• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

4.3. Hasil Penelitian

4.3.1. Pemahaman Anggaran Dalam Perencanaan Keuangan Keluarga

Anggaran adalah rencana kerja organisasi dimasa mendatang yang diwujudkan dalam bentuk kuantitatif, formal, dan sistematis. Oleh karena itu diperlukan suatu pemahaman terhadap anggaran tersebut supaya dapat menentukan perencanaan keuangannya terutama perencanaan dalam keluarga. Berikut adalah hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai pemahamannya tentang pemahaman anggaran dalam perencanaan keuangan dalam keluarga.

Menurut pak F sebagai dosen akuntansi yang terbilang masih muda, berpendapat bahwa:

“Berarti kan kita merencanakan keuangan baik untuk pemasukan dan pengeluaran, terutama untuk pengeluaran jangka waktu pendek sudah pasti berkaitan dengan pengeluaran dan pemasukan bulanan sedangkan jangka waktu panjang sudah ada namun biasanya kita gak spesifik untuk apa aja yang penting sekarang uangnya ditabung dulu. Untuk jangka panjangnya kayak buat sekolah anak dan kebutuhan lainnya cuma kurang spesifiknya sekarang belum ada tujuan kita mau kemana belum ada yang penting kita nabung dulu. Gitu aja”

Berdasarkan jawaban dari pak F tersebut dapat diketahui bahwa anggaran merupakan perencanaan keuangan baik pemasukan maupun pengeluaran, terutama pada pengeluaran jangka pendek yang berkaitan dengan pengeluaran dan pemasukan bulanan. Sedangkan anggaran untuk jangka panjang (dana pendidikan,

tersebut didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh pak M:

“Anggaran itu perencanaan keuangan untuk jangka pendek dalam 1 bulan saja, jadi untuk kegiatan belanja untuk keperluan rumah tangga. Untuk jangka panjang tidak ada jadi jalan apa adanya aja, kalau untuk jangka pendek perlu adanya alokasi dana.”

Berdasarkan pendapat dari pak M tersebut dapat diketahui bahwa anggaran merupakan perencanaan keuangan jangka pendek dalam satu bulan yang dipergunakan untuk belanja dalam keperluan rumah tangga, tidak termasuk perencanaan jangka panjang. Karena perencanaan digunakan hanya dalam jangka pendek saja, sedangkan untuk jangka panjang lebih jalan apa adanya. Sedangkan menurut pendapat pak A mengemukakan sebagai berikut:

“Kalau saya sih sederhana saja, karena istri saya dokter. Dia punya bayaran dan saya pun jadi saya tidak pernah kasih pada istri saya untuk uang belanja. Uang saya untuk saya tabung untuk beli rumah sampai sekarang saya punya rumah ada 10, sedangkan kebutuhan uang belanja, sekolah dan urusan rumah tangga itu dari istri saya.” Berdasarkan pendapat dari pak A tersebut dapat diketahui bahwa anggaran adalah perencanaan keuangan yang diatur dalam rumah tangga. Menurut pendapat ibu E anggaran adalah:

“Anggaran dalam rumah tangga, mengatur yo’opo carane minimal cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan sekeluarga dan menurut saya standarnya kita harus bikin pos-pos untuk kebutuhan-kebutuhan.”

Berdasarkan pendapat dari ibu E di atas dapat diketahui bahwa anggaran merupakan pengaturan keuangan dalam rumah tangga mengenai cara pendapatan yang diterima bisa menutupi pengeluaran pada setiap bulannya sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Ibu E merencanakan dan mengelola keuangannya

dengan mengalokasikan 10 pos amplop yang berbeda. Dan menurut beliau standarisasi nya seseorang itu membuat rencana anggaran dalam keuangannya, tapi bukan berarti kita hanya terpaku oleh standar yang telah kita buat tanpa melihat realita yang terjadi.

Jika masih ada sisa pendapatan setelah dikonsumsi, bentuk alokasi kedua adalah menabung (saving). Contohnya adalah anda menyimpan sebagian dari pendapatan di bank secara periodik agar mempunyai sejumlah uang yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terduga/mendadak. Motivasi utamanya adalah berjaga-jaga (precautionary). Sedangkan alternatif terakhir yaitu investasi merupakan suatu bentuk pengalokasian pendapatan yang dilakukan saat ini untuk memperoleh manfaat keuntungan (return) di kemudian hari yang bisa melebihi modal investasi yang anda keluarkan saat ini. Dengan memperoleh return investasi, seseorang bisa berharap bahwa kemakmurannya (wealth

“Saya itu punya (1) rumah ada 3 : ada daerah buduran, kebraon sama di deket lapindo, (2) mobil dan sepeda motor ada 3. Rumah yang dideket lapindo itudapat ganti rugi Rp 164.000.000 trus dikurangi Rp 16.000.000 untuk sisa angsuran. Uang tadi saya pakai

) akan bisa ditingkatkan.

