• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAYANAN KESEHATAN

Dalam dokumen PROFIL KESEHATAN KABUPATEN DOMPU TAHUN 2012 (Halaman 58-91)

keadaan tersebut telah dilakukan berbagai upaya kesehatan masyarakat seperti yang diuraikan di bawah ini :

A. PELAYANAN KESEHATAN

Upaya pelayanan kesehatan merupakan langkah penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4)

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan (SPK). Sedangkan tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.

Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi penimbangan berat badan, pengukurun tinggi badan, tekanan darah, nilai satus gizi (pengukuran lingkar lengan atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), screening status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, serta temu wicara (konseling), termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) dan KB pasca persalinan.

Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan yaitu : minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan

| 46

46| ProfilKesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2012

B A B I V

ketiga. Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1&K4 yang dihitung dengan membagi jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal pertama kali oleh nakes (perhitungan indikator K1) atau jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu (untuk penghitungan indikator K4) dengan jumlah sasaran ibu hamil yang ada di wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun.

Grafik di atas memperlihatkan cakupan K-1 dan K-4 selama lima tahun terakhir selalu mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2012 yang mengalami penurunan. Pada Tahun 2008 cakupan K-1 sebesar 85,31% dan K4 sebesar 77,46%. Tahun 2009 cakupan K1 dan K4 mulai meningkat, K1 sebesar 87,15% dan K4 sebesar 81,20%. Begitu pula pada tahun 2010 dan

Grafik 4.1

| 47

47| ProfilKesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2012

B A B I V

2011 cakupan K1 dan K4 semakin meningkat. K1 dan K4 tahun 2010 sebesar 99,11% dan 94,46%, K1 dan K4 tahun 2011 sebesar 101,09% dan 93,20%. Pada tahun 2012 cakupan K1 dan K4 mengalami penurunan menjadi 95,06% untuk K1 dan 83,91 % untuk K4. Gambaran yang diperoleh dari cakupan K-1 dan K-4 pada tahun 2008 s/d 2012, terlihat bahwa di setiap tahunnya cakupan K-4 selalu lebih rendah daripada cakupan K-1. Hal ini perlu dicermati, karena menurunnya capaian K-4 mengindikasikan tingginya ibu hamil yang Drop

Out (DO) dimana hal tersebut akan berdampak pada capaian persalinan oleh

tenaga kesehatan. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan cakupan K-4 antara lain melakukan penyuluhan tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan terutama pada saat umur kehamilan masuk pada trimester ke-3 serta tentang bahaya yang dapat ditimbulkan apabila ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan. Apabila ibu hamil tidak memeriksakan kehamilan secara rutin maka ibu hamil yang memiliki resiko atau komplikasi tidak dapat diketahui lebih awal sehingga dapat berakibat fatal dan membahayakan keselamatan ibu dan janin yang di kandung. Selain itu bidan desa diharapkan melakukan kunjungan terhadap ibu hamil yang ada di wilayahnya secara berkesinambungan di luar jadwal posyandu yang telah di tetapkan sehingga cakupan K-4 dapat terus ditingkatkan dan angka persalinan oleh dukun dapat ditekan seminimal mungkin karena bidan desa telah memiliki data yang lengkap tentang ibu hamil yang akan segera bersalin. Upaya lain yang bisa dilakukan adalah dengan menempatkan tenaga bidan di semua desa yang dilengkapi dengan kendaraan operasional, sarana Poskesdes yang memadai yang dilengkapi dengan Listrik dan Sarana Air Bersih (SAB) serta ditunjang dengan peralatan persalinan yang lengkap.

| 48

48| ProfilKesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2012

B A B I V

2. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pertolongan persalinan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan baik diinstitusi pelayanan kesehatan maupun dirumah.

Pada grafik 4.2 di bawah ini memperlihatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sejak tahun 2008 s/d 2012 dimana capaiannya bervariasi disetiap tahunnya.

