• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

D. Pelestarian Wayang Beber

Wayang Beber merup akan kebudayaan Kabupaten Pacitan yang dalam perkembangannya mulai menjadi barang langka d an terancam punah. Penyebab kepunahan terseb ut karena pertunjukan W ayang Beber masih mono ton. Cerita nya hanya menceritakan pencarian Panji Kembang Kuning yang mencar Dewi Sekartaji. Selain cerita, su asana musiknya juga tidak dinam is, mula i adegan pembuka hingga berakhirnya cerita ritme maupun iramanya yang nyaris sama. Berbeda dengan wayang kulit, instrumen kendang sebagai pemegang kendali dinamika musikal, sedangkan pada Wayang Beb er yang menjadi panutan adalah reb ab (wawancara d engan Rudi Prasetyo tanggal 22 No vember 2011).

1. Upaya Masyarakat Dalam Pelestarian Wayang Beber

Usaha pertama untuk melestarikan Wa yang Beber terjad i p ad a Mangku negara VII, Raja Pura Mangkunegaran Solo. Beliau memerintahkan R. Lurah Atmosupomo untuk menyalin Wa yang Beber Pacita n. Tuju annya adalah agar Wa yang Beber tetap lestari. Selanjutnya, K.R.M.T. Adipati Sosroningrat, pendiri museum Rad yapustaka Solo juga pernah memerintahkan Wido supomo, ayah dari Atmosupomo untuk men yalin W ayang Beber. Beberapa lemb ar gulungan adalah milik museum, namun sebagian yang lain ikut terbakar p ad a pameran di P aris (Sri Hando jokusumo dalam Majalah Relung Pustaka, 1970: 34).

Dalang untuk W ayang Beber tidak boleh sembarang dilakonkan setiap orang. S epeninggalan dalang yang sudah mencapai generasi ke-13 yakni Ki M ardi Guno Carito Wayang Beb er diajarkan kepada Rudhi Prasetya denga n tu juan menjaga dari kep unahan dengan catatan setelah cucunya besar Wayang Beber harus diserahkan kembali. Rudhi Prasetya adalah d alang yang keempat bela s sekaligu s seb agai dalang Tiban/Kewa hyon (dalang sementara yang d ipercaya

dalang sebelu mn ya untuk mewariskan kepada cucunya dikarenakan tidak mempu nyai anak laki-laki sekaligus cucunya masih kecil). Selain dengan Dalang

Tiban /Kewahyon, W ayang Beber setiap bula n Jawa selalu dipentaskan di rumah

Mangun karena merupakan p esan dari dalang sebelumnya.

Tahun 1988 sudah namp ak dengan jelas adanya pengemb angan Wayang Beb er ke arah seni lukis. Ad apun pengembangan yang d ilaku kan antara lain dalam penggunaan bahan, alat, teknik, d an proses penciptaan karya, tema kar ya, unsur-unsur visual dan prinsip-prinsip p enyusunannya.

Bahan dan alat yang d igunakan untuk melukis adalah bahan dan alat buatan pabrik. Untuk menciptakan karya seni lukis W ayang Beber di atas kaca, bahan d an alat yang digunakan antara lain kaca, cat kayu, kuas, b ensin, minyak tanah, rap ido dan tintanya. Untuk menciptakan karya seni lukis Wa yang Beber di atas kain, bahan dan alat yang digunaka n antara lain kain katun, lem kayu, acrylic, kuas, rapido dan tintan ya. Teknik dan pro ses penciptaan karya seni lu kis Wa yang Beb er, baik yang di atas kaca mau pu n d i atas kain tidak terikat lagi o leh teknik dan proses penciptaan sebagaimana dilakukan dalam p embuatan Wa yang Beb er (cahisisolo .com di unduh pada tanggal 24 Desember 2011).

2. Upaya Pemerintah Dalam Pelestarian Wayang Beber

Dewasa ini pemunculan Wayang Beber lewat seni pertunjukan sudah jarang d iju mpai d an sudah hampir mati. Dari fakta historis, Wayang Beber yang asli sangat terbatas jumla hnya dan bahkan mendekati kondisi yang rapuh. Masyarakat pad a khususn ya jarang men yaksikan pertunju kan ini, dan nyaris hampir tidak mengenal perwujudan aslinya. Wayang Beb er yang dijumpai adalah fragmen Wayang Beb er yang berupa lukisan yang dib uat oleh para perajin dan biasanya terdapat di art shop, bukan lagi merupakan bagian dari pertunjukannya. Dalam penelitian Hib ah Bersaing IX/I Tahu n 2001 - 2002, telah dihasilkan bentuk Komik serta Cergam Wa yang Beb er (lppm.uns.ac.id di unduh pada tanggal 26 desember 2011).

