• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI WAYANG BEBER DALAM PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA JAWA DI PACITAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EKSISTENSI WAYANG BEBER DALAM PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA JAWA DI PACITAN"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

EKSISTENSI WAYANG BEBER

DALAM PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA JAWA

DI PACITAN

Skripsi

Oleh :

MUKHLIS PRASETYA

K 4406005

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

EKSISTENSI WAYANG BEBER

DALAM PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA JAWA

DI PACITAN

Oleh :

MUKHLIS PRASETYA

K 4406005

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

PERSETUJUAN

Skrip si ini telah d isetuju i untuk dip ertahankan d i hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kegu ruan dan Ilmu Pendid ikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Mei 2012

Pembimbing I

Drs. Djono, M .Pd NIP. 196307021990031005

Pembimbing II

(4)

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadap an Tim Penguji Skripsi Fakultas Kegu ruan dan Ilmu Pendid ikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima u ntuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendid ikan.

Hari : Kamis Tanggal : 31 M ei 2012

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Saiful Bachri, M.Pd …… …… ……

Sekretaris : Drs. Herimanto, M.Pd, M.Si ...

Anggota I : Drs. Djono , M .Pd …… …… ……

Anggota II : Isawati, S.Pd, M. A …… …… …....

Disahkan o leh

Fakultas Kegu ruan d an Ilmu P endidikan Universita s Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatu llah, M. Pd.

(5)

ABSTRAK

Mukhlis Prasetya, K4406005 EKSISTENSI WAYANG BEBER DALAM PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA JAWA DI PACITAN. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguru an dan Ilmu Pend idikan Universitas Sebelas Maret, Mei 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Mengetahu i eksistensi Wayang Beber Karangtalun Desa Kedompo l Kecamatan Donorojo kabupaten Pacitan, (2 ) Makna filosofi yang ada d i da lam W a ya ng Beber Karangtalun Desa Kedompol Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan, (3) Upa ya y ang d il akukan

un tu k m el est ar ik an w ay an g b ebe r d i Karangtalun Desa Kedo mpol Kecamatan

Donorojo Kabupaten Pacitan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif d engan strategi penelitian studi kasus terpancang tunggal. Sampel diambil d engan pendekatan yang bersifat purposive sampling dengan cara pemilihan informan yang dianggap la yak dan sangat mengetahui tentang data-data yang dibutuhkan. Sumber d ata yang dipergunakan diantaranya adalah: informan, tempat d an peristiwa, serta sumber tertu lis. Teknik pengumpu lan data ad alah d engan teknik wawancara, observasi dan analisis d okumen. Teknis analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

(6)

ABSTRACT

Mukhlis Prasetya, K4406005 PRESERVATION IN PROGRESS PUPPET BEBER CULTURAL VALUES IN JAVA PACITAN. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education University Eleven in March, M ay 2012.

This stud y aims to determine: (1 ) The existence of the puppet beber Karangtalun Village Village Kedompol District o f Donorojo Pacitan, (2) The meaning of p hilosop hy that is in the puppet beb er Karangtalun Kedompol Village District Do norojo Pacitan, (3) The efforts made to preserve the puppet beber in Karangtalun Village Kedompol District o f Donorojo Pacitan.

This research uses descriptive method with qualitative case stud y researc h strateg y of single spikes. Samples were taken with the ap pro ach o f purposive sampling of informants by means of an election that is consid ered feasible and very aware of the req uired data. Source data used are: info rmants, places and events, as well as written sources. Techniques of data collection is b y interview techniques, observation and document analysis. Technical analysis of the data used is the model o f interactive analysis through three phases namely data reductio n, data presentation, and drawing conclusions.

(7)

MOTTO

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah ( Lessing )

Jika hari ini kita menjadi penonton bersabarlah menjadi pemain esok hari (Mukpramintra)

Setiap generasi tidak akan puas dengan hanya mewariskan pusaka (budaya) yang diterimanya dari masa lalu, tetapi akan berusaha untuk membuat

(8)

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:

Bap ak dan Ib u tercinta.

Adik-ad ikku dan ponakan-ponakanku tersayang.

Mei yang selalu menduku ngku, terima kasih atas

semangatnya.

Teman-teman Rekishi (Bryan, Budhi, Toriq)

Teman-teman Sejarah 2006 dan adik-ad ik tingkat

Sejarah

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syu ku r senantiasa penu lis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberi kesabaran, ketabahan, dan keku atan sehingga terselesaikannya

penyusu nan se kripsi ini untu k memenu hi sebagia n dari persyaratan guna

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbu lkan kesulitan dalam penulisan Skripsi

ini. Namun berkat b antu an dari berb agai pihak akhirnya kesulitan tersebut dap at

teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih

kepad a yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Kegu ruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Seb elas Maret

Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Ketua Jurusan P.IPS Fakultas Keguru an d an Ilmu Pendid ikan Universitas

Seb elas M aret Surakarta yang telah men yetujui permo honan penyu sunan

Skrip si ini.

3. Ketua Pro gram Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendid ikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Herimanto, M .Pd, M.Si selaku pembimb ing akademis yang telah

memberikan bimbingan akad emis kepada penulis selama studi di Program

Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

5. Drs. Djono , M.Pd. selaku pembimb ing I yang telah memberikan bimbingan

dan pengarahan sejak awal sampai akhir penulisan skripsi ini.

6. Isawati, S.Pd, M .A selaku p embimbing II yang telah memberikan b imbingan

dan pengarahan sejak awal sampai akhir penulisan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu yang senantiasa mendoakan penulis dan setiap butir tetes air

mata dan keringatnya yang terurai untuk memberikan semangat hidup.

8. Semua Informan yang telah bersedia menjadi narasumb er bagi penulis, terima

kasih banyak karena tanpa narasu mber skripsi ini tid ak akan pernah

(10)

9. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang tela h

banyak membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan ini. Oleh karena

itu , penulis menyadari sepenuhnya denga n kerendahan hati, skripsi ini masih jauh

dari sempurna, kritik dan saran merupakan jalan untuk mencari kesemp urnaan.

Semoga hasil karya ini bermanfaat bagi penulis pada khususn ya dan para

pembaca p ad a umumnya serta bagi perkembangan ilmu p engetahu an.

Surakarta, Mei 2012

(11)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PENGAJUAN ... ii

PESERTUJUAN ... ... iii

PENGESAHAN... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

MOTTO ... ... ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... ... ... ... xi

DAFTAR LAMPIRAN …… …… …… …… …… ……… …… …… …… …. xiii

BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belaka ng Masalah ... 1

B.Ru musan M asalah ... 4

C.Tu juan Penelitian ... ... 4

D.Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. LANDASAN TEORI A.Tinjauan Pustaka ... 6

1.Kebudayaan ... 6

2.Wayang ... 9

3.Kerangka Pemikiran ... 12

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

1. Tempat penelitian ... 14

2. Waktu Penelitian ... 14

B.Bentu k dan Strategi Penelitian… …… …… …… …… …… …… …... 14

1. Bentuk Penelitian ... 14

2. Strategi Penelitian ... 15

C.Sumber Data ... 16

(12)

2. Tempat dan Peristiwa... 17

3. Dokumen dan Arsip ... 17

D.Teknik Sampling ... 17

E.Teknik Pengumpulan Data ... 18

1. Wawancara ... 18

2. Observasi ... 20

3. Analisis Dokumen ... ... 20

F. Validitas Data ... 21

G.Analisis Data ... ... 22

BAB IV. HASIL PENELITIAN A.Deskripsi Lokasi Penelitian ... 25

1. Keadaan Geografis... ... 25

2. Keadaan Demo grafis ... 25

B.Eksistensi Wa yang Beb er Pacitan ...28

1. Asal-usul Wayang Beb er Pacitan ...28

2. Cerita W ayang Beber … ...33

3. Perkembangan W ayang Beber...38

4. Apresiasi Masyarakat Tentang Wa yang Beber...40

C.Filosofis Wa yang Beber ...…..41

D.Pelestarian Wa yang Beber ... 48

1. Upaya Mas yarakat Dalam Pelestarian Wayang Beber ... 48

2. Upaya Pemerintah Dalam Pelestarian Wa yang Beber ... 49

BAB V. PENUTUP A.Kesimpulan ... 52

B.Imp likasi ... 53

C.Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Peta Kabupaten Pacitan ... 57

Lampiran 2 : Peta Kecamatan Donorojo ... 58

Lampiran 3 : Daftar Informan ... 59

Lampiran 4 : Hasil W awancara ... 60

Lampiran 5 : Foto -foto Penelitian... 64

Lampiran 6 : Ju rnal Das widerentdeckte Bild rollen-Dra ma Z en tral Javas ... 77

Lampiran 7 : Surat Permoho nan M en yusun Skripsi ... 87

Lampiran 8 : Surat Ijin Pen yusunan Skrip si ... 88

Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian ... ... ... 89

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Ind onesia kaya dengan hasil karya seni budaya yang menga ndung

nilai sejarah ya ng adi luhu ng. Dari sekian banyak karya seni budaya, wayang

merupakan seni budaya asli bangsa Ind onesia yang dapat hid up berab ad-abad

lamanya. Dalam arti yang p aling sem pit kata wa yang berarti “b a yang an”.