Grafik 4.2

Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kabupaten Dompu 2013

Grafik di atas menunjukan bahwa cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Dompu sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 sangat tidak stabil. Pada tahun 2008 cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah 82,82 %, kemudian menurun pada tahun 2009 menjadi 70,95%, pada tahun 2010 cakupan kembali meningkat mencapai 90,04%, tahun 2011 cakupan menurun menjadi 89,01% dan pada tahun 2012 cakupan

| 49

49| ProfilKesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2012

B A B I V

persalinan oleh tenaga kesehatan kembali meningkat menjadi 90,07 %. Capaian ini sudah mencapai target SPM, dimana target SPM untuk cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi adalah 90%. Faktor yang menjadi penyebab ketidakstabilan cakupan persalinan oleh nakes di lima tahun terakhir antara lain dikarenakan tingginya angka Drop Out kunjungan bumil pada trimester 3 (K-4), belum adanya suatu kesepakatan atau komitmen tertulis dengan mitra kerja seperti pihak Rumah Sakit dan Bidan praktek swasta tentang pencatatan dan pelaporan persalinan, Kualitas ANC yang dilakukan oleh bidan belum memenuhi standar yaitu 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, 2 kali pada triwulan ketiga (ANC minimal dilakukan 4 kali selama kehamilan) dan kantong persalinan yang ada (berisi data tentang ibu hamil yang akan bersalin) belum dimanfaatkan secara maksimal.

Langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah dengan menjalin kemitraan dengan Dukun dan Kader, memantapkan operasional Desa Siaga dan Keluarga Siaga dengan menerapkan lima jejaring dan menandai dengan STIKER P4K pada setiap rumah ibu hamil, menganjurkan untuk mengikuti Program KB dan melakukan penyuluhan yang terus menerus tentang pentingnya proses persalinan yang sehat.

Namun demikian, di beberapa Puskesmas cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan telah mampu mencapai target. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat dibeberapa wilayah di Kabupaten Dompu sudah cukup tinggi dalam mempercayakan pelayanan persalinan pada Tenaga Kesehatan. Gambaran tentang cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada masing-masing Puskesmas tahun 2012 dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

| 50

50| ProfilKesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2012

B A B I V

Grafik 4.3

Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kabupaten Dompu 2013

Berdasarkan grafik 4.3 di atas, terlihat bahwa cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas Soriutu adalah 100,60%, Kilo 97,93%, Rasabou 96,12%, dan Kempo 94,28%. Puskesmas-puskesmas tersebut telah melebihi target persalinan oleh tenaga kesehatan yang ditetapkan yaitu 90%. Sedangkan yang belum mencapai target adalah Puskesmas Dompu Kota 89,27%, Dompu Timur 88,91% , Ranggo 87,38% Calabai 86,17% dan terendah Puskesmas Dompu Barat 83,12%. Hal ini harus menjadi tugas dan tanggung jawab bagi bidan dan seluruh petugas kesehatan serta masyarakat untuk melakukan upaya-upaya dalam meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan.

| 51

51| ProfilKesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2012

B A B I V

2. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu :

a. Kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari;

b. Kunjungan nifas kedua (KF2) dilakukan dalam kurun waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 setelah persalinan;

c. Kunjungan nifas ketiga (KF3) dilakukan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 setelah persalinan.

Masa nifas adalah masa yang sangat rawan bagi seorang ibu pasca persalinan. Ibu nifas paling sedikit mendapatkan 4 kali pelayanan kesehatan selama masa nifas, ini dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah-masalah yang terjadi seperti pendarahan, infeksi dll.

Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya hal tersebut maka harus dilakukan perawatan secara komprehensif pasca persalinan melalui kunjungan rumah pada ibu bersalin oleh tenaga kesehatan yang terampil. Pelayanan ibu nifas meliputi 1) pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan tinggi fundus uteri; 3) pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervagina lainnya; 4) pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan; 5) pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali; 6) pelayanan KB pasca persalinan.

| 52

52| ProfilKesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2012

B A B I V

Cakupan pelayanan ibu nifas di Kabupaten Dompu pada tahun 2008 s/d 2012 dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 4.4

Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kabupaten Dompu 2013

Dari grafik di atas terlihat bahwa cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2008 s/d 2012 sangat tidak stabil. Tahun 2008 capaiannya adalah 79,95%, tahun 2009 cakupannya menurun menjadi 77,85%. Pada tahun 2010 meningkat mencapai 94,05%, pada tahun 2011 kembali meningkat menjadi 96,51%, namun kembali menurun pada tahun 2012 menjadi 88,80%. Dengan pencapaian cakupan yang menurun pada tahun 2012, petugas kesehatan di harapkan dapat terus meningkatkan pemberian pelayanan nifas yang sesuai standar. Dalam mendukung hal tersebut, pencatatan dan pelaporan tentang ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas harus lengkap, dengan begitu seluruh ibu nifas yang ada mendapatkan pelayanan nifas dari petugas kesehatan.

| 53

53| ProfilKesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2012

B A B I V

3. Imunisasi dan Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe) pada ibu hamil

Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut Clostridium Tetani. Tetanus juga bisa menyerang pada bayi baru lahir (Tetanus Neonatorum) pada saat persalinan dan perawatan tali pusat. Tetanus merupakan salah satu penyebab kematian bayi di Indonesia.

