• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 2.5 Mineral Oksida

2.4.5.2 Peleburan Konsentrat Tembaga

PT Smelting company merupakan sebuah konsorsium yang terdiri dari beberapa perusahaan yaitu Mitsubishi Material Corporation, PT Freeport Indonesia Company, Mitsubishi Corporation dan Nippon Mining and Metals. Pabrik tersebut mampu mengolah 656.000 ton/tahun konsentrat tembaga untuk menghasilkan 200.000 ton/tahun katoda tembaga. Bahan baku lain yang dibutuhkan adalah 98.000 ton/tahun pasir silika, 43.000 ton/tahun batukapur dan 23.000 ton/tahun batubara serta oksigen kaya berkadar sekitar 50% (enriched oxygen).

Secara garis besar proses yang terdapat di PT Smelting Gresik terdiri dari beberapa tahap yaitu smelting dan refining (Gambar 2.14). Proses smelting untuk menghasilkan katoda tembaga menggunakan tiga rangkaian tungku secara berurutan dan kontinu yaitu smelting furnace (S-Furnace), slag cleaning furnace (CL-furnace) dan converting furnace (C-furnace). Pada tungku smelting dihasilkan matte dengan kandungan tembaga yang relatif rendah (65% Cu) dan slag.

Kemudian di dalam tungku CL-furnace, matte dan slag dilebur kembali untuk menghasilkan matte berkadar tembaga tinggi dan sebaliknya slag akhir dengan kandungan tembaga yang rendah. Di dalam tungku converting, matte diubah menjadi blister copper (>98% Cu). Blister copper di lebur ke dalam bentuk anoda tembaga dan kemudian dimurnikan secara elektrolisis untuk menghasilkan katoda tembaga berkadar 99,99% Cu. Dari proses elektrolisis dihasilkan endapan anoda slime yang kaya akan kandungan emas dan perak serta unsur logam jarang dan tanah jarang. Dari serangkaian proses tersebut akan dihasilkan produk samping berupa asam sulfat, gipsum, granulated slag dan anode slime.

47

GAMBAR 2.14

DIAGRAM ALIR PROSES PELEBURAN DAN PEMURNIAN KONSENTRAT TEMBAGA DI PT SMELTING GRESIK

Konsentrat yang digunakan sebagai bahan baku sebagian besar dipasok dari PT Freeport Indonesia dengan kandungan 31% Cu, 23% besi, 31% sulfur, 6% silika, 0,4% CaO, 0,04% Pb, 30 g/t Au dan 45 g/t Ag. Dan sebagian kecil dipasok dari PT. Newmont Nusa Tenggara. Rangkaian proses peleburan menghasilkan gas buang berupa SO2 yang dialirkan ke unit plant asam sulfat.

Asam sulfat dihasilkan sebanyak 592.000 ton/tahun. Dari CL (slag cleaning) Furnace menghasilkan granulated slag sebanyak 382.000 ton/tahun. Granulated slag merupakan senyawa antara Fe-oksida dan SiO2. Asam sulfat dan granulated slag adalah produk samping (by product) yang memiliki nilai ekonomis karena masing-masing dijual ke industri sekitar yaitu PT Petrokimia Gresik dan Industri semen.

Emas, dan perak yang terdapat di dalam konsentrat PT FI akan terdistribusi di dalam anoda tembaga yang merupakan produk samping dari pemurnian elektrolitik tembaga. Anoda tembaga mengandung 99,4% Cu; 0,004% S; 0,004% Zn; 0,08% Pb; 96 g/t Au; dan 144 g/t Ag;

48 serta unsur-unsur logam jarang (Bi, Cd, Mo, Co) dan unsur-unsur logam tanah jarang (Se, Se, Te) juga terdapat di dalamnya.

Anoda tembaga dielektrolisis untuk menghasilkan katoda tembaga berkadar 99,99% Cu, sedangkan emas, perak dan unsur logam jarang (Bi, Cd, Mo, Co) dan unsur tanah jarang (Se, Se, Te) akan terdapat di dalam anode slime yang merupakan produk samping dari proses elektrolisis.

Dihasilkan anode slime sebanyak 480 ton/tahun, yang selanjutnya dapat diproses sesuai dengan proses yang digambarkan pada Gambar 3.6. Limbah cair dari proses elektrolisis berupa larutan asam sulfat encer yang kemudian dinetralkan dengan kapur padam menghasilkan gipsum berkulaitas tinggi (CaSO4) yang bernilai ekonomis juga, dihasilkan gipsum setiap tahun 31.000 ton.