W ayang bermula dari zam an kun a ketika nenek m o yan g ba ngsa Indo nesia

masih me nganut animism e d an dinam isme. Perpad uan d ari an im isme dan

dinam ism e ini menemp atkan roh nenek mo yang p ada ked udu kan yan g

tertingg i. Ro h ne nek mo ya ng tetap d im inta i p ertolongan. Ro h nene k mo yang

yang d ip uja ini d isebu t hyan g atau dah yan g. Orang bisa ber hu bu ngan d enga n

hyan g atau dah yang ini melalu i med ium yang d isebu t sya ma n. Ritu al

pemu jaan nen ek mo yang hya n g dan sya ma n inilah yang a khirn ya me njad i

asal mu la pertunju kan wa yang . Hyan g menjad i wa ya ng d an sya man menjad i

dalan g. Cerita d alam wa yan g asli J awa iala h p etu alang an d an p engalama n

nenek mo yang. Bahasa ya ng d igunaka n ialah b ahasa Jawa asli yang masih

dip akai sam pai s ekara ng.

Wayang memiliki land asan kokoh. Landasan utamanya adalah sifat

“hamot, hamong, hamemangkat” yang menyebab kannya memiliki daya taha n

sep anjang zaman. Hamot ad alah keterbukaan untuk menerima pengaruh dan

masukan d ari d alam dan luar. Hamong adalah kemamp uan untuk menyaring

unsur-unsur baru sesuai dengan nilai wa yang yang ada, selanjutnya dijadika n

seb agai nilai-nilai yang cocok dengan wayang seb agai bekal untuk bergerak maju

sesuai perkembangan mas yarakat. Hamemang kat ad alah menganggkat sesuatu

nilai menjad i sesu atu yang baru. Hal ini tentu tidaklah mudah, mengingat

dip erlukan proses yang panjang dalam mengo lahnya. Namun sejarah

membu ktikan ba hwa seni p edalangan dan wayang mampu melakukan hal ini

sampai sekarang (Bambang Harsrinuksmo, 1997: 23).

(15)

seniman lo kal di Jawa, cerita-cerita kepahlawanan yang tersurat d alam Ramayana

dan Mahabarata tersebu t mengalam i b anyak perubahan sesuai d e n g a n c it a r a s a

z a m a n d a n m a s y a r a k a t . S e su a i d e n g a n p e n d a p a t ya n g dikemu kakan

oleh AG Keller yang menyataka n berubah dan b erkemb ang su atu kebudayaan

berjalan menurut kebutuhan dan masyarakat yang bersangkutan dengan proses

coba - coba ( Soedjito, 1987:3).

Wayang sebagai bentuk kar ya seni pertunjukan, telah mendapat temp at

yang dalam di lubuk hati sebagian besar masyarakat Ind onesia terutama di Pulau

Jawa. Pad a masa lampau sebe lu m m edia komu nikasi m odern, wa ya ng

menjad i bagian dari kebutuhan hidup masyarakat luas. Cerita pewayangan

dengan tokoh-toko hnya merupakan sarana efektif b agi med ia p endidikan mo ral

anak-anak. Hampir semua orang tua selalu memasukkan wacana p ewa yangan ke

dalam seluruh aktivitasnya sejak bangun pagi sampai saat menjelang tidu r.

Perilaku toko h-toko h dalam cerita wayang hampir selalu diband ingkan dan

disejajarkan dengan b erbagai hal yang terjadi dalam kehid upan sehari-hari baik

yang bersifat positif maupun negatif. Pertu nju kan wayang d apat berkemb ang,

karena masyarakat merasa memiliki dan berkewajiban untuk melestarikannn ya.

Us a h a p e le s ta ri a n d a n p e n g e m b a n g a n s e n i b u d a ya In d o ne s ia

se la lu dilestarikan seperti Wayang Beber yang langka, unik, dan mengandung

nilai sejarah. S elain masih d isakralkan W ayang Beber merupakan warisan leluhur

yang adiluhung dan bernilai tinggi. Apalagi p ada zaman dahulu Wayang Beb er ini

sangat melekat di hati masyarakat, karena wayang tersebu t sebagai sarana hiburan

dari anak-anak sampai orang dewasa.

Pertunjukan wayang sebenarnya mem iliki po tensi yang luar biasa bagi

media pendidikan, khususnya berkaitan dengan pengemb angan karakter anak

did ik. Seb ab pertu njukan wa ya ng telah s yarat d engan m asala h hu maniora

sep erti n ilai etika (moral), estetika (keindahan seni), d an hiburan. Unsur-unsur itu

hend aknya ada dalam p ertunjukkan wayang, seyo gyanya disajikan secara

seimb ang, sehingga dapat menarik p erhatian dan tid ak membosankan

(16)

Nilai moral lebih banyak terjalin pad a struktur cerita pertunjukan, se d an g

estet ika d ap at d ita ng k ap seca ra la ng su ng m ela lu i ind er a k ita, b eru p a

garapan med ium suara, gerak, bahasa, bentuk, warna d an garis. Siaran wayang

kulit yang p enuh d engan inovatif dalam penyajia nnya, itu semua merupakan

upaya memberikan sentuhan-sentu han emosional kep ada khalayak luas.

Pertunjukan diupayakan tidak hanya memiliki unsu r hiburan saja, tetapi

diupayakan menggarap m a sala h etik a d an es tetik a s e car a se im b a n g u n tu k

m e nja m in kelangsungan pertunjukan.

Dari sekian banyak jenis wayang yang ada dan masih dipertunjukkan

penulis sengaja meninjau jenis wayang beber. Wayang Beber sebenarn ya ada di

berbagai tempat seperti W onosari dan Sragen, akan tetapi sud ah tidak asli lagi

sep erti di Pacitan. Wayang Beber khu susnya yang berada di wila yah Kabupaten

Pacitan adalah Wayang Beb er yang tertua dan d i dalamn ya terkandung d engan

sifat kelangkaan dan kesakralan karena dianggap sebagai benda yang b ertuah.

Wayang Beber biasanya ditanggap oleh o rang-orang yang mempunyai nad zar,

kaul d an seb againya yang kemud ian datang kerumah dalang dengan membawa

kembang b oreh, kemen yan dan barang la innya yang d ianggap perlu. Dalang

kemudian d iminta untuk memb aca kan mantra-mantra terhadap sesajen yang

dib awa agar keinginan o rang yang memp unyai hajat tersebu t terkabul. Dengan

sifat kelangkaan d an kesakralan yang terkandu ng di dalam Wayang Beber

khusu sn ya yang berada di wila yah Kab up aten Pacita n, maka kiran ya peneliti

tertarik u ntuk meninjau, mengkaji secara ilmiah, tentang asal-usul, latar belakang

keberadaannya serta makna visual yang terkandu ng didalamnya.

Dari latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis akan mengadaka n

penelitian dalam bentuk skripsi dengan mengangkat judul "EKSISTENSI

WAYANG BEBER DALAM PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA

(17)

B. Perumusan Masalah

B e r d a s a r k a n la ta r b e l a k a n g d ia t a s , m a k a d a p a t d ir u m u sk an

s u a tu permasalahan sebagai berikut:

1. Ba ga im a na e ksis ten si W a ya n g Be b er Ka r a ng ta lu n D esa

Gedompol Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan?

2. Bagaim ana m ak na filo so fi p ad a W ayan g Beb er Kar angtalu n Desa

Gedompol Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan?

3 . Ba g a im a n a u p a ya u ntu k m e le s ta r ik a n W a y a n g Be b e r d i Desa

Gedompol Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan?

C. Tujuan Penelitian

Dalam hu bu ngannya dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka

penelitian ini b ertujuan:

1. Untuk mengetahui eksistensi W ayang Beber Karangtalun Desa

Gedompol Kecamatan Donoro jo kabupaten Pacitan.

2. Untu k men getahui makna filosofi yang ad a di d alam Wa ya ng

Beb er Karangtalun Desa Gedompol Kecamatan Donoro jo Kabupaten

Pacitan.

3. Untu k m engeta hu i u p a ya ya n g d i la k u ka n u n tu k m e le st a ri k a n

wa ya n g b e b e r d i Karangtalun Desa Gedompol Kecamatan

Donorojo Kabupaten Pacitan.