Masih banyak calon ibu dimasyarakat terutama yang tinggal di daerah-daerah terpencil berada dalam kondisi yang bisa disebut masih jauh dari kondisi steril saat persalinan. Hal inilah yang dapat menimbulkan resiko ibu ataupun bayinya terkena tetanus.

Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap masalah gizi, terutama anemia gizi besi. Anemia Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb. Di Indonesia sebagian besar anemia disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut anemia kekurangan zat besi atau anemia gizi besi.

Cakupan imunisasi dan pemberian tablet Fe pada ibu hamil di Kabupaten Dompu selama rentang waktu dari tahun 2008 s/d 2012 dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 4.5

| 54

54| ProfilKesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2012

B A B I V

Dari grafik di atas terlihat cakupan TTIH 1 dan TTIH 2 tahun 2008 s/d 2012 cenderung menurun. Pada tahun 2008 tidak ada data yang tercatat tentang cakupan imunisasi TTIH 1 dan TTIH 2, tahun 2009 adalah 84,19% dan 84,77%, tahun 2010 meningkat sebesar 109,14% dan 105,50%, tahun 2011 menurun menjadi 100,59 % dan 93,58% kemudian pada tahun 2012 cakupan kembali menurun menjadi 94,01% dan 84,34%. Hal yang sama terjadi pada cakupan pemberian tablet Fe, dimana cakupannya sangat tidak stabil. Pada tahun 2008 cakupan pemberian Fe 1 dan Fe 3 adalah 82,98% dan 75,15%, tahun 2009 meningkat sebesar 96,37% dan 82,76 %, tahun 2010 kembali menurun menjadi 93,96% dan 96,14%, tahun 2011 meningkat sebesar 100,7% dan 93,2% kemudian kembali menurun pada tahun 2012 menjadi 95,06% dan 83,91%..

Cakupan pemberian imunisasi TT dan tablet Fe pada ibu hamil terkait erat dengan cakupan Antenatal Care (ANC/Kunjungan Bumil). Pada tahun 2012 cakupan K4 pada ibu hamil sebesar 83,91%, sementara cakupan TT2 84,34% dan cakupan Fe3 83,91%. Untuk cakupan pemberian tablet Fe3 sudah sesuai dengan cakupan K4, sementara untuk cakupan TT2 sebesar 84,34%, sedikit lebih besar dari cakupan K4. Faktor yang diduga menyebabkan hal tersebut adalah belum optimalnya koordinasi sistem pencatatan dan pelaporan antar program yang terkait.

Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dan maternal adalah 1) pertolongan persalinan yang aman dan bersih ; 2) cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata; dan 3) penyelenggaraan surveilans. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian tablet Fe pada ibu hamil adalah kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe. Walaupun dari pencatatan dan pelaporan cakupan ibu hami yang mendapat tablet Fe cukup baik, namun jika tidak dikonsumsi oleh ibu hamil maka efek ataupun manfaat meminum tablet Fe sesuai yang diharapkan tidak akan tercapai.

| 55

55| ProfilKesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2012

B A B I V

4. Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Neonatus

Komplikasi kebidanan adalah keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Komplikasi kebidanan antara lain ketuban pecah dini, perdarahan per vagina, hipertensi pada saat kehamilan, ancaman persalinan prematur, infeksi berat pada kehamilan, distosia (persalinan macet, persalinan tidak maju) dan infeksi masa nifas. Sedangkan neonatal komplikasi meliputi asfeksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan dan kelainan neonatal.

Grafik di bawah ini memperlihatkan cakupan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatal di kabupaten Dompu pada tahun 2008 s/d 2012.

