• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

4.3. Hasil Penelitian

4.3.2. Perencanaan Keuangan Keluarga

Rp. 700.000,00 + Rp.14.000.000,00

Dalam penelitian ini perencanaan keuangan lebih banyak berkaitan dengan keuangan pribadi (Personal Finance) Financial planning sebagai ”proses perencanaan guna mencapai tujuan-tujuan hidup melalui pengelolaan keuangan secara terampil, cerdas, dan bijaksana”. Perencanaan Keuangan secara definisi

mencapai tujuan hidup seseorang melalui manajemen keuangan secara terencana. Tujuan hidup dapat termasuk membeli rumah, menabung untuk pendidikan anak atau merencanakan pensiun.

Proses perencanaan menjadi penting sepanjang ada tujuan-tujuan hidup (life goals) yang ingin dicapai artinya, perencanaan yang tidak dibuat sekedar demi perencanaan itu sendiri, tetapi untuk suatu maksud yang dianggap penting bagi perencanaannya. Tujuan kehidupan, antara lain mencakup: membeli rumah, membeli mobil, mempersiapkan dana untuk menikah, malahirkan dan membesarkan anak, pendidikan anak, pensiun, mengantisipasi resiko dan melindungi diri atau keluarga dari berbagai kemungkinan buruk, merencanakan liburan keluarga kemancanegara, meningkatkan penghasilan dari waktu-kewaktu, dan sebaginya. Semua tujuan itu memerlukan perencanaan yang baik, agar peluang pencapaiannya dapat diperbesar. ”

A. SMART

Sebelum menentukan tujuan perencanaan keuangan dalam keluarga, maka harus memahami kondisi keuangan dalam rumah tangga, supaya tujuan keuangan dapat direncanakan secara spesifik dan realistis. Penetapan tujuan hendaknya memiliki karakteristik Specific, Measurable, Attainable, Reality-based, dan Time-bound yang disingkat SMART.

dalam penelitian ini mengenai cara merencanakan keuangan dalam keluarga secara keseluruhan.

1. Bapak F

Peneliti dapat mengetahui apakah seseorang termasuk dalam kategori smart. Pada pertanyaan mengenai perencanaan jangka panjang perencanaan keuangan keluarga, pak F menjawab:

“Untuk jangka panjangnya kayak buat sekolah anak dan kebutuhan lainnya cuma kurang spesifiknya sekarang belum ada tujuan kita mau kemana belum ada yang penting kita nabung dulu. Gitu aja.”

Berdasarkan hasil jawaban tersebut menunjukkan bahwa pak F belum dapat menentukan secara jangka panjang mengenai anggaran pendidikan anak. Sedangkan pertanyaan mengenai perencanaan anggaran biaya pendidikan bagi anak, pak F menjawab:

“Ya kalo sekolah, sebenarnya kita opo yo.. ya buat perbandingan aja, yang penting yang penting sekolah itu gak ada patokan ya antara sekolah negeri atau swasta. tak pikir biayanya sama aja jadi persiapannya kurang lebih sama.”

Berdasarkan jawaban tersebut pak F tidak mengharuskan anaknya harus mengenyam pendidikan di sekolah negeri atau swasta, dan mengenai anggaran pendidikan pak F menentukan anggaran pendidikan yang sama baik nantinya sekolah negeri ataupun di swasta. Sedangkan pertanyaan mengenai sumber utama pendapatan yang diperoleh pak F, beliau menjawab:

sekarang aku buka counter pulsa juga. Rencananya juga mau buka ini (sambil menunjuk spanduk loket pembayaran) ya ini kan masih awal ya jadi belum tau dan rencananya aku juga mau buka Warung Hot Spot disini.”

Berdasarkan jawaban tersebut pak F menjawab bahwa sumber pendapatan dalam keluarga tidak hanya dari mengajar saja, tetapi ada dari counter pulsa, dan rencananya akan menambah usaha lagi yang dikelolah bersama istrinya. Ketika peneliti menanyakan mengenai masalah kesehatan, beliau menjawab:

“Kalau yang di UPN itu masih baru ya jadi masih belum jelas detailnya. Setau saya kalau hanya sakit biasa bisa dihandle poli dikampus sudah bisa. Setau saya Cuma itu lagipula kalau dipoli kan sudah terbiasa sejak kita masih asisten dulu, itu pun kita sudah ada kesempatan itu. Jadi bisalah mungkin yang ringan-ringan tapi kalau yang berat belum tau sampai sejauh mana.”