D. Manfaat Penelitian

1. M anfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharap kan dapat bermanfaat :

a. Untuk memb erikan sumbangan pengetahu an ilmiah yang b erguna

dalam rangka pengembangan ilmu sejarah khususnya yang berkaitan

dengan wa ya n g b e b e r d i Karangtalu n Desa Gedompo l Kecamatan

Donorojo Kabupaten Pacitan.

b. Memb erikan tambahan wawasan dan pengetahuan kepada p eneliti

(18)

Karangtalun Desa Gedompol Kecamatan Donorojo Kabupaten

Pacitan.

c. Menjadi salah satu b ahan perbandingan terhadap penelitian denga n

tulisan yang sama tetapi sudut pandang berbeda.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini d iharapkan dap at bermanfaat :

a. Untuk memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar sarjana

kepend id ikan Program Studi Pendidikan Sejarah Pendidikan Ilmu

Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

b. Melengkapi koleksi penelitian ilm iah di perpustakaan, Khususnya

mengenai W a yan g Beber Karangtalu n Desa Gedompol Kecamatan

Donorojo Kabupaten Pacitan.

c. Menambah bahan bacaan di Perpustakaan Program Stud i Pendid ika n

Sejarah maupun d i Perpustakaan Fakultas Keguru an dan Ilmu

(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kebudayaan

a. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta Buddhayah yang merupakan

bentuk jamak dari kata Budhi dalam bahasa Indonesia berarti “akal” atau “budi”.

Dengan demikian kata kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan

akal (Subandiroso, 1987: 19). Menurut pend apat Dauglas Jackson (1985: 8)

menyatakan bahwa kebudayaan adalah akumulasi pengalaman manusia yang

ditransmisikan d ari generasi ke generasi dan d idifu sika n d ari kelo mpo k ya ng

satu ke kelompok yang lainnya di permu kaan bumi.

Menurut Suparlin dalam Nu groho Notokusu mo (1987: 13) kebudayaan

ad alah cara berpikir dan cara merasa yang menyatakan dari dalam segi

ke h idu p an se k elo m po k ma nu sia yan g m e mb e ntu k ma s ya r a ka t d ala m

su a tu ruang dan suatu waktu. Sedangkan me nu ru t E B T a ylo r d alam Primitive

Cultures ke b u d a ya a n a d a la h keseluruhan yang kompleks, yang didalam nya

terkandung ilmu pengetahuan, kep erca yaa n, ke se nia n, m oral, hu ku m,

adat-is tiad at, d an ke mamp ua n yan g la in, serta keb iasaan yang didapat oleh manusia

seb agai anggota masyarakat (Setiadi, 2007 :27). K e b u d a ya a a n a d a l a h

keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia d alam kehidupan

masyarakat yang dijadikan milik manu sia dengan cara belajar (Koentjaraningrat,

1990: 8 ).

Pada diri manusia terd apat u nsur-unsur potensi budaya yaitu:

1. Pikir a n ( c ip ta ), ya itu ke m am p u a n ak a l p iki r ya n g m e nim b u lk a n

ilmu p e n g e ta hu a n p ad a d ir i m a n u s ia s e h in g g a a d a d o r o ng a n

in g in t a hu a k a n rahasia alam semesta. Dengan akal pikirannya manusia

selalu mencari, mencob a, menyelidiki dan kemudian menemu kan sesuatu

yang baru.

2. Rasa, d en gan panca ind eran ya manu sia dapat meng emb angkan rasa

(20)

3. Kehendak (karsa), manusia selalu menghendaki akan kesempurnaan hidup,

kemuliaa n dan kebahagiaan.

Menurut Kamus Besar B ahasa Indonesia ( 1990: 131) Kebudayaan dapat

diartikan sebagai berikut :

1. Hasil dari kegiatan dari penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti

kepercayaan, kesenian dan adat-istiadat.

2. Keseluru han pengetahuan manusia sebagai makluk so sial ya ng d igunakan

u ntu k me ma ha m i lin gku n ga n serta p e n ga lam an n ya d an ya n g

me nja di pedoman tingkah laku .

3. Hasil akal budi dari alam sekelilingn ya d an dipergunakan bagi hidupnya.

Budaya merup akan peradaban dan kecerdasan serta k es e n ia n,

se d a n gk a n d a la m ku mp u la n is tila h ke se n ia n d an k eb u d a ya a n , d iartika n

seba gai has il kegiatan da n pe ncip taan b ud i d an akal manu sia, seperti

kepercayaan, pengetahuan, ad at-istiad at dan sebagainya. Pad a ha kikatn ya

definisi keb uda yaa n ada lah p e nd ek ata n realita, a rtin ya m en yo ro ti sa la h satu

asp e k r ea lita s ma nu sia itu s e nd ir i s e hing ga menga ndung kebenaran.

M a n u s ia a d a la h m a k l u k b u d a y a , s e h in g g a m e n g a n d u n g

p e n g e r t ia n b a h w a kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah

la ku manusia. Dalam kebudayaan tercakup hal-hal mengenai tanggapan manusia

terhadap dunianya, lingkun ga n ma syarakat, d an sep erangkat n ilai yang menjad i

landasan po ko k untuk menentukan sikap terhadap dunia lu arn ya, b ahkan u ntuk

mendasari setiap langkah yang hendak dan harus dilaku kannya sehubu ngan

dengan po la hidup dan tata cara kemas yarakatan (Herusatoto dan Budio no, 1985:

7). Da ri b eb er ap a p end ap at d ia tas ma ka d a p at d iam b il k es im p u la n bahwa

kebud ayaan m erupakan ha sil bud ida ya ma nu sia yang d iciptaka n ata s d asa r

akal pikiran serta p era saa n ya ng d ido ro ng o leh ad an ya karsa d alam rangka

memenuhi kebutuhan hidup dalam b ermasyarakat.

b. Unsur-unsur Kebudayaan

Ban ya k yang sa lah m enga rtikan keb ud a ya an d isam aka n d enga n

(21)

lainn ya hanya merup akan salah satu unsur dari kebudayaan. Salah satu cara u ntu k

me ma ham i tenta ng keb ud ayaa n a dalah de nga n m en g ka ji u nsu r-unsur

kebuda yaan.

Unsur keb ud ayaan yang universal menurut Koentjaraningrat (1983: 206)

ad alah:

a) Sistem teknologi yaitu alat dan cara manusia untuk memenuhi kebutuhan

hidup yaitu makanan, perlindungan, transportasi dan pengolahan.

b) Sistem ekonomi berkaitan sistem produ ksi , distribu si dan jasa.

c) S i s t e m s o s ia l b e r k e n a a n d e n g a n a t u r a n - a t u r a n m a n u s i a

d a l a m b erm asyarakat dar i mu lai u nit terk ecil yaitu ke luarg a

atu ran p er kawin an, tempat tinggal, sampai sistem kekerabatan.

d) Sistem politik berkaitan dengan jalan, cara dan alat yang dipergunakan

untuk mencapai tujuan bersama dalam bermasyarakat.

e) Siste m kep erca ya an d an agam a yaitu u ntu k me me nu h i ke b u tu han

sp riritu al manusia yang lahir d ari adanya kesadaran manusia akan

keterbatasan-keterbatasan d alam memahami alam semesta dan

memahami kejad ian dalam kehidupan.

f) S ist e m ke sen ian y ait u b ar kai t an den gan c ara m an usi a un tuk

m em en uhi kebutuhan spriritual khususnya keindahan.

g) S ist em bahas a y ait u alat y an g di per gun akan un t uk

ber ko mun ikasi den gan masyarakat atau individu lain.

c. Perkembangan Kebudayaan

Kebudayaan adalah semua hasil pengetahuan dan cip taan ma nusia yang

dip eroleh dari belajar. Sistem p engetahuan manusia terus berkembang dari zaman

dahulu sampai sekarang. Aspek kebudayaan dapat hilang bila kurang memberikan

manfaat bagi k eh idu p an m an u sia d an d iga nti o le h a sp ek la in ya ng leb ih

b erd a ya gu na. Seb alik n ya asp e k ya ng la in bisa b er ta mb ah se su ai d e ng an

p erk emb a ng an kebutu han manusia. Perubahan kebudayaan d apat disebab kan

oleh faktor d ari dalam m a sya ra k at d a n d a p at p u la o le h fa k to r ya ng b e ra sa l

d ar i lu ar masyarakat.

(22)

a) Adanya kejenuhan atau ketidak puasan individu terhadap sistem nilai

yang berlaku dalam masyarakat.

b) Adanya individu yang menyimpang d ari sistem yang berlaku.

c) Adanya penemuan-penemuan baru yang diterima.

d) Adanya perubahan dalam jumlah dan komposisi penduduk.

Fakto r yang berasal dari luar masyarakat

e) Bencana alam, gunu ng meletu s.

f) Pep eranga n.

g) Kontak dengan masyarakat lain yang berb eda budayan ya.