Grafik 4.6

Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kabupaten Dompu 2013

Cakupan penanganan bumil komplikasi pada tahun 2008 s/d 2012 cenderung meningkat. Pada tahun 2008 tidak ada data yang tercatat tentang ibu hamil dengan komplikasi yang di tangani, pada tahun 2009 ibu hamil

| 56

56| ProfilKesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2012

B A B I V

komplikasi yang ditangani adalah 50,12%, tahun 2010 mulai meningkat menjadi 81,34%, tahun 2011 meningkat mencapai 97,81% dan pada tahun 2012 telah mencapai 100% dan pencapaian tersebut telah melebihi target SPM yang ditetapkan pada tahun 2012 yaitu 82%. Hal ini didukung oleh adanya Puskesmas yang mampu memberikan pelayanan Penanganan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Sedangkan cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani dalam rentang waktu tersebut semakin merosot tajam. Tahun 2008 cakupannya cukup baik yaitu 95,30%, namun pada tahun 2009 mulai terjadi penurunan menjadi 81,68%, pada tahun 2010 menurun menjadi 27,42%, tahun 2011 sebesar 29,69% dan pada tahun 2012 cakupannya sebesar 34,64%. Angka tersebut masih jauh dari target SPM tahun 2011, dimana target untuk penanganan neonatal dengan komplikasi adalah 82%. Rendahnya penanganan neonatal komplikasi ini perlu mendapat perhatian lebih karena langkah ini merupakan salah satu strategi untuk menurunkan angka kematian bayi. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan cakupan penanganan neonatal komplikasi antara lain meningkatkan kualitas tenaga medis (bidan,dokter,perawat) khususnya dalam penanganan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal, mempersiapkan fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi standar, menyediakan peralatan kesehatan yang memadai dan meningkatkan pelayanan kesehatan rujukan. Selain itu, hal lain yang menyebabkan rendahnya pencapaian neonatal dengan komplikasi yang ditangani adalah karena sasaran neonatal komplikasi menggunakan data estimasi yaitu 15% dari bayi lahir hidup, sehingga ada kemungkinan neonatal komplikasi yang ada jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan sasaran yang sudah di estimasi.

| 57

57| ProfilKesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2012

B A B I V

5. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi, Anak Balita dan Ibu Nifas

Tujuan pemberian kapsul vitamin A pada balita adalah untuk menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A. Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan serta meningkatkan daya tahan tubuh. Anak-anak yang mendapat cukup vitamin A, apabila terserang diare, campak atau infeksi lainnya, maka penyakit tersebut tidak mudah menjadi parah, sehingga tidak membahayakan jiwa anak.

Sasaran pemberian vitamin A dosis tinggi adalah bayi (umur 6-11 bulan) diberikan kapsul vitamin A 100.000 SI (kapsul biru), Anak balita (umur 1-4 tahun) diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI (kapsul merah) dan Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI.

Cakupan pemberian vitamin A pada Bayi, Anak Balita dan Ibu nifas di Kabupaten Dompu tahun 2012 dapat dilihat pada grafik 4.7 berikut ini :

Grafik 4.7

| 58

58| ProfilKesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2012

B A B I V

Cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas dan anak balita tahun 2012 sudah mencapai lebih dari 80%. Pemberian vitamin A pada ibu nifas 89,50% dan pada anak balita 80,09%, sedangkan pada bayi cakupannya masih rendah yaitu hanya 60,30% sehingga masih perlu dilakukan penyuluhan secara terus menerus tentang pentingnya pemberian vitamin A bagi bayi, sehingga ibu yang memiliki bayi dapat memahami dan menyadari serta mau untuk memberikan vitamin A pada bayi.

6. Persentase Peserta KB Aktif dan KB Baru menurut Jenis Kontrasepsi

Usia subur seorang wanita biasanya antara 15 s/d 49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur atau menjarangkan kelahiran, wanita atau pasangan diprioritaskan untuk menggunakan alat/metode KB.

Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang menggunakan alat/metode kontrasepsi (KB aktif), cakupan peserta KB yang baru menggunakan alat/metode kontrasepsi, tempat pelayanan KB dan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor.

Persentase peserta KB aktif dan KB baru menurut jenis kontrasepsi yang ada di Kabupaten Dompu pada tahun 2012 dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

| 59

59| ProfilKesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2012

B A B I V

Grafik 4.8

Sumber : Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Dompu 2013

Berdasarkan grafik 4.8 di atas terlihat bahwa persentase jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan baik pada KB aktif maupun KB baru adalah suntik yaitu pada KB aktif sebesar 43,89% dan KB baru sebesar 52,02%. Selanjutnya adalah jenis implant, pada KB aktif sebesar 22,12% dan KB baru sebesar 19,07%. Kemudian yang memilih menggunakan jenis pil sebesar 11,86% pada KB aktif dan 12,37% pada KB baru, IUD 13,13% pada KB aktif dan 5,79% pada KB baru, kondom 5,41% pada KB aktif dan 9,63% pada KB baru, MOP 0,12% pada KB aktif dan 0,24% pada KB baru terakhir MOW 3,47% pada KB aktif dan 0,88% pada KB baru.