(HAKI). Tetapi upaya tersebu t perlu waktu karena ada beberapa syarat yang haru s dip enuhi. Salah satun ya masuk dikurikulu m pendidikan. Kepala Dinas Kebud ayaan Pariwisata Pemuda Dan Olahraga (Disbudparpora) M Fathoni mengungkapkan, untuk melengkapi persyaratan yang dibutuhkan Disbudparpora akan mem inta bimbingan sekaligu s saran dari pihak rektorat Institu t Seni Indonesia (ISI) Su rakarta, Jawa Tengah (Jateng). Sebab, untuk mendapatkan HAKI tidak mudah. Ada berbagai tahapan dan syarat yang haru s dipenuhi. Diantaranya menyiapkan d eskripsi dari karya yang akan didaftarkan sebagai warisan budaya. Dewasa ini p emerintah tengah b erupaya mengembangkan seni wayang yang mu lai langka ini. Yakni dengan memperkenalkannya pada ge nerasi muda. Khu susnya para siswa tingkat SLTA. Selain melalu i pementasan, pengenalan dilakukan dengan menga sah kemampuan melalui melukis di kanvas atau kaca (wawancara dengan M Fathoni 28 Desember 2011).

Upaya mengembangkan modal dan infrastruktur budaya Wayang Beber, terdapat paling tidak empat fokus strategi yang dap at dijalankan oleh p emerintah daerah Kab up aten Pacita n. Pertama, adalah strategi yang b erdasarkan p ada penelitian dan pengembangan Wa yang Beber Pacitan. Hingga saat ini diakui bahwa penggalian data Wa yang Beb er melalui riset yang ada dirasakan sangat kurang. Pengetahuan yang ada sekarang masih b ersu mber pada cerita tu tur yang berkembang di kalangan dalang mau pun masyarakat yang tentu saja akan mengalami d istorsi d i ujung kisahnya. Diperlukan penelitian d an pengemb angan Wayang Beber yang komprehensif dengan mencakup bid ang keilmuan: Ilmu Sejarah, Antropologi, Sosiologi, Arkeologi, Filsafat, Sastra , Simbolisme, Seni rupa

Untuk meletarikan dan mengembangkan Wayang Beb er diperlu kan kerjasama erat antara pemerintah daerah misalnya d engan lembaga pendid ikan sep erti lembaga penelitian baik p emerintah mau pun swasta, universitas, LSM dan perseorangan yang berminat dalam rangka melakukan tinjuan dan kajian yang ilm iah. Kedua, adalah strategi yang berorientasi kepad a pengembangan Su mb er Daya M anusia khusu snya adalah para d alang Wa yang Beber itu send iri. Pengembangan yang dimaksud adalah terjalinnya sinergi antara pemerinta h

daerah dengan instansi maupun p ara pemangku kepentingan yang terkait untuk merumuskan kebijakan dan p rogram yang dapat mengenalkan dan meningkatkan kualitas SDM terkait. SDM yang dimaksud d iantaranya adalah d alang, para pemain gamelan.

Pelestarian Wa yang Beber juga d ip engaruhi dengan strategi yang berorientasi pada pengembangan produ k budaya. Strategi ini mensyaratkan keberpihakan dan daya inovasi kreatif agar para dalang mampu mengemas Wayang Beber dengan menarik tanpa meninggalkan p akem yang ada. Inovasi menjadi penting dilakukan ditengah serbuan mod ernisasi industri kreatif yang sekarang berkembang p esat d i Indonesia khususnya dalam bidang hib uran. Pertunjukan dengan menggunakan bantuan alat-alat modern berbasis IT, tata panggung yang megah dengan paduan sound system yang ap ik akan meningkatka nilai jual dan pertunjukan yang d ilaku kan. Dalam du nia seni pertunjukan, hal ini tid aklah menyalahi ko drat maupun pakem yang ada. Asalkan pakem yang ada tetap dijunju ng tinggi dan djad ikan sebagai pedoman dan sumber inspirasi inovasi yang dilaku kan.

Selain yang berorientasi pada pengembangan produk budaya, juga dip erlukan strategi yang berorientasi pada pen yediaan tempat. Tempat budaya yang dimaksud misalnya pembangu nan sanggar, museum Wayang Beb er, maupun tempat pertu nju kan yang mampu menjadi wahana menimba ilmu dan pertunjukan. Dalam hal ini, meniru pola p engembangan taman budaya yang sudah ada misaln ya di Yogyakarta, pemerintah daerah mampu menyediakan ruang p ub lik yang representatif untuk menyelenggarakan seni dan b ud aya berskala lokal, nasional bahkan internasional. Bu kan tidak mungkin hal ini dilakukan apabila ada perencanaan p rogram yang matang disertai dengan transparansi anggaran did alamnya. Hal ini penting dalam rangka menjaga kepercayaan dan harapan publik dalam rangka penggunaan dan rasa kepemilikan taman budaya tersebut nantinya (wawancara d engan Rudhi Prasetya, 16 November 2011).

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Dokumen terkait