Dalam setiap anggaran yang direncanakan terdapat anggaran yang dikhususkan untuk diinvestasikan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan di luar dugaan, misalkan keperluan yang membutuhkan dana yang cukup besar sehingga anggaran yang sudah ditetapkan tidak bisa mencukupi. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu investasi yang dapat digunakan sewaktu-waktu. Dari hasil wawancara dengan pak M, yang menjelaskan sebgaai berikut:

motor beat.”

Berdasarkan pendapat dari pak M tersebut dapat diketahui bahwa pak Munari memiliki investasi yang berupa 3 buah rumah, dimana salah satu rumah tersebut terkena lumpur Lapindo dan mendapatkan gati rugi sebesar RP. 164.000.000 yang dikemudian digunakan untuk keperluan lainnya. Sedangkan pak A juga memilih investasi dalam bentuk rumah, berikut adalah keterangan dari bapak A:

“Uang saya untuk saya tabung untuk beli rumah sampai sekarang saya punya rumah ada 10. Di surabaya ada 8 dan diluar kota ada di lawang dan yang satu lagi di tanggulangin yang terendam lumpur lapindo tapi dapat penggantiannya juga, dulu kita beli 32 juta dan dapat penggantian 166 juta. Itu bukan ganti rugi tapi ganti untung (sambil tertawa) karena saya malah untung, dan saya dari tahun 1981 selalu beli dari YKP semua.”

Berdasarkan pendapat dari pak A tersebut dapat diketahui bahwa bapak Achsan sependapat dengan bapak M yang lebih memilih berinvestasi dalam bentuk rumah daripada investasi dalam bentuk yang lainnya, misalnya bapak A yang menambahkan bahwa selain berinvestasi dalam bentuk rumah juga ada investasi dalam bentuk deposito:

“Ada, saya taruh dikoperasinya UPN. Karena dikoperasi sini (UPN) itu bunganya 10 % per tahun, selain itu saya taruh uang disana itu untuk tabungan kalau tabungannya sudah cukup akan saya belikan rumah lagi. Sedangkan kalau saya tabungkan di bank mungkin akan dapat 8 % per tahun dan akan dipotong pajak sekitar 3% jadi bersih kita terima akan 5 %. Jadi saya lebih memilih untuk menyimpan uang saya di koperasi UPN.”

Berdasarkan pendapat dari pak A tersebut dapat diketahui bahwa bapak Achsan selain dalam berinvestasi dalam bentuk rumah beliau juga berinvestasi dalam bentuk deposito yang ada di koperasi UPN. Pak A lebih memilih deposito

halnya dengan bu E yang lebih memilih berinvestasi dalam bentuk perhiasan, berikut adalah pendapat dari bu E:

“Biasanya dana cadangannya kan berupa uang tunai tapi kalau saya itu saya rupa kan berupa perhiasan. Karena kalau ada apa-apa bisa gampang dijual dan investasi dalam bentuk perhiasan itu nilainya tidak akan turun. Misal dulu saya beli per gramnya 50 ribu tapi kalau sekarang jadi 300 ribu per bulan.”

Berdasarkan pendapat dari bu E tersebut dapat diketahui bahwa bu S lebih memilih berinvestasi dalam bentuk perhiasan, karena menurutnya perhiasan memiliki nilai yang tidak akan turun dan mudah dijual kembali jika sewaktu waktu dibutuhkan untuk suatu keperluan yang membutuhkan dana lebih dari anggaran yang diposkan. Sedangkan pak F lebih memilih investasi dalam bentuk usaha yang sedang dirintis bersama dengan istrinya, berikut adalah pendapat dari pak F:

“Kebetulan sekarang aku buka counter pulsa. Rencananya mau buka ini (sambil menunjuk spanduk loket pembayaran) ya ini kan masih awal ya jadi belum tau dan rencananya aku juga mau buka Warung Hot Spot disini.”

Berdasarkan pendapat dari pak F tersebut dapat diketahui bahwa pak F lebih memilih anggarannya diinvestasikan dalam bentuk usaha yang sedang dirintis. Usaha yang sedang dirintis tersebut berupa counter pulsa, loket pembayaran dan warung Hot Spot, yang rencanaanya akan dibuka bersama istri sebagai pengurus usahanya.