2. Wayang

a. Pengertian Wayang

Bu kti se jara h m e nu nju kka n b ah wa wa ya ng se ja k za ma n ne ne k

mo ya ng merupakan bentuk hiburan yang sangat digemari. Wa yang merupakan

wujud karya seni kerajinan yang sangat indah dan menarik, sehingga samp ai

sekarang wayang sebagai seni pentas mau pun seni kerajinan tetap d igemari ole h

masyarakat. Bahkan masyarakat mengupayakan berbagai macam cara untuk

m e nja ga d an m e le sta rik a nn ya, b a ik m ela lu i p am era n -p am e ra n maup u n

up acar a ada t khu susn ya ma syarakat Jawa.

Wayang dalam b ahasa J awa berarti bayangan, sedangkan dalam bahasa

melayu artin ya bayang-bayang, bayangan, samar-samar, menerawang. Dalam

bahasa Jawa nama wayang disebut sebagai ayang-ayang (Mulyono, 1989: 15).

M en uru t b ah asa J a wa wa yan g a d alah a ya n g-a ya ng “b a ya ng -b a ya n g “

kar ena yang terli hat ad a la h b erup a b ayan gan d i k elir yaitu tab ir ka in p utih

seb agai gelanggang permainan (R.T. Jokowidakdo, 1989: 15).

Berd asarkan uraian dan pendapat para ah li, dapat disimp ulkan bahwa

wayang adalah gambar leluhur yan g sel alu bergerak menurut bayangan si

pembuat dan yang menghasilkan ayang-ayang atau bayangan dalam kelir. W aya ng

dikenal m anusia sejak jaman prasejarah ya ng d itanda i d engan kep erc ayaa n

(23)

hubungannya d engan kepercayaan men yembah roh nenek moyang ya n g te la h

m e nin g g a l yan g k em u d ia n d ike n al se b a g a i p e rtu nju k an bayangan roh

nenek moyang (Sunarto, 1989: 16) .

b. Jenis-jenis Wayang

Setelah m elalui kuru n waktu yang b erabad-abad lamanya, maka seni

pewayangan berkembang sedemikian rupa sehingga berjumlah emp at ratus jenis.

Jenis-je nis wayang antara lain:

a) M enuru t Encyloped ie Van Nederlands Indiedactie van D.G. Stebbe

terdapat tujuh jenis Wayang yaitu Wayang Purwa, Wa yang Ged ho g

Wayang Klithik, Wayang Golek W ayang Topeng, W ayang Orang,

Wayang Beb er.

b) M enurut Ngengrengan Kasusteraan Jawa jenis-jenis wa yang ialah

Wayang Beber, W ayang Pu rwa, Wayang Madya, Wayang Gedhog,

Wayang Klithik, W ayang Golek, Wayang Suluk.

c) M enuru t W oordenboek Javaans-Nederlands jenis-je nis wayang ialah

Wayang Ku lit, Wayang Golek, W ayang Wo ng, Wayang Cina.

d) M enuru t Baoesastra Jawa himpunan W.J.S Poerwadarminta 1939

je nis-jenis W ayang ialah wayang Beber, W ayang Gedhog, W a ya n g

Go lek W a ya ng Klithik, W a ya ng K ulit, W a ya ng M ad ya , Wayang

Potehi Wa ya ng Wo ng (RM Ismu nandar, 1985 : 14).

c. Wayang Beber

Wayang Beber adalah wayang yang cara pertunjukannya dengan cara

dib eber atau dibentangkan, jenis wayang Beb er terbuat dari kertas, daun lontar

atau kain. Cerita dan gamb ar W aya ng dilukisk an p ada kertas dan daun lontar

atau kain terseb ut menceritakan tentang kisah Panji yang meraju t cintan ya dengan

Dewi Sekartaji.

Di dalam b uku wa yang Kulit Pu rwa Gaga Yo gyakarta d isebu tkan bahwa

W a ya ng Beb er m eru p aka n gam b ar wa ya ng ya ng d ilu kiska n p ad a kain putih.

Wayang Beber biasanya terdiri dari empat gulung yang berisi 16 adegan (Sunarto

1989: 28 ). M enurut serat Sastramirunda wayang Beber dibuat p ada jaman

(24)

pada kertas serta ditambah ricikannya seperti gapura, senjata dan sebagainya.

Wayang tad i digambar p ada kertas. Pertunjukkannya dengan cara m e m bu k a

ke r ta s g a m b a r itu ya n g d i je p it ka yu k a n a n k ir in ya u ntu k menggulung dan

membu ka. Kemud ian dalam bercerita ad a iringan gam elan s lend ro, tetap i kalau

b e ra da d ilu ar K e rat o n ir ing a n n ya ha n y a re b ab ya n g d im a ink a n o leh

dalangnya sendiri (Kusumodilo go, 1930: 2).

d. Cerita pada Wayang Beber

Cerita Wayang Beb er adalah menceritakan tentang Panji ya ng mencari

Dewi Sekartaji yang lari dari kerato n karena tid ak mau d inika hkan dengan Raja

Klana. Raja mengumu mkan siapa saja yang dapat menemukan akan dijodohkan

dengan Sekartaji. Panji Kembang Ku ning beru ntung karena dalam pencariannya

dapat melihat Sekartaji di pasar. Raja Kediri yang takut kepada Raja Klana

menyetujui u sul Klana untuk men yelenggaraka n sayemb ara p erang tanding. Klana

gugur di tangan Tawang Alun yaitu abdi Panji. Panji akhirnya menikahi Sekartaji

sep eninggalan Raja Klana (Claire Ho lt, 1967: 492)

e. Peran Wayang Beber

Pertunjukkan Wa yang Beb er biasanya adalah untuk m e m e n u h i ja n j i

ya n g t e la h diu cap kan (Nadar). M isalnya d itu juka n u ntu k orang atau keluarga

yang mendapatkan perkara atau berurusan dengan Polisi (Pemerintah) agar

urusannya dapat diselesikan. Sed ang ka n ke pa d a ana k ya ng sak it, jika se mb u h

akan m eng ad aka n p ertu nju ka n Wa yang Beber. Dilingkungan Kraton juga

diadakan pertunjukkan W ayang Beber u ntuk merayakan Pangeran yang disu nat.

Jika untuk menyambut p egawai-pegawai keraton, pertunjukan Wayang Beber

(25)

B. Kerangka Berpikir

Keterangan :

Kebud ayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tind akan dan hasil karya

manusia dalam rangka ke hidupan masyarakat yang dijadikan milik diri ma nusia

dengan belajar. Pada diri manusia terdapat unsur-unsur potensi budaya yaitu

pikiran (cipta), rasa, kehendak (karsa). Dengan potensi akal pikir (cipta), rasa, dan

karsa itu maka manusia berkebud ayaa n.

Hasil dari kebudayaan asli Indo nesia adalah wayang. Bukti sejara h

menunjukkan bahwa wayang sejak jaman nenek mo yang menjadi satu bentuk

hiburan yang sangat digemari. W ayang merupakan satu wu jud karya seni

pertunju kan yang sangat indah dan menarik salah satu nya wayang beber. W a ya n g

Beb er ad ala h wayang paling unik, memang untuk dikaji karena kelangkaannya,

dan cara pementasannya sangat b erbed a dengan wayang keb anyak an yaitu d engan

cara dibeber atau dibentangkan. Jenis wayang ini terbuat d ari kertas, daun lo ntar

atau kain. Cerita d an gambar w ayang d ilu kiskan pad a kertas da n daun lontar

atau kain terseb ut.

Selain memiliki makna filo sofi, Wayang Beber juga memiliki sejarah.

Wayang jenis ini dikenal pertama kali pada masa Majapahit, tepatnya saat Kebudayaan

Wayang Beber

Makna filosofi Perkembangan Wayang

Beber

(26)

kerajaan d i Bumi Trowulan itu dip impin Raden Jaka Susuruh. Saat itu wayan g

beber masih mengambil cerita wa yang purwa. Bentu k wa yang beber purwa sudah

sep erti yang ditemukan se karang, yakni dilukis d i atas kertas. Ketika

dip ergelarkan, kertas berlukiskan wayang tersebut digelar dan bila su dah selesai

digulung kembali untuk d isimpan. Di lingkungan kraton, pertunjukan wayang

beber diadakan dalam rangka acara-acara khusus, seperti ulang tahun raja,

perkawinan putra-putri raja dan sebagainya. Sementara di tengah-tengah rakyat

keban yakan, p ergelaran wayang beber di masa itu diadakan u ntuk kepentinga n

ritual seperti ruwatan. Wayang b eber yang mengambil cerita Panji diperkirakan

baru muncul pada zaman Mataram (Islam), tepatnya pada masa pemerintahan

Kasunanan Kartasura.

