ini muncul.

Data 1

Panelis 1, Azumardi Azra :

“Pertama, saya ingin mengucapkan selamat atas kedua pasangan Cagub dan Cawagub ini dan saya ingin memulai, eh….diskusi kita, perdebatan kita pada malam hari ini. Dengan melihat masalah Jakarta yang begitu kompleks dan rumit, sangat rumit dan begitu kompleks seperti masyarakatnya, ada kesenjangan sosial yang semakin mencolok di Jakarta, ada rumah-rumah mewah tapi juga semakin banyak eh…komplek atau perumahan-perumahan kumuh, juga ada mall-mall yang semakin luas, semakin gagah, dan pasar-pasar tradisional yang semakin tersisih, dan juga ada mobil-mobil mewah yang seliweran di jalanan, sementara banyak juga kita lihat bajaj yang banyak mengeluarkan asap, emisi. Nah, kira-kira apa yang akan saudara-saudara lakukan, pasangan baik yang pertama maupun yang kedua, untuk mengatasi masalah ini? Saya harapkan tentu saja jawabannya tidak normatif dan tidak retorik, tapi kita harapkan jawaban yang spesifik untuk berbagai masalah seperti itu. Terimakasih”.

Kandidat Cagub II, Fauzi Bowo :

“Kemajemukan sudah sejak awal merupakan ciri karakter kota Jakarta yang kita cintai ini. Oleh karena itu, kami secara spesifik berangkat dari kemajemukan yang ada. Kami punya visi membangun Jakarta yang nyaman dan sejahtera untuk semua, bukan untuk sebagian. Kita jadikan kemajemukan ini asset untuk berangkat mensejahterakan warga Jakarta. Tidak ada pilihan lain, saya dan Pak Pri bertekad untuk mulai bekerja keras, mulai dari saat hari pertama, seandainya Tuhan mengijinkan kami untuk memerintah Jakarta. Ibu Bapak yang terhormat, saya hormati apa yang disampaikan tadi, tapi saya kenal Jakarta, saya tahu masalahnya, dan saya tahu juga solusinya. Untuk itulah kami berdua akan bekerja keras. Solusi ada di tangan kami”.

Dari data (1) Fauzi Bowo memberikan tanggapan bahwa dia telah mengetahui program apa saja yang harus mereka lakukan jika kelak mereka terpilih sebagai gubernur. Fauzi melanggar maksim kualitas yang kedua yaitu jangan mengatakan sesuatu jika tidak memiliki bukti yang memadai.

Implikatur yang diperoleh adalah dia seorang yang merasa lebih mengetahui persoalan Jakarta yang kompleks daripada kandidat calon gubernur lainnya. Hal ini mengakibatkan pemirsa televisi berasumsi Fauzi Bowo seorang yang sombong, terlalu percaya diri bahwa hanya dialah satu-satunya orang yang paling dekat dengan rakyat Jakarta.

Sebaiknya Fauzi memberikan tanggapan yang lebih bijaksana dan memberikan fakta-fakta yang menunjukkan kalau dia memang mengetahui apa yang seharusnya dilakukan untuk mengatasi masalah Jakarta yang sangat kompleks, seperti berikut. ”Saya sudah lama tinggal di Jakarta ini dan telah lama pula berkecimpung dalam persoalan masyarakat yang majemuk ini”. Dia juga harus menyebutkan apa yang menjadi masalah pokok di Jakarta, dan juga apa solusinya.

Data 2

Panelis IV, Bambang Wijayanto:

“Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Saya ingin mempersoalkan isu soal korupsi tadi sudah dikemukakan. Bicara soal korupsi, itu adalah poinnya penyalahgunaan kewenangan. sekarang pertanyaannya adalah ketika akan melakukan pemberantasan korupsi perlu dilakukan kontrol terhadap kekuasaan. Bagaimana sebenarnya kontrol itu bisa dilakukan? Apa sektor- sektor strategis yang mesti dikendalikan supaya korupsi di sektor revenue dan di sektor expendijer - expendijer bisa dikendalikan?”

Kandidat Cagub I, Adang Darajatun:

“Kalau berbicara korupsi tidak akan lepas pada hal yang paling mendasar. Satu, bagaimana membangun moral, bagaimana kita melakukan eh…kesejahteraan yang baik, pengawasan melekat dan penegakan hukum. Kalau tadi ditanyakan tentang sektor-sektor strategis, saya lebih melihat bagaimana struktur di DKI. Kita lihat saja yang pasti kalau berbicara moral, bagaimana tentang personil- personil di bidang pembinaan personilnya”.

Pada data (2) Adang memberikan tanggapan yang melanggar maksim kualitas. Maksim kualitas menyatakan untuk tidak mengatakan sesuatu hal jika tidak memiliki bukti yang memadai. Dalam pernyataannya tersebut belum terlihat kalau pasangan ini memiliki suatu fakta tentang sektor-sektor strategis yang terdapat di Jakarta dan bagaimana personil-personilnya dalam menjalankan tugasnya, namun beliau sangat yakin dapat memperbaiki tentang hal tersebut. Hal ini berdampak argumen-argumen yang diberikan tidak meyakinkan para panelis maupun pemirsa televisi.

Implikatur yang diperoleh adalah Adang belum menguasai bidang pemerintahan struktural sehingga hal ini dapat berdampak berkurangnya kepercayaan masyarakat Jakarta untuk memilih pasangan ini.