Berdasarkan jenis kelamin, metode kontrasepsi yang digunakan oleh peserta laki-laki adalah MOP dan kondom. Sedangkan metode kontrasepsi yang digunakan oleh perempuan adalah suntik, pil, IUD, implant dan MOW. Berdasarkan data di atas, sebagian besar pesera KB aktif ataupun KB baru adalah perempuan, sedangkan pada laki-laki persentase yang menggunakan

| 60

60| ProfilKesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2012

B A B I V

metode kontrasepsi masih sangat sedikit. Untuk itu perlu dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan partisipasi laki-laki terhadap penggunaan metode/alat kontrasepsi.

7. Cakupan Kunjungan Neonatus dan Kunjungan Bayi

Neonatus atau bayi baru lahir (0-28 hari) merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir.

Pelayanan pada kunjungan neonatus sesuai standar mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM) yang meliputi pemeriksaan tanda vital, konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI ekskusif, injeksi Vit K1, imunisasi jika belum diberikan saat lahir,

penanganan dan rujukan kasus serta penyuluhan perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA.

Pelayanan kesehatan bayi ( kunjungan bayi ) adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat) minimal 4 kali dalam setahun yaitu 1 kali pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan dan 1 kali pada umur 9-11 bulan.

Pelayanan kesehatan yang diberikan pada bayi meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4 dan Campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan tentang perawatan kesehatan bayi.

| 61

61| ProfilKesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2012

B A B I V

Cakupan kunjungan neonatus dan cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Dompu pada tahun 2008 s/d 2012 dapat di lihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 4.9

Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kabupaten Dompu 2013

Cakupan kunjungan neonatal maupun kunjungan bayi dari tahun ke tahun cenderung meningkat, kecuali pada tahun 2009 terjadi sedikit penurunan. Cakupan kunjungan neonatal pada tahun 2008 83,49%, agak menurun pada tahun 2009 menjadi 71,41%, tahun 2010 mulai meningkat menjadi 93,18%, tahun 2011 mencapai 97,38% dan pada tahun 2012 agak menurun menjadi 94,04%. Sedangkan kunjungan bayi pada tahun 2008 cukup tinggi yaitu 97,63%, kembali menurun pada tahun 2009 menjadi 85,45%, kemudian meningkat pada tahun 2010 menjadi 95,03%, pada tahun 2011 meningkat sangat tajam menjadi 126,92% dan pada tahun 2012 sedikit menurun menjadi 94,54%.

| 62

62| ProfilKesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2012

B A B I V

8. Persentase Cakupan Imunisasi Bayi dan Cakupan Desa/Kelurahan “Universal Child Immunization” (UCI)

Bayi dan anak-anak memiliki resiko yang lebih tinggi terserang penyakit menular yang dapat mengancam keselamatan anak seperti Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang selaput otak, radang paru-paru dan masih banyak penyakit lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko ini terlindungi adalah melalui imunisasi.

Program imunisasi dasar lengkap pada bayi yang dicanangkan oleh pemerintah meliputi 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 4 dosis Hepatitis B dan 1 dosis Campak.

Indikator yang dipakai untuk melihat keberhasilan cakupan imunisasi lengkap pada bayi adalah cakupan imunisasi DPT Combo-1 (DPT-HB1) , DPT Combo-3 (DPT-HB3), Polio 3, dan Campak. Adapun hasil kegiatan imunisasi pada bayi yang dilakukan di setiap puskesmas se Kabupaten Dompu pada tahun 2012 dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 4.10

| 63

63| ProfilKesehatan Kabupaten Dompu Tahun 2012

B A B I V

Dari grafik di atas terlihat cakupan imunisasi DPT-HB 1 sebesar 97,58%, DPT-HB 3 menurun menjadi 91,31%, Campak 89,25%, BCG 92,07% dan Polio 3 sebesar 93,94%.

Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proporsi terhadap cakupan atas imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan). Desa/kelurahan UCI merupakan gambaran Desa/Kelurahan dengan ≥ 80% jumlah bayi yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Gambaran tentang capaian desa/kelurahan UCI di Kabupaten Dompu pada tahun 2008 s/d 2012 dapat dilihat pada grafik 4.11 di bawah ini :

Grafik 4.11

Sumber : Bidang P2PL Dinkes Kabupaten Dompu 2013

Dalam dokumen PROFIL KESEHATAN KABUPATEN DOMPU TAHUN 2012 (Halaman 58-91)

Dokumen terkait