Inti dari makna unsur-unsur visual wayang beber adalah terkandu ng nilai

kepahlawanan dan perjuangan. Panji sebagai toko h ya ng sukses dalam mengikuti

sayem bara p encarian Dewi Sekartaji. Dalam u pa ya p en yelesaian sayembar a

tida k le pas d ari pada ab d i setianya seb agai gambaran ba hw a, antara

pemim pin d an yang d ip im pin h ar u s ad a sa lin g m e mb u tu h ka n. S eo ra ng

p e m im p in tida k a ka n me n ja d i pemimp in jika tidak ada yang dipimpin dan

begitu pula seb alikn ya. Dengan demikian, wayang beber diharapkan dap at terus

dilestarikan ole h generasi muda pada jaman sekarang agar kelak kebudayaan

(27)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu

1. Tempat Penelitian

Temp at penelitian sangat menentukan diperolehn ya informasi u ntuk

menyampaikan kebenaran dari suatu penelitian. Penelitian dengan judul

"Eksistensi Wayang Beber Dalam Pelestarian Nilai-Nilai Budaya Jawa Di

Pacitan" mengambil lokasi di Desa Gedo mpol Kecamatan Donoro jo Kabupaten

Pacitan. Pemilihan kawasan Desa Gedompo l Kecamatan Dono rojo Kabupaten

Pacitan seb agai ob yek penelitian dengan alasan bahwa desa tersebut merupakan

daerah keberad aan W ayang Beber di Pacitan. Untuk menunjang penelitian ini,

maka peneliti juga membaca buku -buku referensi di Perpu stakaan Pusat UNS

Surakarta, Perpustakaan Fakultas Kegu ruan dan Ilmu Pendidikan UNS,

Perpu stakaan Program Studi Pendid ikan Sejarah UNS Surakarta, Perpustakaan

Kota Pacitan dan Perpustakaan Mo numen Pers Surakarta.

2. W aktu Penelitian

Waktu penelitian merup akan jangka waktu yang peneliti gunakan u ntuk

keperluan penelitian. Dalam melakukan penelitian ini waktu yang d igunakan p ada

bulan April 2 011 sampai bulan Mei 2012.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentu k Penelitia n

Berdasarkan masalah yang ada dalam penelitian ini, maka bentuk

penelitian yang sesuai yaitu dengan menggu nakan penelitian kualitatif deskriptif.

Metod e deskriptif dapat diartikan seb agai prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki, d engan menggambarkan atau melukiskan keadaan sub yek ataupu n

obyek p enelitian (seseorang, lemb aga, masyarakat dan lain-lain) pada saat

sekarang b erdasarkan fakta-fakta yang tamp ak atau seb agaimana adanya (Hadari

Nawawi, 1991: 35).

Menurut Bogdan d alam Lexy J Moleo ng (1996: 7) penelitian kualitatif

(28)

yang sedang diteliti akan jauh lebih je las apab ila diamati d alam proses. Penelitian

kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang bergantung

pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan d engan

orang-orang tersebu t dalam bahasanya dan dalam peristilahannya (Kirk dan Miller

dalam Lexy J Moleong, 2001: 3).

Data penelitian kualitatif yang diku mpulkan terutama berupa kata-kata,

kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih bermakna dan mampu memacu

timbu lnya pemahaman yang lebih nyata daripada berupa angka atau frekuensi.

Peneliti m enekankan catatan dengan deskripsi kalimat yang rinci, lengkap dan

mendalam, yang menggambarkan situasi seb enarnya guna mendukung pen yajian

data.

Metod e penelitian kualitatif digunakan karena dalam penelitian ini

data-data yang akan diteliti merupakan data-data-data-data pad a masa sekarang. Metode

penelitian kualitatif juga digunakan karena beberapa pertimb angan. Pertama,

menyesuaikan metod e ku alitatif lebih mud ah ap abila berhadapan dengan

kenyataan-gand a; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakekat

hubungan antara peneliti dan resp onden; d an ketiga, metod e ini lebih peka dan

lebih dapat menyesuaikan diri dengan ban yak penajaman pengaruh bersama dan

terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Penelitian kualitatif menekankan pada analisis induktif, bukan analisis

deduktif. Data yang d iku mpulkan bu kan dimaksudkan u ntuk menduku ng atau

menolak hip otesis yang tela h d isusun sebelum penelitian dimulai, tetapi abstraksi

disusun sebagai kekhususan yang telah terkumpul dan dikelompokkan bersama

melalui proses pengumpulan data yang telah dilaksanakan secara teliti (H.B

Sutopo, 2006: 40-41). Hal ini sesuai dengan kajian yang d iamati tentang Wayang

Beb er di Desa Gedompol, Kecamatan Do norojo, Kabup aten Pacitan.

2. Strategi Penelitian

Strategi adalah cara dalam melaksanakan suatu pro yek atau cara dalam

mencapai tujuan. Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti

(29)

masalah-masalah kerja untuk memahami ob yek yang menjadi sasaran ilmiah yang

bersangkutan (Koentjaraningrat, 1982:7).

Ditinjau d ari masalah yang diangkat, teknik serta alat yang digunakan

maka dapat digunakan strategi pe nelitan studi kasus. Stud i kasus memusatka n

perhatian pada kasu s secara inte nsif d an mendetail. Subyek yang diselid iki terdiri

dari satu u nit yang dip and ang sebagai kasus. Kasus dap at terbatas pada satu

peristiwa, d esa, ataupun kelompok manusia dan ob yek lain-lain yang cukup

terbatas yang d ip andang sebagai kesatuan. Termasuk didalam p erhatian ialah

segala sesuatu ya ng mempunyai arti dalam riwayat kasus, misalnya peristiwa

terjad inya, perkembangannya, dan perubaha n-perubahannya (Winarno

Surakhmad, 1994: 140).

Penelitian ini menggunakan strategi stud i kasus terpancang tu nggal.

Disebut terp ancang karena sasaran dan tujuan serta masalah yang disebut sudah

ditetapkan sebelum terjun ke lapangan atau tempat penelitian. Tunggal karena

obyek p ene litian hanya satu, yaitu wayang beber yang b erada di Desa Gedompol

Kecamatan Dono rojo Kabupaten Pacitan.

C. Sumber Data

Dalam suatu penelitian ilm iah diperlukan data. Data dikumpu lkan

berdasarkan tujuan penelitian, sehingga su mber datan ya juga berdasarkan

penelitian serta p ertanyaan peneliti sebagai arahan penelitian. Ad apun su mber

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Informan

Informan adalah seseorang yang dap at memberikan informasi atau keteranga n

mengenai seluk beluk permasalahan yang diperlukan d alam p enelitian (HB.

Sutopo, 1988). Data yang sesuai dengan obyek yang diteliti, hendaknya

memenuhi syarat-syarat untuk mencari informasi yang jujur dan dapat dipercaya

dalam memberikan keterangan kepad a peneliti. Adapun cara yang ditempu h

ad alah melalui keterangan orang yang berwenang baik secara formal maupun

info rmal. Secara formal melalui pemerintah, sed angkan secara informal melalui

(30)

2. Tempat dan P eristiwa

Dalam p enelitian ini ob yek penelitian merupakan sumber d ata yang p enting.

Dari tempat penelitian akan muncu l fenomena dan data yang sangat d iperlukan

bagi p eneliti. Fenomena dan data tersebut dip eroleh d ari para masyarakat desa

Gedompol, kepala desa Gedompol serta Pemkab kabupaten Pacitan.

3. Dokumen dan Arsip

Dokumen atau arsip merupakan bahan tertulis yang dapat digunakan sebagai

sumber data, yang digunakan dan berkaitan d engan masalah yang sed ang

dip elajari saat ini. Menurut HB Su topo (2002: 54) doku men dan arsip merupakan

sumber d ata yang sangat penting artinya dalam p enelitian kualitatif. Sasaran

penulisann ya harus terarah pada latar belakang d engan kondisi peristiwa terkini

yang sedang d ipelajari.

D. Teknik Sampling

Dalam penelitian kualitatif, untuk mendapatkan d ata yang lengkap

digunakan te knik sampling (cuplikan). Cuplikan berkaitan dengan pemb atasan

jumlah dan jenis dari su mber data yang akan digunakan dalam p enelitian.

Pemikiran mengenai cuplikan ini hampir tidak bisa dihindari oleh peneliti dalam

pelaksanaan penelitiannya, mengingat adanya beragam keterbatasan yang

dihadapi peneliti.

Teknik samp ling adalah cara untuk menentukan sampel yang ju mlahnya

sesuai dengan uku ran samp el yang akan dijad ikan sumber d ata seb enarnya,

dengan memperhatikan sifat-sifat dan pen yebaran populasi agar diperoleh sampel

yang representatif atau benar-benar mewakili populasi (Hadari Nawawi, 1995:

152). Teknik cup likan (sampling) cend erung menggunakan teknik cuplika n yang

bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan konsep teoritis yang

digunakan, keingintahuan pribadi peneliti, karakteristik empiris dan lain-la in.