Berdasarkan jawaban pak F menunjukkan bahwa beliau masih belum sepenuhnya paham mengenai asuransi kesehatan dari pihak kampus, sehingga belum mengetahui sampai sejauhmana pihak kamus menghandle masalah kesehatan bagi para tenaga pengajar. Lebih lanjut peneliti menanyakan tentang kemungkinan terburuk jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan yang mengharuskan beliau untuk meninggalkan keluarga selamanya, apa yang sudah dipersiapkan untuk keluarga yang ditinggalkan, beliau menjawab:

“Untuk sementara sih Cuma berupa tabungan aja.”

Berdasarkan jawaban pak F tersebut, beliau belum terlalu memikirkannya, sehingga jika kemungkinan itu terjadi, maka persiapan

menanyakan mengenai dana kesehatan yang sudah dipersiapkan, beliau menjawab:

“Kalau masalah alokasi itu sebenarnya sudah ada pandangan untuk dianggarkan untuk di pos-pos kan. Ini untuk dana pendidikan.. ini untuk dana kesehatan, trus buat ini.. buat itu.. tapi kendalanya, kadang sudah aku buatkan tapi ya kadang gak jalan gitu. Aku sendiri kan kadang pulang malam, jadi gak sempet bikin catetan dan isteri ku juga ngurus anak sendiri dan si anak juga gak ada temenin.”

Berdasarkan jawaban pak F di atas menunjukkan bahwa alokasi dana yang digunakan untuk kesehatan sudah dipersiapkan oleh pak F, akan tetapi perencanaan tersebut kadang tidak bisa berjalan dengan lancar sesuai rencana. Hal ini disebabkan karena beliau dan istri tidak sempat untuk membuat catatan keuangan. Untuk masalah kesehatan Pak F belum paham betul dan belum ada kepastian yang jelas tentang masalah peng-coveran kesehatan dari pihak kampus karena beliau dari diangkat sebagai dosen, tapi sejak Pak F menjadi asdos beliau sudah mendapatkan fasilitas berobat di poliklinik yang ada di UPN. Oleh sebab itu Pak F pun mengalokasikan sedikit untuk dana kesehatan untuk keluarganya. Pada saat peneliti menanyakan tentang rencana liburan keluarga, beliau menjawab:

“Itu kembali lagi, untuk jangka panjang masih di global dan pemisahan dana itu belum ada. Tabungan itu dipake’ kalau kita perlu, kalo pas ada tawaran kayak misalnya kemaren UPN ngluarin ada liburan tapi ada ketentuan kita berlibur tapi hanya untuk 1 orang ya yang dibiayain, nah kita ngambil uangnya dari tabungan supaya istri dan anak bisa ikut.”

dana yang digunakan untuk rekreasi keluarga masih belum, karena pendapatan yang diperoleh hanya untuk keperluan jangka pendek dan sisanya ditabung. Pada saat peneliti menanyakan tentang rencana membuka warung wifi, beliau menajwab:

“Buka warung wifi itu kan supaya si isteri disini ada kegiatan, karena dirumah sama si kecil kan bosen, jadi investasi kearah sana sudah lama.”

Dari jawaban pak F tersebut menunjukkan bahwa pak F memikirkan tentang penggunaan dana untuk berinvestasi, dalam hal ini investasi dalam bentuk suatu usaha yang nantinya dikelola oleh istrinya. Sehingga ada kegiatan di rumah selain mengurusi urusan rumah tangga. Sebelum ada rencana untuk membuka warung wifi, dulu beliau pernah membuka sebuah usaha yang mengalami kegagalan. Untuk memanfaatkan modal yang sudah ada sebelumnya beliau membuka usaha sejenis, berikut adalah kutipan pernyataan dari pak F mengenai pengalamannya tersebut:

“Iya kegagalan investasi, akhirnya kalau dilihat dari situ kita kan sudah punya alat dan ternyata dari pihak investornya gak mau disalahkan juga, ya repot kita.kita juga gak mau ribut, dia solusinya satu tok, jadi dia bilang ”ini bisa ini tapi solusinya nambah ketinggian” (Pak F pun menirukan kata-kata investor). Tapi dari pihak kita, kita sudah buat planning bahwa kita anggarkan dengan daya beli konsumen. Calon konsumen dapat membeli produk yang kita tawarkan dengan harga sekian itu sudah cocok semuanya. Sudah balace gitu. kita puya terget dengan inves sekian berapa sih harga konsumen itu, nah kalau harus nambah ketinggian aku gak berani karena nantinya harganya pun juga pasti naik selain itu waktunya juga sudah gak tepat lah. Kan sekarang sudah musimnya modem-modem USB itu banyak sehingga kalau kita jual terlalu tinggi rasanya konsumen sudah gak mau lah pastinya. jadi aku pikir, aduh. Ya sudah lah..karena kalau bermain-main dengan tekhnologi

tekhnologi juga semakin maju trus sembarangnya tambah maju jadi yang lama itu drop.”

Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa usaha beliau sebelumnya mengalami kegagalan yang diakibatkan ketidaktahuan kedua belah pihak, sehingga supaya tidak terlalu banyak mengeluarkan modal lagi, maka pak F membuka usaha yang memanfaatkan modal yang sudah ada sebelumnya. Beliau menambahkan:

“Iya (sambil menganggukkan kepala) dari pada kita investasi sekian itu nganggur, akhirnya kita buat investasi paling gak kan kita nyambung ya sebab kita sudah punya alat apalagi arenanya Cuma segini (menunjuk lokasi yang akan menjadi Warung HotSpot) pasti nyampeknya apalagi Cuma deket dari pada nganggur ya sudah kita pakai seperti itu. Iya investasinya tadi dialihkan kesitu karena daripada gak dipakai kan masih bisa dipakai seperti itu.”

Menurut pernyataan tersebut menunjukkan bahwa usaha beliau yang sekarang merupakan usaha yang memanfaatkan modal dari usaha sebelumnya sehingga tidak terlalu banyak mengeluarkan modal untuk usaha yang sekarang. Untuk masalah pencatatan keuangan beliau menyatakan:

“Kalau data penjualan ada,aku bisa ngomong seperti tadi karena asumsi ku, aku dulu pasang harga itu antara harga perolehan dengan harga penjualan itu kurang lebih Rp 1.000- Rp 1.500 dan aku lebih gampang. Ambil pokonya aja segitu karena saya ambil penjualan sebulan itu berapa. Dan aku lihat langsung dari uang yang aku keluaran buat pegawai karena disitu kita scopnya kecil hanya jual pulsa saja tanpa jual handphone atau servis, dan asesoris.”

Berdasarkan pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pak F sangat memperhatikan mengenai pendapatan yang diperoleh, pengeluaran yang

Sehingga beliau dapat membuat perkiraan pendapatan dan pengeluaran yang didapat pada setiap bulannya. Keuntungan dari penjualan pulsa itu ± Rp 1.000-Rp1.500 per transaksi, diambil komisi pegawai Rp 500 per transaksi jadi setiap bulannya dapat dilihat keuntungan. Sedangkan bentuk transaksi penjualannya pak F menyatakan:

“Ada buku transaksi, awalnya dulu sebelum ada kegiatan sih aku masih sempet bikin neraca, laba ruginya masih bisa cuma semakin kesini semakin males, ya sudahlah.. nah ya itu yang jadi kelemahan kita akhirnya sistem itu sistem itu gak jalan. Pokoknya aku tau jalan trus bisa bayarin karyawan dan kita tau hasilnya. Kita tau hasilnya dari transaksi untuk tau saya harus bayar bayar pegawai, karena memang gaji pegawai gak tak bikin tetap jadi kayak sistem komisi.”

Menurut pernyataan tersebut pak F sebelumnya sempat membuatkan neraca laba rugi untuk setiap transaksi penjualannya, akan tetapi hal tersebut tidak berjalan lama. Dari berbagai macam usaha yang dimiliki Pak F mencatat segala sesuatu antara penjualan dan macam-macam pengeluarannya, namun hanya mencatat ala kadarnya. Sehingga akhirnya hanya membuat buku catatan transaksi saja, karena menurut menurutnya yang penting bisa membayar gaji pegawai dan usahanya bisa jalan terus. Usaha pak F ini berada di toko tante pak F, sehingga tidak ada biaya sewa tempat. Sedangkan untuk pembagian komisi beliau menyatakan:

“Tapi dari pihak aku gak bisa ngasih gaji tetap kerana aku cuma ngandalin jualan pulsa aja. Ya akhirnya aku bilang ini sistemnya komisi dari setiap transaksi mereka dapat Rp 500. Jadi dari situ keuntungan Rp 1000 dalam sebulan misalnya ada 800 transaksi trus dipotong Rp 500 kan, dari situ sudah kelihatan keuntungan berapa dan komisinya berapa.”