Bentuk-bentuk investasi tersebut digunakan untuk berjaga-jaga apabila ada keperluan mendadak. Dengan demikian, jika mengalokasikan pendapatan untuk melakukan investasi maka berarti anda mengurangi sebagian konsumsi. Setiap

tergerus inflasi. Berikut adalah pendapat pak F mengenai pentingnya investasi: “Investasi itu harusnya penting, karena kita punya aset untuk

jaga-jaga dan sebenarnya diperlukan untuk persiapan dana yang besar.”

Berdasarkan pendapat dari pak F tersebut dapat diketahui bahwa investasi itu sangat penting mengingat banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi dan untuk jaga-jaga apabila memerlukan dana yang cukup besar sehingga diperlukan tambahan dana. Menurut pak A investasi diperlukan untuk menutupi kebutuhan ketika pensiun:

“Iya, karena saya itu kan pegawai, nantinya kalau saya pensiun saya juga dapat uang pensiun jadi mending saya investasikan dalam bentuk rumah saja selain itu saya dulu pernah investasi dalam bentuk saham yang mana investasi awalnya 50 juta di bank mandiri tapi setelah 8 bulan waktu saya ambil ternyata uangnya kok menurun jadi 47 juta padahal dulu awalnya dia (bank mandiri) janji jika saya menanam saham disana saya akan mendapatkan penghasilan tetap dengan bunga yang relatif rendah yang sama dengan hasilnya deposito. Jelas saya kecewa, waktu saya komplain ke pihak mandiri katanya sebenarnya ada penghasilan untuk setiap harinya tapi katanya kebetulan saya ini sedang sial karena harga saham sedang menurun sehingga investasi saya pun juga menurun. Maka dari itu akhirnya saya pindah alih investasi dalam bentuk rumah saja karena selain harga rumah setiap tahunnya selalu naik juga bisa dijadikan persiapan untuk anak-anak saya.”

Berdasarkan pendapat dari pak A tersebut dapat diketahui bahwa bapak A lebih memilih berinvestasi dalam bentuk rumah karena berdasarkan dari pengalaman sebelumnya yang berinvestasi dalam bentuk saham, ternyata mengalami kerugian bukan keuntungan. Oleh karena itu, pak A lebih memilih berinvestasi dalam bentuk rumah, karena harga rumah setiap tahunnya akan meningkat dari pada bentuk yang lainnya, apalagi dalam bentuk saham yang

pemenuhan kebutuhan ketika pensiun, sehingga masih dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa nara sumber tersebut, maka dapat di bentuk suatu format anggaran dari pendapatan yang diperoleh pada setiap bulannya. Berikut adalah format anggaran yang diperoleh:

1. Bapak F Penerimaan: Pendapatan suami = Rp 1.700.000,00 Pendapatan usaha I = Rp 1.000.000,00 Pendapatan usaha II = Rp 300.000,00 + Rp. 3.000.000,00 Pengeluaran: Sekolah anak = Rp 350.000,00 Telp, listrik, air = Rp 600.000,00 Pembersih, keb rumah tangga = Rp 200.000,00 Susu, vitamin dan obat anak = Rp 250.000,00 Biaya kesehatan, obat = Rp 100.000,00 Elpiji, galon = Rp 500.000,00 PRT = Rp 400.000,00 Tabungan = 2. Bapak A Rp 600.000,00 + Rp. 3.000.000,00 Penerimaan: Kost = Rp. 1.386.000,00 Gaji = Rp. 3.400.000,00 Kontrakan = Rp. 3.708.000,00 + Rp. 8.494.000,00 Pengeluaran:

Listrik, air, telp = Rp. 1.200.000,00 Bensin = Rp. 750.000,00 Tabungan = Rp. 2.544.000,00 Lain-lain = 3. Ibu E Rp. 1.000.000,00 + Rp. 8.494.000,00 Penerimaan: Gaji = Rp. 3.000.000,00 Suami = Rp. 5.000.000,00 Usaha = Rp. 6.000.000,00 + Rp. 14.000.000,00 Pengeluaran: Infaq = Rp. 350.000,00 Kebth. Bulanan = Rp. 4.550.000,00 Kesehatan = Rp. 700.000,00 Pendidikan = Rp. 1.400.000,00 Kartu kredit = Rp. 700.000,00 Rekreasi = Rp. 1.400.000,00 Asuransi = Rp. 2.100.000,00 Investasi = Rp. 1.400.000,00 Perumahan = Rp. 700.000,00 Lain-lain =

Dokumen terkait