Oleh karena itu cuplikan yang akan digunaka n dalam penelitian ini bersifat

Purposive Sampling (sampel bertuju an), dengan kecenderungan peneliti u ntu k

(31)

mendapatkan data yang memilliki kebenaran dan pengetahu an yang dapat

dip ertanggung jawabkan secara empiris.

Selain Purposive Sampling juga digunakan Snowball Sampling, yaitu

teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awal yaitu jumlahnya sedikit,

lama kelamaan me njadi banyak. Info rman awal d ipilih secara p urposive, yang

menguasai permasalahan yang diteliti, sehingga jumlah informan semakin

berkembang (Su giyo no, 2005: 54).

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Mohammad Nazir (1988: 211), teknik pengumpulan data adalah

prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.

Selalu ada hubu ngan antara metod e p engumpulan data dengan masalah peneliti

yang ingin dipecahkan. Teknik pengumpu lan d ata merupakan suatu langkah yang

digunakan untu k memperoleh data sesuai dengan apa yang diharapkan. Teknik

pengumpulan data meliputi:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan

oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengaju kan pertanyaan dan yang

diwawancara yang memberikan jawaban. Wawancara bertujuan untu k

mendapatkan keterangan dan meminta pend apat dari pihak yang dijadikan seb agai

info rman, serta untuk lebih memahami ob yek penelitian secara cermat dan akurat,

sehingga d iperoleh kesempurnaan data dan hasil penelitian yang bersifat obyektif

(Koentjaraningrat, 1983: 128). Kelebiha n dari wawancara yaitu penelitian bisa

kontak langsung d engan responden sehingga d apat mengungkapkan jawaban

secara lebih bebas d an mendalam (Nana Sudjana d an Ibrahim 1989: 102).

Teknik wawancara ada tiga yaitu wawancara terbuka, wawancara

terstruktur dan wawancara berencana dan tak berencana. Wawancara terbuka

karena dalam wawancara tersebut para sub yekn ya mengetahui maksu d dan tujuan

dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Wawancara terstruktur adalah

wawancara yang pewawancaran ya menetapkan sendiri masalah d an pertanyaan

(32)

berencana dilakukan terhadap info rman yang diseleksi dan para info rman berada

dalam waktu dan tempat yang sama atau disebut wawancara formal, sedangkan

wawancara tidak b erencana dilakukan dengan orang yang peneliti jumpai secara

kebetu lan dalam waktu dan tempat yang tid ak ditentu kan atau disebut wawancara

non fo rmal. Dalam p enelitian ini metod e wawancara yang digunakan o leh peneliti

ad alah wawancara terbuka d an wawancara tid ak b erencana. Proses wawancara

dalam penelitan ini peneliti mewawancarai d alang, anggota keluarga pemilik

Wayang Beber, calon d alang yang baru dan tokoh masyarakat.

Dalam melaksanakan wawancara, melibatkan beberapa tahapan yang

memerlukan perhatian karena untuk mendapatkan d ata yang sesuai d engan

kebutuhan perlengkap an dan pendalaman (HB.Su topo, 2002 : 60 ). Tahapan

tersebut meliputi:

1. Penentuan siapa yang akan diwawancarai.

Peneliti harus bisa mewawancarai informan yang memang memiliki

info rmasi yang benar, lengkap, dan mendalam. Oleh karena itu sejak awal peneliti

perlu memilih dan menentukan informan yang dianggap tep at, dan menentukan

kapan, serta dimana wawancara akan dilaku kan.

2. Persiapan wawancara.

Persiapan wawancara ini merupakan tugas peneliti yang kenyataannya

sering dilupakan karena tidak dianggap penting. Selain itu pene liti juga perlu

membu at rencana mengenai jenis informasi apa saja yang akan d igali. Beragam

info rmasi yang akan digali dalam menghadap i seseorang yang akan

diwawancarai, perlu disiapkan d alam bentuk tertu lis.

3. Langkah awal.

Pada saat pertemuan dengan informan, peneliti perlu benar-benar

memahami konteksn ya agar suasana wawancara bisa berjalan lancar. Oleh karena

itu peneliti perlu menjalin keakraban dengan informan yang dihadapin ya, dan

memberikan kesempatan pad a informan untu k mengorganisasikan apa yang ada

(33)

4. Cara agar wawancara bersifat produktif.

Irama wawancara perlu di u sahakan d ijaga supaya tetap santai dan lancar.

Peneliti jangan banyak memotong p embicaraan, d an beru saha menjad i pendengar

yang baik tetapi kritis. Peneliti jangan banyak b icara supaya bisa belajar leb ih

banyak dalam kelancaran p rosesn ya. Disini peneliti tetap menjaga pembicaraan

agar semakin terfokus dan mendalam, d an mamp u mengungkap hal-hal yang agak

berulang demi pendalamannya, selama tidak mengganggu kelancaran

pembicaraan informannya.

5. Penghentian wawancara dan mendapatkan simpulan.

Peneliti perlu memahami kondisi pelaksanaan wawancara dengan

produ ktivitasnya.

2. Observasi

Observasi dap at dilakukan secara formal maupun informal dan tidak hanya

sekali saja. Data observasi b iasanya berup a deskrip si yang faktu al cermat terinci

mengenai kead aan lapangan kegiatan manusia d an situ asi sosial. Dalam penelitian

ini akan dilakukan dengan cara formal dan informal untu k mengamati kegiatan

pokok. Peneliti akan mendapatkan d ata dari sumb er berupa tempat atau lokasi

serta gambar d an juga peristiwa dengan observasi. Observasi dap at memudahka n

bagi peneliti untuk mendapatkan data secara mendalam, sebab peneliti sudah

melihat sendiri bagaimana keadaan ob yek terseb ut.

Dengan d emikian observasi merupakan metode pengumpu lan data yang

sangat penting d alam suatu penelitian. Data yang dip eroleh dari ob servasi

merupakan hasil pengamatan/p enyelid ikan yang dilakukan secara sistematis

terhadap kegiatan yang terjadi.

3. Analisis Dokumen

Untuk memperjelas dari wawancara dan o bservasi dilakukan teknik

pengumpulan data dengan do kumentasi. Dokumen ad alah setiap b ahan yang

tertulis ataupun lisan. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data yang bersumb er d ari arsip dan dokumen pribad i dan

(34)

tentang tind akan, pengalaman, d an kepercayaan. Doku men resmi b anya k

terkumpul di instansi pemerintah, lembaga, dan kantor.

Analisis do kumen ini dilakukan untu k mengumpulkan data-data dari arsip

tertulis yang relevan dengan Waya ng Beb er. Di samping itu juga untu k

mengetahui seluk beluk sejarah munculn ya Wa yang Beb er di P acitan.

F. Validitas Data

Validitas data dilakukan dengan Trianggulasi d ata atau sumber. Valid itas

data adalah alat u kur yang b erfungsi u ntuk menguku r dengan tep at mengenai

geja la-gejala yang hendak d iukur sehingga dapat d itentukan d ata tersebut valid

atau tidak untuk digunakan d alam sumber penelitian. Untuk mencapai tujuan

tersebut dilakukan dengan cara triangu lasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsaha n data yang memanfatkan sesuatu di luar d ata itu untu k keperluan

pengecekan atau p embanding (Lexy J Moleong, 1990: 178 ). Tujuan triangu lasi

ad alah membandingkan informasi tentang hal yang sama diperoleh dari berbagai

pihak agar data lebih valid.

Trianggu lasi dengan sumber berarti memb andingkan dan mengece k balik

kepercayaan suatu informasi yang dip eroleh melalui waktu dan alat ya ng berbeda

dengan metode ku alitatif. Hal tersebut akan dicapai dengan jalan :

a.Memb andingkan data hasil pengamatan d engan data hasil wawancara.

b.Memb andingkan pernyataan orang d i d epan u mu m dengan apa yang

dikata kan secara p ribadi.

c.Memb andingkan apa yang dikata kan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan ap a yang d ikatakannya sepanjang waktu.

d. Memb and ingkan keadaan d an perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan p andangan orang lain.

e. Memb and ingkan hasil wawancara dengan isi su atu dokumen ya ng

(35)

G. Analisis Data

Menurut Lex y J Mo leo ng (2001 : 103) analisis d ata adalah proses

pengorganisasian dan mengurutkan d ata ke dalam pola, kategori dan satuan uraian

dasar sehingga ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang

disarankan oleh d ata yang did apat.