Berdasarkan pernyataan tersebut pak F sudah memperhitungkan mengenai komisi yang diperoleh pegawainya dan keuntungan yang akan diperoleh dari setiap transaksinya. Sedangkan gaji pegawai dihitung dari berapa banyak jumlah transaksi penjualan, dan per transaksinya Rp 500. Untuk biaya yang dikeluarkan selain gaji pegawai beliau menambahkan:

“Biasanya untuk listrik, telkom, speedy dialokasikan 400 ribu ya, yang paling besar speedynya. Untuk listriknya sendiri biasanya 200-250 ribu, kalau telepon sekitar 40-50 ribu dan yang terbesar speedy.”

Dari jawaban tersebut pak F juga kurang memperhitungkan segala sesuatunya dalam usaha yang sedang dijalankan. Berdasarkan kutipan-kutipan jawaban dari hasil wawancara peneliti dengan pak F salah satu dosen akuntansi di UPN Veteran “Jatim” menunjukkan bahwa beliau merupakan salah satu dosen yang dapat dikatakan kurang SMART, karena anggaran yang beliau perhitungkan yang menyangkut usahanya tersebut dan pengelolaan keuangan dalam keluarga kurang sepsifik. Hal ini dapat dilihat dari usahanya yang pertama gagal karena kurang perencanaan yang matang, usaha counter pulsa yang masih menumpang di toko tantenya. Karena counter pulsa yang sedang ditempati Pak F itu milik dari tantenya maka itu dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh Pak F dan usaha warung Hotspot yang belum dibuka.

2. Bapak M

Bapak Munari merupakan salah satu dosen akuntansi di UPN Veteran “Jatim” yang berumur 49 tahun. Untuk melihat apakah bapak

keluarga berikut adalah beberapa kutipan jawaban dari hasil wawancara dengan beliau.

Pada pertanyaan mengenai perencanaan keuangan keluarga jangka panjang dan jangka pendek pak M menjawab sebagai berikut:

“Untuk jangka panjang tidak ada jadi jalan apa adanya aja, kalau untuk jangka pendek perlu adanya alokasi dana.”

Dari jawaban yang dikemukakan oleh pak M tersebut dapat diketahui bahwa dalam jangka panjang beliau tidak memiliki rencana, menurut beliau rencana jangka panjang dijalani apa adanya. Perencanaan digunakan hanya dalam jangka pendek saja, sedangkan untuk jangka panjang lebih jalan apa adanya. Sedangkan yang lebih penting adalah perencanaan jangka pendek yang lebih perlu untuk diperhatikan mengenai alokasi dana yang anggarkan. Mengenai investasi yang dimiliki oleh pak

M beliau menjawab:

“Saya itu punya (1) rumah ada 3 : ada daerah buduran, kebraon sama di deket lapindo, (2) mobil dan sepeda motor ada 3. Rumah yang dideket lapindo itudapat ganti rugi Rp 164.000.000 trus dikurangi Rp 16.000.000 untuk sisa angsuran. Ada tabungan itu mungkin sekitar Rp 70.000.000 sampai Rp 80.000.000. ”

Berdasarkan jawaban tersebut dapat diketahui bahwa jumlah investasi yang dimiliki oleh pak M adalah berupa rumah dan sepeda motor. Sedangkan investasi dalam bentuk yang lainnya adalah asuransi yang beliau ikuti, berikut adalah jawaban dari pak M:

“Asuransi Bumi Asih Jaya. Dengan premi Rp 875.000 per tahun dengan uang pertanggungan Rp 10.000.000. Itu bisa dikatakan rugi tapi bisa dikatakan nggak juga karena setiap 3 tahun sekali

Lippo. Per bulannya p 150.000 per bulan jadi kalau satu tahunnya Rp 18.000.000 dan uang pertanggungan Rp 47.000.000 tapi berhubung saya nggak mampu bayar jadi tidak saya lanjutkan.”