44 III PROGRAM KEGIATAN

Sesuai dengan ruang lingkup kegiatan, maka jenis pekerjaan yang akan dilakukan adalah : 3.1 Analisis Pasar

Kajian pasar mineral dilakukan untuk melihat peluang-peluang pasar bagi produk mineral Indonesia serta memperkirakan kecenderungan pasar yang akan terjadi, baik di dalam negeri maupun pada tataran dunia internasional. Lebih jauh dikaitkan dengan arah kebijakan peningkatan nilai tambah mineral melalui proses pengolahan dan pemurnian yang tersirat dalam Undang-Undang No 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Oleh karena itu ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam kajian pasar mineral, yaitu sebagai berikut :

 Tinjauan mengenai kemampuan pasokan dan pola permintaann mineral di Indonesia berdasarkan data historis. Pembahasan mencakup tinjauan mengenai cadangan dan sebaran mineral, pengusahaan, produksi per perusahaan dan per jenis pemanfaatannya.

 Selanjutnya ditinjau kemampuan pasokan dan pola permintaan mineral dari beberapa negara, sebagai gambaran posisi Indonesia di pasar dunia. Cakupan bahasan adalah besarnya cadangan, produksi, dan pemanfaatan mineral pada masing-masing negara, pola perdagangan mineral antar negara (ekspor/impor), dan perkembangan harga mineral.

 Berdasarkan informasi tersebut, kemudian dikaji potensi permintaan dan pasokan mineral dunia di masa depan sebagai gambaran peluang Indonesia dalam perdagangan mineral dunia. Pada bagian ini dibahas kajian faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan mineral, kaitan makroekonomi dunia dengan permintaan mineral, serta perkiraan permintaan dan pemasokan mineral.

 Sebagai akhir dari rangkaian kajian, dikaji potensi permintaan dan pasokan mineral Indonesia di masa depan. Pembahasan mencakup kajian mengenai perkiraan produksi mineral, perkiraan permintaan mineral di dalam negeri, dan perkiraan ekspor – impor mineral.

45 3.2 Analisis Potensi Ekonomi

Analisis potensi ekonomi dalam kajian teknoekonomi dan kebijakan peningkatan nilai tambah mineral logam khususnya mengensi bauksit, nikel, bijih besi, mangan, dan anode slime, diarahkan pada analisis potensi peningkatan nilai tambah dari mineral tersebut dan dampaknya terhadap penerimaan negara. Pentahapan analisis ini :

 Identifikasi potensi sumber daya, cadangan dan kualitas. Faktor ini penting untuk mengetahui seberapa besar dukungan untuk arah pengembangan usaha yang berorientasi kepada peningkatan nilai tambah dari mineral tersebut.

 Identifikasi perusahaan tambang yang ada apakah hanya menambang sampai produk bahan mentah. itupun apakah dengan melakukan pencucian atau blending untuk meningkatkan mutu bijih. Atau perusahan tambang tersebut tidak sebatas menambang tetapi melakukan proses pengolahan menjadi konsentrat atau produk antara yang telah meningkatkan nilai tambah dibandingak dengan hanya menjual dan mengekspor bahan mentah.

 Identifikasi rencana smelter yang mau dikembangkan atau dibangun, dimana, kapasitas berapa, oleh siapa, besarnya nilai investasi, dukungan infrastruktur baij energi maupun sarana dan parsarana perhubungan, dan kapan selesai, serta identifikasi kendala untuk merealisasikan rencana pembangunan smelter tersebut.

 Untuk mengoptimalkan manfaat dari mineral tersebut maka pentahapan kegiatan selanjutnya adalah mengukur nilai tambah dari rantai pengusahaan mulai dari potensi yang ada di alam menjadi rau material, kemudian diolah menjadi produk konsentra atau produk antara, atau diolah lebih lanjut hingga menjadi logam sebagai bahan baku di industri hilir berbasis tambang.

 Mengukur dampak dari peningkatan nilai tambah melalui pengolahan dan pemurnian terutama kaitannya dengan penerimaan negara. Konsekwensi apa dari pemberlakuan implementasi kebijakan peningkatan nilai tambah terhadap penerimaan negara tersebut apakah meningkat aatu justru sebaliknya.

46 IV METODOLOGI

Kajian Teknoekonomi dan Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah Bauksit, Nikel, Bijih Besi, Mangan dan Anode Slime, mempunyai sasaran untuk mendukung kebijakan pemerintah tentang peningkatan nilai tambah pertambangan melalui analisis pasar, mengukur nilai tambah dan dampaknya terhadap penerimaan negara. Dalam kegiatan ini, digunakan metode penelitian survei (survey research) sampling secara langsung ke beberapa perusahaan tambang, industri pengolahan dan pemurnian, serta industri hilir pengguna produk hasil tambang, serta ditunjang dengan melakukan koordinasi dan pendataan ke intansi terkait. Di samping itu, digunakan metoda penelitian non survei, yaitu dilakukan di studio meliputi penelusuran referensi, pengolahan dan analisis serta penyusunan laporan. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan wawancara berpanduan (interview guide). Adapun instrumen penelitian menggunakan panduan wawancara. Sedangkan model pengolahan dan teknik analisis, digunakan pendekatan model statistika seperti statistik deskriptif, econometric analysis.dan analisis SWOT.