Analisis d ata dilakukan sejak awal pengumpulan data sampai selama

pengumpulan data, hal ini dimaksu dkan untu k mendapatkan kesimp ulan

sementara sampai akhir penelitia n. Dalam pro ses analisis data ad a tiga kompo nen

yang saling berkaitan untuk menentukan hasil akhir data sebagai

kesimpulan,diantaran ya:

1. Reduksi Data.

Merup akan pro ses seleksi umum pemfo kusan dan pen yederhanaan yang

dilakukan selama penelitian b aik seb elu m, selama p engumpulan sampai akhir

pengumpulan data. Reduksi data ini sudah dilakukan sejak pengambilan

keputusan rencana kerja, p emilihan kasus, men yu sun p roposal, membu at

pertanyaan maupun cara pengumpulan data yang akan d ilaku kan. Hal ini akan

berlanjut selama p engumpulan d ata b erlangsu ng sampai laporan akhir disusun.

2. Penya jian Data.

Sekumpulan info rmasi tersusun yang memb eri kemungkinan adanya

penarikan kesimpu lan dan pengambilan tindakan. Penyajian-penyajian akan

berbentuk matriks, gambar, grafik, jaringan, bagan atau skema. Semuanya

dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusu n dalam su atu b entu k yang

padu dan mudah d iraih.

3. Penarikan Kesimpulan.

Merup akan langkah terakhir dalam analisa data u ntuk mengambil

kesimpulan semenjak data terkumpul. Penarikan kesimpulan adalah suatu bentuk

pemahaman d ari berbagai hal yang d itemu i dalam penelitian d engan melakukan

pencatatan, peraturan-peraturan, pertanyaan-pertanyaan, konfigurasi yang

mu ngkin, sebab-akib at (HB.Sutopo, 1989 :3).

Red uksi data, p enyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi

(36)

pengumpulan data dalam bentu k yang sejajar, untuk membangun wawasan u mu m

yang d isebut analisis. Dalam pand angan ini tiga jenis kegiatan analisis dan

kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan proses siklus dan interaktif.

Peneliti harus siap bergerak di antara empat sumbu kumparan itu selama

pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak-balik di antara kegiatan reduksi,

penyajian, dan p enarikan kesimpu lan selama sisa waktu penelitian (M iles dan

Huberman, 1992: 19).

Skema pengolahan data menurut Miles dan Huberman (1992 : 20) ya itu

seb agai berikut :

Dalam mod el analisis data ini d imulai dari alur kegiatan yang terjadi

bersama dan saling terkait satu sama lain, yaitu:

1. Pengumpulan dan pengambilan data dengan menelaah selu ruh d ata yang

tersed ia d ari berbagai su mb er, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah

ditulis dalam catatan lapanga n, dokumentasi prib ad i, gambar, foto, dan

seb againya (M oleong, 2005:190). Pengu mpulan

Data

Pen ya jian Data Reduksi

Data

(37)

2. Reduksi data merupakan proses seleksi, memfokuskan, pen yederhanaan

dan abstraksi data. Pro ses ini berlangsung terus sep anjang p elaksanaan

pengu mpulan data. Redu ksi data merupakan suatu b entu k analisis yang

menajam kan, menggolongkan, mengarahkan, membu ang yang tidak perlu

dan mengorganisasi d ata dengan cara sedemikian rupa hingga kesimp

ulan-kesimpulan finalnya dapat d itarik dan diverifikasi (M iles d an Huberman,

1992:16).

3. Penyajian data adalah mengorganisasikan info rmasi yang memungkinka n

kesimpulan riset dilakukan. Dengan melihat sajian data, peneliti akan leb ih

memahami berbagai hal yang terjad i dan memungkinkan untuk

mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tind akan lain b erdasarkan

pemahaman tersebut. Semuanya ini disusun guna merakit informasi secara

teratur supaya mud ah dimengerti.

4. Penarikan kesimpulan meru pakan p ola proses yang dap at dilakukan dari

sajian data dan apabila kesimp ulan kurang jelas d an kurang memiliki

la ndasan yang kuat maka dapat menamb ahkan kembali pad a reduksi data

dan sajian data. Kesimpu lan yang perlu diverifikasi, yang b erupa suatu

pengu langan dengan gerak cepat, sebagai pemikiran kedua yang melintas

(38)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Wilayah Desa Gedompol

1. Kondisi Geografis

Secara geografis Desa Gedompol terletak di Kecamatan Donorojo,

Kabup aten Pacitan, Prop insi Jawa Timur. Ko ndisi lingkungan fisik Desa

Gedompol sebagian besar berupa bu kit dan termasuk d eretan pegunu ngan seribu

yang m embu ju r sepanjang Pulau Jawa. Secara ad ministratif d esa ini dibatasi oleh

desa-desa yang lain, diantaranya adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Desa Cemeng

Sebelah selatan : Desa Sukodono

Sebelah timu r : Desa Klepu

Sebelah barat : Berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah

Kehidupan masyarakat sebagian besar adalah bekerja pada bid ang

pertanian dan mengolah lahan kering. Pada waktu musim penghujan ditanami padi dan menjelang musim kemarau ditanami palawija. Desa gedompol yang terletak

pada daerah pegunungan memiliki akses yang ku rang bagus. Jalan menu ju Desa

Gedompol banyak yang rusak, sehingga perlu diperhatikan oleh pemerintah.

2. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk D es a Gedompol Kecamatan Donoro jo Kabupaten

Pacitan ini berdasarkan data pada akhir bulan April 2011 tercatat sebanyak 2882

jiwa, yang terdiri dari 1413 o rang laki-la ki dan 1469 orang perempuan dengan 833

kepala keluarga.

a. Kondisi Ekonomi Penduduk.

Mata pencaharia n merupakan su atu aktivitas atau u saha manusia yang

berfungsi untuk mencukupi keb utu han eko nomi keluarga guna mencap ai

kehidupan yang layak. Mata pencaharian setiap orang berbeda-beda sesuai dengan

(39)

Penduduk Desa Ged ompol memiliki mata pencaharia n yang berbeda-bed a

antara penduduk satu dengan yang lain, hal ini d ikarenakan letak suatu d esa dan

juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penduduk Desa

Gedompol. Untu k lebih jelasnya mengenai mata pencaharian penduduk D es a

Gedompol Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan dapat dilihat dari tabel

berikut:

Tabel 1. Jumlah penduduk menu rut mata pencaharian.

No. Mata Pencaharian Jumlah

1. Petani sendiri 514

2. Bu ruh tani 138

3. Nelayan 0

4. Pengu saha sedang/b esar 0

5. Pengu saha kecil 15

6. Bu ruh bangunan 50

7. Bu ruh industry 64

8. Ped agang 36

9. Penga ngkutan 10

10. Pegawai Negeri 8

11. ABRI 0

12. Pensiun 10

13. Lain-lain 472

Jumlah 1317

Sumb er : Kantor Desa Gedompol, Monografi 2011.

Dari tab el tersebut di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk di

De s a Gedompol Kecamatan Do norojo b ermata pencaharian di sektor pertanian

seb agai petani yang m encapai angka 514 orang. Hal tersebut dikarenakan di Desa

ini masih banyak terdapat lahan pertanian yang dimiliki oleh penduduk setempat.

Kemudian di sektor usaha kecil, p enduduk Desa Gedompol hanya 15 o rang.

(40)

b. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.

Kompo sisi penduduk menurut tingkat p end idikan d apat memberika n

gambaran tentang keadaan atau perkembangan pendid ikan su atu penduduk pada

suatu d aerah. Setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendid ikan

setinggi-tingginya sesuai d engan kemampuan mereka masing-masing baik di

bid ang ekonomi maupu n non ekonomi. Dengan pendidikan dapat meningkatkan

harkat, martabat seseorang. Pendidikan dap at dilaksanakan dimana saja sep erti di

lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, lingku ngan masyarakat dan dalam

bentuk ap apu n baik secara pendid ikan formal maupu n non formal. Tingkat

pendidikan di Desa Ged ompol dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel.2 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan.

No. Tingkat Pendidikan Ju mlah

1. Tamat P erguruan Tinggi 14

2. Tamat S LTA 93

3. Tamat S LTP 169

4. Tamat S D 231

5. Tidak tamat SD 149

6. Belum tamat SD 134

7. Tidak sekolah 230

Jumlah 1121

Sumb er : Kantor Desa Gedompol, Monografi 2011.

Dari tabel d i atas sebagian besar p endudu k Desa Gedo mpol tela h

mengenyam pend id ikan secara fo rmal dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai

Perguruan Tinggi, tetapi sebagian besar p enduduk Desa Gedompol mengen yam

pendidikan hanya sampai lulu s Sekolah Dasar (SD) saja yang mencap ai 231 o rang

sehingga Desa Ged ompol termasuk golongan bawah.

c. Kondisi Sosial Budaya Penduduk.