Melihat jawaban dari pak M tersebut dapat diketahui bahwa beliau mengikuti beberapa asuransi jiwa, dimana asuransi AIG tidak dilanjutkan lagi oleh beliau karena merasa rugi ketika mengikuti asuransi tersebut. Sedangkan masalah pendidikan beliau menganggarkan dana pendidikan bagi anaknya, berikut adalah pernyataan yang dikemukakan oleh pak M:

“Untuk anak yang pertama sudah saya siapkan dana sampai tingkat S2, tapi kalau yang kedua masih belum dan mudah-mudahan dalam waktu dekat akan saya alokasikan. Kalau dari S1 sampai S2 saya dudah siapkan Rp 37.000.000 dengan rincian untuk S1 Rp 17.000.000 dan S2 Rp 20.000.000 tapi kalau anaknya nanti nggak mau neruskan untuk S2 mungkin uangnya saya berikan kepada anak saya untuk dipakai usaha. Sedangkan anak saya yang SMA masih belum saya alokasikan karena setiap bulannya cuma bayar Rp 200.000 itu yang menggangarkan istri saya masuk dalam pengeluaran jangka pendek, baru nanti kalau mau kuliah baru saya anggarkan.”

Dari jawaban dari pak M tersebut menunjukkan bahwa beliau sangat memperhatikan mengenai dana pendidikan yang dibutuhkan oleh anaknya, sehingga beliau sudah mempersiapkan dana untuk jenjang pendidikan yang selanjutnya jika anaknya tersebut berkeinginan untuk melanjutkan sekolahnya. Akan tetapi jika anaknya tersebut tidak berniat untuk melanjutkan sekolahnya, maka dana tersebut dialokasikan untuk usaha anaknya tersebut. Pak Munari tidak mengalokasikan dana bagi anak keduanya karena masih duduk di SMA sehingga tidak ada alokasi dana

beliau menjawab:

“Kalau maksimal itu nggak pernah saya catat, tapi kalau dari gaji sendiri sekitar Rp 4.150.000. Sementara waktu masih cukup, walaupun terkadang nggak cukup tapi ya dicukup-cukupkan.”

Menurut jawaban dari pak M tersebut dapat diketahui bahwa pendapatan yang diterima pak M masih tergolong cukup untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya, walaupun terkadang juga kurang. Karena sebagian pendapatan beliau dialokasikan untuk membayar hutang, berikut adanya pernyataan beliau:

“Untuk bayar utang (sambil tertawa) karena 50% lebih untuk bayar utang.”

Berdasarkan jawaban tersebut dapat diketahui bahwa pendapatan yang diterima pak M sebagian dipergunakan untuk membayar hutang yang harus dicicil, sehingga tidak terlalu membesar. Ketika peneliti menanyakan tentang keikutsertaan istri dalam pengaturan keuangan pak M menjawab:

“Isteri itu baru diikutsertakan jikalau untuk masalah utang dan soal beli barang.”

Berdasarkan jawaban tersebut dapat diketahui bahwa istri pak M

tidak diikutsertakan dalam keseluruhan pengaturan keuangan dalam keluarga. Istrinya baru diikutsertakan ketika menyangkut masalah hutang dan pembelian barang yang bersifat kebutuhan jangka pendek, sedangkan Pak M berperan sebagai pengalokasian dana untuk jangka panjang. Jika menyangkut dana pendidikan beliau juga menambahkan:

pengalokasian dana itu hanya saya saja.”

Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa istri pak M diikutsertakan dalam pengaturan keuangan dalam pendidikan anak-anak mereka, karena hal tersebut tidak dapat diputuskan sendiri. Selain menjadi tenaga pengajar di UPN “Veteran” Jatim beliau juga menjadi konsultan di daerah Ngagel, berikut pernyataan beliau:

“...,tapi saya juga menjadi konsultan manajemen di daerah ngagel digedung wanita namanya di Johnson Indonesia dan memberikan pelatihan.”

