• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3. Akuntansi Rumah Tangga

2.3.2. Pengertian Perencanaan Keuangan

Financial Planning atau perencanaan keuangan mulai populer di Indonesia sekitar tiga sampai empat tahun terakhir. Mereka yang menekuni profesi ini menyebut dirinya sebagai Financial Planner yakni orang-orang yang mendampingi individu atau keluarga untuk menyusun rencana keuangan guna mencapai tujuan-tujuan keuangan yang telah dipilih atau ditetapkan sebelumnya.

Dalam konteks ini perencanaan keuangan lebih banyak berkaitan dengan keuangan pribadi (Personal Finance) daripada keuangan perusahaan (Corporate Finance). Primeplanner, family financial planner mendefinisikan financial planning sebagai ”proses perencanaan guna mencapai tujuan-tujuan hidup melalui pengelolaan keuangan secara terampil, cerdas, dan bijaksana”. Definisi ini dibuat dalam pengertian yang lebih bersifat praktis dan operasional.

Sebagai proses, perencanaan keuangan tidak bisa dilakukan satu kali untuk selamanya-lamanya. Perencanaan akan berkembang mengikuti dinamika kehidupan dari mereka yang merencanakannya. Berbagai perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan harus terus-menerus diakomodasi untuk memperbaiki dan menyempurnakan perencanaan keuangan yang pernah dibuat sebelumnya.

Proses perencanaan menjadi penting sepanjang ada tujuan-tujuan hidup (life goals) yang ingin dicapai artinya, perencanaan yang tidak dibuat sekedar demi perencanaan itu sendiri, tetapi untuk suatu maksud yang dianggap penting bagi perencanaannya. Tujuan kehidupan, antara lain mencakup: membeli rumah, membeli mobil, mempersiapkan dana untuk menikah, malahirkan dan membesarkan anak, pendidikan anak, pensiun, mengantisipasi resiko dan melindungi diri atau keluarga dari berbagai kemungkinan buruk, merencanakan liburan keluarga kemancanegara, meningkatkan penghasilan dari waktu-kewaktu, dan sebaginya. Semua tujuan itu memerlukan perencanaan yang baik, agar peluang pencapaiannya dapat diperbesar. ”

Secara khusus proses perencanaan berkaitan dengan bidang keuangan (meskipun tidak terbatas hanya pada bidang keuangan). Dengan kaitan ini, uang dipahami lebih sebagai ”alat” dan bukan tujuan akhir. Dan agar uang dapat benar-benar ”diperalat” untuk merealisasikan tujuan masa mendatang, diperlukan berbagai keterampilan (skills), kecerdasan (intellegence) dan kearifan (WISDOM). (Sembel, 2003). Pepatah bijak mengatakan bahwa WISDOM adalah awal dari keberhasilan. Ditangan kanannya adalah awal dari keberhasilan. Ditangan kirinya ada kebahagiaan, dan jalan menuju kemakmuran. Interprestasi WISDOM bisa beraneka ragam. Sembel (2003) menggunakan WISDOM sebagai singkatan untuk mempermudah mengingat langkah perencanaan keuangan.

Tabel 2.1 : WISDOM

Sumber :

Berikut adalah langkah-langkah dalam merencanakan pengelolaan keuangan keluarga (Sembel et al. 2003).

Sembel et al, 2003

2.3.3. Proses Perencanaan Keuangan Keluarga

KONSEP PENTING : WISDOM, landasan proses keuangan W Watak, kenali situasi saat ini.

I Ingin, tentukan tujuan keuangan di masa depan. S Siasat, rancang strategi untuk mencapai tujuan itu. D Didik, tingkatan pengetahuan, keterampilan, sikap anda. O Otak / Otot, laksana strategi dengan kerja cerdas dan keras. M Manajemen / Monitoring, kelola sumberdaya dan monitor

a. Penentuan tujuan keuangan keluarga secara spesifik dan relistik.