Adang dapat mematuhi maksim kualitas apabila beliau mengatakan, ”Kontrol itu bisa dilakukan dengan beberapa cara. Yang pertama, pembinaan moral para personil pemerintahan yang dimulai dari pimpinan itu sendiri. Yang kedua, apresiasi bagi para personil yang menjalankan tugas baik itu dalam bentuk insentif atau lainnya, dst. Dan yang paling penting adalah pembinaan moral. Karena bagaimanapun juga moral merupakan satu hal yang paling penting dalam mengemban amanah suatu jabatan”.

Data 3

Panelis IV, Bambang Wijayanto:

“Saya ingin mempersoalkan isu soal korupsi tadi sudah dikemukakan. Bicara soal korupsi, itu adalah poinnya penyalahgunaan kewenangan. Jawaban dari kandidat selalu normatif dengan mengatakan perlu peningkatan insentif. Itu

bukan masalah yang bisa diselesaikan. Nah, sekarang pertanyaannya adalah ketika akan melakukan pemberantasan korupsi perlu dilakukan kontrol terhadap kekuasaan. Bagaimana sebenarnya kontrol itu bisa dilakukan? Apa sektor- sektor strategis yang mesti dikendalikan supaya korupsi di sektor revenue dan di sektor expendijer - expendijer bisa dikendalikan?” Jawaban dari kandidat selalu normatif dengan mengatakan perlu peningkatan insentif. Itu bukan masalah yang bisa diselesaikan”.

Kandidat Cawagub I, Dani Anwar:

“Mas Bambang, kita eh..kandidat telah melakukan MoU dengan beberapa LSM yang kaitannya dengan komitmen untuk tidak melakukan korupsi. Dan itu sebagai perwujudan keseriusan kami berdua bagaimana kita bisa setidaknya mengeliminer persoalan korupsi yang ada di Jakarta. Tadi sudah dikemukakan oleh Pak Adang Darajatun yang kita banggakan bahwasanya kita berdua ini adalah orang baru yang ada di Pemda DKI. Tentunya dengan kondisi orang baru itu mudah-mudahan dengan ketauladanan yang kami bisa berikan ke depan akan mengerem setidak-tidaknya persoalan-persoalan yang terjadi di Pemda DKI Jakarta dan itu sudah menjadi rahasia umum bagi masyarakat Jadi insyaAllah mudah-mudahan dengan keseriusan kita berdua ini mudah-mudahan kita bisa menyelesaikan masalah ini.”

Dari data (3) ini tanggapan dari Dani Anwar juga melanggar maksim kualitas karena karena dia tidak memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh panelis. Sebagai seorang cawagub dia sebaiknya memberikan pernyataan yang lebih meyakinkan panelis dan pemirsa televisi untuk mendukung tanggapan yang telah diberikan oleh cagubnya yakni Adang Darajatun. Dengan demikian mengakibatkan kedua pasangan calon tidak kelihatan serasi, padahal dalam menjalankan pemerintahan seorang gubernur harus memiliki komunikasi yang baik dengan wakilnya.

Implikatur yang diperoleh adalah Dani juga belum mengetahui secara pasti hal apa yang akan mereka lakukan untuk memberantas korupsi seandainya mereka terpilih sebagai cagub dan cawagub DKI Jakarta.

Untuk mematuhi maksim kualitas sebaiknya Dani mengatakan,”Kami memiliki keinginan yang kuat untuk mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik. Untuk itu maka diperlukan akuntabilitas dan transparansi dalam menjalankan pemerintahan, sehingga tercipta pemerintahan yang bersih dan berkualitas. Hal ini dapat terwujud jika pimpinan dan personil-personilnya saling bekerja keras dan memiliki keinginan yang kuat untuk menciptakan pemerintahan yang bersih, adil dan bijaksana”.

Data 4

Panelis III, Aviliani:

”Selamat malam kedua pasangan calon. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Iya, kita lihat angka pengangguran dan kemiskinan terutama di Jakarta itu mulai juga ada peningkatan. Karena banyak perusahaan yang tutup,, ya…. Oleh karena itu, kalau kita melihat eh…harusnya bagaimana Jakarta ini bisa meningkatkan investasi, sehingga para penganggur ini bisa eh..dioptimalkan”.

Kandidat Cawagub II, Dani Anwar:

”Kaitannya dengan menciptakan iklim investasi yang baik, saya kira memang diperlukan satu keberanian. Dari seorang kepala daerah di DKI Jakarta ini yang bisa melakukan terobosan-terobosan dan pembenahan-pembenahan terhadap iklim investasi yang ada di Jakarta ini”.

Tanggapan Dani dari data (4) ini melanggar maksim kualitas, karena Dani belum memiliki bukti yang memadai untuk memperkuat argument atau uraian yang diberikannya. Maksim kualitas menyatakan untuk tidak mengatakan sesuatu jika

belum memiliki bukti yang memadai. Dalam hal ini Dani tidak menjawab secara jelas bagaimana iklim investasi di Jakarta bisa ditingkatkan. Hal ini mengakibatkan program kerja yang ditawarkan oleh pasangan kandidat calon ini belum tergambar dengan jelas.

Implikatur yang diperoleh adalah Dani Anwar belum begitu mengetahui strategi yang tepat untuk meningkatkan investasi di Jakarta.

Sebaiknya Dani mengatakan,”Salah satu cara untuk meningkatkan investasi baik dari dalam maupun luar negeri adalah memberlakukan peraturan daerah yang kondusif untuk berinvestasi yang dibarengi dengan infrastruktur yang mendukung, selain adanya stabilitas keamanan negara kita, sehingga investor-investor dalam maupun luar negeri tertarik untuk menanamkan modalnya”.

Dokumen terkait