Melihat jawaban dari pak M tersebut menunjukkan bahwa beliau tidak hanya bekerja sebagai tenaga pengajar saja, akan tetapi juga sebagai konsultan Johnson Indonesia yang terletak di gedung wanita jalan Ngagel Surabaya. Berdasarkan pada beberapa kutipan jawaban-jawaban dari hasil wawancara peneliti menunjukkan bahwa pak M merupakan seseorang yang kurang dalam menentukan tujuan keuangan keluarga yang smart. Hal ini dapat dilihat dari beberapa jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh peneliti yang dikemukakan oleh beliau pada saat wawancara. Dimana dalam salah satu pertanyaan beliau mengatakan bahwa pak M hanya mempersiapkan dana pendidikan untuk anaknya yang pertama saja hingga sampai jenjang S2, sedangkan untuk anak yang kedua belum menganggarkan dana pendidikan untuk anak yang kedua.

Untuk menetukan seseorang memiliki tujuan keuangan yang spesifik dan realistik dapat dilihat dari jawaban-jawaban yang diberikan ketika wawancara berlangsung, berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan bapak A salah satu dosen akuntansi di UPN “Veteran” Jatim.

Pada pertanyaan mengenai arti anggaran dalam rumah tangga, pak A menjawab sebagai berikut:

“Kalau saya sih sederhana saja, karena istri saya dokter. Dia punya bayaran dan saya pun jadi saya tidak pernah kasih pada istri saya untuk uang belanja. Uang saya untuk saya tabung untuk beli rumah sampai sekarang saya punya rumah ada 10, sedangkan kebutuhan uang belanja, sekolah dan urusan rumah tangga itu dari istri saya.”

Melihat jawaban dari pak A tersebut dapat diketahui bahwa keuangan dalam keluarga sepenuhnya tidak berasal dari pendapatan pak Achsan saja, akan tetapi juga berasal dari pendapatan istri yang berprofesi sebagai seorang dokter. Anggaran yang dalam jangka pendek atau bulanan yang mengatur dan sekaligus berasal dari istri dari Pak A, sedangkan Pak A memiliki perencanaan investasi, perencanaan hari tua, dan perencanaan warisan bagi anak-anaknya. Sedangkan untuk urusan rumah tangga pak achsan tidak kut campur karena semuanya itu diserahkan kepada istrinya termasuk sumber penghasilannya. Sehingga pendapatan yang diperoleh pak A ditabung yang akan dipergunakan untuk membeli rumah sebagai bentuk investasi masa depan. Selain itu pak A lebih memilih membeli rumah di wilayah YKP, berikut adalah pendapatnya:

lagi di tanggulangin yang terendam lumpur lapindo tapi dapat penggantiannya juga, dulu kita beli 32 juta dan dapat penggantian 166 juta. Itu bukan ganti rugi tapi ganti untung (sambil tertawa) karena saya malah untung, dan saya dari tahun 1981 selalu beli dari YKP semua. Karena kalau menurut saya itu biar lebih aman.”

Berdasarkan jawaban tersebut pak A lebih memilih berinvestasi dalam bentuk rumah yang dibeli di YKP, karena menurutnya rumah di YKP lebih aman daripada di daerah lainnya dan karena YKP adalah milik pemkot surabaya jadi beliau merasa lebih terjamin. Selain itu alasan Pak A memilih berinvestasi dalam bentuk rumah karena adanya rasa kecewa terhadap investasi dalam bentuk saham yang dahulu beliau mengalami kerugian dalam waktu singkat. Investasi yang ada saat ini dipergunakan oleh pak A sebagai tabungan masa tua, berikut adalah pernyataan dari beliau:

“Iya, karena saya itu kan pegawai, nantinya kalau saya pensiun saya juga dapat uang pensiun jadi mending saya investasikan dalam bentuk rumah saja selain itu saya dulu pernah investasi dalam bentuk saham yang mana investasi awalnya 50 juta di bank mandiri tapi setelah 8 bulan waktu saya ambil ternyata uangnya kok menurun jadi 47 juta padahal dulu awalnya dia (bank mandiri) janji jika saya menanam saham disana saya akan mendapatkan penghasilan tetap dengan bunga yang relatif rendah yang sama dengan hasilnya deposito. Jelas saya kecewa, waktu saya komplain ke pihak mandiri katanya sebenarnya ada penghasilan untuk setiap harinya tapi katanya kebetulan saya ini sedang sial karena harga saham sedang menurun sehingga investasi saya pun juga menurun. Maka dari itu akhirnya saya pindah alih investasi dalam bentuk rumah saja karena selain harga rumah setiap tahunnya selalu naik juga bisa dijadikan persiapan untuk anak-anak saya.”

Dokumen terkait