Setelah memahami kondisi keuangan saat ini, kita lebih siap untuk menetukan tujuan keuangan yang spesifik dan relistis dalam kaitan dengan perencanaan keuangan keluarga secara terpadu. Penetapan tujuan hendaknya memiliki karakteristik Specific, Measurable, Attainable, Reality-based, dan Time-bound yang disingkat SMART.

Tabel 2.2 : SMART

Sumber :

Salah satu kunci lain dalam menentukan tjuan keuangan keluarga adalah realitis, agar secara rasional bisa dii capai melalui pelaksanaan dan usaha yang berkesinambungan. Untuk itu perlu dipertimbangkan situasi kondisi saat ini. Dalam menentukan tujuan jangan sampai tujuan ini menjadi seperti penguk merindukan bulan. Ciri realistis sangatlah penting karena tujuan keuangan merupakan pilar penting perencanaan keuangan keluarga. Tujuan yang terlalu mulus akan menjadi bomerang karena bebannya akan terasa sangat berat

Sinar Harapan, 2003

KONSEP PENTING : Tujuan harus SMART

Specific Spesifik Measurable Terukur Attainable Bisa dicapai Reality-based Realitis

sehingga menjadi enggan untuk melakukan perencanaan dan usaha pencapaiannya. Selain itu, tujuan juga harus diurutkan berdasarkan prioritasnya. Bila ada beberapa tujuan keuangan, perlu dikaji urutan prioritasnya. Keterbatasan dan kendala sumber daya yang kita miliki sering mengharuskan kita untuk memilih tujuan yang paling penting harus dicapai lebih dulu. Setelah tujuan prioritas tercapai, tujuan lain bisa dikejar bila kondisi memungkinkan.

b. Penyusunan rencana strategi untuk mencapai tujuan bertolak dari kondisi saat ini.

Setelah mengetahui tujuan awal dan tujuan keuangan keluarga, langkah selanjutnya adalah penyusunan strategi untuk mencapai tujuan keuangan keluarga itu, sebagai persiapan penyusunan strategi, perlu dilakukan analisis lebih lanjut terhadap kondisi keuangan. Dari analisis dapat dilihat terpenuhinya ciri SMART dari tujuan keuangan keluarga yang ditentukan. Analisis ini juga membantu mengidentifikasi kesesuaian antara keinginan kita atau nilai-nilai yang kita miliki dan kebiasaan serta penggunaan pendapatan bulanan. Bila ditemukan ketidak sesuaian, maka perlu ditentukan sasaran jangka pendek untuk menangani kesenjangan ini. Selanjutnya, strategi yang disusun kembali harus memenuhi ciri realistis dan memiliki batas waktu. c. Pembelajaran untuk melengkapi diri dengan pengetahuan (knowledge)

keterampilan (skill), dan sikap (attitude) yang dibutuhkan untuk melaksanakan strategi.

Perencanaan keuangan dapat membantu kita meningkatkan diri kita dengan mengarahkan kita untuk mempelajari diri kita dengan mengarahkan kita untuk mempelajari pengetahuan baru, ketrampilan baru, dan membangun sikap baru (KSA yaitu knowledge, skill, dan attiitude).

d. Pelaksaan strategi dengan bekerja keras dan bekerja cerdas.

Agar tujuan keuangan bisa tercapai, kita perlu mengembangkan kebiasaan untuk bekerja keras dan cerdas (Work hard and Smart). Kebiasaan inilah yang dalam jangka panjang akan menentukan masa depan kita.

e. Pemantauan dan pengelolaan sumberdaya yang dimiliki agar tetap pada jalur rencana semula, atau melakukan penyesuaian / perubahan bila rencana semula dirasa tidak lagi sesuaian dengan kondisi.

Langkah berikutnya adalah terus mengelola sumber daya dan memantau pelaksana perencanaan agar sesuai dengan rencana. Bila terjadi penyimpangan terhadap rencana semula, perlu dilakukan tindakan pemulihan. Tindakan ini bisa berupa mengembalikan perjalanan pada jalur semula, atau mengubah rencana karena sudah tidak relevan lagi dengan situasi saat ini. Revisi mungkin terjadi karena keadaan keuangan keluarga selalu berubah.

Dokumen terkait