Wayang Beber Pacitan dianggap sebagai benda yang bertuah yang masih

(41)

kemen yan d an barang lainn ya yang dianggap perlu. Dalang kemudian diminta

untuk membacakan mantra-mantra terhad ap sesajen yang d ibawa agar keinginan

orang yang mempunyai hajat tersebut terkabul.

Pada generasi mu da kenyataa nn ya menunju kka n hanya tin ggal seb agian

kecil saja angkatan muda yang menggemari wayang terutama sekali ad ala h

Wayang Beber. P ad a pertunju kan Wayang Beber, hanya beberapa dan nyaris tidak

ad a generasi mu da yang datang untuk melihat. Kebanyakan mereka hanya

mendengar naman ya saja yaitu Wayang Beb er. Awal perkembangan berbagai

bentuk hiburan seperti: dangdu t, campursari dan film berpengaru h terhadap

perkembangan dari Wayang beber. Bentuk-bentuk hiburan baru di masyarakat,

mampu meminggirkan dan secara pelan-pelan telah membunuh keja yaan Wayang

Beb er.

Meskipun semakin ditinggalkan penonto n karena berbagai alasan, oleh

seb agia n masyarakat Pacitan terutama warga desa Karang Talun, desa Gedo mpol

masih dipelihara dan dilestarikan sebagai sarana upacara ad at yang berkaitan

dengan siklus hidup.

B. Eksistensi Wayang Beber Pacitan

1. Asal-usul Wayang Beber Pacitan

Ind onesia memiliki beragam seni pertunjukan diantaranya adalah seni

pertunju kan wayang. Wa yang merupakan perwujudan ekspresi kebudayaan yang

bernilai tinggi, baik pada seni pertunjukannya maupun dari sisi filosofi yang

terkandung di dalamnya. Berdasar hal ini, maka pada tanggal 7 November 2003,

UNESCO mengukuhkan wa ya ng Indonesia sebagai warisa n b ud aya. Pengakua n

UNESCO terhadap wayang Indonesia memb uktikan bahwa wayang merupakan de

haute culture (high culture) dan merupakan karya mo numental bangsa Indo nesia

untuk dunia (Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari, 2007: 177-178).

Di Jawa khususnya, terdapat beragam jenis wayang antara lain W ayang

Beb er, wayang klitik, wayang purwo, wayang go lek, wayang suluh, wayang

wahyu , wa yang budha dan lain-lain. W ayang mengalam i perkembangan yang

(42)

menjadikan op timis semua kalangan bahwa ada harapan terang bagi pelestarian,

perlindungan d an pengembangan wayang Indonesia.

Wayang Beber berbeda dengan wa yang-wayang lainn ya yang sama-sam a

digunakan untuk kepentingan pertu njukan. Perbedaan tersebut d iantara nya adalah

pada bentuk wayangnya. Pementasan wa yang purwa misalnya, menampilkan

bentuk manusia, raksasa, binatang, tumbu h-tumbu han, senjata dan la in-la in,

ditampilkan send iri lengkap dengan tangkai pemegang wayang dan atau tangkai

penggera knya. Sed angkan pada W ayang Beb er menampilkan episo de cerita

(pejagongan) berupa gu lungan lembaran gambar dalam pementasannya. Keunikan

inilah yang menjadikan W ayang Beber merupakan p erwujudan hasil budaya yang

istimewa d an perlu mendapat perhatian serius dari masyarakat dan p emerintah.

Konsep si mengenai kebudayaan penting untuk dipap arkan dalam tulisa n

ini sebagai pijakan d alam kita m emahami proses dan program pelestarian suatu

entitas kebud ayaan. Koentjaraningrat (2002: 186) mendefinisikan wujud

kebuda yaan menjad i 3 yaitu:

a. Wujud kebudayaan sebagai suatu ko mpleks dari ide-id e, gagasan,

nilai-nilai, norma-norma, p eraturan dan sebagainya.

b. Wujud kebudayaan sebagai su atu kompleks aktivitas serta tingkah laku

dari manu sia dalam masyarakat.

c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manu sia.

Wayang Beber merupakan formulasi dari nilai-nilai, tingkah laku dari

manusia d alam masyarakat serta hasil kar ya manusia. Ketiganya saling berkait

erat satu d engan yang lainnya. Pikiran, ide, nilai kehidupan, tindakan dan kar ya

manusia yang dituangkan dalam dan menjadi W ayang Beber merup akan salah

satu bentuk manifestasi peradaban yang p erlu mendapat ap resiasi dan p elestarian.

Norma hidup terwujud d alam bentuk alam pikir, alam budi, alam karya,

alam tata susila dan b eragam alam seni yang meliputinya seperti seni rupa, seni

sastra, seni suara, seni tari, seni pertunjukan, dan lain-la in. Wayang Beber menjadi

satu bagian d ari seni p ertunjukan. Penelusuran akan keberad aannya, khususnya

(43)

identik dengan pendekatan multi-disipliner d alam memand ang sebu ah kasus

obyek penelitian yang diteliti (Bud iono Heru sato to, 2008: 10).

Asal u sul sejarah keberadaan Wa yang Beber hingga kini b elum diketahui

dengan p asti. Menurut Serat Centini, ketika Jaka Susuruh bertakhta di Majapahit

dengan gelar Raja Bratama membuat gambar wayang mencontoh gambar wayang

dari Kediri atau Jenggala. Namun gambar wayang tersebu t tidak digoreskan pada

daun lontar melainkan pad a kertas yang digulung menjadi satu. Pengerjaan

wayang tersebut selesai pada tahun 1361 M. Wayang Beber kemudian

berkembang hingga zaman Majapahit akhir. Konon pada saat itu ada putra Prabu

Brawijaya yang sangat pandai menggambar hingga hasil gambarnya terkenal

dengan nama Sungging Prabangkara. Putra Prabu Brawijaya bertugas melengkap i

dan membuat pakaian Wa yang Beber yang tertera diatas kertas dengan

menggunakan c at yang beraneka warna d an disesuaikan dengan wujud dan

tingkatannya. Karya ini selesai pada tahun 1378 M (Heru S Sudjarwo, d kk., 2010:

51).

Berdasarkan catata n Ma Huan, Wayang Beber Pacitan diperkirakan dibu at

pada tahun 1614 tahun Jawa atau 1692 Masehi. Ma Huan adalah seorang pelaut

dari Cina yang mengiringi perjalanan Laksamana Ceng Ho dalam perjalanannya

mengelilingi dunia. Usia tersebut dipadukan dengan salah satu sengkala yang ada

pada W ayang Beber yang berbunyi, “Gawe Srabi Jinamah ing Wo ng”, yang

berarti gawe: 4, Srabi: 1, Jinamah: 6 dan Wong: 1 , kalau dibalik dan disu sun

angkanya menjadi 1614. Melihat p enafsiran dari sengkala tersebut maka dap at

diambil kesimpulan adanya kesamaan antara catatan Ma Huan dengan apa yang

disampaikan dalam laporan Ma Huan.

G.A.J Hazeu p ernah menu lis mengenai Wayang Beber yang d iperto tonkan

di Yo gyakarta. Tertera d alam Notulen deel XI dari Bat.Gen.van Kunstenen

Wetenschappen tahun 1909. Dalam laporannya, d itu liskan bahwa Wayang Beber

Pacitan dianggap sebagai benda yang bertuah yang masih sesekali dip ertontonka n

di Pacita n. Orang-orang yang mempu nyai nadzar, kau l dan sebagainya datang ke

rumah dalang dengan membawa kemb ang b oreh, kemen yan d an barang lainnya

Gambar

Tabel 1. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara dengan nasabah ANM mengenai pengalaman pelayanan dari segi sikap, tampilan, sarana dan prasarana, perhatian pegawai, aksi pegawai dalam

Dalam penelitian ini akan dibahas tiga faktor yang dianggap sangat sesuai dengan kondisi obyek penelitian dimana masing-masing mewakili personal individu karyawan

Sehingga dalam pembahasan ini hanya dibatasi pada bahan atap yang sudah umum digunakan yaitu bahan atap genteng beton, atap genteng dari tanah liat dan atap dari

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya selama pembuatan Skripsi ini, sehingga penulisan Skripsi dapat terselesaikan dengan

Kesimpulan: Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa profil histopatologis mastitis kronis yang paling banyak ditemukan di kabupaten Sarolangun adalah mastitis

Pada solusio plasenta ringan umumnya ibu tidak merasakan gejala klinis yang jelas, hanya mengatakan terdapat perdarahan sedikit, tetapi pada solusio plasenta

Dalam hal ini masyarakat belum puas dengan pelayanan yang diberikan oleh KPU dalam proses pemutakhiran daftar pemilih tetap yang dibuktikan dengan adanya keluhan dari

Berdasarkan perencanaan jalan yang mengacu pada Manual Perkerasan Jalan 2017 menggunakan bagan desain 3A, didapatkan desain susunan perkerasan lentur pada lapis